ANTROPOLOGI BUDAYA

DAN ETIKA
UNTUK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

OLEH:

DR. DOMINIKUS RATO, S.H., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2011

ANTROPOLOGI BUDAYA DAN ETIKA

ANTROPOLOGI = ANTHROPOS = MANUSIA
LOGOS = PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
DALAM ANTROPOLOGI, APA YANG DIPELAJARI DARI MANUSIA? =
KEBUDAYAAN
ANTROPOLOGI BUDAYA : UMUM (SECIENSE) DAN KHUSUS (APPLIED)
KHUSUS: ANTROPOLOGI HUKUM, KESEHATAN, POLITIK, PEDESAAN,
TEKNOLOGI, LINGUISTIK, SOSIAL
ANTROPOLOGI = PENGETAHUAN TENTANG KEBUDAYAAN MANUSIA
KEBUDAYAAN = BUDHI DAN DAYA ATAU DAYA DARI BUDI, YAITU
HASIL CIPTA, KARSA DAN RASA MANUSIA.
BERDASARKAN HAL INI, MAKA SESUATU YANG MEMBEDAKAN
ANTARA MANUSIA DENGAN HEWAN ADALAH KEBUDAYAAN.
DENGAN KEBUDAYAAN MANUSIA MAMPU MENGEMBANGKAN HASIL
CIPTA, KARSA, DAN RASA MANUSIA MELALUI BELAJAR, MENIRU,
MENAMBAH/MENGURANGI, MENGEMBANGKAN, BAHKAN
MENCIPTAKAN DARI SESUATU YANG ADA MENJADI LEBIH BAIK, LEBIH
BANYAK, LEBIH BERMANFAAT, LEBIH BERHARGA, DAN SEBAGAINYA.

ETIKA
SALAH SATU BAGIAN DARI KEBUDAYAAN MANUSIA KARENA MANUSIA
BERFILSAFAT ADALAH MANUSIA MAMPU MEMBEDAKAN:
A) BAIK BURUK,
B) BENAR SALAH,
C) INDAH JOROK,
D) ADIL LALIM,
E) KASIH JAHAT,
F) JUJUR FASIK.
ETIKA ADALAH SALAH SATU BIDANG FILSAFAT.
ETIKA BERASAL DARI BAHASA YUNANI ETHOS ATAU MOS DALAM
BAHASA LATIN YANG BERARTI ADAT ISTIADAT YAITU ADAT-ISTIADAT
YANG BAIK.
BERDASARKAN PENGERTIAN YANG DEMIKIAN, MAKA ETIKA ADALAH
STUDI TENTANG KEBIASAAN-KEBIASAAN MANUSIA YAITU KEBIASAAN
KEBIASAAN YANG TERDAPAT DALAM KONSENSI/KESEPAKATAN. MISALNYA
KESEPAKATAN TENTANG: CARA BERBICARA/BERTUTUR KATA, CARA
BERPAKAIAN, CARA MENATA MAKANAN, CARA MENYAJIKAN MAKANAN,
CARA DUDUK, CARA BERGAUL.

ETIKA = NORMA TENTANG CARA

TATA CARA BERTUTUR KATA = KERAS LEMBUT, HALUS
KASAR TERHADAP ORANG YANG LEBIH TUA, GURU,
PIMPINAN, SENIOR, DAN SETERUSNYA = BAHASA JAWA
= UNGGAH UNGGUH;
YANG DIUTAMAKAN DALAM PERGAULAN YANG
BERKENAAN DENGAN PROFESI DIATUR DALAM ETIKA
PROFESI.
MENGAPA ORANG MEMPELAJARI ETIKA?
A) KITA HIDUP DALAM MASYARAKAT. MANUSIA MEMILIKI
DUA SISI KEHIDUPAN YAITU KEHIDUPAN INDIVIDUAL
DAN SOSIAL. SEBAGAI MAHLUK SOSIAL KITA MEMILIKI
KEWAJIBAN UNTUK MENGHARGAI HAK-HAK ORANG
LAIN. ETIKA DALAM PERGAULAN INI SELALU MELIPUTI:
BENAR SALAH, TEPAT KELIRU; BAIK - BURUK; ADIL
LALIM; JUJUR FASIK; KASIH JAHAT.

JADI, MENURUT A. FAGOTHEY, BAHWA ETIKA ADALAH STUDI

TENTANG KEHENDAK MANUSIA, YAITU KEHENDAK YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN TENTANG YANG BENAR
SALAH DALAM PERILAKU MANUSIA. UKURANNYA ADALAH
NILAI-NILAI YANG TELAH DISEPAKATI (KONSENSI) YANG
DIJADIKAN DASAR DALAM HUBUNGAN ANTAR-MANUSIA.
B. ETIKA BERUPAYA UNTUK MENEMUKAN PRINSIP PRINSIP
(ADAT-ISTIADAT DAN HUKUM) YANG PALING TEPAT DALAM
BERSIKAP. PRINSIP INI DIBUTUHKAN DALAM KAITANNYA
DENGAN KETENTERAMAN, KETENANGAN, KEDAMAIAN,
KEBAHAGIAAN DAN KESEJAHTERAAN BERSAMA SECARA
KESELURUHAN. DALAM KAITANNYA DENGAN INI, ETIKA
ADALAH ADAT-ISTIADAT (HUKUM) YANG BERSIFAT
FUNDAMENTAL, YANG SELALU (SECARA ALAMI) MELEKAT
PADA KODRAT MANUSIA, SEPERTI MENGHORMATI ORANG
TUA, GURU, PIMPINAN, ORANG YANG DITUAKAN,
MENGHORMATI HAK MILIK ORANG LAIN, MELINDUNGI YANG
LEMAH, MEMBERIKAN SESUATU YANG MENJADI HAK
SESEORANG.

C. ETIKA ADALAH NILAI-NILAI MORAL (KESUSILAAN)

YANG DIKEMBANGKAN DENGAN TUJUAN UNTUK
MENGAPLIKASIKAN KEHENDAK BEBAS MANUSIA.
NILAI YANG MENJADI DASAR DALAM KAITANNYA
DENGAN HAL INI NYATA DALAM HUBUNGAN ANTARINDIVIDU, SEPERTI PERJANJIAN JUAL-BELI, SEWAMENYEWA, TUKAR-MENUKAR SEBAGAIMANA DIATUR
DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SERTA
KAEDAH-KAEDAH SOSIAL LAINNYA. JIKA BERBICARA
TENTANG HUKUM, MAKA INTINYA ADALAH
BERBICARA TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN
SESEORANG: PEMBUATAN HUKUM YANG BENAR,
PENERAPAN HUKUM YANG KONSISTEN, PENEGAKAN
HUKUM YANG ADIL, DAN PERLINDUNGAN HUKUM
YANG TIDAK MEMIHAK. HUKUM TANPA MORAL
IBARAT MANUSIA TANPA TULANG, RUMAH TANPA
FONDASI, LEMAH TIDAK BERGUNA.

D. ETIKA MENCARI DAN BERUPAYA MENUNJUKKAN NILAI-NILAI

KEHIDUPAN YANG BENAR SECARA MANUSIAWI KEPADA SETIAP
ORANG. ETIKA MEMBANGUN PERTANYAAN:
- NILAI-NILAI MANAKAH YANG PALING TEPAT DAN PANTAS
DIPERHATIKAN DAN DITERAPKAN DALAM PERILAKU MANUSIA?
- MENGAPA SESEORANG DINYATAKAN BERBUAT LEBIH BAIK DAN
BENAR DARI ORANG LAIN?
DISINI SERING DITEMUKAN EGOISME SESEORANG LEBIH MENONJOL
DARIPADA KEBERSAMAAN. OLEH KERENA ITU DIBUTUHKAN NILAI
YANG TELAH DISEPAKATI UNTUK MENGURANGI EGOISME MANUSIA
DAN DI DALAM KEHIDUPAN BERBNEGARA, UKURANNYA ADALAH
HUKUM YANG TELAH DISEPAKATI SETIDAK-TIDAKNYA OLEH WAKILWAKIL KITA DI LEGISLATIF, EKSEKUTIF, DAN YUDIKATIF.
KEBEBASAN SESEORANG PERLU DIBERIKAN TANPA HARUS
MENGURANGI KEBEBASAN ORANG LAIN APALAGI MERUGIKAN HAK
ORANG LAIN. DISINILAH ETIKA MERUPAKAN STUDI TENTANG NILAINILAI MANUSIAWI. PEMBUATAN, PENERAPAN, PENEGAKAN, DAN
PERLINDUNGAN HUKUM PERLU DIPERHATIKAN KEMAMPUAN
MANUSIAWI UNTUK MENTAATI HUKUM TERSEBUT. JIKA ADA HUKUM
DIBUAT MELEBIHI KEMAMPUAN MANUSIA UNTUK MENTAATINYA, MAKA
HUKUM YANG DEMIKIAN ADALAH HUKUM YANG TIDAK BERMORAL.

POSTULAT ETIKA
POSTULAT ADALAH KEBENARAN-KEBENARAN BERBENTUK
PREPOSISI YANG FALIDITASNYA TIDAK PERLU DIBUKTIKAN
OLEH ILMU YANG BERSANGKUTAN, MELAINKAN SEBAGAI
SESUATU YANG DIANDAIKAN. ADA 3 POSTULAT:
A. KEBENARAN TUHAN : KEBENARAN TERTINGGI ADALAH
KEBAIKAN TERTINGGI. KEBAIKAN TERTINGGI
BERSUMBER DARI TUHAN, SEBAB TUHAN ADALAH
CAUSA PRIMA = SUMBER DARI SEGALA KEBENARAN
ARTINYA TUHAN ADALAH AWAL DAN AKHIR (ALPHA
DAN OMEGA) DARI SEGALA YANG ADA (ADA DALAM
KENYATAAN, YANG PERNAH ADA, YANG AKAN ADA).
DENGAN DEMIKIAN, JIKA TIDAK ADA TUHAN SEBAGAI
SUMBER KEBENARAN TERTINGGI, MAKA TIDAK ADA
HUKUM MORAL TERTINGGI SEBAGAI NORMA DASAR
DAN PENUNTUN/PEDOMAN SERTA PENENTU,
SEHINGGA TIDAK ADA KEHARUSAN/ETIKA.

B. KEBEBASAN KEHENDAK MANUSIA: MENUSIA DIBERI HAK

AZASI YAITU KEHENDAK BEBAS, SEBAB JIKA MANUSIA
TIDAK DIBERI KEHENDAK BEBAS, MAKA MANUSIA TIDAK
DAPAT MEMILIH ANTARA: KEBAIKAN KEJAHATAN;
KEADILAN KEFASIKAN; KEBENARAN KESALAHAN.
DENGAN DEMIKIAN, MANUSIA TIDAK DAPAT
DIPERTANGGUNGJA-WABKAN ATAS PERBUATANNYA,
MANUSIA TIDAK DAPAT DIPERSALAH-KAN DAN DIHUKUM
ATAS KESALAHAN YANG DIBUATNYA. BERDASARKAN
POSTULAT INI, MANUSIA TIDAK DAPAT DIPERSALAH-KAN
JIKA PERBUATAN ITU MEMANG DILUAR KEMAMPUAN
MANUSIA-WI UNTUK MENGHINDARINYA.
C. KEABADIAN JIWA/ROH: JIKA TIDAK ADA KEYAKINAN
BAHWA JIWA/ ROH MANUSIA ITU ABADI DAN MEMILIKI
KEHIDUPAN SESUDAH KEMATIAN, MAKA MANUSIA
TIDAK MEMILIKI MOTIVASI YANG MEMADAI UNTUK
HIDUP BENAR, BERPERILAKU BENAR (MENGERJAKAN
KEBAIKAN DAN MENJAUHI KEJAHATAN).

ETIKA DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA

POSTULAT ETIKA INI BERKENAAN DENGAN TUJUAN HIDUP
MANUSIA. TUJUAN HIDUP MANUSIA ADALAH KEBAHAGIAAN.
MENURUT THOMAS AQUINAS ADA 2 MACAM KEBAHAGIAAN DAN
MASING-MASING MEMPUNYAI CARA UNTUK MENCAPAINYA.
1. KEBAHAGIAAN UMUM: KEBAHAGIAAN INI BERSUMBER PADA
KEBAIKAN SEMPURNA. OLEH KARENA KEBAIKAN ITU OBJEK
DARI KEHENDAK, MAKA YANG DIMAKSUDKAN DENGAN
KEBAIKAN SEMPURNA ADALAH KEBAIKAN YANG MAMPU
MEMENUHI ATAU MEMUASKAN KEHENDAK MANUSIA SEPENUH
PENUHNYA/UTUH. KEBAHAGIAAN INI YANG DIKEHENDAKI
SETIAP ORANG. KONSEKUENSINYA ADALAH KEBAHAGIAAN ITU
ADALAH MUTLAK.
2. KEBAHAGIAAN KHUSUS: KEBAHAGIAAN YANG DIPEROLEH
MELALUI SARANA-SARANA KHUSUS YANG SIFATNYA
INDIVIDUAL. OLEH KARENA ITU, KEBAHAGIAAN YANG SATU
BERBEDA DENGAN KEBAHAGIAAN YANG LAINNYA.
KONSEKUENSINYA ADALAH KEBAHAGIAAN MENJADI SESUATU
YANG RELATIF, SULIT DIUKUR.

ETIKA = CARA MENCAPAI TUJUAN AKHIR

ETIKA YANG DIBAHAS INI ADALAH CARA MENCAPAI TUJUAN AKHIR HIDUP MANUSIA.
KEPUTUSAN INI BERSUMBER DARI POSTULAT ETIKA BAHWA KEBERADAAN TUHAN
SEBAGAI DASAR/ASAL SEKALIGUS TUJUAN AKHIR HIDUP MANUSIA SETELAH
KEMATIANNYA, MAKA KEBAHAGIAAN SEMPURNA ITU MERUPAKAN TUJUAN AKHIR HIDUP
MANUSIA SESUAI DENGAN KEYAKINAN DAN KODRATNYA SENDIRI. OLEH KARENA ITU,
MANUSIA BERUPAYA UNTUK MENCAPAINYA.
JADI, DENGAN CARA YANG TEPAT, MAKA MANUSIA AKAN MENCAPAI TUJUANNYA SECARA
BENAR/SEMPURNA.
PESAN MORALNYA ADALAH: HINDARILAH CARA MENGHALALKAN SEGALA CARA
UNTUK MENCAPAI TUJUAN. MENGAPA? MENURUT THOMAS AQUINAS:
A) SETIAP ORANG INGIN MECAPAI KEBAHAGIAAN SEMPURNA (SURGA, NIRWANA).
B) KEINGINAN TERSEBUT ADALAH ALAMIAH/SUNATULLAH/INSANIAH, SESUAI KODRATNYA
YANG PALING DASAR;
C) KEHENDAK MANUSIA ITU OLEH TUHAN DILETAKKAN SEBAGAI DASAR MORAL YANG
SECARA ALAMIAH PULA TERTANAM DALAM BATHIN (ALAM KESADARAN YANG PALING
DASAR);
D) KEHENDAK DASAR TERSEBUT MELENGKAPI KODRAT DASAR MANUSIA SEBAGAI
MAHLUK RASIONAL/BERAKAL BUDI, YANG MANUSIA DIBERI SARANA ILLAHIAH YANG
BERSUMBER DARI SIFAT KEUTAMAAN TUHAN YAKNI: KEBENARAN, KEBIJAKASANAAN,
DAN KEBAIKAN;
E) KODRAT MANUSIA DENGAN SIFAT KEUTAMAAN ILLAHIAH TERSEBUT ADALAH
KEBAHAGIAAN SEMPURNA.
INILAH INTI DARI ETIKA SEBAGAI LANDASAN MORAL DALAM PEMBUATAN, PENERAPAN,
DAN PENEGAKAN HUKUM. HUKUM TANPA MORAL ADALAH KEKUASAAN.

ETIKA DAN PERTANGGUNGJAWABAN MANUSIA

ETIKA ADALAH STUDI TENTANG BENAR SALAHNYA PERBUATAN MANUSIA.
ADA 2 JENIS PERBUATAN MANUSIA, YAITU:
A) ACTUS HOMINIS = PERBUATAN MANUSIA SEBAGAI MAHLUK PADA
UMUMNYA. BIASANYA DILAKUKAN SECARA OTOMATIS, TANPA DISADARAI
MISALNYA BERNAFAS, BERGERAK, BERPIKIR.
B) ACTUS HUMANUS = PERBUATAN MANUSIA SEBAGAI MANUSIA. SERING
DISEBUT PERBUATAN MANUSIAWI, YAITU PERBUATAN YANG DILAKUKAN
DENGAN PENUH KESADARAN, MELALUI PERTIMBANGAN, ATAS DASAR
KEBEBASAN DALAM MEMILIH (BERBUAT TIDAK BERBUAT), MISALNYA
PERBUATAN HUKUM, SEPERTI JUAL BELI, SEWA-MENYEWA, BELAJAR,
MENCARI UANG, BERKARYA, MENGENDARAI KENDARAAN.
RASA BERTANGGUNGJAWAB = KONSEKUENSI DARI PERBUATAN MANUSIAWI
ITU. TARAF PERTANGGUNGJAWABAN TERGANTUNG PADA TINGKAT
PENGETAHUAN DAN KEBEBASAN YANG MEMPENGARUHI RASA
BERTANGGUNGJAWAB, A.L:
1. KETIDAKTAHUAN
2. TANGGUNGJAWAB UMUM TANGGUNGJAWAB MORAL
3. ASPEK PSIKOLOGIS
4. RASA TAKUTKEKERASAN
5. KEBEBASAN.

KATIDAKTAHUAN
KETIDAKTAHUAN ADA 2 YAITU TIDAK TAHU KARENA MALAS (TIDAK MAU
MENCARI TAHU), DAN TIDAK TAHU KARENA KETERBATASAN, MAMANG BENARBENAR TIDAK TAHU KARENA TIDAK MEMPNYAI PENGETAHUAN TENTANG
SESATU HAL.
KETIDAKTAHUAN KARENA MALAS, DIBAGI ATAS 3 :
A. KARENA ALPA/LALAI, HAL INI DISEBABKAN LUPA ATAU PENYAKIT
B. KARENA KECEROBOHAN DALAM BERTINDAK, MISALNYA HAKIM
MENJATUHKAN HUKUMAN PADA SESEORANG YANG TIDAK BERSALAH ATAU
INSINYUR YANG MENGGUNAKAN BAHAN YANG BERKUALITAS RENDAH
UNTUK JEMBATAN, SEHINGGA JEMBATANYA MUDAH ROBOH (TIDAK TAHAN
LAMA)
C. KARENA KESENGAJAAN, TERANG-TERANGAN TIDAK MAU TAHU. MISALNYA
HAKIM MEMBEBASKAN SEORANG PENJAHAT KARENA DITODONG ATAU
DIBAYAR, ATAU KARENA BENCI.
JENIS KETIDAKTAHUAN TERSEBUT TIDAK MENGHAPUS
PERTANGGUNGJAWABAN SESEORANG. TUNTUTAN PERTANGGUNGJAWABAN
BERGANTUNG PADA TARAF PENGETAHUAN PADA SAAT PERBUATAN ITU
DILAKUKAN. DALAM HUKUM DISEBUT: DOLUS DAN CULPA
KETIDAKTAHUAN KEDUA MISALNYA SESEORANG MENIKAHI SEPUPUNYA
KARENA MEMANG IA TIDAK TAHU, KEDUANYA TINGGAL DI DAERAH BERBEDA.

PERTANGGUNGJAWABAN UMUM - KHUSUS

SESEORANG TIDAK DAPAT DIMAAFKAN KARENA TELAH
MELANGGAR RAMBU-RAMBU LALULINTAS DENGAN ALASAN
BAHWA IA TIDAK MENGERTI ARTI RAMBU-RAMBU LALULINTAS
TERSEBUT. DALAM HUKUM TIDAK ADA ALASAN SESEORANG
UNTUK MENGATAKAN TIDAK TAHU HUKUM, KARENA DI DALAM
DUNIA HUKUM ADA AZAS BAHWA SETIAP ORANG DIANGGAP
TAHU HUKUM = IGNORANTA LEGIS EXCUSAT NEMINEM.
PERTANGGUNGJAWABAN INI DISEBUT PERTANGGUNGJAWABAN
UMUM = PERTANGGUNGJAWABAN JENIS INI ADALAH
HUBUNGAN ANTARA NEGARA DENGAN WARGA NEGARA
SEDANGKAN PERTANGGUNGJAWABAN MORAL ADALAH
PERTANGGUNGJAWABAN DALAM HUBUNGAN MANUSIA
DENGAN DIRI SENDIRI DAN TUHAN. SESEORANG YANG
KORUPSI DAN DIBEBASKAN OLEH HAKIM KARENA PEMBUKTIAN
YANG DILAKUKAN OLEH JAKSA KURANG KUAT (ATAU DIBAYAR),
MAKA IA BOLEH BEBAS DARI PERTANGGUNGJAWABAN UMUM,
TETAPI TIDAK DAPAT LEPAS DARI TANGGUNGJAWAB MORAL.

ASPEK PSIKOLOGIS
YANG DIMAKSUD ADALAH ADANYA KECENDERUNGAN
IMPULSIF (MENDESAK) KE ARAH PERBUATAN YANG
SECARA INSTINGTIF, BAIK. ADA 2 JENIS, YAITU:
A) KECENDERUNGAN ANTESEDENTIF = TERJADI PADA
PERBUATAN MANUSIA JENIS ACTUS HOMINIS
(TANPA SADAR). SESEORANG MELAKUKAN
KEJAHATAN DIBAWAH PENGARUH HIPNOTIS
B) KECENDERUNGAN KONSEKUENSIF = TERMASUK
DALAM PERBUATAN MANUSIA JENIS ACTUS
HUMANUS, YANG DILAKUKAN DENGAN SENGAJA
(TAHU DAN MAU) YAITU MEMANG DIKEHENDAKI.
SESEORANG MELAKUKAN KEJAHATAN DENGAN
MENGGUNAKAN HIPNOTIS.

RASA TAKUT
RASA TAKUT DAPAT BERUPA GEJOLAK EMOSI
KARENA KONDISI TERTENTU. PADA KONDISI INI
MANUSIA TERLEPAS DARI
PERTANGGUNGJAWABAN MORAL JIKA ADA SUATU
KESALAHAN YANG DILAKUKANNYA. SEBAB PADA
KONDISI INI MANUSIA TIDAK MEMILIKI
KEBEBASAN, MISALNYA DIBAWAH ANCAMAN
TERORISME, INTIMIDASI, TEKANAN MENTAL.
KESALAHAN YANG DILAKUKANNYA BERADA DI
LUAR KEMAMPUANNYA UNTUK MENGGUNAKAN
KEBEBASAN MEMILIH YANG BENAR ATAU YANG
SALAH. AKAN TETAPI, TIDAK SECARA HUKUM,
KECUALI ADA ALASAN PEMAAF.

KEBEBASAN
KEBEBASAN ADALAH FAKTOR YANG PALING PENTING
DAN BERPENGARUH DALAM PERTANGGUNGJAWABAN.
KEBEBASAN DALAM PENGERTIAN KLASIK ADALAH
KEBERADAAN UNTUK MEMILIH, YAITU MEMILIH UNTUK
BERBUAT BAIK ATAU SALAH, MEMILIH UNTUK BERBUAT
ATAU MENGHINDAR. TETAPI, BENARKAH MANUSIA
MEMILIKI KEBEBASAN? SECARA ALAMI (AZASI)
MANUSIA INDIVIDU DIBERI KEBEBASAN UNTUK
MEMILIH, NAMUN DALAM KAITANNYA SEBAGAI SEBAGAI
MAHLUK SOSIAL, MANUSIA TERIKAT OLEH NORMANORMA YAITU NORMA AGAMA, KESUSILAAN, SOSIAL
KEMASYARAKATAN, DAN HUKUM.
JADI DI SATU SISI MANUSIA SECARA KODRATI MEMILIKI
KEBEBASAN UNTUK MEMILIH, TETAPI SECARA SOSIAL IA
TERIKAT OLEH NORMA-NORMA.

DETERMINISME
UNTUK MEMECAHKAN PERSOALAN INI ADA DUA
PANDANGAN:
A) PANDANGAN DETERMINISME, DAN B)
INDETERMINISME.
AD. A) DETERMINISME : MENURUT ALIRAN INI BAHWA
MANUSIA TIDAK MEMILIKI KEMAMPUAN MEMILIH
ARTINYA MANUSIA TIDAK MEMILIKI KEBEBASAN
MUTLAK. TINDAKAN MANUSIA BAGAIMANAPUN
KOMPELKSNYA KONDISI/KEADAAN SEHARUSNYA
DAPAT DIPERHITUNGKAN
SEBELUMNYA/DIPERTIMBANGKAN SEBELUM
PERBUATAN ITU DILAKUKAN, YAITU MANUSIA
MEMPERTIMBANGKAN APA YANG BOLEH DAN TIDAK
BOLEH DILAKUKAN, FAKTOR-FAKTOR APAKAH YANG
MAMPU MEMPENGARUHI PERILAKUNYA

INDETERMINISME
AD. B) ALIRAN INDETERMINISME: MERUPAKAN KEBALIKAN DARI ALIRAN
DETERMNISME, YAITU JIKA DETERMINISME MENGATAKAN BAHWA
MANUSIA TIDAK MEMPUNYAI KEBEBASAN, MAKA ALIRAN
INDETERMINISME MENGATAKAN BAHWA SEJAK LAHIR, SECARA ALAMI
MANUSIA MEMPUNYAI HAK AZASI YAITU KEBEBASAN. ARTINYA MANUSIA
DALAM BERBUAT TIDAK SEMATA-MATA TERTENTUKAN. ALIRAN INI TIDAK
MENYANGKAL ADANYA FAKTOR-FAKTOR DILUAR DIRI MANUSIA YANG
MEMPENGARUHI SESEORANG BERBUAT, SEBAB BETAPAPUN BANYAKNYA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN MENDORONG MANUSIA UNTUK
BERBUAT, TIDAK SEMUA MENGHARUSKAN SESEORANG ITU BERBUAT
SEBAGAIMANA DIHARUSKAN. IA MASIH MEMILIKI KEBEBASAN UNTUK
MEMILIH DAN MENENTUKAN SIKAPNYA SENDIRI, BAHKAN IA MAMPU
MENGUBAH SITUASI DI LUAR DIRINYA. JADI, INDETERMINISME MENGAKUI
ADANYA KEHENDAK BEBAS YAITU KEMAMPUAN UNTUK MENENTUKAN
PILIHAN (YANG BENAR ATAU YANG SALAH). DAN OLEH KARENA ITU,
MANUSIA HARUS MAMPU MEMPERTANGGUNGJAWABKANNYA.
JADI, MANUSIA MEMPUNYAI KEBEBASAN YANG DISESUAIKAN DENGAN
KEMAMPUANNYA SENDIRI, SERTA WAJIB DIPERHITUNGKAN DENGAN
PERTANGGUNJAWABAN.

 081336049737 =
JL. S. PARMAN GANG BENTUL C. 2
SUKOREJO = PERUMAHAN GANG
BENTUL (PAK. DOMI)
PAK RATO = FAK. HUKUM