Anda di halaman 1dari 8

AKHLAK-AKHLAK TERCELA1

Zhalim
Orang Muslim itu tidak menzhalimi orang lain dan tidak dizhalimi. Ya,ia tidak
menzhalimi seorangpun dan tidak menerima kezhaliman orang lain terhadap dirinya,
karena kezhaliman dengan tiga jenisnya diharamkan Al Quran dan sunnah. Allah
Taala berfirman:
Kalian tidak menzhalimi dan tidak pula dizhalimi.(QS Al Baqarah : 279)
Allah Taala berfirman:
Dan barangsiapa di antara kalian berbuat zhalim, niscaya Kami rasakan kepadanya
adzab yang besar.(Al Furqan : 19)
Allah Taala berfirman dalam hadits qudsi,
Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku haramkan kezhaliman atas diriKu dan
mengharamkannya atas kalian. Oleh karena itu, kalian jangan saling menzhalimi.
(HR Muslim)
Rasulullah saw bersabda,
Takutlah kalian kepada kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan di akhirat.
(diriwayatkan Muslim)
Rasulullah saw bersabda,
Barangsiapa berbuat zhalim (merampas) sejengkal saja, maka Allah memikulkan
tujuh bumi padanya.(Muttafaq Alaih)
Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya Allah memberi tempo waktu kepada orang zhalim, namun jika Dia
telah menyiksanya,maka ia tidak dapat lolos.Usai bersabda seperti itu Rasulullah saw
membaca ayat,Dan begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk
negeri-negeri yang berbuat zhalim, sesungguhnya adzab-adzab Nya sangat pedih lagi
keras.(QS Huuda : 102)
Rasulullah saw bersabda,
Takutlah kepada doa orang yang dizhalimi, karena doanya tidak mempunyai
dinding pembatas dengan Allah.(Muttafaq Alaih)
Jenis-Jenis Kezhaliman
1.
Kezhaliman seorang hamba terhadap Tuhannya dengan kafir kepadaNya.2)
Allah Taala berfirman, Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zhalim. (QS Al Baqarah : 254)
Dan dengan menyekutukanNya dalam beribadah kepadaNya dalam arti
mengarahkan beberapa ibadah kepada selain Allah Taala.
Allah berfirman, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar
kezhaliman yang besar.(Luqman : 13)
2. Kezhaliman seorang hamba terhadap hamba-hamba Allah Taala, dan
makhluk-makhlukNya dengan cara menyakiti kehormatan mereka, badan
mereka dan harta mereka tanpa alasan yang dapat dibenarkan. Rasulullah saw
bersabda,
Barangsiapa mempunyai kezhaliman pada saudaranya, dikehormatannya atau
sesuatu yang lain, hendaklah ia meminta saudaranya menghalalkannya
2) ini tidak bertentangan dengan firman Allah Taala, Dan mereka tidak menzhalimi
Kami, namun mereka menzhalimi diri mereka sendiri. (Al Baqarah : 57)
karena makna ayat diatas ialah bahwa Allah tidak rugi dengan kedzaliman mereka dan
kerugian kezhaliman mereka itu kembali kepada mereka sendiri.

sebelum ia tidak memiliki dirham dan dirham. Jika ia mempunyai amal shalih,
maka amal shalihnya diambil daripadanya sebesar kezhalimannya. Jika ia
tidak mempunyai amal shalih maka dosa saudaranya diambil kemudian
dipikulkan kepadanya. (diriwayatkan Al Bukhari)
Rasulullah saw bersabda,
Barangsiapa merampas hak orang Muslim lainnya dengan sumpahnya, maka
Allah mewahibkan neraka baginya, dan mengharamkan surga baginya.Salah
seorang sahabat bertanya, Kendati merampas sesuatu yang sederhana wahai
Rasulullah? Rasulullah saw bersabda,Kendati hanya potongan kayu urok.
(diriwayatkan Al Bukhari)
Rasulullah saw bersabda,
Seorang Muslim senantiasa berada dalam kelapangan agamanya selagi ia
tidak menumpahkan darah yang haram(ditumpahkan), (diriwayatkan
Muslim)
Rasulullah saw bersabda,
Semua orang Muslim terhadap Muslim lainnya haram darahnya, hartanya,
dan kehormatannya.(diriwayatkan Muslim)
3. Kezhaliman seorang hamba terhadap diri sendiri dengan cara mengotorinya
dengan berbagai dosa, maksiat kepada Allah Taala dan RasulNya. Allah
berfirman,
Dan tidaklah mereka menzhalimi Kami, akan tetapi merekalah yang
menzhalimi diri mereka sendiri.(QS Al Baraqah : 57)
jadi orang yang mengerjakan dosa-dosa besar adalah orang yang zhalim
terhadap dirinya sendiri, karena membawanya kepada keburukan dan
kegelapan. Oleh karenaitu ia berhak mendapatkan laknat Allah Taala, dan
jauh dariNya.
Dengki
Orang Muslim itu tidak dengki dan dengki tidak menjadi akhlaknya, selagi ia
mencintai kebaikan bagi kaum Muslimin, karena dengki bertentangan dengan akhlak
cinta kebaikan dan itsar.
Orang Muslim membenci sifat dengki, karena dengki adalah penolakan
terhadap terhadap pembagian Allah Taala diantara hamba-hambaNya. Allah
berfiraman,
Ataukah mereka dengki kepada manusia(Muhammad) lantaran karunia yang Allah
telah berikan kepadanya?(An Nisa : 54 )
Allah Taala berfirman,
Apakah mereka membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. (Az Zukhruf : 32)
Dengki terbagi ke dalam dua bagian:
1. Dengki dengan maksud mengharapkan musnahnya nikmat harta, ilmu,
kedudukan, dan kekuasaan dari orang lain. Sebagai gantinya, ia berharap
mendapatkan semua itu.
2. Dengki dengan maksud mengharapkan musnahnya semua nikmat di atas dari
orang lain, kendati ia tidak mendapatkannya.

Dengki berbeda dengan ightibath yaitu berharap mendapatkan nikmat ilmu, harta, dan
kesehatan badan seperti yang dimiliki orang lain tanpa mengharapkan nikmat tersebut
hilang dari pemiliknya, karena Rasulullah saw bersabda,
Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang, orang yang diberi harta oleh Allah
kemudian memenangkannya atas kerakusannya di jalan yang benar, dan orang yang
diberi hikmah oleh Allah kemudian memutuskan persoalan dengannya, dan
mengajarkannya.(diriwayatkan Al Bukhari)
yang dimaksud dengan hikmah pada hadits di atas ialah Al Quran dan As
sunnah. Dengki dengan dua jenis diatas itu haram, jadi orang tidak boleh dengki
terhdap orang lain. Allah Taala berfirman,
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah
telah berikan kepadanya? ( QS An Nisa : 54)
Allah Taala berfirman,
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian
kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena dengki yang timbul dari diri sendiri.
(Al Baqarah : 109)
Allah Taala berfirman,
Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.(Al Falaq : 5)
jadi kecaman Allah Taala terhadap sifat ini menghendaki keharamannya, dan
larangan darinya.
Rasulullah saw bersabda,
Kalian jangan saling membenci, jangan saling dengki, jangan saling membelakangi,
jangan saling memutus hubungan, namun jadilah kalian sebagai saudara-saudara hai
hamba-hamba Allah. Seorang Muslim tidak halal mendiamkan saudaranya lebih dari
tiga hari. (Muttafaq Alaih)
Rasulullah saw bersabda,
Jauhilah dengki, karena dengki memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana kayu
memakan kayu bakar, atau rumput.(diriwayatkan Abu Daud)
Jika terlintas orang Muslim dorongan kemanusiaannya, dan dosa, maka ia
melawannya dengan mengusirnya dari dalam dirinya, dan membencinya agar lintasan
tersebut tidak menjadi obsesi, atau keinginan yang ia kerjakan, kemudian ia celaka
karenanya. Jika ia tertarik kepada sesuatu ia berkata,Apa saja yang dikehendaki
Allah pasti terjadi. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah Dengan cara
seperti itu ia tidak bisa dipengaruhi oleh lintasan hatinya, dan tidak menyerah kalah.
Menipu
Orang Muslim beribadah kepada Allah Taala dengan memberi nasihat kepada
setiap orang Muslim, dan hidup dengan ibadah seperti itu. Oleh karena itu, ia tidak
menipu seorangpun, tidak melanggar janji, dan tidak berkhianat, karena penipuan,
pengkhianatan, dan pelanggaran janji adalah sifat-sifat tercela, dan buruk pada
seseorang. Keburukan itu bukan akhlak orang Muslim dalam kondisi apapun, karena
kebersihan dirinya yang bersumber dari iman dan amal shalih itu bertentangan dengan
akhlak buruk tersebut yang tidak lain adalah keburukan murni yang tidak ada
kebaikan sedikitpun di dalamnya. Orang Muslim itu dekat dengan kebaikan, dan jauh
dari keburukan.
Penipuan mempunyai banyak bentuk, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Seseoaran menghiasi keburukan, atau kerusakan kepada saudaranya agar jatuh
kedalamnya.
2. Seseorang memperlihatkan bagian luar yang baik pada orang lain, dan
menyebunyikan isinya yang buruk dan rusak

3. Seseorang memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan isinya, karena ingin


menipunya.
4. Seseorang sengaja merusak harta orang lain, istri, anak, pembantu, dan temantemannya dengan memfitnahnya, dan mengadu domba dengan orang lain.
5. Seseorang berjanji menjaga jiwa orang lain, atau hartanya, atau menjaga
rahasia, kemudian ia berkhianat, dan tidak menepati janjinya.
Dalam menjauhi penipuan, pelanggaran janji, dan pengkhianatan, orang Muslim taat
kepada Allah Taala dan RasulNya, karena ketiga sifat tersebut diharamkan Al Quran
dan As Sunnah. Allah Taala berfirman,
Dan orang-orang yang menyakiti laki-laki Muslim dan wanita-wanita Mukminah
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata. (Al Ahzab : 58)
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Maka barangsiapa melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan
menimpa dirinya sendiri. (Al Ahzab : 10)
Allah Taala berfirman,
Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya
sendiri. (Fathir:43)
Rasulullah saw bersabda,
Barangsiapa merusak istri orang lain, atau budaknya (pembantunya), ia bukan
termasuk golongan kami. (diriwayatkan Abu Daud dengan sanad baik)
Rasulullah saw bersabda,
Empat hal, barangsiapa keempatnya ada pada dirinya, ia orang munafik tulen dan
barangsiapa yang memiliki salah satu daripadanya, ia memiliki sifat munafik hingga
ia meninggalakannya, jika diberi amanah maka ia mengkhianatinya, jika ia berbicara
maka berdusta, jika ia berjanji maka ia mengingkari, dan jika ia bermusuhan maka ia
berbuat jahat. (Muttfaq Alaih)
Rasulullah saw berjalan melewati sebuah kantong makanan, lalu Beliau memasukkan
tangannya ke dalamnya, ternyata jari-jarinya menyentuh sesuatu yang basah. Beliau
bertanya,Apa ini, hai pemilik makanan? Pemilik makanan menjawab,Kantong
makanan ini terkena hujan, wahai Rasulullah? Rasulullah saw bersabda,Kenapa
engkau tidak meletakkannya diatas makanan agar bisa dilihat manusia? Barangsiapa
menipu kami, ia bukan termasuk golongan kami. (diriwayatkan Muslim)
Riya
Orang Muslim tidak riya, karena riya adalah kemunafikan, dan syirik. Orang
Muslim beriman, dan bertauhid. Jadi imannya, dan tauhidnya itu bertentangan dengan
akhlak riya dan munafik. Ia tidak pernah sekalipun menjadi orang munafik, dan
melakukan riya. Ia membenci sifat tercela riya dan munafik, karena ia mengetahui
bahwa Allah Taala dan RasulNya membenci sifat tersebut. Allah Taala mengancam
orang-orang yang melakukan riya dengan siksa yang pedih dengan firmanNya,
Maka kecelakan bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lali dari
shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang
berguna. (Al Maun : 4-7).
Allah Taala berfirman dalam hadits qudsi,
Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan dimana didalamnya ia menyekutukan Aku
dengan selain Aku, maka ia sepenuhnya menjadi milik sekutunya, dan Aku berlepas
daripadanya. Aku paling kaya dari persekutuan (diriwayatkan Muslim)
Rasulullah saw bersabda,

Barangsiapa berbuat riya maka Allah menjelek-jelekkannya, dan barangsiapa


berbuat sumah maka Allah membeberkan sumahnya (kepada manusia). (Muttaq
Alaih)
Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya yang paling aku takutkan pada kalian ialah syirik kecil. Para sahabat
bertanya,Apa yang dimaksud dengan syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah saw
bersabda,Riya. Allah Azza wa Jalla berfirman pada hari kiamat setelah membalas
para hamba dengan amal perbuatan mereka, Pergilah kalian (orang-orang yang
melakukan riya) kepada orang-orang yang kalian melakukan riya karena mereka di
dunia, kemudian lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka.
(diriwayatkan Ahmad, Ath Thabrani, dan AL Baihagi. Az Zain Al Iraqi berkata,
perawi-perawi hadits ini bisa dipercaya)
Hakikat riya ialah seorang hamba taat kepada Allah dengan tujuan sampingan yaitu
mendapatkan kedudukan di hati manusia.
Bentuk-bentuk Riya
1. Seorang hamba meningkatkan ketaatannya kepada Allah Taala jika dipuji,
dan ketaatannya berkurang atau habis sama sekali jika ia dicela
2. Rajin beribadah jika bersama-sama manusia, dan malas beribadah jika
sendirian
3. Bersedekah. Jika sedekahnya tidak dilihat manusia, ia pasti tidak bersedekah.
4. Seseorang mengatakan kebaikan, atau mengerjakan kebaikan, namun ia tidak
menginginkannya untuk Allah Taala semata, dan mengingikannya untuk
manusia di samping Allah Taala atau tidak menginginkanNya sama sekali,
dan menginginkannya untuk menusia semata.
Ujub
Orang Muslim mewaspadai sifat ujub dan berusaha sekuat tenaga agar ujub
tidak menjadi sifat dirinya dalam kondisi apapun, karena ujub adalah penghalang
terbesar kesempurnaan dan kecelakaan terbesat di dunia dan di akhirat. Betapa banyak
nikmat berubah menjadi siksa karena ujub. Betapa banyak orang mulia terhina karena
ujub. Ujub adalah penyakit yang membahayakan, dan menimbulkan petaka bagi
pelakunya. Oleh karena itu, orang Muslim mewaspadainya dan takut kepadanya. Al
Quran dan As Sunnah mengharamkan sifat ujub, dan melarang daripadanya. Allah
Taala berfirman,
Kalian ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan
kalian telah ditipu terhadap Allah oleh syetan yang amat penipu.(Al Hadid :14)
Allah Taala berfirman,
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu Yang Maha Pemurah,(Al Infithar:6)
Allah Taala berfirman,
Dan ingatlah peperangan Hunain, yaitu di waktu kalian menjadi congkak karena
banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepada kalian sedikitpun.(At Taubah : 25)
Rasulullah saw bersabda,
Tiga hal membinasakan; kikir yang ditaati; hawa nafsu yang diikuti; dan kekaguman
seseorang terhadap dirinya sendiri(ujub). (diriwayatkan Ath Thabrani dan lain-lain,
hadits ini dhaif)
Rasulullah saw bersabda,

Jika engkau melihat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, dan kekaguman pemilik
pendapat kepada pendapat, maka jagalah dirimu.(diriwayatkan Abu Daud dan At
Tirmidzi yang menghasankannya)
Rasulullah saw bersabda,
Orang cerdas ialah orang yang menundukkan hawa nafsunya, dan beramal untuk hari
setelah kematian. Dan orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, dan
mengharapkan mimpi-mimpi kosong kepada Allah. (diriwayatkan Al Bukhari)
1. Contoh-contoh Ujub
1). Iblis bangga dengan kondisi dirinya, dan asal-usulnya. Ia berkata kepada Allah
Taala, Engkau menciptakanku dari api, dan Engkau menciptakan Adam dari
tanah? Karena itu, Allah Ta'ala.
2). Kaum Ad ujub (bangga) dengan kekuatan mereka, dan tertipu dengan
kekuasaan mereka, mereka berkata,Siapakah yang lebih kuat dari kami? Allah
Taalapun menghinakan mereka dengan siksa yang menghinakan di dunia dan di
akhirat.
3). Nabi Sulaiman as lengah dengan berkata,Pada malam ini, aku pasti, menggilir
keseratus istriku agar mereka semua melahirkan anak laki-laki yang kelak berjihad
di jalan Allah. Beliau lengah berkata seperti itu tanpa mengatakan insya Allah.
Oleh karenanya, Allah Taala mengharamkan anak laki-laki baginya.
4). Para sahabat Rasulullah saw bangga dengan jumlah mereka yang banyak di
perang Hunain. Mereka berkata,Pada hari ini, kita tidak akan dikalahkan oleh
pasukan yang sedikit. Karena mereka ujub (bangga) dengan jumlah mereka yang
banyak, maka mereka merasakan kekalahan yang pahit hingga bumi yang luas
terasa sempit bagi mereka, dan mereka lari terbirit-birit.
2. Bentuk-bentuk Ujub
1). Ujub dengan ilmu. Bisa jadi seseorang ujub dengan ilmunya dan tertipu
dengan ilmu pengetahuannya yang banyak. Oleh karena itu, ia tidak berusaha
menambah ilmunya, menghina orang-orang yang ilmunya lebih sedikit darinya,
dan meremehkan mereka. Ini jelas sebuah kebinasaan.
2). Ujub dengan harta. Bisa jadi seseorang ujub dengan hartanya yang banyak, dan
tertipu oleh assetnya yang banyak, kemudian ia menghambur-hamburkannya,
sombong terhadap orang lain, dan menolak kebenaran. Akibatnya, ia binasa.
3). Ujub dengan kekuatan. Bisa jadi seseorang ujub dengan kekuatan fisik dan
kekuasaannya, kemudian ia menzhalimi orang lain, berjudi, dan pesta minuman
keras. Akibatnya ia celaka dan didera petaka,
4). Ujub dengan kehormatan. Bisa jadi seseorang ujub dengan kehoramatan,
nasab, dan asal-usulnya, kemudian ia tidak berusaha mendapatkan kehidupan
terhormat dan tidak mampu mendapatkan kesempurnaan. Akibatnya, ia lamban
dalam beramal, nasabnya tidak bisa menolongnya dan terhina.
5). Ujub dengan ibadah. Bisa jadi seseorang ujub dengan amal perbuatan dan
ketaatannya yang banyak, kemudian ia mendikte Allah Taala. Akibatnya, amal
perbuatannya hangus, ia binasa dengan ujubnya, dan celaka karenanya.
3. Pengobatan dari Ujub
Pengobatan dari penyakit ujub dengan ingat kepada Allah Taala bahwa apa
saja yang diberikan Allah Taala padanya hari ini; ilmu, harta, kekuatan,
kemuliaan, dan kehormatan itu bisa jadi diambil Allah Taala besok pagi jika Dia
menghendakinya. Juga dengan mengetahui bahwa seberapa banyaknya ketaatan

seorang hamba kepada Allah Taala, maka itu tidak sebanding dengan apa yang
diberikan Allah Taala kepadanya. Juga dengan mengetahui bahwa Allah Taala
tidak bisa didikte untuk memberikan sesuatu, karena Allah Taala sumber segala
karunia, Pemberi segala kebaikan, dan karena Rasulullah saw bersabda,
Salah seorang dari kalian tidak akan selamat dengan amal
perbuatannya.Para sahabat bertanya,Termasuk engkau sendiri, wahai
Rasulullah? Rasulullah saw menjawab,Ya, termasuk aku, hanya saja Allah
melimpahkan rahmatNya kepadaku.(diriwayatkan Al Bukhari)
Tidak Berdaya Dan Malas
Orang Muslim itu kuat, tidak malas, bersemangat, rajin, beramal dan bernyali
kuat, karena tidak berdaya dan malas adalah akhlak tercela dan Rasulullah saw
berlindung diri kepada Allah Taala dari keduanya. Seringkali Rasulullah saw
berdoa, Ya Allah, aku berlindung diri kepadaMu dari tidak berdaya, malas,
pengecut, tua, dan pelit.(Muttafaq Alaih)
Rasulullah saw bersabda memerintahkan kaum muslimin beramal,
Bekerjalah terhadap apa saja yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada
Allah, dan jangan lemah. Jika sesuatu terjadi padamu, maka jangan
katakan,Seandainya aku melakukan hal ini dan itu, pasti ini,namun katakan, Allah
telah menetapkan, dan apa yang Dia kehendaki maka Dia kerjakan, karena kata
seandainya itu membuka pekerjaan syetan.( HR Muslim)
Oleh karena itu, orang Muslim itu kuat, tidak malas dan tidak pengecut dan
tidak pelit. Bagaimana ia harus berdiam diri dari kerja, dan tidak mencari sesuatu
yang bermanfaat baginya, padahal dia meyakini sistems sebab-sebab, dan ketentuan di
alam semesta? Ia tidak malas, karena ia meyakini ajakan Allah Taala untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan,
Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan kalian dan
surga yang luasnya seluas langit dan bumi.(Al Hadid : 21)
Allah Taala menyuruh kaum Muslimin terlibat dalam persaingan dalam kebaikan,
Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba (QS Al
Muthaffifin:26)
Orang Muslim itu tidak pengecut dan tidak mundur, karena ia meyakini
qadha, percaya kepada takdir, dan mengetahui bahwa apa saja yang menimpanya itu
tidak untuk menyalahkannya dan jika ia salah maka tidak untuk merasakan bencana.
Ia tidak berdiam diri dari mengerjakan perbuatan yang bermanfaat, karena ia
mendengar Al Quran berfirman,
Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian niscaya kalian
memperoleh balasannya disisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling
besar pahalanya. (Al Muzzammil:20)
Bentuk-bentuk Ketidakberdayaan dan Kemalasan
1). Seseorang mendengar suara adzan dan ia tidak menjawabnya karena enak tidurtiduran, atau ngobrol, atau mengerjakan sesuatu yang tidak urgen hingga waktu shalat
nyaris habis, kemudian ia shalat sendirian diakhir waktu.
2). Seseorang menghabiskan berjam-jam waktunya di warung-warung, atau kursikursi tempat wisata, atau berjalan-jalan di jalan raya atau shopping di pasar-pasar,
padahal ia mempunyai pekerjaan yang harus ia tuntaskan.
3) seseorang tidak mengerjakan amal perbuatan yang bermanfaat seperti mencari
ilmu, menggarap sawah ladang, membangun rumah, dan lain sebagainya. Ia tidak
mengerjakan itu semua dengan alasan telah berusia lanjut, atau ia tidak ahli di

dalamnya, atau pekerjaan-pekerjaan tersebut membutuhkan waktu yang lama.


Tragisnya ia biarkan hari demi hari dan tahun demi tahun berjalan sementara ia tidak
bisa mengerjakan amal perbuatan yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat.
4). Salah satu pintu kebaikan terbuka bagi seseorang, misalnya kesempatan berhaji,
dan ia mampu menunaikannya, namun tidak menunaikannya. Atau bertemu dengan
orang kelaparan, dan ia mampu memberikannya makan, namun ia tidak memberinya
makan. Atau ia berada di bulan Ramadhan, namun tidak menggunakan malammalamnya dengan qiyamu lail. Atau mempunyai orang tua yang telah lemah, atau
salah satu dari keduanya, dan ia mampu berbakti kepadanya, namun ia tidak berbakti
kepada keduanya karena tidak berdaya atau malas,atau pelit, atau durhaka,
naudzubillah min dzalik.
5). Seseorang menetap disalah satu negeri dalam keadaan hina, namun ia tidak
mencari negri lain, karena tidak berdaya dan malas dimana ia bisa melindungi agama
dan kehormatannya di dalamnya.
Ya Allah, kami berlindung diri kepadaMu dari tidak berdaya, dan malas, kamu
berlindung diri kepadaMu dari pengecut, dan kikir. Kami berlindung diri kepadaMu
dari semua akhlak yang tidak Engkau ridhai, dan amal perbuatan yang tidak
bermanfaat. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad dan
para sahabatnya.

Anda mungkin juga menyukai