Oleh:
Dyah Ayu Kusumawarddhani
I1A010048
Pembimbing:
dr. Agung A.W, Sp B (K) BD
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Umur
Alamat
MRS
: Tn. A
: 23 tahun
: sekumpul, martapura
: 8 Januari 2014
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Sejak 1 hari SMRS pasien
mengeluh nyeri perut kanan
bawah. Keluhan diawali nyeri di
ulu hati kemudian berpindah ke
perut kanan bawah. Mual (+),
muntah (+), demam (+) sejak 1
minggu SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
PEMERIKSAAN FISIK
Nadi
RR
96x /menit
25 kali/menit
Suhu
36,5
C
Tensi
120/80
GCS
1-1-1
PEMERIKSAAN FISIK
Telinga
: Bentuk normal dan simetris,
deformitas (-)
Hidung
PEMERIKSAAN FISIK
Thorak
tunggal,
8
PEMERIKSAAN FISIK
10
Eksremitas
lokalis
Bawah : Bentuk
normal,
simetris,
akral hangat,
bebas, parese
pergerakan
(-), edema (-)
11
RT :
TSA kuat (+)
Massa (-)
Mukosa licin (-)
Nyeri tekan (-)
Darah (-)
feses (-)
12
Alvarado score
Appendiksitis
pain 2
Lekositosis (>10
ribu) 2
Vomitus
1
Anoreksia
1
rebound Tendenees Fenomen
1
Febris
Diagnosa
13
Appendicitis Akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
14,0 g/dl
Lekosit
18.800/mm3
Eritrosit
4.80 juta/ul
Trombosit
GDS
SGOT/SGPT
138.000/mm3
115 mg/dl
53/36 U/I
Ur/cr
22/0,6 mg/dl
APTT
26,1 detik
15
Urinalisa
Warna-kekeruhan
Ph
Keton
Urobilinogen
Sedimen
Leukosit
eritrosit
Silinder
Epitel
Bakteri
Kristal
Lain-lain
Kuning-jernih
0-1
0-1
Negatif
1+
Negative
Negative
Negative
16
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 TPM
Inj ceftriaxon
Inj ranitidin
Konsul bedah digestif :
Pro appendectomy cito
Laboratorium darah, urin
Thorax PA
17
RONTGEN THORAKS
Appendicitis
18
Definisi
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering.
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan
pernanahan
19
Etiologi :
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses
radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus
diantaranya Hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing
askaris yang menyumbat.
20
Epidemiologi
insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun
secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap
100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan,
yaitu Negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut
data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada
pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an,
sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa.
21
Faktor resiko
1. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab
lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang
disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut
diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65%
pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus
apendisitis akut dengan rupture.
2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.
Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.
22
3. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang
mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan
dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi
dari Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi
serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke
pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.
5. Faktor infeksi saluran pernapasan
Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza
dan pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena
penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan
apendisitis
23
GEJALA KLINIS :
1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian
menjalar ke perut kanan bawah. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang
berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
2. Muntah dan mual oleh karena nyeri viseral. Nutrisi kurang dan volume cairan
yang kurang dari kebutuhan juga berpengaruh dengan terjadinya mual dan
muntah.
3. Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat (karena kuman yang menetap di dinding
usus).
4. Rasa sakit hilang timbul
5. Diare atau konstipasi
6. Tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika diluruskan
7. Perut kembung
8. Hasil pemeriksaan leukosit meningkat 10.000 - 12.000 /ui dan 13.000/ui bila
sudah terjadi perforasi
9. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak
sakit, menghindarkan pergerakan.
24
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1.
Anamnesa
a.
Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar ke titik
McBurney).
b.
Muntah (rangsang visceral)
c.
Panas (infeksi akut)
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Status generalis
Tampak kesakitan
Demam (37,7 oC)
Perbedaan suhu rektal > oC
Fleksi ringan art coxae dextra
25
b.
Status lokali
c.
Defenmuskuler (+) m. Rectus abdomini
d.
Rovsing sign (+) pada penekanan perut bagian kontra McBurney
(kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang
peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan
menggerakkan peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang
sehingga terasa nyeri.
e.
Psoas sign (+) m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik
McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium
sekitar app yang juga meradang
F. Obturator sign (+) fleksi dan endorotasi articulatio costa pada
posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus,
artinya appendiks di pelvis
g.
Tanda-tanda peritonitis
26
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hb normal
Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya
leukositosis, >10,000/mm3)
Hitung jenis: segmen lebih banyak
LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)
b. Rongent: appendicogram Hasil positif berupa:
Non-fillin
Partial fillin
Mouse tail
Cut of
27
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Laboratorium, terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test
protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%,
sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
2. Radiologi, terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan.
Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan
apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta
adanya pelebaran sekum.
28
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
1. Sebelum operasi
Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
Rehidrasi
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka
pembuluh pembuluh darah perifer diberikan
setelah rehidrasi tercapai.
Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
Apendiktomi.
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.
Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses
mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila
abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3. Pasca operasi
Observasi TTV.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.
Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi
usus kembali normal.
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 230
menit.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
29
Komplikasi
Komplikasi paling sering dari appendicitis adalah
perforasi (pelubangan). Perforasi dari appendix dapat
menjurus pada bisul nanah periappendiceal (koleksi
dari nanah yang terinfeksi) atau diffuse peritonitis
(infeksi dari seluruh lapisan perut dan pelvis). Alasan
utama untuk perforasi appendiceal adalah penundaan
dalam diagnosis dan perawatan. Pada umumnya,
lebih lama penundaan antara diagnosis dan operasi,
lebih mungkin perforasinya. Risiko perforasi 36 jam
setelah timbulnya gejala adalah paling sedikit 15%.
TERIMAKASIH
30 30