Anda di halaman 1dari 4

Mutiara hikmah dari panggung sejarah Islam #19:

Kedermawanan panglima perang yang selalu


memiliki hutang
Muhib Al-Majdi
Selasa, 7 Agustus 2012 13:13:13

(Arrahmah.com) Tinta emas mengabadikannya dalam lembaran-lembaran sejarah


Islam sebagai panglima perang yang menghabiskan 19 tahun usianya di medan jihad
demi mengawal keselamatan kaum muslimin dari serangan pasukan Khawarij pimpinan
Quthari bin Fujaah. Ia juga dicatat sebagai perintis jihad di India. Dan ia memiliki andil
besar dalam jihad di Sijistan, Khurasan dan Asia Tengah.
Nama panglima Islam yang hebat tersebut adalah Abu Sa'id Muhallab bin Abi Shufrah AlAzdi Al-Atki, seorang tabi'in mulia dan tokoh suku Azd di kota Bashrah. Dari suku Azd
yang hidup di wilayah pedalaman, ia mewarisi sikap keberanian, ketangkasan, keuletan
dan ketabahan. Dari kota Basrah, ia mewarisi peradaban kota Islam zaman khulafa'
rasyidun. Ia termasuk ketua rombongan penduduk Basrah yang diutus oleh gubernur
Basrah untuk menghadap khalifah Umar bin Khathab.
'Karir' jihad Muhallab bin Abi Shufrah mulai menanjak pada masa khalifah Utsman bin
Affan. Ia menjadi salah satu komandan penting dalam pasukan jendral Abdurrahman bin
Samurah Al-Qurasyi Al-Absyami dalam perang melawan pasukan Turki dan Persia di
Sijistan, tahun 31 H. Saat pasukan Islam itu menaklukkan kota Kabul, Muhallab bin Abi
Shufrah dipercaya sebagai pembawa berita gembira tersebut kepada gubernur Kufah.
Pada masa perang Jamal tahun 36 H, khalifah Ali bin Abi Thalib mengangkat Muhallab
bin Abi Shufrah sebagai komandan suku Azd.
Pada masa khalifah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Muhallab kembali diangkat menjadi
komandan pasukan Islam ke wilayah Khurasan dan perbatasan anak benua India.
Setelah pasukan Islam menguasai Khurasan, khalifah mengangkat Hakam bin Amru AlGhifari sebagai gubernur Khurasan. Salah satu pertempuran besar yang diikutinya di
Khurasan adalah pertempuran dengan pasukan musyrik Turki di Ghaur, daerah di antara
Herat dan Gazna.
Bergerak dari Khurasan, Muhallab memimpin pasukan Islam dalam pertempuran dengan
pasukan musyrik India. Muhallab berhasil mengalahkan musuh dan menguasai wilayah
Lahore dan Bannah, dua wilayah India (Pakistan saat ini) yang berada di antara kota

Kabul dan Multan. Muhallab adalah komandan Islam pertama yang merintis jihad di
India, puluhan tahun sebelum komandan Muhammad bin Qasim Al-ts-Tsaqafi
menaklukkan wilayah India pada masa gubernur Kufah dan Basrah, Hajjaj bin Yusuf AtsTsaqafi.
Pada masa khalifah Abdullah bin Zubair, Muhallab diangkat oleh gubernur Basrah,
Mussh'ab bin Zubair, sebagai komandan pengamanan wilayah. Saat itu pasukan Khawarij
yang berkekuatan ribuan orang melakukan serangan, pembantaian dan perampokan
terhadap kaum muslimin di Irak dan Iran. Kota Basrah telah terkepung, ribuan penduduk
meninggalkan kota dan baying-bayang pembantain telah berada di depan mata. Dengan
keberanian, kesabaran dan kerja keras pasukan yang dipimpinnya, pasukan Khawarij
bisa dipukul mundur.
Peperangan melawan Khawarij berlanjut selama 19 tahun penuh sampai masa
pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Dengan kerja keras, keberanian dan
kesabarannya, Muhallab berhasil membebaskan wilayah Basrah, Ahwaz, Karman, Persia,
Romahurmuz, Makran dan Tibristan dari gangguan mereka.
Walau telah bekerja keras selama 19 tahun penuh di medan jihad melawan kaum
Khawarij, tugas jihad masih menunggu Muhallab. Gubernur Irak segera mengembalikan
pasukan Muhallab ke medan jihad di Sijistan dan Khurasan.
Pada tahun 80 H, Muhallab membawa pasukan berkekuatan 8000 prajurit menyeberangi
sungai Balkh dan mengepung kota benteng Kisy selama dua tahun penuh. Selama masa
pengepungan panjang tersebut, anaknya yang bernama Habib bin Muhallab memimpin
pasukan Islam dalam pertempuran dengan pasukan musyrik raja Turki Bukhara.
Anaknya yang lain, Yazid bin Muhallab memimpin pasukan Islam menaklukkan wilayah
Khutal.
Setelah dikepung dua tahun penuh, penduduk Kisy mengajukan perdamaian dan
membayar jizyah kepada kaum muslimin. Pasukan Muhallab pun ditarik kembali ke kota
Marwa. Sampai saat meninggal dunia pada tahun 82 H, telapak kaki Muhallab senantiasa
berdebu di medan jihad. Ia panglima besar yang tak pernah meninggalkan medan jihad
sepanjang hayatnya. Imam Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Muhallab gugur dalam
pertempuran di Marwa Rudz pada bulan Dzulhijah 82 H.
***
Ribuan peperangan melawan pasukan muysrik Turki di Sijistan, Khurasan dan Asia
Tengah telah diikuti oleh Muhallab bin Abi Shufrah. Beberapa wilayah anak benua India
juga telah ia taklukkan. Harta rampasan perang yang diraih dari pasukan musuh, atau
jizyah dan kharaj yang dibayarkan oleh orang-orang kafir kepada kaum muslimin sudah
tak terhitung lagi banyaknya.
Sebagai prajurit dan komandan perang, Muhallab sudah tentu mendapatkan jatah dari
harta rampasan perang (ghanimah), fa'i, jizyah atau kharaj. Baitul mal negara tentu
menetapkan jatah tetap untuk dirinya sebagai pejabat tinggi militer. Jika semua harta
tersebut dikumpulkan dan dihitung, tentu jumlahnya tidak sedikit. Tegasnya, Muhallab
tentu adalah sosok orang yang berada dan berkecukupan.

Ternyata kehidupan sehari-hari Muhallab tidaklah demikian. Ia adalah seorang jendral


yang hidup sederhana dan tidak memiliki simpanan harta apapun. Bahkan, ia memiliki
banyak hutang. Ulama tafsir, hadits, fiqih dan sejarawan Islam, imam Muhammad bin
Jarir Ath-Thabari menulis, "Muhallab tidak memiliki harta. Jika ia diberhentikan dari
jabatannya, ia selalu berhutang." (Tarikhul Umam wal Muluk, 5/135)
Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan dari Abu Ishaq yang berkata, "Aku tidak pernah
melihat gubernur yang lebih mulia, lebih dermawan dan lebih pemberani daripada
Muhallab. Ia adalah orang yang paling jauh dari hal-hal yang dibenci dan paling dekat
dari hal-hal yang disukai."(Siyaru A'lam An-Nubala', 4/384)
Ia jendral yang selalu memiliki hutang, karena ia dikenal luas sangat dermawan dan
jarang sekali menolak permintaan orang. Kepada para pembantunya, Muhallab selalu
berpesan agar memperbanyak makanan dan menyedikitkan minuman jika tengah
menjamu para tamu. Muhallab tidak ingin tamunya kenyang dengan air. Baginya, hal itu
melanggar adab Islam yang memerintahkan memuliakan tamu.
Suatu ketika Muhallab baru kembali dari medan pertempuran bersama pasukannya.
Tiba-tiba seorang wanita berdiri di tengah jalan dan menghentikan iring-iringan pasukan
Muhallab. Wanita itu berkata, "Wahai panglima, saya telah bernadzar, jika Anda pulang
dari medan jihad dengan selamat, maka saya akan berpuasa selama sebulan, dan Anda
memberikan kepadaku seorang budak dan uang 1000 dirham."
Mendengar ucapan wanita itu, Muhallab tertawa dan menjawab, "Ya, aku akan penuhi
nadzarmu, tapi jangan kau bernadzar seperti itu lagi, karena tidak semua orang mau
memenuhi nadzarmu."
Muhallab dikenal sebagai orang yang gemar memerdekakan budak. Ucapannya yang
sangat terkenal adalah, "Aku heran terhadap orang yang mau membeli budak dengan
hartanya, namun ia enggan memerdekakan orang dari perbudakan dengan kemurahan
hatinya."
Dalam pertempuran di kota Samarkand, salah satu mata Muhallab terkena anak panah
musuh sehingga mengakibatkan kebutaan sebelah mata. Sebagian orang yang iri atau
benci kepadanya terkadang melecehkan dirinya yang cacat sebelah matanya tersebut.
Suatu hari, saat Muhallab sedang berjalan di tengah kota Basrah, ia mendengar seorang
laki-laki menyindir dirinya. Kata laki-laki itu, "Orang yang sebelah matanya buta ini
menjadi pemimpin, padahal jika ia dibawa ke pasar budak, harganya tidak lebih dari 100
dirham."
Ucapan laki-laki itu sangat keterlaluan dan menghina. Meski demikian, Muhallab adalah
seorang mujahid yang penyabar, santun dan pemaaf. Ia tidak membalas ejekan tersebut
dengan ucapan atau tindakan yang sepadan. Muhallab justru menyuruh pembantunya
untuk mengantarkan uang 100 dirham kepada orang yang mengejeknya tersebut.
Melalui pembantunya, Muhallab justru berpesan, "Seandainya engkau menaikkan
harganya, aku pasti juga akan menaikkan pemberianku."
Kepada anak-anaknya, Muhallab selalu berpesan, "Wahai anak-anakku, hendaklah kalian
saling memberi pemberian, niscaya kalian akan saling mencintai!"
Inilah sosok mujahid yang agung, panglima perang yang handal dan gubernur Khurasan
yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Kekuatan dan kekuasaannya adalah kasih sayang,
hanya dipergunakannya untuk melindungi kaum muslimin dan memerangi musuh-musuh
Islam. Demi menjamu tamu, memenuhi nadzar rakyat, memerdekakan budak dan
membantu orang-orang yang kesusahan; ia rela menyedekahkan sebagian besar
hartanya, bahkan berhutang kepada orang lain.

Umat Islam akan senantiasa merindukan para pemimpin dan panglima perang seperti
dirinya. Semoga Allah menerima seluruh amalnya, mengampuni dosanya dan
menempatkannya di surga Firdaus yang tertinggi.
Referensi:
Mahmud Syith Khathab, Qadatu Fathis Sindi wa Afghanistan, hlm. 169-208, Beirut: Dar
Ibni Hazm, cet. 1418 H.
(muhib almajdi/arrahmah.com)

Anda mungkin juga menyukai