Abstrak
Tujuan
Sebuah penelitian radiografi dalam hubungan antara merokok tembakau dan kalkulus
subgingiva yang dilakukan pada populasi orang dewasa, yaitu 48 orang perokok, 57 orang
mantan perokok, dan 125 orang bukan perokok.
Hasil
Prevalensi keseluruhan individu menunjukkan setidaknya satu kalkulus subgingival
positif sebesar 43%, berkisar dari 15% di usia 20-34 tahun sampai 72% pada usia 50-69 tahun.
Prevalensi masing-masing antara perokok, mantan perokok, dan bukan perokok adalah 71%,
53%, dan 28%. Perbedaan antara kelompok merokok secara statistik signifikan (p<0.001).Ratarata jumlah kalkulus subgingival antara perokok, mantan perokok, dan bukan perokok adalah
3.4, 1.2, dan 0.6 pada masing-masing orang atau dinyatakan dalam proporsi rata-rata, yaitu 6.2%,
2.4%, dan 1,1%. Hubungan antara merokok dan penumpukan kalkulus subgingiva secara
statistik
signifikan
(p<0.001).Penumpukan
kalkulus
subgingival
meningkat
dengan
Kesimpulan
Pengamatan pada orang dewasa secara dental menunjukkan dampak yang kuat dan
independen antara merokok tembakau pada deposisi kalkulus subgingival.
Kata kunci
Kalsifikasi, kalkulus, penyakit periodontal, merokok, tembakau.
Dalam
tingkat
komunikasi
sebelumnya
kalkulus
supragingiva
pada
perokok
dibandingkan dengan bukan perokok dan mantan perokok dalam populasi orang dewasa telah
dilaporkan (Bergstorm 1999).Concordant dengan beberapa temuan klinis dan epidemiologi
sebelumnya di berbagai populasi (Pindborg 1949, Alexander 1970, Ainamo 1971, Sheiham 1971,
Anerud et al. 1991), pengamatan menunjukkan peningkatan deposisi kalkulus supragingiva.Di
masa lalu, hanya beberapa studi yang telah meneliti hubungan antara merokok dan kalkulus
subgingiva.Meskipun dari beberapa penelitian ini secara tegas tidak dipisahkan antara kalkulus
supragingiva dan subgingiva, tapi sebagian besar penelitian ini menunjukkan hubungan positif
antara kalkulus subgingiva dan merokok (Pindborg 1949, Alexander 1970, Anerud et al. 1991,
Linden & Mullally 1994).Pembentukan kalkulus subgingiva dikaitkan dengan dan mungkin
memiliki konsekuensi terjadinya inflamasi kronis penyakit periodontal (Christersson et al. 1992).
Karena secara umum disepakati bahwa merokok berhubungan dengan peningkatan angka
morbiditas periodontal, hal ini mungkin sebelumnya dianggap bahwa merokok akan
dihubungkan pada kalkulus subgingiva juga. Dalam sebuah penelitian terbaru pasien dengan
penyakit periodontal, namun, dilaporkan bahwa kalkulus subgingiva, meskipun semakin
meningkatnya prevalensi dengan meningkatnya keparahan penyakit, berbanding terbalik dengan
merokok (Martinez-Canut et al. 1999).Dengan demikian, tampaknya ada beberapa kontroversi
mengenai peran merokok pada deposisi kalkulus subgingiva.Dalam rangka untuk lebih
menjelaskan apakah merokok atau tidak merokok dikaitkan dengan risiko peningkatan deposisi
kalkulus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan prevalensi dan tingkat
keparahan kalkulus subgingiva pada populasi yang dijelaskan sebelumnya.Maka didapatkan
hipotesis bahwa merokok, terlepas dari status penyakit periodontal, dapat meningkatkan deposisi
kalkulus subgingiva sehingga menyebabkan plak subgingiva bertanggung jawab atas terjadinya
kalsifikasi.
kesehatan mulut juga memiliki standar yang tinggi sepoerti yang terlihat dari, misalnya sejumlah
besar gigi dipertahankan dan kehilangan tulang minimum (Eliasson & Bergstrom 1997). Ratarata jumlah gigi yang dipertahankan adalah 28.4 mulai dari usia 18 sampai 32 tahum. Selain itu,
pada usia 50 tahun dan lebih jumlah gigi yang tersisa tinggi, rata-rata menjadi 26.6.
Fraksi untuk masing-masing perokok, mantan perokok dan bukan perokok adalah 20%,
23%, dan 52%, sedangkan pada 5% (n=12) informasi tentang merokok hilang. Fraksi terakhir ini
merupakan pengecualian.Distribusi frekuensi populasi penelitian menurut umur, jenis kelamin,
dan merokok disajikan pada Tabel 1.Penilaian merokok selama hidupnya antara perokok dan
mantan perokok dinyatakan dalam hal konsumsi rokok (rokok yang dihisap per hari), lama
merokok (berapa tahun merokok), dan paparan yang terkena seumur hidup, yaitu produk
konsumsi dan durasi (rokok-tahun). Rata-rata konsumsi, durasi dan seumur hidup paparan
perokok adalah 13,8 (7,2) batang/ per hari, 20,4 (12.8) tahun dan 299,3 (260,9) rokok-tahun,
masing-masing, dan paparan sebelumnya mantan perokok 15,6 (8,6) batang / hari, 12,8 (9,4 )
tahun, dan 238,9 (225,85) rokok-tahun, masing-masing. Mantan perokok telah berhenti merokok
pada rata-rata 12,8 (9.1) tahun. Distribusi perokok dan mantan perokok disajikan pada Tabel 2.
Rata-rata jumlah gigi yang dipertahankan pada perokok, mantan perokok, dan bukan perokok
adalah 28.0 (2,5), 27,8 (2,8), dan 28,7 (2,6). Studi ini disetujui oleh komite etika lokal Karolinska
Institutet, Huddinge, Swedia.
Penilaian
Analisis dilakukan pada 242 orang menggunakan radiografi set lengkap termasuk 16
proyeksi intraoral, proyeksi lima gigi anterior dan empat gigi posterior rahang atas, dan proyeksi
tiga gigi anterior dan empat gigi posterior rahang bawah, dan memberikan gambaran yang jelas
kalkulus subgingiva. Radiografi yang diambil sesuai dengan standar teknik paralel dan teknik
jarak jauh dan film-film (Kodak Ekta Kecepatan E, Chalon-Sur-Saone, Prancis) diproses sesuai
dengan instruksi dari pabriknya di Departemen Oral Radiologi, Karolinska Institutet, Huddinge,
Swedia.
Kalkulus subgingiva dinilai pada permukaan akar mesial dan distal dengan bantuan meja
cahaya dan penampil yang memungkinkan 2 pembesaran.Semua gigi kecuali gigi molar tiga
yang dinilai menurut ada atau tidak adanya kalkulus subgingiva, di mana skor 0 menunjukkan
tidak ada deposito radiopak terlihat dan skor 1 deposit radiopak jelas terlihat.Setiap deposito
radiopak pada permukaan akar apikal ke cemento-enamel junction dianggap, sedangkan deposito
dari koronal ke cemento-enamel junctio diabaikan. Tingkat keparahan kalkulus subgingival
dalam diri individu, ditandai dengan penumpukan kalkulus subgingiva, dinyatakan sebagai (1)
frekuensi absolut tempat yangterkena dan (2) frekuensi tempat yang terkena dampak sebagai
persentase dari semua tempat yang berisiko. Penilaian dilakukan tanpa melihat status merokok
individu.
Kalkulus supragingiva dinilai pada dua sisi permukaanyaitu permukaan lingual gigi
mandibular anterior dan permukaan vestibular dari premolar rahang atas dan gigi molar seperti
yang dijelaskan sebelumnya (Bergstrom 1999).Terjadinya deposito di masing-masing daerah
dinilai dengan pemeriksaan klinis dan aritmatika di empat daerah membentuk kalkulus
supragingiva menunjukkan skor individu.Plak supragingiva dinilai sesuai dengan indeks plak
dari Silness & LOE (1964). Penilaian dilakukan pada semua sisi bukal, distal, lingual, mesial
dengan pewarnaan Erythosin pada permukaan gigi individu. Rata-rata dari semua penilaian
membentuk indeks plak individu.Inflamasi gingiva dinilai menurut indeks gingiva LOE &Silness
(1963). Margin gingiva sepanjang bukal, distal, lingual, dan aspek mesial dari semua gigi dinilai
dan rata-rata semua penilaian membentuk indeks gingiva individu. Kedalaman probing
periodontal dan ketinnggiantulang dinilai berdasarkan semua gigi seperti yang dijelaskan di
tempat lain (Bergstrom & Eliasson 1986, Eliasson & Bergstrom 1997, Bergstrom et al. 2000a, b).
Tabel 1: penelitian populasi berdasarkan umur, jenis kelamin dan merokok
UMU
R
20-34
35-49
50-69
Total
Peroko
Mantan
Bukan
Lain
Tota
Peroko
peroko
-lain
Pria
Wanit
12
13
14
39
a
3
5
1
9
k
Pria
Wanit
6
13
25
44
a
7
4
2
13
k
Pria
Wanit
39
26
26
91
a
19
11
4
34
Pria
Wanit
3
6
2
11
a
1
0
0
1
pria
wanit
60
58
67
185
a
30
20
7
57
Durasi (tahun)
)
ringan
Berat
ringan
rang
rang
Perokok
e
1-10
Mantan
1
2
perokok
Total
4
4
berat
Berat
Status
merokok
rang
Rang
Range
Range
e
12-
e
2-10
e
11-50 25
2-200
23
225-980
2-10
7
3
30
15-
4
3
1-10
4
2
12-40 33
4-200
21
225-1050
0
5
40
12-
2
4
1-10
4
5
1-10
11-50 58
2-200
44
225-1050
40
Statistik
Data disajikan dari rata-rata buah data dan 95% confidence interval (CI) atau standard
eror dari rata-rata buah data (SEM). Signifikansi statistic beda antara kelompok diuji menurut
Kruskal-Wallis. Variabel dengan distribusi non-normal log yang dirubah.Penyatuan mungkin
dijalankan bersama-sama dengan individu perokok sebagai co-variabel dalam dua faktor. Post
hoc beberapa perbandingan dilakukan sesuai uji Scheffe. Untuk proporsi, signifikansi
diuji dengan menggunakan X2- yang distribusinya dengan penerapan koreksi Yates di tempat
yang telah ditentukan.Tes multivariate dilakukan dengan menggunakan linier berganda dan
beberapa analisis logistic regresi.Logistik regresi dilakukan dengan beban kalkulus subgingival
sebagai variable respon dependen, berubah menjadi variable dikotomis dengan nilai lebih besar
dari 0 dicatat 1, yang lain 0.Risiko relative diperkirakan dari odds ratio (OR) dan 95%
confidence interval (CI). Ketika termasuk dalam multivariat model logistik, kalkulus
supragingiva telah dicatat sebanyak (n=168) atau sedikitnya (n=71); poket periodontal (n=146)
atau sedikitnya (N=82); penurunan tulang alveolar (<82.0%, n=59) atau paling banyak (>82.0%,
n=170); indeks gingival rendah (0,07-0,49, n=71), menengah (0,50-0,97, n=85), dantinggi (1,002,00, n=71); plak indeks rendah (0,05-0,64, n=81), menengah (0,65-0,89, n=78), dan tinggi
(0,90-2,00, n=69). Usia kelompok menurut Tabel 1. Individu perokok yang dikelompokkan (1) 110 batang/hari (n=44) dan (2) >10 batang/hari (n=57); durasi merokok menurut (1) 1-10 tahun
(n=46) dan (2) >10 tahun (n=58); dan merokok selamahi dupnya (1) 1-200 rokok/tahun (n=58)
dan (2) >200 rokok/tahun (n544). Dalam regresi linear, pendekatan terhadap rokok menjadi dua
model variabel, saat ini merokok, perokok dibandingkan dengan mantan perokok dan nonperokok, dan mantan merokok, yaitu mantan perokok dibandingkan perokok dan non-perokok.
Kesalahan Pengukuran
Penilaian radiografi secara independen dilakukan oleh dua pengamat, setiap pengamat
menilai jumlah individu dan dirahasiakan mengenaistatus perokok individu.Kesepakatan antarpengamat menyepakati uji menurut Pearsoproduk-korelasi moment. Koefisien korelasi r= 0.93
dan p = 0.000. Antar-pengamat telah menguji reproduktifitas kedalam 25 orang yang dipilih
secara acak dan diperkirakan dari salinan pengukuran dalam jangka waktu 2 hari.Reproduktifitas
itu dicatat sebagai presisi (s), yaitu standar deviasi pengukuran tunggal, menurut di dimana
perbedaan antara salinan dan n jumlah salinan. Estimasi presisi mengacu pada pengukuran
tunggal beban kalkulus subgingiva s1=0.9 dan s2=0.1 untuk dua pengamat, masing-masing.
Karena masing-masing individu diwakili oleh dua pengamat 'pembaca, presisi mengacu pada
rata-rata tunggal s3=0.6. Ketepatan yang berkaitan dengan kelompok berarti (sm) adalah urutan
0,05-0,10. Hal ini menyimpulkan bahwa pengaruh pengukuran kesalahan pada kelompok berarti
diabaikan.
Hasil
Prevalensi
Bukti radiografi menunjukkan prevalensi kalkulus subgingival pada tiap individu, satu
atau lebih pada daerah proksimal sebanyak 43% untuk total populasi, meningkat dari 15% pada
usia 20-34 tahun sampai 72% pada usia 50-69 tahun (Gbr. 1). Secara statistik ada peningkatan
signifikan dilihat dari usia (X2=62.1, p=0.000).
Prevalensi perokok yang masih aktif adalah 71% sedangkan pada mantan perokok adalah
53% dan 28% pada golongan tidak merokok (Gbr. 2). Secara statistik terdapat perbedaan yang
signifikan diantara kelompok perokok (X 2=28.3, p=0.000). Secara statistik ada perbedaan
signifikan yang spesifik antara perokok aktif dan bukan perokok, serta mantan perokok dan
bukan perokok (Yates X2=24.4, p=0.000 dan 9.1, p=0.002). Perbedaan antara perokok aktif dan
mantan perokok hampir signifikan (Yates 'X 2=2.9, p=0.087). Prevalensi secara signifikan
didominasi oleh perokok aktif dan hal ini berlaku pada semua golongan usia. Prevalensi lebih
tinggi pada perokok berat dari pada perokok ringan dalam hal durasi merokok. Hal ini terbukti
benar untuk perokok saat ini saja (Yates X2=5.7, p=0.017 dan 4.2, p=0.041) serta untuk perokok
dan mantan perokok bila digabungkan (Yates X2=17.0, p=0.000 dan 9.0, p=0.003).
Tingkat Keparahan
Distribusi frekuensi setiap individu berdasarkan jumlah kalkulus subgingival miring ke
kiri, hal ini menunjukkan hubungan antara penurunan frekuensi dengan meningkatnya jumlah.
Dengan pengecualian terdapat satu orang yang menunjukkan gejala ekstrem yang mencapai
angka 50, frekuensi maksimum pada lokasi yang terinfeksi per orang adalah 11. Hanya 14 orang
(5%) menunjukkan lebih dari enam (10%) lokasi yang terinfeksi. Secara keseluruhan rata-rata
jumlah kalkulus subgingival adalah 1,4 (2,5%) lokasi yang terinfeksi per orang, meningkat
dengan usia dari 0,3 (0,5%) di usia 20-34 tahun menjadi 2,3 (4,4%) di usia 50-69 tahun (Gambar.
3). Jenis Kelamin secara statistik tidak terlalu penting dikaitkan dengan jumlah kalkulus
subgingiva saat usia ditentukan.
Gambar 2. Prevalensi (%) menurut individu dengan kalkulus subgingiva menurut status
merokok.
Gambar 3. Jumlah kalkulus subgingival (n) dan proporsi (%) dari lokasi terinfeksi. Rata-rata dan
SEM usia.
Rata-rata jumlah kalkulus subgingival pada perokok aktif adalah 3,4 (6,2%) lokasi yang
terinfeksi per orang, 1,2 (2,4%) untuk mantan perokok, dan 0,6 (1,1%) untuk bukan perokok
(Gbr. 4). Hubungan tetap penting secara statistik ketika umur ditentukan (F(2,2) =24,1 dan 32,8,
masing-masing, p=0.000). Selanjutnya, hubungan antara merokok dan jumlah kalkulus
subgingiva tetap penting secara statistik ketika mengendalikan pengaruh faktor penting lainnya,
satu per satu, seperti indeks gingiva, tinggi tulang periodontal, poket periodontal, indeks plak,
atau kalkulus supragingival kedalam dua faktor.
Jumlah kalkulus subgingival (n) dan proporsi (%) dari lokasi yang terinfeksi.
Rata-rata dan SEM oleh status merokok
Jumlah kalkulus subgingival (n) dan proporsi (%) dari lokasi yang terkena dampak.
Usia rata-rata disesuaikan dan SEM oleh konsumsi rokok
Tabel 3.Analisis regresi berganda dengan beban kalkulus subgingival sebagai variable dependen.
R2=0.43
Tabel 4. Jumlah kalkulus subgingival (n) dan proporsi (%) dari lokasi yang terinfeksi. Rata-rata
usia yang disesuaikan dan SEM pada perokok.
rokok 15-20 batang/hari selama 15-20 tahun akan meningkat 15-20 kali lipat mendapat risiko
kalkulus subgingival setelah penyesuaian usia yang mungkin telah dilakukan.
Diskusi
Prevalensikalkulus subgingivalpada populasiindividuyang peduli pada kesehatan gigi dan
mulutadalah43% menunjukkan bahwamayoritas individu tidak memiliki kalkulus.Nilai
bebankalkulussubgingival hanya 5 % yang memiliki nilai lebih dari enam(10%), menunjukkan
bahwa tingkat keparahan masing-masing individu adalah rendah sampai sedang.Radiografi
digunakan untuk mendeteksi kalkulus dariujung akarapikalkecemento-enamel junctionyang
mungkin tidakterlihat klinis.Seiring denganretraksiperiodontaldanreduksiketinggian tulang
alveolar yang disebabkan oleh pertambahanusia dan/atau perjalanan penyakit, pada gusi yang
menempel padaakar mungkindapatterbuka danbeberapadiantaranya terdapat deposit plak,
penilaianradiografidapatmenunjukan sebagaikalkulus subgingivallokalisata mungkin secara
klinis kalkulussupragingival lokalisata, demikian pula sebaliknya.Penilaian klinistidak
dilakukansecara paralel dengan radiografi sehingga terjadi keambiguan antarakalkulus
subgingivaldankalkulussupragingiva mungkin tidak dimungkinkan untuk dinilai.Namun,
karenakalkulussupragingivadimasukankedalamperhitungan,
setiapfaktor
initidakmemengaruhiperbandingan
pengganggu
antarakelompokperokok.Sedikit
ketidakpastianuntukkalkuluslokalisata,tidak
akan
mempengaruhiperbandingan
meskipun
kalkulus
Corbett&Dawes,1998),
diremehkan/
tidak
subginggival
sehingga
predominan
penggunaan
diterima.
hasil
di
proksimal(Anerud
etal.,1991,
penilaianradiografisajapasti
Bagaimanapun,sistematika
tersebut
akan
tidak
tertera
dalam
penelitian
sebelumnyamenunjukanbahwamerokok
pada
denganmerokok.
penelitian
ini
terjadipeningkatan
kadarkalkulussubgingivalberkaitan
Bersamaandengantemuansebelumnyadiberbagai
Alexander1970,
Ainamo1971,
Sheiham1971,
populasi(Pindborg
Anerudetal.
1949,
1991)sertayang
parahpada
perokok(Bergstrom&Floderus-Myrhed
1983,
Bergstrom1989,
Haber&Kent1992, Haberetal. 1993, Bergstrom&Preber1994, Grossietal. 1994, 1995, MartinezCanut etal. 1995, Bergstrometal. 2000a, b). efekdarimerokokkemungkinanfaktor presdiposisi
yang menyebabkanperadangan ginggiva, menimbulkan poket periodontal, penurunan tulang
alveolar, plaksupragingivadankalkulus supragingivadan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian,efek yang diamatidarimerokokadalah fokus padakeparahan penyakitdankondisi
kebersihan
mulut.
Pendapatini
adalahselanjutnya
didukungolehpengamatan
tambahan
yang
sama,berhenti
merokoktampaknyadapat
mengembalikkanefekseperti
adahipotesis
dasar
kalkulusgigikarenamerokok,
yangmenjelaskan
mekanismedeposisi
sepertihipotesismenjelasankategori
dari
dan
fosforyang
dalamplakataubiofilm
di
berasaldaricairan
subgingival(White,
crevikular
1997).
gingiva
yangdiserap
Proseskalsifikasibiofilm
ke
merupakan
karenakebanyakan
studisetuju
bahwaflora
mikro
subgingival
berhubungan
denganmerokok(Preber etal. 1992, 1995, Stoltenbergetal. 1993, Bostrometal. 1998, 1999, 2001,
Renvertetal.
1998).Merokokakanmemengaruhiproseskalsifikasidengan
menggangguflora
Bergstrom1990,
2002).Penekanan
Perssonetal.
cairan
1999,
crevicular
pembersihandanmemperpanjangwaktu
Bergstrom&Bostrom2001,
di
gingiva,
Rezavandietal.
menghambat
kontakantaracairandanpermukaan
proses
akaryang
gingivaatau
poketperiodontal.
Selanjutnya,
dapat
risiko
utamauntuk
terjadinyakalsifikasiektopikdan
penyakit
alveolar,
dan
banyak
faktor
regulasi
osteogenic
dalampembentukan
deposisidan
resorpsi
mineral(Demer
peradangandiperkirakanmemilikiperandalam
bahwaFaktor-a
2002).
Selain
regulasivaskularkalsifikasi.
nekrosistumor(TNF-a),
danbeberapa
itu,
Dilaporkan
faktorpelarutterlibat
-1dan-6,
dan(TNF)-a
yang
adaketika
penelitian
sebelumnya
mengenaipeningkatan
kadarTNF-a
pada
cairancrevikular
pasienperokok yang menyebabkan pembentukan tulang yang tidak adekuat selama perawatan
Merokokbertindak
menghasilkaneksudatsulkus
selularpada
denganelemen
permukaanakargigi.Dengan
subgingivalyang
diamati
sebagai
pencetusmediatorperadanganuntuk
tertentuyang
meningkatkankalsifikasidaribahan
demikian,
padaperokok
jumlahpeningkatankalsifikasi
menjadi
tahap
kalkulus
dariresorpsi
menunjukkanhubungan
meliputipengaruhusia,
Hubungankemungkinan
dibawaolehmerokok
ini
besar
tembakau.Penelitian
kuatantara
kebersihan
merokokdandeposis
mulutdanperiodontalmorbiditas.
mencerminkanresikoumumuntukkalsifikasiyang
ini
dibutuhkan
penelitian
lebih
lanjutke