Anda di halaman 1dari 3

SDH ( SUBDURAL HEMATOMA)

A. DEFINISI
Penimbunan darah di dalam rongga subdural.
B. ETIOLOGI
Trauma kapitis
Pecahnya aneurysma atau malformasi pembuluh darah di dalam
ruangan subdural
Gangguan pembekuan darah
Post operasi (craniotomy dan CSF shunting)
C. PATOFISIOLOGI
Perdarahan terjadi antara duramater dan arakhnoidea. Perdarahan dapat
terjadi akibat robeknya jembatan vena (bridging veins) yang
menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam
duramater atau karena robeknya araknoidea. Karena otak yterdapat
cairan cerebrospinal dapat bergerak, sedangkan sinus venosus dalam
keadaan terfiksir, berpindahnya posisi otak yang terjadi pada trauma,
dapat merobek beberapa vena halus pada tempat di mana mereka
menembus duramater.
D. KLASIFIKASI
Perdarahan subdural dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Perdarahan akut
Terjadi 0-3 hari setelah trauma. Perdarahan sudah menyebabkan
terjadinya terganggunya kesadaran dan tanda vital. Perdarahan
dapat < 5 mm tebalnya tetapi melebar luas. Gambaran CT-scan
didapatkan lesi hiperdens.
2) Perdarahan subakut
Terjadi sekitar 3 hari 3 minggu setelah trauma. Terdapat
campuran darah dan bekuan darah. Gambaran CT-scan didapatkan
lesi isodens atau hipodens. Belum ada pembentukan kapsula di
sekitarnya.
3) Perdarahan kronis
Terjadi 3 minggu setelah trauma. Didapati kapsula jaringan ikat
terbentuk mengelilingi hematoma. Gambaran CT-scan di dapatkan
lesi hipodens.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum :
a. Sakit kepala yang semakin bertambah
b. Tampak ada gangguan psikis
c. Penurunan kesadaran
d. Kelainan neurologis : hemiparesis ipsilateral, kejang

F. DIAGNOSIS
1) CT Scan : mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran
ventrikel, pergeseran jaringan otak. Hematom subdural akut
tampak sebagai hiperdens, konkav terhadap otak, dan garis
suturanya tidak jelas.
2) MRI
3) Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral
4) X-ray : mendeteksi perubahan struktur tulang
G. TATA LAKSANA
Konservatif
1) Resusitasi dengan ABC ( airways, breathing, circulation)
2) Pusisi head up 30o (Trendelenbergs position)
3) Jika diduga terjadi peningkatan intracranial atau memperlihatkan
gejala sindrom herniasi, maka berikan manitol 1 g/kg secara cepat
secara iv.
Indikasi konservatif
1) GCS 9 - 15, SDH <10 mm dan midline shift <5 mm
2) GCS <9, SDH <10 mm dan midline shift <5 mm dengan kondisi
klinis stabil , pupil isokor dan TIK <20 mmHg.
Operatif
1) Craniotomy
2) Drainage burrhole
3) Twist drill craniotomy
Indikasi operasi
1) SDH > 10 mm atau midline shift > 5mm ( berapapun GCS)
2) GCS < 9, dgn SDH < 10 mm dan midline shift > 5mm. Jika
mengalami penurunan GCS > 2 poin antara saat kejadian sampai
saat masuk rumah sakit
3) GCS < 9 SDH < 10 mm dan midline shift > 5 mm disertai pupil
anisokor
4) GCS < 9 SDH < 10 mm dan midline shift > 5 mm disertai pupil
anisokor
5) Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau TIK > 20 mmHg.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering adalah reakumulasi hematom, perdarahan
intraserebral yang disebabkan oleh pergeseran atau irigasi drainase tube
yang salah, seizure, dan empiema subdural.
Pasien juga bisa menderita stroke, sekitar 5% kasus dengan hemiparesis
ipsilateral disertai dilatasi pupil. Fenomena ini disebut dengan fenomena
Kernohan Notch Syndrome.
I.

PROGNOSIS
Rata-rata mortalitas seluruh seri adalah 50%.
Rata-rata mortalitas dihubungkan dengan nonreaktif pupil sebelah adalah
48%, nonreaktif pupil bilateral 88%.
Rata-rata mortalitas berdasarkan umur : < 40 tahun sekitar 20%, 40-80
tahun sekitar 65%, >80 tahun sekitar 88%.

Anda mungkin juga menyukai