Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Di dalam tubuh manusia xenobiotik umumnya memberikan pengaruh
pada sistem dan fungsi normal tubuh. Pengaruh bisa sesuatu yang
diharapkan, seperti efek terapetik obat, yaitu efek untuk penyembuhan
penyakit atau menghilangkan gejala penyakit. Namun, dapat pula pengaruh
yang berupa sesuatu yang tidak diharapkan, seperti efek samping atau toksik.
Melalui proses metabolisme dan proses ekskresi tubuh, xenobiotik mampu
menghilangkan semua pengaruh yang timbul. Telah lama diketahui bahwa
karena sifatnya yang suka lemak, maka banyak xenobiotik tidak akan
dikeluarkan dari tubuh bila tidak didahului proses perubahan struktur kimia
melalui metabolisme. Dan karena manusia semakin sering terkena berbagai
senyawa kimia yang asing (xenobiotik) antara lain, obat-obatan, bahan adiktif
makanan, polutan, dll. Maka pengetahuan tentang cara menanggulangi
xenobiotik pada tingkat seluler merupakan salah satu aspek pentingdalam
mempelajari bagaimana mengatasi ancaman kimia tersebut.

1.2.

Rumusan Masalah
a.

Apa yang dimaksud dengan hati ?

b.

Apa itu xenobiotik ?

c.

Bagaimana fungsi hati dalam metabolisme xenabiotik dan


analisisnya ?

d.
1.3.

Bagaimana Metode Analisis Fungsi hati ?


Tujuan

a.

Untuk mengetahui fungsi hati

b.

Mengetahui proses metabolisme xenobiotik

c.

mengetahui metode analis fungsi hati

BAB II
ISI
2.1. Hati
Hati merupakan organ di dalam tubuh manusia yang terbesar dan
mempunyai berat antara 1000-1800 gram, berwarna coklat yang terletak
dalam rongga perut sebelah kanan atas tepatnya di bawah diafragma, sejajar
di sampingnya kirinya terletak organ limpa(syaifuddin,2000).
Organ hati hampir sebagian besar terlindungi oleh iga-iga, terbagi atas
dua bagian besar yaitu lobus kiri dan kanan dan satu bagian kecil di tengah
yang dikenal sebagai lobus asesorius, dengan permukaan atas berbentuk
cembung, ujung kanan bawah runcing, serta permukaan bawah berlekuk dan
di bagian belakang bawahnya terdapat organ empedu. Sel sel hati akan
menghasilkan bilirubin dan serum serum yang digunakan sebagai pemantau
fungsi hati.
2.2. Fungsi Hati
Fungsi hati utama adalah detoksifikasi bahan bahan yang berbahaya
dari tubuh termasuk obat obatan yang diminum, selaiin itu juga sebagai
penghasil bahan utama zat warna bilirubin yang merupakan salah satu
komponen pembentuk garam garam empedu untuk metabolisme lunak
(pearce,1995)
Ambang normal Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase( SGOT),
Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) dan bilirubin berturut turut
adalah 14-50 UL, 21-72 UL, dan 0,2-1,3 mg/dl. Bila kadar ketiganya naik,
menandakan kerusakan hati (setiawati,2010)
2.3. Pengertian Xenobiotik
Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing.
Xenobiotik adalah zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contoh: obat
obatan, insektisida, zatkimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna,
pengawet) dan zat karsinogen lainya.

2.4. Kepentingan Xenobiotik Dalam Metabolisme


Xenobiotik umumnya tidak larut air, sehingga jika masuk tubuh tidak
dapat diekskresi. Untuk dapat diekskresi xenobiotik harus dimetabolisme
menjadi zat yang larut. Organ yang paling berperan dalam metabolisme
xenobiotik adalah hati. Ekskresi xenobiotik melalui empedu dan urine.
2.5. Metabolisme Xenobiotik
Metabolisme xenobiotik dibagi 2 fase, yaitu :
1) Fase 1 (Fase Hidroksilasi)
Fase ini mengubah xenobiotik aktif menjadi inaktif oleh enzim
Monooksidase atau Sitokrom P450. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
RH + O 2 + NADPH ROH + H 2 O + NADP
Enzim sitokrom P450 terdapat banyak di Retikulum Endoplasma,
yangmerupakan hemoprotein seperti Hemoglobin. Fungsi enzim ini
adalah sebagaikatalisator perubahan Hidrogen (H) pada xenobiotik
menjadi gugus Hidroksil (OH). Pada beberapa keadaan produk
hidroksilasi bersifat mutagenik atau karsinogenik.
2) Fase 2 (Fase Konjugasi)
Ditandai dengan adanya konjugasi oleh asam glukoronat, sulfat,
asetat,glutathion, asam amino atau metilasi.Fase konjugasi merupakan
fase mereaksikan xenobiotik inaktik dengan zat kimiatertentu dalam
tubuh menjadi zat yang larut, sehingga mudah diekskresi baik
lewatempedu maupun urine.
a. Glukuronidasi: proses menkonjugasi xenobiotik dengan asam
glukorunat, dengan enzim glukuronil transferase dimana Bilirubin
UDP glukoronat sebagai donor glukoronil dan enzim glukoronil
transferase. Xenobiotik yang mengalami glukorunidasi adalah:
asetilaminofluoren (karsinogenik), anilin, asam benzoat,meprobamat,
fenol dan senyawa steroid.
b. Sulfasi: proses konjugasi xenobiotik dengan asam sulfat, dengan

enzim sulfotransferase. Xenobiotik yang mengalami sulfasi adalah:


alkohol, arilamina, fenol.
c. Glutation, yang terdiri dari tripeptida (glutamat, sistein, glisin) dan
biasadisingkat GSH, menggunakan enzim glutation S-transferase
atau epoksidhidrolase. Konjugasi dengan GSH adalah xenobiotik
elektrofilik (karsinogenik).
d. Reaksi lain: Asetilasi, Untuk reaksi transfer gugus asetil dari AsetilKoA kesenyawa asing. Mis. INH (obat TBC). Metilasi, beberapa
xenobiotik akan mengalami metilasi oleh enzim metil transferase,
dengan memakai S-adonosil metionin.
Metabolisme xenobiotik kadang disebut proses detoksifikasi, tetapi
istilah initidak semuanya benar, sebab tidak semua xenobiotik bersifat toksik.
Respon metabolisme xenobiotik mencakup efek:
1) Farmakologik(bersifat aktif didalam tubuh tanpa metabolisme
sebelumya),
2) Imunologik (molekul kecil yang tidak dengan sendirinya merangsang
sintesis antibodi tetapi akan bergabung dengan antibodi begitu unsur
terbentuk, kemudian antibodi dapat merusak sel yang mengganggu
proses biokimiawi seluler yang normal)
3) Karsinogenik

(zat

kimia

yang

memerlukan

aktivasi

enzim

memberikan

efek

monooksigenase dalam retikulum endoplasma).


4) Toksik

(beberapa

xenobiotik

yang

sitotoksisitas/cederasel yang bisa cukup berat bisa mengakibatkan


kematian sel).
Aktivitas enzim Xenobiotik dipengaruhi oleh:
1) Spesies, jadi misalnya toksisitas atau karsinogenisitas yang
mungkin terdapat pada xenobiotik tidak dapat diekstra polasi
secara bebas dari suatu spesies lainnya ,
2) Genetik, karena adanya beberapa berbedaanyang signifikan pada
aktivitas enzim antar individu menurut umur dan seks/ jenis
kelamin.
4

3) Asupan berbagai xenobiotik seperti Phenobarbital, PCB dpt


menginduksi

enzim.

Metabolit

menghambat

atau

menstimulasi

xenobiotik

tertentu

dapat

enzim

yang

aktivitas

memetabolisasi xenobiotik.
2.6. Sifat Sitokrom P4501
a. Terlibat dalam metabolisme sejumlah besar xenobiotik dan juga
senyawa endogenus seperti steroid.
b. Merupakan hemoprotein.
c. Sering memperlihatkan spesifisitas substrat yang luas.
d. Mengkatalisis reaksi yang mencakup pengenalan sebuah atom
oksigen pada substrat dan satu atom pada air.
e. Produk hidrolisisnya bersifat lebih larut air daripada substrat
lifofiliknya.
f. Hati mengandung jumlah sitokorm P450 terbanyak, tetapi juga
ditemukan dalamsebagian besar jaringan.
g. Terletak dalam retikulum edoplasmik halus/dalam mitokondria
(enzim-enzim stereogenik).
h. Pada

beberapa

keadaan,

produknya

bersifat

mutagenik

karsinogenik.
i. Sebagian besar memiliki massa molekul 55kDa.
j. Banyak yang bersifat dapat dirangsang.
k. Beberapa memperlihatkan polimorfisme, yang dapat menyebabkan
metabolismeobat yang atipik
2.7. Metabolisme Xenobiotik Obat
Pada metabolisme obat, pada obat yang sudah aktif akan mengalami
proses metabolisme xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat aktif menjadi
inaktif, sedang pada obat yang belum aktif mengalami metabolisme
xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat inaktif menjadi aktif.
Berikut beberapa reaksi obat yang penting akibat bentuk mutan atau
polimorfik dari enzim atau protein.

2.8. Respon Metabolisme Xenobiotik

Respon metabolisme xenobiotik dapat menguntungkan karena


metabolit yang dihasilkan menjadi zat yang polar sehingga dapat diekskresi
keluar tubuh. Respon metabolisme xenobiotik dapat merugikan karena:
berikatan dengan makromolekul dan menyebabkan cidera sel, berikatan
dengan makromolekul menjadi hapten dan merangsang pembentukan
antibodi dan menyebakan reaksi hipersensitivitas yang berakibat cidera sel,
dan berikatan dengan makromolekul menjadi zat mutan yang menyebakan
timbulnya sel kanker.
2.9. Sistem Detoksifikasi Xenobiotik
Detoksifikasi Xenobiotik akan menghancurkan zat-zat kimia dan
logam berbahaya dari makanan,minuman,dan udara. Sistem ini juga
menetralkan bahan-bahanyang berbahaya yang diproduksi dalam tubuh.
Selama proses detoksifikasi,yang manaterdiri dari tipe reaksi enzimatik yang
rumit,tubuh akan melakukan metabolisme ataumengubah bahan-bahan toksid
menjadi bentuk yang kurang berbahaya (tahap I) dan bila perlu mengubahnya

menjadi zat yang larut dalam air (tahap II). Bentuk ini merupakan syarat
sebelum tubuh dapat mengancurkannya. Sumber Toksin yang dikendalikan
oleh sistem Detoksifikasi Xenobiotik yaitu yang berasal dari lingkungan dan
dari dalam tubuh. Toksin dari lingkungan meliputi kebiasaan merokok,
produk tembakau, obat-obatan tertentu, efek samping pembakaran daging
yang di bakar/panggang, pestisida, pewarna makanan. Sumber Toksin dari
dalam tubuh yaitu androgen, estrogen, steroid, asam empedu,dan bahan
selular lainnya.
Sebagai organ tubuh yang memiliki banyak fungsi penting, seperti
menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan merombak nutrisi
menjadi energi, hati memang sepatutnya selalu kita perhatikan. Dalam
pemeriksaan fungsi hati, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan.
a.
SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic
transaminase. Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah AST
(aspartate aminotransferase). SGOT merupakan enzim yang tidak
hanya terdapat di hati, melainkan juga terdapat di otot jantung, otak,
ginjal, dan otot-otot rangka.
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka
bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti
alkoholik, radang pancreas, malaria, infeksi lever stadium akhir, adanya
penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot jantung, orangorang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan
obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar
SGOT pada penderita hepatitis.
Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali
b.

lebih besar dari nilai normalnya.


SGPT
SGPT adalah singkatan dari serum glutamic pyruvic transaminase,
sering juga disebut dengan istilah ALT (alanin aminotansferase). SGPT
dianggap jauh lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati dibandingkan
SGOT. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis dan hepatitis.
Sama halnya dengan SGOT, nilai SGPT dianggap abnormal jika nilai

c.

hasil pemeriksaan anda 2-3 kali lebih besar dari nilai normal.
Bilirubin
Pada pemeriksaan rutin, biasanya yang diperiksa adalah bilirubin
total dan bilirubin direk. Adajuga istilah bilirubin indirek yaitu selisih
bilirubin total dengan bilirubin direk. Bilirubin merupakan suatu
pigmen atau zat warna yang berwarna kuning, hasil metabolisme dari
penguraian hemoglobin (Hb) di dalam darah.
Pada penyakit hati yang menahun (kronis), dapat terjadi
peningkatan kadar bilirubin total yang tentunya juga diiringi
peningkatan bilirubin indirek atau bilirubin direk. Peningkatan ini
berhubungan dengan peningkatan produksi bilirubin atau akibat adanya
penyumbatan pada kandung empedu sebagai orgam tubuh yang
menyalurkan bilirubin ke dalam usus. Akibat penumpukan bilirubin ini,

d.

wajah, badan dan urin akan berwarna kuning.


Gamma GT
Gamma GT (glutamil tranferase) merupakan enzim hati yang
sangat peka terhadap penyakit hepatitis dan alkoholik. Kadarnya yang

e.

tinggi bisa bertahan beberapa lama pasca penyembuhan hepatitis.


Alkali Fosfatase
Fosfatase alkali merupakan enzim hati yang dapat masuk ke
saluran empedu. Kandung empedu terletak persis di bawah hati atau
lever. Meningkatnya kadar fosfatase alkali terjadi apabila ada hambatan
pada saluran empedu. Hambatan pada saluran empedu dapat disebabkan

f.

adanya batu empedu atau penyempitan pada saluran empedu.


Cholinesterase
Umunya kadar cholinesterase menurun pada kerusakan parenkim
hati seperti hepatitis kronis dan adanya lemak dalam hati. Pemeriksaan
ini sering dipakai sebagai pemeriksaan tunggal pada pasien yang
mengalami keracunan hati akibat obat-obatan (termasuk keracunan

g.

insektisida).
Protein Total (rasio albumin/globulin)
Protein dalam darah yang penting terdiri dari protein albumin dan
globulin. Albumin sepenuhnya diproduksi di hati, sedangkan globulin
hanya sebagian yang diproduksi di hati, sisanya diproduksi oleh system
kekebalan dalam tubuh. Albumin dan globulin merupakan suatu zat

yang sangat berguna dalam sistem kekebalan tubuh. Perubahan kadar


keduanya bisa menunjukkan adanya gangguan pada organ hati atau juga
bisa pada organ tubuh lainnya misalnya ginjal.
Pada pemeriksaan laboratorium, penting untuk menilai kadar protein
total, kadar globulin dan kadar albumin. Pada penyakit-penyakit hati, kadar
protein bisa meninggi dan bisa juga menurun. Begitu pula kadar albumin
dan globulin. Sebagai contoh, jika terjadi infeksi pada hati yang baru
diketahui kira-kira dalam tiga bulan terakhir, dapat terjadi peningkatan kadar
globulin dan penurunan kadar albumin.
2.10. Metode Analisis
Metode analisis digunakan untuk mencari hasil pengukuran fungsi hati.
Pada analisis ini digunakan beberapa cara seperti:
1) Pengambilan darah sebanyak 10 cc kedalam botol kecil berbahan
gelas, kemudian darha tersebut diambil kira-kira 10 mL dalam tabung
reaksi.
2) Tabung reaksi tersebut dmasukkan ke alat sentrifuse untuk dilakukan
pemisahan sampel dengan memutar switch ke arah waktu 10 menit
dengan kecepatan 4000 rpm.
3) Setelah 10 menit sampel darah yang telah terpisah dapat diambil
serumnya (bagian teratas dari plasma darah yang telah mengendap)
dan siap digunakan untuk menentukan nilai konsentrasi fungsi hati
4) Metode SGPT dan SGOT:
Empat bagian reagen 1 campur dengan satu baagian reagen 2
(monoreagen). Setelah itu masukkan 1 mL monoreagen kedalam
tabung reaksi, inkubasi pada suhu 37C, lalu tambhakan serum sampel
sebanyak 0,1 mL. Kocok dan inkubasi dalam waterbath pada suhu
37C selama 1 menit. Kemudian baca konsentrasi sampel dengan
photometer pada panjang gelombang 340 nm, k20 dan faktor 1745.
Photometer secara otomatis mengulangi pembacaan kedua, ketiga, dan
terakhir. Hasil bacaan yang digunakan adalah yang terakhir. Nilai
absorbansi serum normal yang diuji harus sesuai dengan quality

control internal yang direkomendasikan oleh serum normal yang


digunakan, dengan satuan Unit/liter.
Alat-alat yang digunakan dalam metode analisis ini antara lain ialah
pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung, waterbath, photometer, sentrifuge,
inkubator, kuvet.

Gambar 1: alat fotometer

Prinsip kerja dari alat fotometer ialah sejumlah tertentu larutan


logam disemprotkan ke dalam nyala. Pelarut kemudian akan menguap
meninggalkan serbuk garam halus yang kemudian diatomkan. Intensitas
emisi radiasi yang dipancarkan oleh unsur itu mempunyai hubungan
dengan konsentrasi dari unsur tersebut. Atom - atom akan mengalami eksitasi
bila mernyerap energi. Energi tersebut akan dipancarkan ketika atom
tereksitasi dan kemudian kembali ke keadaan dasar sehingga detektor dapat
mendeteksi energi yang terpancar tersebut.
Alat

fotometer

pada

prinsipnya

memiliki

kesamaan

seperti

spektrofotometer, yang membedakan hanyalah penggunaan filter sebagai

10

monokromatornya. Filter hanya digunakan untuk meneruskan cahaya namun


dapat juga menyerap sumber radiasi dari gelombang lain. Penggunaan
fotometer lebih sering digunakan untuk kebutuhan laboratorium klinis.
Tabel Nilai Normal dalam Pemeriksaan Fungsi Hati

Sari, Wening. 2008. Care Yourself : Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Fungsi hati adalah detoksifikasi bahan bahan yang berbahaya dari tubuh
termasuk obat obatan yang diminum, selaiin itu juga sebagai penghasil
bahan utama zat warna bilirubin yang merupakan salah satu komponen
pembentuk garam garam empedu untuk metabolisme lunak.
2. Kepentingan xenobiotik dalam metabolisme adalah xenobiotik umumnya

11

tidak larut air, sehingga jika masuk tubuh tidak dapat diekskresi. Untuk
dapat diekskresi xenobiotik harus dimetabolisme menjadi zat yang larut
3. Parameter fungsi hati anatara lain bilirubin, SGOT, SGPT, Gamma GT,
alkalifosfatase, kolinesterase.
4. Metode analisis SGOT dan SGPT adalah salah satu metode analisis untuk
mengetahui fungsi hati dalam metabolisme xenobiotik
3.2. Saran
Sebaiknya analisis klinik pemeriksaan fungsi hati khususnya dalam
metabolisme xenobiotik dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada

DAFTAR PUSTAKA
Carrol, Jill. Photometry Lab. Adapted from a photometry package. Evan Hardy
Collegiate. Saskatoon
Bastiansyah, eko. 2008. Panduan lengkap : membaca hasil tes Kesehatan.
Jakarta : penebar Plus
Colby.1992. Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma.Jakarta:EGC

12

Ferris, Clifford D. 1980. Guide to Medical Laboratory Instruments. Boston : Littl,


A Brown and Company
Harjasasmita.1996. Ikhtisar Biokimia Dasar B .Jakarta: FKUI
Murray,Robert K.Mayes,Peter A.Dkk.1999. Biokimia Harper. Jakarta:EGC
Pearce, Evelyn.1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Poedjiadi, Supriyanti.2007. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung:UI Press
Ratih, setiawati. 2010. My Healthy Life Trio Herbal. Jakarta : trubus swadaya.
Sari, Wening. 2008. Care Yourself : Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus
Syaifuddin.2000. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya
Medika
Toha.2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Bandung:Alfabeta
Wirahadikusumah.1985. Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Bandung:
ITB

13

Anda mungkin juga menyukai