Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayur dan buah merupakan komoditas hortikultura yang banyak
mengandung vitamin dan mineral, selain itu juga memiliki potensi yang
sangat besar sebagai sumber pendapatan petani bahkan sumber devisa negara.
Konsumsi sayur dan buah pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai
adanya kesadaran bahwa dengan mengkonsumsi sayur dan buah berarti hidup
akan bertambah sehat.
Namun sayangnya, dalam kegiatan produksi sayur dan buah sering
menghadapi kendala serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal
panen atau minimal hasilnya berkurang. Salah satu cara yang selama ini
digunakan untuk mengatasinya adalah penggunaan pestisida. Di sisi lain
pestisida merupakan bahan kimia, sehingga pemakaian yang berlebihan dapat
menjadi sumber pencemar pada bahan pangan, air, dan lingkungan hidup.
Masalah utama bagi kesehatan masyarakat adalah adanya residu
pestisida dalam makanan, termasuk dalam sayur dan buah. Residu yang
ditinggalkan dapat secara langsung maupun tidak langsung sampai ke
manusia. Residu pestisida dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari dalam
jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang dapat
ditunjukkan dengan adanya gejala akut (sakit kepala, mual, muntah, dan lainlain) dan gejala kronis (kehilangan nafsu makan, tremor, kejang otot, dan
lain-lain) (Isnawati, 2005).
Residu pestisida yang terkandung dalam makanan akan tertimbun
dalam tubuh dan menimbulkan berbagai reaksi berbahaya yang secara
perlahan-lahan menggerogoti dan merusak sel-sel tubuh. Setelah tiba
waktunya, muncullah berbagai jenis penyakit berbahaya, seperti kanker,
ginjal, hati, jantung, stroke, gangguan saluran pencernaan, susunan syaraf
pusat, gangguan otak, limpa, atau pankreas. Penyakit ini bisa timbul beberapa
tahun kemudian setelah seseorang mengkonsumsi sayur atau buah yang
mengandung zat berbahaya tersebut.

Melihat berbagai fenomena di atas, maka perlu dilakukan pengujian


residu pestisida pada buah dan sayur yang beredar demi keamanan
masyarakat yang mengkonsumsi. Disini, kelompok kami akan melakukan uji
residu pestisida pada buah melon dan sayur sawi yang dijual di Pasar
Karangmenjangan dan Superindo, dengan harapan hasil pengujian kami ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, sehingga masyarakat dapat lebih
waspada dalam memilih buah dan sayur yang dijual.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah sampel sawi dan melon yang dijual di Pasar Karang menjangan
mengandung residu pestisida organofosfat?
b. Apakah sampel sawi dan melon yang dijual di Superindo mengandung
residu pestisida organofosfat?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Memeriksa ada tidaknya residu pestisida organofosfat pada sawi dan
melon di Pasar Karangmenjangan dan Superindo dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis.
2. Tujuan Khusus
a. Mempraktekkan prosedur pengujian residu pestisida organofosfat pada
sawi dan melon dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.
b. Menginterpretasikan hasil uji residu pestisida organofosfat yang
terdapat pada sawi dan melon yang diteliti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida dan Residu Pestisida
2.1.1 Pengertian Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida
berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan
secara sederhana sebagai pembunuh hama. Menurut Food Agriculture

Organization (FAO) 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun


1973, Pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah, membasmi dan mengendalikan hewan/tumbuhan penggangu
seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit,
dengan tujuan kesejahteraan manusia (Nurosid, 2011).
Pestisida menurut PP RI No. 6 tahun 1995 didefinisikan sebagai
zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh atau perangsang tumbuh,
bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk
perlindungan tanaman (Nurosid, 2011). Sedangkan menurut The United
State Federal Environmental Pesticide Control Act, Pestisida adalah
semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau
mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan,
gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus,
bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang
lainnya (Yuantari, 2009).
Berdasarkan Permentan tahun 2007 Tentang Syarat Dan
Tatacara Pendaftaran Pestisida, Pestisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
1. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian,
2. memberantas rerumputan,
3. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan,
4. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman tidak termasuk pupuk,
5. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak,
6. memberantas atau mencegah hama-hama air,
7. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan,
dan atau
8. memberantas

atau

mencegah

binatang-binatang

yang

dapat

menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu


dilindungi dengan penggunaan pada tanaman dan air (Deptan, 2011).
2.1.2 Pengertian Residu Pestisida

Menurut Deptan tahun 2007, residu pestisida adalah sisa


pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada atau dalam
jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah (Deptan,
2011). Selain itu, residu pestisida juga diartikan sebagai sisa pestisida
yang ditinggalkan sesudah perlakuan dalam jangka waktu yang telah
menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa khemis dan fisis mulai
bekerja. Karena residu mempunyai pengertian bahan sisa yang telah
ditinggal cukup lama, maka bahan residu sudah tak efektif lagi sebagai
racun langsung, namun masih berbahaya karena dapat terakumulasi
(Martono, 2009).
Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil
penyemprotan pada tanaman. Residu pestisida terdapat pada semua
tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada
buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah
tersebut. Walaupun sudah dicuci atau dimasak, residu pestisida ini
masih terdapat pada bahan makanan (Zulkarnain, 2010).
2.2 Pestisida Organofosfat
Pestisida Organofosfat adalah pestisida dengan senyawa organofosfat
sebagai komponen utamanya. Organofosfat ditemukan pada tahun 1945.
Struktur kimia dan cara kerjanya berhubungan erat dengan gas syaraf.
Organofosfat

dapat

menurunkan

populasi

serangga

dengan

cepat,

persistensinya di lingkungan sedang sehingga organofosfat secara bertahap


dapat menggantikan organoklorin. Sampai saat ini organofosfat masih
merupakan insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Contoh : malathion, monokrotofos, paration, fosfamidon, bromofos, diazinon,
dimetoat, diklorfos, fenitrotion, fention, dan puluhan lainnya (Zulkarnain,
2010).
Meskipun demikian, senyawa organofosfat ini lebih toksik terhadap
hewan-hewan bertulang belakang jika dibandingkan senyawa organoklorin.
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida
lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya
dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan
4

beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa


(Zulkarnain, 2010).
Berikut

adalah

batas

maksimum

residu

pestisida

golongan

organofosfat pada sawi dan melon berdasarkan Keputusan Bersama Menteri


Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor 881/MENKES/SKB/VIII/1996
tentang Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian :
Tabel 1. Batas Maksimum Residu Pestisida Organofosfat pada Sawi
No
1.
2.
3.
4.
5.

Golongan Pestisida Organofosfat


Azinphos methyl
Chlorpyrifos methyl
Diazinon
Dichlorvos
Disulfoton

Batas Maksimum Residu (mg/kg)


0,5
0,1
0,5
0,5
0,5

Tabel 2. Batas Maksimum Residu Pestisida Organofosfat pada Melon


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Golongan Pestisida Organofosfat


Azinphos methyl
Dichlorvos
Ethion
Ethoprophos
Fenamiphos
Menfiphos
Metamidophos
Phosphamidon

Batas Maksimum Residu (mg/kg)


2
0,1
2
0,2
0,05
0,05
0,5
0,1

2.3 Dampak Residu Pestisida Organofosfat


Apabila masuk kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut, dan saluran
pencernaan maupun saluran pernapasan, pestisida organofosfat akan
berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur bekerjanya
syaraf, yaitu kholinesterase. Apabila kholinesterase terikat, maka enzim
tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya sehingga syaraf dalam tubuh
terus menerus mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu. Dalam
keadaan demikian otot-otot tersebut senantiasa bergerak-gerak tanpa dapat
dikendalikan (Deptan, 2011).
Disamping timbulnya gerakan-gerakan otot-otot tertentu, tanda dan
gejala lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah pupil atau celah iris
mata menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut

berbusa, atau mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa pusing,
berkeringat banyak, detak jantung yang cepat, mual, muntah-muntah, kejang
pada perut, mencret sukar bernapas, otot-otot tidak dapat digerakkan atau
lumpuh dan pingsan (Deptan, 2011). Kematian disebabkan kelumpuhan otototot pernafasan. Kematian dapat terjadi dalam waktu lima menit sampai
beberapa hari karena itu pengobatan harus secepat mungkin dilakukan
(Yuantari, 2009).
Tabel 3. Efek Muskarinik, Nikotinik dan Saraf Pusat pada Toksisitas Organofosfat
Efek
Gejala
1. Muskarinik( reseptor yang - Salivasi, lakrimasi (mengeluarkan air
ada di otot jantung)

mata), urinasi dan diare (SLUD)


-

Kejang perut

Nausea (mual) dan vomitus (muntah)

Bradicardia (denyut nadi lemah <60


kali /menit)

Miosis

2. Nikotinik( reseptor yang -

Berkeringat
Pegal-pegal, lemah

mempengaruhi otot rangka)

Tremor

Paralysis (kehilangan fungsi otot)

Dyspnea (sesak napas)

Tachicardia (denyut nadi cepat)


Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

Sakit kepala

Emosi tidak stabil

Bicara terbata-bata

Kelemahan umum

Convulsi

Depresi respirasi dan gangguan jantung

3. sistem saraf pusat(SSP)

- Koma
Sumber : Afriyanto, 2008.
2.4 Metode Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan untuk memisahkan


suatu senyawa dalam suatu campurannya secara fisik dimana campuran
tersebut dipisahkan berdasarkan distribusi senyawa-senyawanya diantara dua
fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Fase diam adalah
fase yang lebih besar jumlahnya pada kromatografi dan memiliki permukaan
kontak yang lebih luas. Sedangkan fase gerak adalah fase yang mengalir
bersama fase diam. Fase gerak bisa berupa cairan ataupun gas (Setiawandi,
2010).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan
komponen-komponen

sampel

berdasarkan

perbedaan

kepolaran.

Kromatografi lapis tipis menggunakan prinsip dasar pada kromatografi dasar


yaitu pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi senyawa pada
dua fase yang berbeda. Pada KLT, fase diamnya berupa silika yang terbalut
oleh cairan. Sedangkan eluen digunakan pelarut baik yang polar maupun yang
non-polar. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase
diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan
yang cocok. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk menganalisis
senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil (misal menentukan jumlah
kumpulan dalam campuran), dan juga untuk mengidentifikasi komponen
penyusun campuran melalui perbandingan dengan senyawa yang diketahui
strukturnya (Setiawandi, 2010).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum
a. Lokasi
1. Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sawi dan melon dilakukan di Pasar
Karangmenjangan dan Superindo secara acak.
2. Lokasi Praktikum
Pengujian residu pestisida organofosfat ini dilakukan di Balai
Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.
3. Waktu Praktikum
Sampel sawi dan melon dikirim ke BBLK Surabaya untuk diuji
pada tanggal 20 April 2012.
3.2 Pengujian Residu Pestisida Organofosfat dengan Kromatografi Lapis
Tipis
3.2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Pelat Silika
2. Kapiler
3. Chamber (bejana)
4. Erlenmeyer
5. Lampu Ultraviolet (UV)
6. Soxhlet
7. Spray box
b. Bahan
8

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Melon
Sawi
Larutan standart organofosfat murni
Chloroform (CHCl3)
n Hexan (sebagai eluen)
Brom Phenol Blue
Asam Asetat 5%

Gambar 1. Chamber dengan pelat silika

Gambar 3. Piper Kapiler

Gambar 2. Erlenmeyer

Gambar 4. Soxhlet

3.2.2 Langkah Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Melakukan preparasi sampel dengan cara :
a. Mengambil sampel masing-masing sebanyak 500 gram. Ada 4
sampel yang harus ada, yaitu sampel sawi dan melon di pasar
Karangmenjangan dan sampel sawi dan melon di Superindo.
b. Memberi label pada tabung erlenmenyer di masing-masing
sampel.
A : untuk sawi Superindo
B : untuk melon Superindo

C : untuk sawi pasar Karangmenjangan


D : untuk melon pasar Karangmenjangan
c. Kemudian, menambahkan masing-masing sampel tersebut
dengan air bersuhu 100oC sampai menjadi suspensi.
d. Setelah itu, mendiamkan dan menyaring campuran tersebut
sampai menjadi jernih.
e. Filtrat yang sudah jernih siap untuk diekstraksi.
3. Melakukan ekstraksi sampel, dengan cara :
a. Melarutkan filtrat dengan chloroform (CHCl3).
b. Campuran tersebut kemudian di ekstraksi dengan alat Soxhlet
sehingga diperoleh ekstrak dari masing-masing sampel.
4. Melakukan Elusi, dengan cara :
a. Mengisi chamber dengan larutan n Hexan (eluen) sebanyak 100
ml dan menunggu selama 1 jam sebelum digunakan agar
chamber tersebut jenuh dengan eluen.
b. Menyiapkan pelat silika yang cukup untuk 5 sampel (sampel
larutan standart organofosfat, sampel A, sampel B, sampel C,
dan sampel D).
c. Menotolkan masing-masing sampel menggunakan kapiler pada
pelat silika dengan titik awal penotolan yang sama.
d. Memasukkan pelat silika ke dalam chamber yang telah berisi
eluen tadi dengan bagian yang ditotoli berada di bagian bawah.
e. Setelah eluen mencapai garis akhir elusi, pelat silika dikeluarkan
dari chamber dan ditempatkan pada spray box untuk dilakukan
penyemprotan (spray).
5. Melakukan penyemprotan menggunakan larutan Brom Phenol Blue
dan asam asetat 5%.
6. Setelah itu, menguapkan dan memanaskan pelat silika dengan Sinar
Ultraviolet sehingga terlihat spot-spot.
7. Menghitung jarak masing-masing spot (sampel) dari titik awal
penotolan sampai titik akhir yang dicapai (jarak tempuh).
8. Menghitung Rf tiap sampel.
9. Membandingkannya dengan Rf Organofosfat.
10. Membuat laporan hasil praktikum.

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian Residu Pestisida
No
1.
2.
3.
4.

Sampel

Residu Pestisida

Sampel A (Sawi Superindo)


Sampel B (Melon Superindo)
Sampel C (Sawi Pasar Karangmenjangan)
Sampel D (Melon Pasar Karangmenjangan)

Organofosfat
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

4.2 Pembahasan
1. Pengujian residu pestisida pada buah melon, yang diuji adalah daging
buahnya tanpa kulit.
2. Pengiriman sampel ke BBLK dilakukan segera setelah sampel diambil,
sehingga kemungkinan untuk terjadi kontaminasi atau bahkan hilangnya
residu dapat diminimalisir, dengan harapan hasil yang diperoleh benarbenar akurat.
3. Sampel sawi pasar Karangmenjangan berdasarkan hasil wawancara pada
pedagang merupakan sawi asal Batu, Malang.

11

4. Sampel melon pasar Karangmenjangan berdasarkan hasil wawancara pada


pedagang merupakan melon asal daerah Tanjungsari, Sukomanunggal
Surabaya.
5. Sampel sawi dan melon Superindo berdasarkan hasil wawancara pada
petugas pengangkut barang dari truk merupakan sawi dan melon asal Batu,
Malang.
6. Dari hasil pengujian residu pestisida organofosfat secara kualitatif
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis pada sampel yang diuji,
didapatkan bahwa semua sampel menunjukkan hasil negatif, yang berarti
bahwa semua sampel yang diuji tidak mengandung residu pestisida
organofosfat. Dengan demikian sampel tersebut aman untuk dikonsumsi.
BAB V
PENUTU
5.1 Kesimpulan
1. Sampel sawi dan melon dari Pasar Karangmenjangan tidak mengandung
residu pestisida organofosfat dari pengujian kualitatif menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis.
2. Sampel sawi dan melon dari Superindo tidak mengandung residu pestisida
organofosfat dari pengujian kualitatif menggunakan metode Kromatografi
Lapis Tipis.
3. Sampel sawi dari pasar Karangmenjangan dan Superindo keduanya berasal
dari Batu, Malang. Sehingga dimungkinkan sawi yang dijual di kedua
tempat tersebut berasal dari daerah yang sama.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengujian secara kuantitatif pada sampel untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
2. Perlu dilakukan pengujian dengan membandingkan perlakuan, yakni sawi
yang tidak dicuci dengan sawi yang dicuci terlebih dahulu, serta melon
yang diuji tanpa dikupas dan melon yang dikupas (tanpa kulit) untuk
mengetahui apakah perbedaan perlakuan tersebut dapat mempengaruhi
hasil pengujian.
3. Untuk membandingkan antara keamanan sayur dan buah yang dijual di
pasar dan supermarket dari residu pestisida, perlu ditambah jumlah sampel

12

pada masing-masing tempat sehingga lebih representatif dan hasilnya


dapat digunakan untuk melakukan perbandingan .

DAFTAR PUSTAKA
http://data-upload-ikma.googlecode.com

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Revisi
    Revisi
    Dokumen11 halaman
    Revisi
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Palpasi
    Palpasi
    Dokumen1 halaman
    Palpasi
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Ibu Pertiwi
    Ibu Pertiwi
    Dokumen3 halaman
    Ibu Pertiwi
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Apa Itu Fan Page Facebook
    Apa Itu Fan Page Facebook
    Dokumen2 halaman
    Apa Itu Fan Page Facebook
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Jantung
    Jantung
    Dokumen1 halaman
    Jantung
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Facebook
    Facebook
    Dokumen31 halaman
    Facebook
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Sma Negeri 15 JLN Pembangunan Sekolah No. 7 Medan Sunggal: D I S U S U N Oleh
    Sma Negeri 15 JLN Pembangunan Sekolah No. 7 Medan Sunggal: D I S U S U N Oleh
    Dokumen2 halaman
    Sma Negeri 15 JLN Pembangunan Sekolah No. 7 Medan Sunggal: D I S U S U N Oleh
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Jantung
    Jantung
    Dokumen1 halaman
    Jantung
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Bola Voli: Sejarah
    Bola Voli: Sejarah
    Dokumen2 halaman
    Bola Voli: Sejarah
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Chord Hivi Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi-1
    Chord Hivi Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi-1
    Dokumen1 halaman
    Chord Hivi Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi-1
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Twitter
    Twitter
    Dokumen48 halaman
    Twitter
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Siapa Ibu Pertiwi Sebenarnya
    Siapa Ibu Pertiwi Sebenarnya
    Dokumen2 halaman
    Siapa Ibu Pertiwi Sebenarnya
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Instagram
    Instagram
    Dokumen11 halaman
    Instagram
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Facebook
    Pengertian Facebook
    Dokumen3 halaman
    Pengertian Facebook
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Bhinneka Tunggal Ika
    Bhinneka Tunggal Ika
    Dokumen13 halaman
    Bhinneka Tunggal Ika
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Pancasila
    Pancasila
    Dokumen13 halaman
    Pancasila
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Politi K
    Politi K
    Dokumen4 halaman
    Politi K
    valen2findy
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Instagram Dan Keistimewaannya
    Pengertian Instagram Dan Keistimewaannya
    Dokumen3 halaman
    Pengertian Instagram Dan Keistimewaannya
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Politi K
    Politi K
    Dokumen4 halaman
    Politi K
    valen2findy
    Belum ada peringkat
  • Sosialisasi Politik Dalam Pengembangan Budaya Politik
    Sosialisasi Politik Dalam Pengembangan Budaya Politik
    Dokumen1 halaman
    Sosialisasi Politik Dalam Pengembangan Budaya Politik
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Humas
    Humas
    Dokumen1 halaman
    Humas
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Boneka Sigale
    Boneka Sigale
    Dokumen1 halaman
    Boneka Sigale
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Boneka Sigale
    Boneka Sigale
    Dokumen1 halaman
    Boneka Sigale
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Raja Dijadikan Budak
    Raja Dijadikan Budak
    Dokumen1 halaman
    Raja Dijadikan Budak
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Paskhaskibra Proposal
    Paskhaskibra Proposal
    Dokumen4 halaman
    Paskhaskibra Proposal
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Wednesday Pns
    Wednesday Pns
    Dokumen3 halaman
    Wednesday Pns
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Humas
    Humas
    Dokumen1 halaman
    Humas
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Asteroidgenros
    Asteroidgenros
    Dokumen3 halaman
    Asteroidgenros
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat
  • Wednesday Pns
    Wednesday Pns
    Dokumen3 halaman
    Wednesday Pns
    Monica Winarti Simalango
    Belum ada peringkat