PENDAHULUAN
0,58 0/00, sedang kematian janin 14,5 0/00, pada 774 persalinan yang kemudian
terjadi, terdapat 1,03 0/00 ruptura uteri.
Menurut Bensons dan Pernolls, angka kamatian pada operasi sesar adalah 40
80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar
dibanding persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai
angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Komplikasi
tindakan anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu.
Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Hetik Kuswanti, 1999 Mahasiswa
program Studi Kebidanan Sutomo di Ruang Bersalin RSUD Dr. Sutomo mengenai
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Luka. Menunjukkan 8 (61,54 %)
termasuk kategori berpengetahuan baik, 5 (3 8,46 %) terkategorikan berpengetahuan
cukup. Berdasarkan data laporan tahunan RS. Kota pada tahun terdapat kejadian
infeksi pada bekas luka seksio sesarea 3 dari 67 pasien yang mengalami seksio
sesarea. Sedangkan tahun terdapat kejadian infeksi pada bekas luka seksio sesarea 1
dari 70 pasien post seksio sesare. Dari data tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
terjadi penurunan kejadian infeksi pada bekas luka seksio sesarea dari tahun 2006 ke
tahun 2007. Untuk lebih menurunkan angka kejadian infeksi tersebut perlu peran
serta dari pasien dalam perawatan luka post seksio sesarea. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan tentang perawatan luka post seksio sesarea.
Pasien yang telah melakukan operasi akan merasakan cemas bila melihat
lukanya dan akan takut untuk merawat lukanya itu. Oleh sebab itu pasien dan
keluarganya harus mengerti langkah - langkah dasar dari cara perawatan luka yang
ditutupi. Memberi kesempatan pada pasien atau anggota keluarganya untuk mencoba
tekniknya di bawah pengawasan sebelum keluar rumah sakit akan berguna sekali.
BAB II
PEMBAHASAN
dari jenis operasi yang dilakukan. Misalnya, setelah kista ovarium kecil diangkat,
tidak perlu diberi antibiotik; akan tetapi sesudah histerektomi total dengan
pembukaan vagina, sebaiknya obat tersebut diberikan.
Pasien dengan masalah kesehatan membutuhkan perawatan postoperatif dalam
ICU untuk mendapatkan ventilasi jangka panjang dan monitoring sentral. Ketika
pasien diserahterimakan kepada perawat harus disertai dengan laporan verbal
mengenai kondisi pasien tersebut berupa kesimpulan operasi dan intruksi pasca
operatif. Intruksi pasca operatif harus sesuai dengan elemen berikut:
1) Tanda Tanda Vital
Evaluasi tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan dilakukan setiap 15-30 menit
sampai pasien stabil kemudian setiap jam setelah itu paling tidak untuk 4-6 jam.
Beberapa perubahan signifikan harus dilaporkan sesegera mungkin. Pengukuran ini,
termasuk temperatur oral, yang harus direkam 4 kali sehari untuk rangkaian sisa
pasca operatif. Anjurkan pernapasan dalam setiap jam pada 12 jam pertama dan setiap
2-3 jam pada 12 jam berikutnya. Pemeriksaan spirometri dan pemeriksaan respirasi
oleh terapis menjadi pilihan terbaik, utamanya pada pasien yang berumur tua,
obesitas, atau sebaliknya pada pasien lainnya yang bersedia atau yang tidak bisa
berjalan.
2) Perawatan Luka
Fokus
penanganan
luka
adalah mempercepat
penyembuhan
luka
dan
2. Lingkungan
Menutup tirai / jendela.
Merapikan tempat tidur.
3. Pelaksanaan
Mengatur posisi sesuai dengan kenyamanan pasien.
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
Inform Consent.
d. Prosedur Pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah
perawatan luka.
2. Dekatkan semua peralatan yang diperlukan.
3. Letakkan bengkok dekat pasien.
4. Tutup ruangan / tirai di sekitar tempat tidur.
5. Bantu klien pada posisi nyaman.
6. Cuci tangan secara menyeluruh.
7. Pasang perlak dan alas.
8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester. Angkat
balutan dengan pinset.
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan,
sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan.
10. Dengan sarung tangan/pinset, angkat balutan.
11. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan NaCl.
12. Observasi karakter dan jumlah drainase.
13. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada
bengkok yang berisi Clorin 5%.
14. Buka bak instrumen, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan
plester, siapkan depres.
15. Kenakan sarung tangan steril.
16. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan
karakter drainase serta palpasi luka (kalau perlu).
17. Bersihkan luka dengan larutan NaCl dan betadin dengan menggunkan pinset.
Gunakan satu kasa untuk setiap kali usapan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area yang terkontaminasi. Gunakan dalam tekanan progresif
menjauh dari insisi/tepi luka.
18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka/insisi. Usap dengan cara seperti
pada langkah 17.
19. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul
jahitan dengan pinset cirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian
menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit/pada
sisi lain yang tidak ada simpul.
20. Olesi luka dengan betadin.
21. Menutup luka dengan kasa steril dan di plester.
22. Merapikan pasien.
23. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya.
24. Melepaskan sarung tangan.
25. Perawat mencuci tangan.
e. Hal hal yang perlu diperhatikan
1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat menyebabkan
pasien terasa nyeri.
2. Cermat dalam menjaga kesterilan.
3. Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan.
4. Teknik pengangkatan jahitan di sesuaikan dengan tipe jahitan.
5. Peka terhadap privasi klien.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pengetahuan Ibu Post SC Tentang Perawatan Luka Sectio Sesarea di
Ruang
Nifas
RS.
dilihat:
Juli
2013.
<http://skripsipedia.wordpress.com/2012/10/23/pengetahuan-ibu-post-sctentang-perawatan-luka-sectio-sesarea-di-ruang-nifas-rs/>.
Shafitri A. 2013. Perawatan Luka Post Op SC. dilihat: 3 Juli 2013.
<http://piteasha.blogspot.com/2013/05/bab-ii-perawatan-luka-post-opsc.html>.
10
11