NIM
: C54120078
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Selanjutnya, KSA
dibedakan dalam bentuk Cagar Alam dan Suaka Margasatwa (SM). Sedangkan KPA
dibedakan menjadi: Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (TAHURA) dan Taman
Wisata Alam (TWA).
Semua kategori kawasan konservasi tersebut mencakup wilayah darat maupun
laut. Hal ini sesuai dengan definisi kawasan suaka alam (Pasal 1(1)) ialah ialah
kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
penyangga kehidupan. Sedangkan kawasan pelestarian alam (Pasal 1(13))
didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
UU No. 31 tahun 2004, Perikanan
UU No. 31 tahun 2004 harus dikaitkan dengan peraturan pelaksananya yang
ditetapkan 3 (tiga) tahun kemudian, PP No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi
Sumber daya Ikan. Artinya, kedua ketentuan ini ditetapkan untuk mencapai tujuan
pengelolaan perikanan, ialah pemanfaatan secara berkelanjutan atau lestari. Pasal
13(1) dari UU No. 31 tahun 2004 menyatakan sebagai berikut: Dalam rangka
pengelolaan sumber daya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi
jenis ikan, dan konservasi genetika ikan. Pasal 13 ini diterjemahkan sebagai
konservasi sumber daya ikan pada PP No. 60 tahun 2007. Konservasi sumber daya
ikan didefinisikan sebagai upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai dankeanekaragaman sumber daya ikan. Sedangkan
konservasi ekosistem adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan
fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan biota perairan pada waktu
sekarang dan yang akan datang.
Pasal 8(1) dari PP No. 60 tahun 2007 menyatakan bahwa terkait dengan konservasi
ekosistem, satu atau beberapa tipe ekosistem yang terkait dengan sumber daya
ikan dapat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Kawasan
Konservasi Perairan didefinisikan sebagai kawasan perairan yang dilindungi, dikelola
dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan. Selanjutnya, Pasal 8(2) menyatakan bahwa
Kawasan Konservasi Perairan terdiri atas Taman Nasional Perairan, Taman Wisata
Perairan, Suaka Alam Perairan, dan Suaka Perikanan. Undang-Undang No. 31 tahun
2004 membuat nomenklatur baru tentang kawasan konservasi yang dibuat khusus
berlaku pada wilayah perairan.
UU No. 27 tahun 2007, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 memperkenalkan istilah baru kawasan
konservasi yang berlaku untuk Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil . Konservasi
Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil didefinisikan sebagai upaya perlindungan,
Taman Nasional Bunaken memiliki ekosistem terumbu karang yang sangat kaya Terdapat sekitar 390 spesies
terumbu karang di wilayah ini Spesies alga yang dapat ditemui di Taman Nasional Bunaken
adalah Caulerpa, Halimeda dan Padina, sementara spesies rumput laut yang banyak ditemui
adalah Thalassiahemprichii, Enhallus acoroides, dan Thalassaodendron ciliatum. Taman Nasional Bunaken
juga memiliki berbagai spesies ikan, mamalia laut, reptil, burung, moluska dan mangrove. Sekitar 90 spesies
ikan tinggal di perairan wilayah ini.
Di daratan, pulau ini kaya akan Arecaceae, sagu, woka, silar dan kelapa. Selain itu, Taman Nasional Bunaken
juga memiliki spesies hewan yang tinggal di daratan, seperti rusa dan kuskus. Hutan mangrove di taman ini
menjadi habitat bagi kepiting, lobster, moluska dan burung laut.[3]
Di wilayah ini, terdapat 22 desa dengan jumlah penduduk sekitar 35.000 jiwa. Kebanyakan dari mereka
bekerja sebagai nelayan atau petani kelapa, ubi jalar, pisang dan rumput laut untuk diekspor, sementara
sebagian lainnya bekerja sebagai pemandu, pekerja di cottage dan nahkoda kapal.[4]
Pariwisata di wilayah ini terus dikembangkan. Antara tahun 2003 hingga 2006, jumlah pengunjung di Taman
Nasional Bunaken mencapai 32.000 hingga 39.000 jiwa, dengan 8-10.000 diantaranya merupakan turis asing. [1]
Taman Nasional Bunaken secara resmi didirikan pada tahun 1991 dan merupakan salah satu taman laut
pertama Indonesia. Pada tahun 2005, Indonesia mendaftarkan taman nasional ini kepada UNESCO untuk
dimasukan kedalam Situs Warisan Dunia. Meskipun memiliki status taman nasional dan mendapat pendanaan
yang cukup, taman ini mengalami degradasi kecil akibat penambangan terumbu karang, kerusakan akibat
jangkar, penggunaan bom dan sianida dalam menangkap ikan, kegiatan menyelam dan sampah. World Wildlife
Fund (WWF) memberikan bantuan konservasi sebagai bagian dari "Sulu Sulawesi Marine Eco-region Action
Plan". Konservasi meliputi patroli, yang berhasil mengurangi penggunaan bom dalam menangkap ikan. [
Peraturan pemerintah yang dibuat cukup melindungi kawasan ini. Dilihat dari status wilayah ini
yang merupakan Taman Nasional Laut , sudah memasuki kawasan konservasi yang dilindungi
oleh pemerintah. Di samping itu, bila melihat langsung kondisi kawasan ini yang berada di
Provinsi Sulawesi Utara ini, kondisinya sangat baik sekali. Dapat dilihat dari keadaan perairan
dan keanekaragaman hayati laut yang sangat mempesona. Tidak adanya tindakan perusakan yang
signifikan yang menyebabkan rusaknya ekosistem yang ada. Di samping itu, kawasan dengan
keindahan alam bawah laut ini terlidungi karena ada upaya juga dari masyarakatnya. Mereka
menilai bahwa pentingnya daerah konservasi ini, karena dapat menunjang sisi ekonomi
masyarakat. Keindahan yang ada inilah yang menjadi daya tarik para wisatawan , baik
wisatawan domestic maupun mancanegara. Tidak jarang juga adanya event-event nasional
maupun internasional. Hal inilah yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga
menjadi dorongan agar melindungi kawasan konservasi tersebut.