NAMA
: Tn. A
NO CM
: 0143XXXX
UMUR
: 51 tahun
TANGGAL
: 7 Oktober 2011
PEKERJAAN
: Buruh
KASUS KE
:2
ANAMNESA KHUSUS :
Seorang laki-laki berumur 51 tahun datang ke IGD RSUD dr.slamet Garut
dengan keluhan keluar darah dari kedua lubang hidung 1 hari yang lalu. Darah keluar tibatiba 1 jam smrs. Sebelum darah keluar, pasien mengeluh pegal-pegal pada badannya,
pusing, mual dan merasa berat pada tengkuknya. Pada awal perdarahan darah yang keluar
berwarna merah terang, keluar terus-menerus dan banyak (sekitar satu gelas belimbing).
Perdarahan mengalir kedepan dan kebelakang tenggorokan. Keluhan tersebut diatas belum
pernah dirasakan pasien sebelumnya. Akibat adanya perdarahan tersebut, penderita
menjadi kesulitan bernafas lewat hidung. Saat ini pasien merasa sesak.
Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak kurang lebih satu tahun
yang lalu. Pada saat control terakhir tekanan darahnya sekitar 160/100 mmHg. Pasien baru
akan konsultasi kedokter jika merasakan tidak enak pada badannya. Obat yang diberikan
baru akan diminum jika pasien merasa tidak enak pada badannya. Pasien lupa kapan
terakhir kali minum obat yang biasa diminum.
Page 1
STATUS GENERALIS
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan Umum
Tensi
: 150/100 mmHg
BB
Nadi
: 88 x/menit
Suhu : 36,7 C
Pernafasan : 24x/menit
Gizi
: 50 kg
: cukup
Kepala
Mata
Leher
Cor
Thorax
Page 2
Abdomen
Hati
Lien
Extremitas:
Superior : Aktifitas baik
Inferior : Aktifitas baik, tidak ditemukan udem tungkai pada kedua kaki pasien
STATUS LOKALIS
1. TELINGA
TELINGA KANAN
TELINGA KIRI
Daun telinga
: Normal
Normal
Liang Telinga
Gendang Telinga
TEST PENALA
RINNE
: positif
positif
WEBER
SCWABAH
Page 3
: tidak dilakukan
tidak dilakukan
AUDIOGRAM
: tidak dilakukan
tidak dilakukan
2. HIDUNG
2.1. Rhinoskopi Anterior
Hidung Luar
: simetris
Vestibuler
Lubang Hidung
Rongga Hidung
Septum
: deviasi (-)
Konka Inferior
Meatus Inferior
Pasase Udara
+/+
Koana
Sekret
: serosanguinus
Konka
: hiperemis +, oedema +
: tenang
Torus Tubarius
: tenang
Fossa Rosenmuller
: tenang
Adenoid
:-
Arkus faring
: hiperemis (-)
Page 4
Uvula
Dinding Faring
Tonsil
Palatum
: gerak simetris
: -
Reflek Muntah
: +
4. LARING
Laringoskopi Indirek
Epiglotis
Plika Ariepiglotika
: tenang
: tenang
Aritenoid
: tenang
Rima Glotis
: tenang
Fossa Piriformis
: tidak terlihat
Trakhea
: tidak terlihat
5. MAKSILOFASIAL
Massa (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Syarifah Isra (1102007272)
Page 5
Hb
: 11 g/dL
Ht
: 35%
Leukosit
: 12.100/mm3
Trombosit : 263.000/mm3
Eritrosit
(13-18 g/dL)
( 40- 52%)
( 3.800- 10.600/mm3)
( 150.000-440.000/mm3)
: 4,18 /mm3
( 3,5-6,5 juta/mm3 )
Kimia klinik
BTCT
Fungsi hemostasis
8. DIAGNOSA KERJA
grade I
9. DIAGNOSA BANDING
hormon
10.PENGOBATAN
Medikamentosa
: Antibiotik
Antihipertensi
Non Medikamentosa
Page 6
10. PROGNOSA
Quo ad Vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad malam
ICD : R04.0
TANDA TANGAN :
PEMBAHASAN
Page 7
badannya, pusing, mual dan merasa berat pada tengkuknya. Pada awal perdarahan darah
yang keluar berwarna merah terang, keluar terus-menerus dan banyak (sekitar satu gelas
belimbing). Perdarahan mengalir kedepan dan kebelakang tenggorokan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status present (vital sign) dan status generalis
dalam batas normal. Selanjutnya pada Hidung pada vestibulum nasi ditemukan blood cloth
Dan mukosa Konka Inferior ditemukan oedema dan hiperemis.
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diatas, pasien didiagnosis Epistaksis laten
cavum nasi bilateral ec hipertensi grade I. Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu
gejala dan bukan suatu penyakit, yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau
keadaan tertentu.
Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan perdarahan, mencegah
komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. Pada pasien ini diberikan terapi medika
mentosa antibiotik Cefotaxim 2x1 gr (iv) untuk mencegah infeksi, antihipertensi amlodipin
2x1 untuk menurunkan tekanan darah pasien.
Non Medikamentosa : menghentikan perdaraha pemasangan tampon Anterior (lapisan
kasa bervaselin) + lidocain 2%. Bila perdarahan masih berlanjut, dapat dilakukan tampon
bellocq. Perubahan pola hidup yang lebih baik, seperti berolahraga dan makan makanan
sehat, rendah lemak, kaya vitamin dan mineral. Rajin kontrol tekanan darah
TEORI
EPISTAKSIS
DEFINISI
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat berasal dari rongga hidung,
sinus paranasal dan nasofaring.Sering ditemukan sehari-hari, dan hampir 90% dapat
berhenti sendiri.Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari
suatu kelainain, dan dapat pula mengancam nyawa.
Syarifah Isra (1102007272)
Page 8
persambungan
mukokutaneus
tempat
pembuluh
darah
yang
kaya
anastomosis.Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan
sistemik.
1) Lokal
a. Trauma
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya mengeluarkan sekret
dengan
kuat,
bersin,
mengorek
hidung,
trauma
seperti
terpukul,
jatuh
dan
sebagainya.Selain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada pembedahan dapat
juga menyebabkan epistaksis.
b. Infeksi
Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik, seperti
lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.
c. Neoplasma
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten,
kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah, Hemongioma, karsinoma,
serta angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.
d. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan
telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease).Pasien ini
juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau bahkan di traktus gastrointestinal
dan/atau pembuluh darah paru.
e. Sebab-sebab lain termasuk benda asing dan perforasi septum.
Perforasi septum nasi atau abnormalitas septum dapat menjadi predisposisi
perdarahan hidung. Bagian anterior septum nasi, bila mengalami deviasi atau perforasi,
akan terpapar aliran udara pernafasan yang cenderung mengeringkan sekresi hidung.
Syarifah Isra (1102007272)
Page 9
Page 10
sumber
perdarahan
amat
penting,
meskipun
kadang-kadang
sukarditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian
anterior danposterior.
1. Epistaksis anterior
Merupakan jenis epistaksis yang palingsering dijumpai terutama pada anakanakdan biasanya dapat berhenti sendiri.
Perdarahan pada lokasi ini bersumberdari pleksus Kiesselbach (little area),
yaituanastomosis dari beberapa pembuluh darah di septum bagian anterior tepat di
ujungpostero superior vestibulum nasi.
Perdarahan juga dapat berasal dari bagian depan konkha inferior. Mukosa
padadaerah ini sangat rapuh dan melekat erat pada tulang rawan dibawahnya.
Page 11
Page 12
Page 13
Jika ada riwayat telah terjadi perdarahan hebat, segera pasang infus, periksa Hb,
leuko dan trombosit.
Pemeriksaan fungsi pembekuan dan golongan darah dilakukan jika perlu transfusi
darah.
Jika pasien dalam keadaan syok, segera pasang infus dan pemberian obat-obat yang
diperlukan untuk memperbaiki keadaan umum. Pasien atau orang tua biasanya dalam
keadaan panik sehingga perlu ditenangkan terlebih dahulu dengan terapi suportif.
Jika pasien masih berada di rumah, dapat dianjurkan untuk memencet hidung
selama 10 menit dan pasien dianjurkan duduk dengan kepala dan leher agak tunduk
kedepan, Ini dapat menghentikan epistaksis anterior yang ringan.
Jika perdarahan tidak berhenti, pasien dianjurkan untuk datang ke dokter. Cara
tradisional dengan memasukkan daun sirih yang digulung ke dalam rongga hidung
dapat bermanfaat menghentikan epistaksis anterior.Yang tidak dianjurkan adalah pasien
tiduran, darah akan turun kefaring sehingga_dibatukkan dan dimuntahkan .menyebakan.
ansietas yang akan menaikkan tekanan darah sehingga akan makin berdarah
Pada perdarahan anterior yang berat, setelah darah dibersihkan, sumber perdarahan
dapat di kaustik dengan nitras argenti 20-30%, asam trikloroasetat 10% atau kauter
listrik.
Jika sumber perdarahan tidak ditemukan, pasanglah tampon sementara yaitu kapas
Pantokain-adrenalin selama 5-10 menit agar terjadi vasokonstriksi. Jika masih berdarah,
harus dipasang tampon kapas padat atau kasa yang dibubuhi vaselin yang dapat
dicampur dengan betadin atau salep antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol yang
dibuat dari kasa berbentuk pita dengan lebar 1/2 cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari
dasar sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan daerah
asal perdarahan. Selanjutnya pasien dapat dirawat,diberi antibiotika oral dan obat
penenang jika diperlukan. Tampon diangkat setelah 2-3 x 24 jam.
Page 14
Saat pengangkatan tampon, jika masih ada rembesan darah, pasang tampon
sementara Pantokain-Adrenalin 5-10 menit. Biasanya perdarahan berhenti.
Perdarahan anterior
Perdarahan anterior seringkali berasal dari septum bagian depan (pleksus
Kisselbach). Gulungan kapas yang telah dibasahi dengan anestetik lokal dan dekongestan
lalu dimasukkan dengan hati-hati ke dalam hidung.Bila perdarahan tidak berhenti,
pemasangan tampon diulangi, dan bila sumbernya telah terlihat, tempat asal perdarahan
dikaustik dengan larutan Nitras Argenti 20-30%, atau dengan Asam Triklorasetat 10%, atau
dapat juga dengan elektrokauter.
Page 15
Perdarahan posterior
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya perdarahan hebat
Page 16
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi Keenam,
Philadelphia : WB Saunders, 1989. Editor Effendi H. Cetakan III. Jakarta, Penerbit
EGC, 1997.
2. http://www.scribd.com/doc/30834586/EPISTAKSIS
3. Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi Keenam, Jakarta FKUI, 2007, hal.155-159.
Syarifah Isra (1102007272)
Page 18
Page 19