Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN LAMA TINGGAL DI PANTI DENGAN DEPRESI PADA

LANJUT USIA DI RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE


KARENG KOTA BANDA ACEH

Adelya Suherlin1, Emir Abdullah2, Farida3


1

)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2)Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 3)Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK

Proses menua merupakan tahap akhir siklus hidup manusia yang ditandai oleh berbagai
kemunduran meliputi kemunduran fisik, psikis dan sosial yang berpotensi menimbulkan
gangguan kesehatan mental pada lanjut usia. Depresi merupakan gangguan kesehatan mental
yang paling sering terjadi pada kelompok lanjut usia dan meningkat drastis pada lanjut usia
yang berada di panti jompo dengan persentase tertinggi ditemukan pada lanjut usia yang
melewati tahun-tahun pertamanya di panti jompo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara lama tinggal di panti dengan depresi pada lanjut usia di Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Jenis penelitian adalah analitik dengan
desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling melibatkan 44
responden dan menggunakan kuesioner MMSE serta Geriatric Depresion Scale (GDS-15).
Rentang lama tinggal di panti pada penelitian ini adalah 1-324 bulan yang dibagi menjadi 8
kategori. Hasil penelitian menunjukkan 33 orang depresi dan 11 orang tidak depresi, dengan
rincian 56,8% depresi ringan dan 18,2% depresi sedang. Hasil uji statistik Spearman
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara lama tinggal di panti dengan depresi
pada lanjut usia dengan p value 0,001. Usia lanjut yang paling banyak mengalami depresi
adalah kelompok usia 75-90 tahun (85,7%), perempuan (78,1%), tingkat pendidikan SLTP
(83,3%) dan lama tinggal selama 6 bulan pertama (100%).
Kata Kunci : Depresi, Lanjut Usia, Lama Tinggal, Panti Jompo

ABSTRACT
Aging process is the final phase of human life cycle which marked by deterioration in various
aspects include physical, psychological and social which are pottentially cause mental
disorder in elderly. Depression is one of the mental disorders that is often experienced by elderly
and drastically increase in elderly which are in nursing home with the highest percentage was
found in elderly who passed the first and second year in nursing home. This study aims to
know the correlation between length of stay in nursing home with depression in elderly in
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. The research is analytic with
cross sectional design. Sample is conducted by total sampling involving 44 respondents and
using MMSE and Geriatric Depression Scale (GDS-15) questionaire. %). Range of length of
stay in nursing home in this research is 1-324 months that is divided into 8 categories. Result
of research found that 33 people are depressed and 11 people are non-depressed which details
56,8% had mild depression while 18,2% had severe depression. Based on Spearman test,
there is a significant correlation between length of stay and depression in elderly with p value
0,001. The most having depression in elderly are 75-90 years old group (85,7%), female
(78,1%), education level of Junior High School (83,%) and firstly six months length of stay
(100%).
Keyword : Depression, Elderly, Length of Stay, Nursing Home

PENDAHULUAN
Usia lanjut merupakan tahap akhir
dari siklus hidup manusia, yaitu bagian
dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap
individu dimana akan dialami banyak
perubahan, khususnya kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya (Stanley dan Beare,
2006).
Proses menua adalah suatu keadaan
yang akan dialami oleh seluruh manusia
yang dikaruniai umur panjang di muka
bumi; pada keadaan ini akan terjadi
penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain. Keadaan tersebut cenderung
berpotensi menimbulkan berbagai masalah
kesehatan, khususnya kesehatan jiwa pada
lansia (Kuntjoro, 2002).
Depresi
merupakan
masalah
kesehatan mental yang paling banyak
dialami lansia dan ini bukan merupakan
proses penuaan yang normal. Pada lansia
gejala-gejala depresi sering sulit dinilai
karena terselubung oleh kondisi medis lain
sehingga sulit didiagnosa. Jika tidak
ditangani, gejala-gejala depresi tersebut
berdampak negatif bagi lansia dan
komunitas
meliputi
mempersulit
pengobatan penyakit fisik, meningkatkan
resiko munculnya penyakit baru dan
kematian,serta mengakibatkan peningkatan
dalam penggunaan sarana kesehatan (Yip
& Lee, 2002).
Pada penelitian Steffens et al. (2005)
dan Schoever et al. (2000) menemukan
prevalensi depresi pada lansia di dunia
berkisar sekitar 8 15% dan hasil meta
analisis dari laporan-laporan negara di
dunia adalah 13,5% dengan angka kejadian

pada wanita lebih tinggi daripada pria


(14,1 : 8,6). Perbedaan ini terkait dengan
perbedaan hormonal, efek-efek persalinan
dan stressor psikososial (Sadock &
Sadock, 2007).
Angka depresi meningkat tajam pada
lansia yang berada di panti jompo.
Martono dan Pranaka (2010) menyebutkan
di negara Barat depresi sebanyak 15-20%
populasi usia lanjut di masyarakat dengan
angka kejadian lebih tinggi pada lansia di
panti jompo dengan angka kejadian lebih
tinggi pada penghuni baru yang melewati
tahun-tahun pertama di panti jompo. Hal
ini berkaitan dengan penelitian sebelumnya
oleh Jones et al. (2005) yang menemukan
usia yang lebih muda, perempuan, status
perkawinan, dan lama tinggal 2 tahun
pertama di panti jompo, memiliki
hubungan signifikan dalam menimbulkan
depresi pada lansia.
Angka kejadian depresi yang
semakin meningkat, apalagi pada lansia
yang ada di panti jompo dan keinginan
peneliti untuk melanjutkan pengamatan
yang telah dilakukan sebelumnya yang
telah dilakukan pada kunjungan komunitas
di panti jompo tersebut, mendorong
peneliti untuk mencari hubungan antara
lama tinggal di panti dengan depresi pada
lanjut usia di Rumoh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh.

METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Pemilihan sampel dilakukan secara
total sampling pada seluruh lanjut usia
yang berada di Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota
Banda Aceh yang memenuhi kriteria

inklusi pada penelitian ini. Jumlah sampel


yang terlibat pada penelitian ini adalah 55
orang.
Pengambilan Data
Seluruh lanjut usia yang berada di
panti jompo yang memenuhi kriteria
inklusi telah tinggal di panti selama 24
jam, berusia 60 tahun dan bersedia
diwawancarai akan didata karakteristik
demografinya dan data tersebut akan
disesuaikan dengan data sekunder yang
peneliti dapatkan dari pengelola Rumoh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee kareng
Kota Banda Aceh.
Selanjutnya akan dilakukan penilaian
fungsi kognitif dengan menggunakan
kuesioner MMSE (Minimental State
Examination) untuk menunjang validitas
kuesioner GDS (Geriatric Depression
Scale) dan bagi para lanjut usia yang
mendapatkan nilai MMSE >9 akan
dilanjutkan dengan skrining tingkat depresi
menggunakan kuesioner GDS (Geriatric
Depression Scale). Hasil pengukuran
dikelompokkan menjadi tidak depresi (04), depresi ringan (5-9) dan depresi berat
(10-15).
Peneliti akan menghitung lama
tinggal lanjut usia di panti jompo dengan
mencari
selisih
antara
tahun
dilaksanakannya penelitian dan tahun
pertama sekali lanjut usia memasuki panti
yang didapatkan melalui data sekunder dari
pengelola panti jompo dan hasilnya akan
dikategorikan dalam satuan bulan 1-6
bulan, 7-12 bulan, 13-18 bulan, 19-24
bulan, 25-48 bulan, 49-72 bulan, 73-120
bulan dan 121-324 bulan.
Keseluruhan data demografi, hasil
penilaian uji kognitif, skrining tingkat
depresi dan lama tinggal lanjut usia di

panti akan dicatat dalam formulir


penelitian.
Hubungan antara lama tinggal di
panti dengan depresi pada lanjut usia akan
dianalisis dengan pengujian statistik secara
Spearman.
Analisa Data
Analisis univariat dilakukan terhadap
setiap variabel penelitian. Tujuannya untuk
menilai secara deskriptif distribusi dan
persentase variabel yang diamati.
Analisis bivariat dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berkorelasi yaitu
lama tinggal di panti dengan depresi pada
lanjut usia.

HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Depresi Responden Penelitian di Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Tingkat Depresi
Tidak Depresi
Depresi Ringan
Depresi Berat
Total

Frekuensi (n)
11
25
8
44

Persentase (%)
25
56,8
18,2
100

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lama Tinggal Responden Penelitian di Rumoh


Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Lama Tinggal di Panti
1-6 bulan
7-12 bulan
13-18 bulan
19-24 bulan
25-48 bulan
49-72 bulan
73-120 bulan
121-324 bulan
Total

Frekuensi (n)
13
5
2
4
8
3
6
3
44

Persentase (%)
29,5
11,4
4,5
9,1
18,2
6,8
13,6
6,8
100

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Responden Penelitian di Rumoh Seujahtera


Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Umur

Frekuensi (n)
37
5
0
35

60-74 tahun
75-90 tahun
> 90 tahun
Total

Persentase (%)
84,1
15,9
0
100

Tabel 4.4 Distribusi Depresi pada Responden Penelitian Berdasarkan Umur


Usia
60-74 tahun
75-90 tahun

Tidak Depresi
n
10
1

%
27,1
14,3

Depresi
Ringan
n
19
6

%
51,3
85,7

Depresi
Berat
n
8
0

%
21,6
0

Total
n
37
7

%
100
100

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penelitian di Rumoh


Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Frekuensi (n)
12
32
44

Persentase (%)
27,3
72,7
100

Tabel 4.6 Distribusi Depresi pada Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

Tidak Depresi
n
4
7

%
33,3
21,9

Depresi
Ringan
n
7
18

%
58,4
56,2

Depresi
Berat
n
1
7

%
8,3
21,9

Total
n
12
32

%
100
100

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Penelitian di Rumoh


Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SLTP
SMA
PT
Total

Frekuensi (n)
6
26
6
5
1
44

Persentase (%)
13,6
59,1
13,6
11,4
2,3
100

Tabel 4.8 Distribusi Depresi pada Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SLTP
SMA
Perguruan Tinggi

Tidak
Depresi
n
1
7
1
2
0

%
16,7
26,9
16,7
40
0

Depresi
Ringan
n
4
17
3
0
1

%
66,6
65,4
50
0
100

Depresi
Berat
n
1
2
2
3
0

%
16,7
7,7
33,3
60
0

Total
n
6
26
6
5
1

%
100
100
100
100
100

Tabel 4.9 Hubungan Lama Tinggal di Panti dengan Depresi Pada Lanjut Usia di Rumoh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Lama Tinggal di
Panti
1-6
bulan
7-12
bulan
13-18 bulan
19-24 bulan
25-48 bulan
49-72 bulan
73-120 bulan
121-324 bulan

Tidak
Depresi
n
%
0
0
2
40
1
50
1
25
1
12,5
3
100
1
16,7
2
66,7

Depresi
Ringan
n
%
8
61,5
2
40
0
0
2
50
7
87,5
0
0
5
83,3
1
33,3

PEMBAHASAN
Hasil pengambilan data yang
dilakukan pada tanggal 20 September 2012
sampai 4 Oktober 2012 terhadap 44 orang
responden di Rumoh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
menunjukkan proporsi lanjut usia yang
mengalami depresi adalah 75%. Proporsi
depresi pada penelitian ini cukup tinggi
karena hampir sebagian besar merasa
diasingkan oleh keluarganya. Lanjut usia
tersebut masih memiliki anggota keluarga
yang lengkap tetapi keluarga mereka
jarang mengunjungi bahkan jarang
menghubungi lanjut usia tersebut selama
ini. Beberapa lanjut usia merupakan
pendatang dari luar Aceh yang tidak
memiliki sanak saudara sama sekali di
Aceh sedangkan anggota keluarga tidak
pernah memberikan kabar kepada lanjut
usia tersebut. Para lanjut usia pun mengaku
sering merasakan kebosanan menjalani
hari-hari di panti karena minimnya
kegiatan yang diadakan oleh pihak
pengelola panti tersebut. Lanjut usia
khususnya yang pria mengeluhkan mereka
merasa tidak berharga lagi karena tidak
dapat bekerja dan mencari nafkah seperti

Depresi
Berat
n
%
5
38,5
1
20
1
50
1
25
0
0
0
0
0
0
0
0

Total
n
13
5
2
4
8
3
6
3

%
100
100
100
100
100
100
100
100

p value

0,001

dulu. Hal ini sesuai dengan Nugroho


(2000) dan Stanley & Beare (2006) yang
menyebutkan bahwa lansia yang hidup
sendiri, telah kehilangan pasangan,
memiliki pasangan atau tidak punya anak,
berada jauh dari anak-anak (rantauan) akan
membuat lansia merasa kesepian, sendiri
dan tidak ada perhatian dari lingkungan
sehingga dapat mencetuskan depresi yang
juga dapat terjadi karena kesedihan,
kehilangan semangat, perasaan tidak
berharga, dan berbagai penyakit fisik.
Selain itu, Hsu (2009) menyebutkan
penempatan lanjut usia di panti jompo oleh
keluarga dapat menimbulkan reaksi negatif
berupa diasingkan, ketidakberdayaan,
kehilangan harapan, kesepian dan putusnya
hubungan
dengan
keluarga
yang
merupakan stressor paling potensial dalam
menimbulkan depresi.
Angka kejadian depresi penelitian ini
sebanding dengan gejala-gejala depresi
yang peneliti amati selama melakukan
pengambilan data. Hampir seluruh
responden penelitian khususnya lanjut usia
wanita sangat mudah bersedih ketika
peneliti menanyakan pertanyaan di
kuesioner dan responden pun mengaku

tidak terlalu berminat menjalankan


aktivitas yang ditetapkan oleh pihak panti
serta lebih memilih berdiam diri di wisma
saja. Namun, ada juga responden yang
bersemangat melakukan aktivitas di panti.
Peneliti mengasumsikan latar belakang
responden
masuk
ke
panti
juga
menentukan sikap dan prilaku responden
tersebut.
Depresi bukan merupakan bagian
alamiah dari suatu penuaan. Namun
seringkali depresi muncul sebagai akibat
dari interaksi penurunan kemampuan fisik,
psikis dan sosial dari seseorang (Kuntjoro,
2002). Depresi memiliki gejala-gejala yang
dapat mempengaruhi motivasi dan
aktivitas seorang yang berusia lanjut
(Elvira dan Hadisukanto, 2010). Pada
umumnya, lanjut usia yang mengalami
depresi cenderung melakukan aktivitas
hanya sebagai rutinitas, tanpa ada motivasi
positif untuk dirinya (Saputri dan Indrawati,
2010).
Setelah dilakukan analisis dengan uji
statistik Spearman, didapatkan p value
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan lama tinggal dengan
depresi pada lanjut usia di Rumoh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Kota Banda Aceh. Berdasarkan uji statistik
Spearman juga ditemukan koefisien
korelasi antara kedua variabel adalah
-0,467. Hal ini berarti kedua variabel
memiliki
hubungan
negatif
yang
menunjukkkan bahwa hubungan keduanya
bersifat keterbalikan, peningkatan variabel
yang satu diikuti dengan penurunan
variabel yang lain atau dapat dikatakan
semakin lama seseorang tinggal di panti
semakin rendah tingkat depresinya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Agustin dan Ulliya (2008) juga

menemukan bahwa angka kejadian depresi


menurun seiring dengan lama tinggal lanjut
usia di panti tersebut. Individu yang telah
tinggal lama di panti telah menyatu dengan
kegiatan-kegiatan di panti dan dapat
menikmati kegiatan tersebut. Penelitian ini
juga didukung oleh suatu penelitian yang
dilakukan oleh suatu penelitian yang
dilakukan oleh Jones et al. (2005) yang
menunjukkan hubungan negatif antara
lama tinggal di panti dengan depresi pada
lanjut usia dengan p value 0,046 yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan
antar lama tinggal di panti dengan depresi
pada lanjut usia.
Mubarak et al. (2006) menyebutkan
lanjut usia yang telah lama tinggal di panti
telah menyatu dengan kegiatan-kegiatan
yang diadakan dan dapat menikmati
kegiatan tersebut. Lanjut usia yang terlibat
dalam kegiatan-kegiatan di panti akan
merasakan dirinya masih berarti dan
memiliki peran sehingga kemungkinan
depresi akan lebih kecil. Lanjut usia yang
tinggal di panti karena sudah tidak
memiliki keluarga lagi akan merasakan
komunitas panti adalah keluarga barunya.
Namun jika keluarga masih ada sedangkan
lansia ditempatkan di panti perasaan
terisolasi akan lebih cepat mencetuskan
depresi. Perasaan terisolasi terjadi karena
lansia hidup sendiri, tersingkir dari
lingkungan keluarga.
Menurut Sulandari (2009), lokasi
tempat tinggal akan membawa berbagai
konsekuensi bagi para lanjut usia. Lanjut
usia yang telah menempati panti akan
berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru di panti jompo dan
kegagalan
penyesuaian
diri
akan
menimbulkan ketegangan jiwa, stres
bahkan depresi. Hal ini menuntut

kemampuan mereka untuk melakukan


penyesuaian diri.
Salah satu penyebab depresi pada
lanjut usia di panti jompo adalah
penyesuaian diri lanjut usia selama berada
di panti jompo yang sering dikaitkan
dengan lama tinggal di panti tersebut,
dimana masa-masa awal memasuki panti
jompo merupakan masa yang rentan
terhadap munculnya depresi karena lanjut
usia masih belum menyatu dengan
kegiatan-kegiatan dan suasana di panti
serta masih sangat terasa adanya
pemutusan dan berkurangnya komunikasi
dengan keluarga (Muhtar & Salim, 2010).
Hsu (2009) menyebutkan bahwa
lama tinggal merupakan salah satu stressor
utama dalam menimbulkan depresi pada
lanjut usia dan saling berinteraksi dengan
beberapa item lain yang dapat memicu
timbulnya depresi yakni keinginan untuk
tinggal di panti jompo, keinginan untuk
bertahan di panti jompo dan ekspektasi
lanjut usia terhadap tanggung jawab anak
di masa tua. Ketika lanjut usia ditempatkan
di panti jompo, ekspektasi lanjut usia
bahwa di masa tuanya akan dirawat oleh
anak-anaknya
tertolak
sehingga
menimbulkan berbagai macam respon
seperti reaksi negatif dan stres serta yang
dapat mempengaruhi keinginan untuk
tinggal dan bertahan di panti jompo
tersebut. Perasaaan stres dan reaksi negatif
yang menetap ditambah dengan kegagalan
adaptasi lanjut usia pada tahap awal
memasuki panti dapat menimbulkan
depresi pada lanjut usia tersebut.
Perubahan tempat tinggal lanjut usia
ketika berada di panti jompo menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar
untuk dapat menyikapi perubahan secara
tepat. Ketidakmampuan lansia beradaptasi

terhadap perubahan karena proses menua


dan tidak adekuatnya dukungan sosial yang
diterima lansia dari lingkungan sekitarnya
terutama dari lanjut usia lain yang berada
di panti jompo dapat menimbulkan
gangguan psikososial seperti perasaan
kehilangan, kesepian, depresi, sulit tidur
dan lain-lain (Wijayanti et al., 2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan di Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota
Banda Aceh, dapat disimpulkan :
1. Terdapat nilai statistik yang bermakna
antara hubungan lama tinggal di panti
dengan depresi pada lanjut usia dengan
p value 0,001 (p<0,05) dan kedua
variabel memiliki hubungan negatif
yang artinya semakin lama lanjut usia
tinggal di panti semakin rendah tingkat
depresinya.
2. Lanjut Usia di Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota
Banda Aceh 56,8% mengalami depresi
sedang dan 18,2% mengalami depresi
berat dan proporsi depresi penelitian ini
adalah 75%.
3. Berdasarkan umur, proporsi depresi
paling tinggi ditemukan pada kelompok
usia 75-90 tahun (old) sebesar 85,7%.
4. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi
depresi pada perempuan cukup tinggi
yakni sebesar 78,1%.
5. Berdasarkan
tingkat
pendidikan,
proporsi depresi pada lanjut usia dengan
tingkat pendidikan SLTP dan tidak
sekolah cukup tinggi sebesar 83,3%
dibandingkan
dengan
tingkat
pendidikan lain.
SARAN

Berdasarkan penelitian ini, hal-hal


yang dapat disarankan antara lain:
1. Diharapkan kepada pihak panti jompo
melalui perawat yang praktik lapangan
di panti tersebut dapat melakukan
penilaian Geriatric Depression Scale
secara berkala sebagai deteksi dini
apakah lanjut usia tersebut depresi atau
tidak untuk kemudian ditangani lebih
lanjut.
2. Kepada pihak panti jompo agar dapat
memberikan penyuluhan mengenai
kesehatan, keagamaan, kreativitas dan
motivasi kepada lanjut usia dengan
mendatangkan pihak yang berkompeten
di dalamnya agar lanjut usia dapat
segera menyatu dengan kegiatan di
panti dan lebih bersemangat dalam
menjalani hari-harinya di panti tersebut.
3. Diharapkan kepada pihak panti jompo
melalui departemen sosial dapat
mengadakan
pelayanan
kesehatan
terhadap kasus depresi yang ditemukan
mengingat
hasil
deteksi
awal
menunjukkan proporsi kasus depresi
yang cukup tinggi.
4. Kepada peneliti lain agar dapat meneliti
lebih lanjut hubungan kausal lama
tinggal di panti dengan depresi pada
lanjut usia yang berada di panti jompo.
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama proses penelitian dan penyusunan
artikel ilmiah ini penulis banyak mendapat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
terutama Ayahanda dan Ibunda tercinta.
Segenap penghargaan dan terima kasih
juga penulis ucapkan kepada dr. Emir
Abdullah, Sp.KJ dan dr. Farida, Sp.S
selaku dosen pembimbing dan dr. Nur
Astini, Sp.S, dr. Rina Hastuti Lubis, Sp.KJ,

dr. Subhan Rio Pamungkas, Sp.KJ selaku


dosen penguji serta kepada seluruh lanjut
usia Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng yang telah berpartisipasi pada
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, D and Ulliya, S. 2008. Perbedaan
Tingkat Depresi pada Lansia
Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Senam Bugar Lansia di Panti
Wredha Wening Wardoyo Ungaran.
KTI.
Elvira, S.D. and Hadisukanto, G. 2010.
Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit
FKUI. Jakarta.
Hsu, Y. 2009. A Cultural Psychosocial
Model for Depression in Elder Care
Institution : The Roles of Socially
Supportive
Activity
and
self
Transcendence. Dissertation. College
Of Nursing Arizona University.
Jones,
R.N.,
Marcantonio,
Rabbinowitz.
2005.
Prevalence and Correlates of
Recognized Depression in
U.S. Nursing Homes. Abstrak.
J Am Geriatr Social. 51(10):
1404-1409.

Kuntjoro, Z.S. 2002. Pendekatan dalam


Pelayanan Psikogeriatri. [online]
<http://www.epsikologi.com/epsi/arti
kel_detail.asp?id=179>
[diakses
pada 12 Juni 2012].
Martono, H and Pranaka, K. 2010. Buku
Ajar Boedhi-Darmojo: GERIATRI,

Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi


ke-4. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Mubarak, W.I, Santoso, B.A.,


Rozikin K., Patonah, S. 2006.
Ilmu Keperawatan Komunitas
2 : Teori dan Aplikasi dalam
Praktek dengan Pendekatan
Asuhan
Keperawatan
Komunitas,
Gerontik
dan
Keluarga. EGC. Jakarta.

Muhtar and AR, Salim. 2010. Pengaruh


Terapi Kerja Terhadap Penurunan
Tingkat Ketergantungan Pada Lansia
Depresi Yang Tinggal Di Panti Sosial
Tresna Werdha Meci Angi Bima. J.
Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).
I(3): 133-138.
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik.
EGC. Jakarta.
Sadock, B.J. and Sadock, V. A. 2010. Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-2.
EGC. Jakarta.
Saputri, M.A.W. and Indrawati, E.S. 2010.
Hubungan Antara Dukungan Sosial
dengan Depresi pada Lanjut Usia
yang Tinggal di Panti Wredha
Wening Wardoyo Jawa Tengah. KTI.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Schoever, R.A., Geerlings, M.I.,
Beekman,
A.T.F.,
Pennix,
B.W.J., Deeg, D.J., Jonker, C.,
et al. 2000. Association of
Depression and Gender with
Mortality in Old Age. Br J
Psychiatry. 177: 336-342.
[online]

<http://bjp.rcpsych.org/cgi/co
ntent/full/177/4/336>.
[diakses pada 12 Juni 2012].

Stanley, M. dan Beare, P.G. 2006. Buku


Ajar Keperawatan Gerontik. EGC.
Jakarta.
Steffens, D.C., Skoog, I., Norton, M.C.,
Hart, A.D., Tschanzs, J. T.,
Plassman, B. L., Wyse, B.W. 2005.
Prevalence of Depression and Its
Treatment In An Elderly Population.
Arch Gen Psychiatry. 57: 601-607.
Sulandari, S. 2009. Penyesuaian Diri Pada
Lansia Yang Tinggal Di Panti
Wredha.
Skripsi.
Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Wijayanti, R., Sahar, J. and Sutanto. 2010.
Hubungan
Antara
Dukungan
Keluarga Melalui Interaksi Sosial,
Upaya Penyediaan Transportasi,
Finansial
Dengan
Respon
Kehilangan Pada Lanjut Usia Desa
Pekaja Kabupaten Banyumas. Jurnal
Keperawatan Soedirman. 2(1): 1-10.
Wulandari, A.F.S. and Rahayu, R.A. 2011.
Kejadian dan Tingkat Depresi Pada
Lanjut Usia: Studi Perbandingan Di
Panti Wreda & Komunitas. KTI.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Yip, S.F. and Lee, T.S. 2002. Depression
among Elderly and Postpartum
Women. In: Maj and Sartorius (eds)
Depressive Disorder. John Wiley and
Sons. England. p. 75-77.

Anda mungkin juga menyukai