Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian Reaksi Redoks

Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks,
reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator
dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus
bersifat reduktor atau sebaliknya (Hamdani, S: 2011).
Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi antara analit dan titran. Analit yang
mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya.
Berbagai reaksi redoks data digunakan sebagai dasar reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II),
Fe2+ dalam analit dengan menggunakan titran larutan standar cesium(IV), Ce4+ yang mengikuti
persamaan reaksi

Fe2+ + Ce4+

Fe3+ + Ce3+

Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat
sebagai oksidator atau reduktor. Sepertinya akan menjadi tidak mungkin bisa mengaplikasikan titrasi
redoks tanpa melakukan penyetaraan reaksinya dulu. Selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel
volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai
semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah. Perlu diingat dari
penyetaraan reaksi kita akan mendapatkan harga equivalen tiap senyawa untuk perhitungan (Hamdani,
S: 2011).
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat kurva titrasi antara
potensial larutan dengan volume titrant (potensiomteri), atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan
memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang
banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan
oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat (Hamdani, S: 2011).
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun
organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat
menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga
dapat dilakukan dengan menggunakan indicator (Hamdani, S: 2011).
B.

Macam-macam Titrasi Redoks

Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal
beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.

1.

Iodimetri dan Iodometri

Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung), dan iodometri (cara
tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan dalam iodometri ion
iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi
didasarkan adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium
yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat distandarisasi dengan
kalium dikromat atau kalium iodidat. Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang
kemurniannya tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku
yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara
penimbangan zat secara seksama yang digunakan untuk standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif
stabil. Selain itu, pembakuan juga bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu
larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer, karena
sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis (Khopkar, 1990).
Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012) mengatakan syarat-syarat larutan baku primer
yaitu :
Mudah diperoleh dalam bentuk murni
Mudah dikeringkan
Stabil
Memiliki massa molar yang besar
Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dicapai dasr perhitungan.
Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan natrium
tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini
I2 + 2 e 2 I- Eo = + 0,535 volt
Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna merah pada
larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat diikuti dengan menggunaka indikator
amilosa atau amilopektin.
Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri. Namun
titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana larutan tersebut diubah
menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak
langsung disebut dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin, indikator
carbon tetraklorida juga digunakan yang berwarna ungu jika mengandung iodine.
Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012), larutan standar yang digunakan dalam
kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.
Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat.

2. Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium permanganat.
Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun dalam suasana basa. Dalam suasana
asam, kalium permanganat akan tereduksi menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :
MnO4- + 8 H+ + 5 e Mn2+ + 4 H2O
Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya, maka berat
ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau 31,606.
Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat cukup
baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna,
indikator tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita pergunakan encer, maka
penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang dapat dipergunakan seperti feroin, asam
N-fenil antranilat.
Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin C
(asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama, sampel ditimbang
seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2),
selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer sebanyak 10 mL. Titrasi dengan
iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan kanji atau amilosa (Steven, 2012).
3.

Dikromatometri

Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator.
Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat
merupakan standar primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi(II) dalam
asam klorida (Zulfikar, 2010).
4.

Serimetri

Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk zat uji yang bersifat
reduktor.
Contoh : Titrasi zat uji yang mengandung ion ferro.
Prinsip :
Larutan zat uji dalam suasana asam dititrasi dengan larutan baku serium sulfat (Ce(SO4)2).

Reaksi :

(untuk zat uji yang mengandung ion ferro)

Fe2+

Ce4+ + e

Fe2+ + Ce4+

Fe3+ + e oksidasi

Ce3+ reduksi

Fe3+ + Ce3+ redoks

Reaksi yang terjadi :

Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah dari merah menjadi biru pucat.

Titrasi dilakukan dalam suasana asam , karena pada kebasaan yang relatif rendah mudah terjadi hidrolisis
dari garam serium (IV) sulfat menjadi serium hidroksida yang mengendap, oleh karena itu titrasi harus
dilakukan pada media asam kuat.

kebaikan serium sulfat:


Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung dari cahaya dan pada pendidihan
yang terlalu lama tidak mengalami perubahan konsentrasi.
Reaksi ion serium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam memberikan perubahan valensi yang
sederhana (valensinya satu) Ce4+ + e Ce3+ sehingga berat ekivalennya adalah sama dengan berat
molekulnya.
Merupakan oksidator yang baik sehingga semua senyawa yang dapat ditetapkan dengan kalium
permanganat dapat ditetapkan dengan serium (IV) sulfat.
Kurang berwarna sehingga tidak mengkaburkan pengamatan titik akhir dengan indikator.
Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang mengandung klorida dalam konsentrasi tinggi.

keburukan serium sulfat:

Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil karena terjadi reduksi oleh
asam dan terjadi pelepasan klorin (Zulfikar, 2010).
5.

Nitrimetri

Metode Nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa organik,
khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil
amina primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi
ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah
ini :

NaNO2 + HCl NaCl + HONO

Ar- NH2 + HONO + HCl Ar-N2Cl + H2O

Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentu mudah tergedradasi
membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi
diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.

Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai
menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.

Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari pasta kanji iodide atau kertas
iodida sebagai indicator luar.

Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat
berekasi dengan yodida yang ada dalam pasta kanji atas kertas, reaksi ini akan mengubah yodida menjadi
iodine diikuti dengan perubahan warna menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan setelah larutan
didiamkan selama beberapa menit. Reaksi perubahan warna yang dijadikan infikator dalam titrasi ini
adalah :

KI +HCl KCl + HI

2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + H2O

I2 + Kanji yod (biru)

Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropiolin dan metilen blue sebagai
indikator dalam larutan. Titik akhir titrasi juga dapat ditentukan dengan teknik potensiometri
menggunakan platina sebagai indikator elektroda dan saturated calomel elektroda sebagai elektroda acuan
(Zulfikar, 2010).
6.

Bromometri dan Bromatometri

Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkanreaksi reduksi-oksidasi dimana proses


titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak
langsung dengan menambahkan bromine berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan titrasi
secara langsung karena proses titrasi berjalan cepat.

Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi oksidasi dari ion bromat
( BrO3 ).

BrO3 + 6 H + 6 e

->

Br + 3 H2O

Dari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen samasengan 1/6 gram molekul. Disini
dibutuhkan lingkungan asam karenakepekatan ion H+ berpengharuh terhadap perubahan ion bromat
menjadi ion bromida.

Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem menunjukkan bahwa kalium bromat adalah
oksidator yang kuat. Hanya saja kecepatanreaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini
titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat.

Seperti yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion bromide selama titrasi. Adanya
sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromide bereaksi dengan ion
bromat

BrO3 + 6 H + 5 Br

->

3Br2 + 3 H

Bromine yang dilepaskan akan merubah larutan menjadi warna kuningpucat. Warna ini sangat lemah
sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Bromine yang dilepaskan tidak stabil karena
mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap. Karena itu penetapan harus dilakukan pada
suhu serendah mungkin, serta labu yang dipakai harus ditutup.

Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam berjalam cepat, maka titrasi
dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir titrasi ditunjukkan denghan munculnya warna bromine
dalam larutan.Tetapi jika reaksi antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan lambat, maka
dilakukan titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan bromine yang berlebih dan bromine
yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri dengan dititrasi dengan natrium tiosulfat baku.(3). Dengan
terbentunya brom, titik akhir titrasi dapat ditentukandengan terjadinya warna kuning dari brom, akan
tetapi supaya warna inimenjadi jelas maka perlu ditambah indicator seperti jingga metal, merahfiuchsin,
dan lain-lain (Zulfikar, 2010).
C.

Prinsip Kerja Titrasi Redoks

Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan
elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan
jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi
redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron). Hubungan
reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan
elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh:
sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel
elektrolisis adalah sel elektrokimia.

Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi
redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu
larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi
antara analit dengan titran (Steven, 2012).
D.

Penggunaan Titrasi Redoks

1.

Penetapan Besi dalam Bijih Besi

Bijih besi terdiriatas Fe2O3 (hematite), Fe3O4 (magnetit), FeCO3 (siderat), Fe2O3. nH2O (limonet), dan
Fe3O4.nH2O (goethite).

Prinsip pengerjaan:

Gerus bijih besi sampai halus, larutkan HCl 2M. Hermatit dan magnetit larut secara lambat.
Tambahkan SnCl2 untuk memperbesar kelarutan oksida-oksida besi di atas (terutama untuk oksida
hidratnya). Jika terdapat silikat harus dilebur dengan Na2CO3, asamkan dengan HCl dan encerkan lalu
saring. Fe(III) harus direduksi jadi Fe(II) dengan SnCl atau Yohanes Reduktor (dilarutkan dalam kolom
berisi Zn amalgam). Jika digunakan reduktor SnCl2 harus dihilangkan dengan penamabahan HgCl2,
agarSn(II) tidak mengganggu reaksinya Fe(II) dengan larutan baku oksidator (KMnO4 atau K2Cr2O7
dalam asam lingkungan). Titrasi dilakukan dengan larutan baku KMnO4 atau K2Cr2O7 (Shodiq, Ibnu,
dkk: 2004).
2.

Penetapan Klor dalam Kaporit/Kapur Klor atau Klorox

Klorox

: Larutan NaClO

Kaporit

: Ca

OCl

OCl + Ca(OH)2 + CaCl2

Kapur

: Ca

Cl

OCl + Ca(OH)2 + CaCl2

Reaksi yang terjadi biasa dituliskan sebagai berikut:

ClO + I + H+

Ca(ClO)2 + 4HCl

Cl + I2 + H2O

CaCl2 +2H2O+ 2 Cl2

Cl2 + 2KI

I2 + 2 Na2S2O3

2HCl + I2

2 NaI + Na4S4O6

Indicator ang digunakan adalah amilum (Shodiq, Ibnu, dkk: 2004).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini
hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan
unsure/senyawa/ion bersifat reduktor
Ada beberapa macam titrasi redoks yang kita kenal, yaitu: iodometri, iodimetri dan permanganometri,
dikromatometri, serimetri dan nitrimeti.
Prinsip kerja titrasi redoks adalah eaksi oksidasi reduksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan
electron.
Titrasi redoks biasa digunakan dalam penetapanbesi alam bijih besi dan penetapan klor dalam kaporit.
B. Saran

Dalam pembuatan makalah seperti ini, sebaiknya menggunakan banyak referensi agar informasi yang
didapatkan lebih bayak dan lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang: JICA

Hamdani, S. 2012. Titrasi Redoks. http://catatankimia.com/catatan/titrasi-redoks.html diakses tanggal 01


Desember 2013

SM, Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Steven, 2012. Titrasi Redoks. http://nevetstheanstag.wordpress.com/2012/05/27/titrasi- redoks/ diakses


tanggal 01 Desember 2013

Zulfikar. 2010. Titrasi Redoks. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/ titrasi-redoks/ diakses tanggal


01 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai