Anda di halaman 1dari 8

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI

MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV


Fariz Dwi Pratomo, IG Ngurah Satriyadi Hernanda, I Made Yulistya Negara
Jurusan Teknik Elektro-FTI, ITS
ABSTRAK - Penyaluran daya listrik pada saluran
transmisi khususnya pada transmisi udara dapat
mengala mi gangguan. Gangguan yang terjadi adalah
gangguan tegangan lebih transient, dimana permasalahan
tersebut d apat disebabkan karena adanya adanya sambaran
petir. Pad a tugas akhir ini disimulasikan pengaruh dari
sambaran langsung pada saluran transmisi mixed-lines 150
kV, yaitu saluran transmisi gabungan antara saluran udara
tegangan tinggi (SUTT) dengan saluran kabel tegangan
tinggi (SKTT). Parameter jarak sambaran petir dibuat
bervariasi. Simulasi dari tugas akhir ini menggunakan
software ATP-EMTP, tujuan simulasi ini adalah untuk
mengetahui nilai tegangan lebih yang menuju ke busbar.
Dari hasil simulasi didapatkan bahwa tegangan lebih yang
menuju ke busbar saat arus puncak petir bernilai 20 kA
dengan jarak sambaran terdekat sebesar 1,056 MV. Hal ini
membuktikan bahwa saluran mixed-lines dapat meredam
tegangan lebih akibat sambaran langsung pada kawat fasa.
Walaupun demikian tegangan lebih yang diredam masih
melebihi batas nilai BIL yang ditentukan yaitu sebesar 550
kV. Sehi ngga masih diperlukan pengaman pada saluran
mixed-lines.
Kata kunci : Flashover, Tegangan Lebih Transient,
Mixed-lin es, ATP-EMTP

1.

PENDAHULUAN

ermasalahan tegangan lebih transien pada sistem


P tenaga
listrik dapat disebabkan karena adanya faktor
internal dan eksternal. Faktor internal dapat terjadi karena
adanya proses hubung (switching) dan tegangan lebih
faktor eksternal terjadi karena adanya
temporer sedangkan
petir. Tegangan lebih transien karena petir
sambaran n salah satu sumber gangguan pada sistem
merupaka rik. Sambaran petir dapat diibagi menjadi 2 jenis
tenaga listbaran langsung yaitu sambaran yang langsung
yaitu sam saluran dan sambaran tidak langsung yaitu
yang mengenai daerah di sekitar saluran. Jenis
mengenai pertama umumnya terjadi pada Saluran Udara
sambaran Tinggi (SUTT) dimana arus petir mengalir dari
sambaran sa ke tower sedangkan yang kedua banyak terjadi
Udara Tegangan Menengah (SUTM).
Teganganuran
langsung pada saluran transmisi sering terjadi,
saluran faambaran langsung ini mengakibatkan terjadinya
pada Salyang sangat tinggi yang sering kita sebut sebagai
Sambarange.
dimana sSaluran udara dianggap lebih efektif untuk
misikan listrik di darat. Namun dalam prosesnya
tegangan angguan yang terjadi, dan petir merupakan salah
overvoltaebabnya. Selain saluran udara, saluran kabel juga
untuk mentrasmisikan listik akan tetapi
mentrans
banyak g
satu peny
dipakai
pemasangan saluran kabel ini cukup rumit dibandingkan
dengan saluran udara karena pemasangannya di bawah
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS

tanah. Namun saluran kabel hampir tidak pe rnah atau


bahkan tidak pernah mengalami gangguan terha dap petir.
Karena terdapat suatu kelemahan dan kelebihan dari
masing-masing saluran, maka dibuatlah saluran mixedlines [1] dimana saluran ini merupakan gabung an antara
saluran udara tegangan tinggi dengan saluran kabel
tegangan tinggi.
Tujuan dalam studi ini untuk membua t simulasi
pengaruh flashover pada saluran mixed-line s dengan
variasi parameter jarak sambaran dan tanpa me mberikan
pengamanan pada saluran. Simulasi pada studi ini
menggunakan perangkat lunak ATP-EMTP.
2. SISTEM TENAGA LISTRIK DAN FENOMENA
PETIR
2.1 Saluran Transmisi Tegangan Tinggi
Sistem tenaga listrik terdiri atas sumber d an beban
yang letaknya berjauhan dan meliputi daerah yang sangat
luas serta pengiriman dayanya ke pusat-pusat beban
dilakukan melalui jaringan transmisi.
Transmisi Udara Tegangan Tinggi
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT T) adalah
sarana di udara untuk menyalurkan tenaga listrik berskala
besar dari Pembangkit ke pusat - pusat beba n dengan
menggunakan tegangan tinggi. SUTT merupa kan jenis
saluran Transmisi Tenaga Listrik yang banyak digunakan
di PLN daerah Jawa dan Bali karena harganya y ang lebih
murah dibanding jenis lainnya serta pemeli haraannya
mudah. Pembangunan SUTT harus melalui prose s rancang
bangun yang aman bagi lingkungan serta har
dengan standar keamanan internasional. Saus sesuai
komponen terpenting dalam SUTT adalah me lah satu
tower listrik. Energi listrik yang disalurkan lew nara atau
transmisi udara pada umumnya menggunak at saluran
telanjang sehingga mengandalkan udara sebagan kawat
isolasi antara kawat penghantar tersebut deng
sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merenta ai media
penghantar dengan ketinggian dan jarak yang a an benda
manusia dan lingkungan sekitarnya, ka ng kawat
penghantar tersebut dipasang pada suatu man bagi
bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menar
Tower yang biasa dipakai dalam transmisi uda wat-kawat
tower tarik dan tower gantung, masing-masing jekonstruksi
memiliki kegunaan yang berbeda. Tower tarik a / tower.
untuk menanggung gaya tarik yang lebih besar
ra adalah
gaya berat, umumnya tower tarik mempun
belokan. Sedangkan tower gantung digunak nis tower
sepenuhnya menanggung gaya berat (sebagai pedigunakan
umumnya tower gantung tidak mempunyai sudu daripada
Gambar 1 dan 2 merupakan gambar tower tarik
yai sudut
an untuk
nyangga),
t belokan.
dan tower
gantung.

Gambar 1 Tower Gantung [6]

saluran udara, yaitu menggunakan pelindung / shielding


pada penghantarnya. Salah satu kabel tegangan tinggi yang
biasa digunakan adalah kabel tegangan tinggi dengan tipe
OFC (Oil Filled Cable) atau dapat disebut jug a dengan
kabel isolasi minyak. Kabel isolasi minyak (oil filled
cable) adalah suatu kabel yang isolasinya men ggunakan
minyak. Kabel isolasi minyak ini mempunyai beberapa
macam bentuk antara lain adalah [6] :
1. Kabel minyak berbentuk bulat : dimana letak
saluran minyak terdapat pada pusat konduktor.
2. Kabel minyak datar (flat oil filled cable) dimana
tiga kabel dengan selubung timbul diletakkan
dengan membuat susunan dan ruang di antara
intinya dipergunakan sebagai saluran minyak.
3. Kabel minyak dengan tahanan di dala m pipa :
dimana tiga buah inti kabel yang telah di beri
lapisan tabir (screen), di letakkan di dalam pipa
berisi minyak.
Cara bekerjanya minyak sebagai isola si adalah
jika pada penghantar / konduktor, temperatu rnya naik
maka minyak akan mencair, ini akan mengalir kedalam
lubang minyak dan bila temperaturnya turun minyak
kembali akan membeku di dalam kabel dengan demikian
tidak terjadi gelembung udara, sehingga dapat mencegah
timbulnya kerusakan kabel. Gambar jenis dari kabel isolasi
minyak bentuk bulat dapat dilihat pada gambar 4 di bawah
ini.

Gambar 2 Tower Tarik [6]


Sedangkan jenis kawat transmisi yang digunakan
dalam tra nsmisi udara adalah jenis ACSR. Kawat ACSR
merupakan kawat penghantar yang terdiri dari aluminium
berinti kawat baja.Kabel ini digunakan untuk saluransaluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara
menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu
digunakan kawat penghantar ACSR. Gambar 3
merupakan contoh dari kawat ACSR.

Gambar 3 Kawat ACSR [6]


Transmisi Kabel Tegangan Tinggi
Pada daerah tertentu (umumnya perkotaan) yang
mempertimbangkan masalah estetika, lingkungan yang
sulit mendapatkan ruang bebas, keandalan yang tinggi,
serta jaringan antar pulau, dipasang Saluran Kabel. Dalam
transmisi kabel tegangan tinggi, instalasinya berada
didalam tanah sehingga tidak memerlukan tiang atau
menara listrik. Penghantar yang digunakan berbeda dengan

Gambar 4 Kabel Minyak Bentuk Bulat [6]


2.2 Petir dan Permasalahannya
fenomena
Peristiwa sambaran petir adalah suatu nya pada
listrik alam. Hal ini barulah diyakini kebenaranh seorang
tahun 1749 berkat penelitian yang dilakukan ole m sistem
ilmuan yang bernama Benjamin Franklin. Dalanis, yaitu
tenaga listrik sambaran petir terdiri dari dua je langsung.
sambaran langsung dan sambaran tidak wer, atau
Sambaran petir yang mengenai saluran phasa, tosambaran
bahkan kawat tanah disebut sambaran langsung, edangkan
ini dapat mengakibatkan terjadinya flashover. Sni disebut
sambaran petir ke tanah di dekat saluran hal i aran petir
sebagai sambaran tidak langsung. Efek dari sambkerusakan
secara langsung sangat jelas terlihat, mulai dari tian bagi
bangunan, kebakaran sampai bahaya kema gat besar
manusia. Kerapatan petir di Indonesia juga sanea 1 km2
2
yaitu 12/km /tahun yang berarti setiap luas ar 12 kali
berpotensi menerima sambaran petir sebanyak
setiap tahunnya.

Gambar 5 Pemodelan saluran mixed-lines dengan jarak sambaran 2,27 km


3. PEMODELAN MIXED-LINES DENGAN ATPEMTP
Pada pemodelan mixed-lines ini menggunakan
software ATP-EMTP. Seperti diketahui bahwa saluran
mixed-lines merupakan kombinasi antara saluran udara
dengan saluran kabel, pada simulasi studi ini saluran
udaranya menggunakan SUTT 150 kV dari GI Rungkut
sampai GI Sukolilo dimana terdapat 21 menara listrik
dengan jarak keseluruhan 6,81 km, sedangkan saluran
kabelnya menggunakan SKTT 150 kV dari GI Sukolilo ke
GIS Wonokromo dengan jarak keseluruhan 5,96 km.
Gambar pemodelan mixed-lines dengan menggunakan
ATP-EMTP dapat dilihat pada gambar 5.
SIMULASI
RATING
4.
FLASHOVER
4.1 Salur
Petir an Transmisi dan Parameter Sambaran
ketahananPada simulasi ini saluran transmisi diuji
puncak 2 saluran terhadap petir yang memiliki nilai arus
digunaka 0 dan 50 kA kA. Model dari arus petir yang
6.
n adalah tipe Heidler seperti terlihat pada Gambar

4.2.1 Simulasi Tegangan Pada Titik Peralihan ter letak


Dalam simulasi ini digunakan parame km, dan
sambaran petir yang bervariasi (2,27 km, 4,54 etir yang
6,81 km) dari titik peralihan.. Arus puncak p 6 sampai
digunakan adalah 20 dan 50 kA. Gambar 4. pada titik
gambar 4.11 merupakan hasil simulasi tegangan
peralihan.

n 2,27 km
Gambar 6 Respon tegangan pada jarak sambara
dengan arus puncak petir 20 kA

Gambar 7 Respon tegangan pada jarak sambaran 2,27 km


dengan arus puncak petir 50 kA
Gambar 6 Model arus petir tipe Heidler 50 kA 1,2/50 s
Pada simulasi ini dikondisikan petir menyambar
saluran fasa pada jarak yang bervariasi, kemudian
dilakukanpengambilan data pada titik peralihan dan ujung
saluran kabel. Tujuannya adalah untuk mengetahui
yang menuju ke busbar
tegangan ebih
l
4.2 Simulasi Rating Flashover Pada Saluran Transmisi
mixed-lines
Dilakukan simulasi dengan impuls petir yang
berbeda, yang pertama impuls petir yang digunakan adalah
(1,2/50 s) dan yang kedua adalah (8/20 s).

Gambar 8 Respon tegangan pada jarak sambaran 4,54 km


dengan arus puncak petir 20 kA

Gambar 9 Respon tegangan pada jarak sambaran 4,54 km


dengan arus puncak petir 50 kA

Gambar 10 Respon tegangan pada jarak sambaran 6,81


km dengan arus puncak petir 20 kA

n di titik
Gambar 13 Grafik perbandingan nilai tegangasi impuls
peralihan dengan arus puncak 50 kA dan varia
seluruhan
petir
Apabila dilihat dari hasil simulasi kepuls petir
untuk tegangan pada titik peralihan dengan im peralihan
1,2/50 s dan 8/20 s, hasil tegangan pada titikang lebih
dengan impuls petir 8/20 s memiliki nilai yan dengan
rendah daripada hasil tegangan pada titik peralih
impuls petir 1,2/50 s.
Kabel
4.2.2 Simulasi Tegangan Pada Ujung Saluran ran kabel
Pada simulasi tegangan pada ujung salu simulasi
ini parameter yang digunakan sama denganpetir yang
tegangan pada titik peralihan yaitu Arus puncak sambaran
digunakan adalah 20 dan 50 kA dan variasi letak 2 sampai
(2,27 km, 4,54 km, dan 6,81 km). Gambar 4.2gan pada
gambar 4.27 merupakan grafik simulasi tegan
ujung kabel.

Gambar 11 Respon tegangan pada jarak sambaran 6,81


km dengan arus puncak petir 50 kA
Tegangan puncak pada titik peralihan akan
meningkat dengan bertambah besarnya arus puncak petir
yang menyambar, dan akan berkurang apabila jarak
sambaransemakin jauh. hal ini dapat dilihat pada gambar
grafik 12 dan 13.

Gambar 12 Grafik perbandingan nilai tegangan di titik


peralihan dengan arus puncak 20 kA dan variasi impuls
petir

Gambar 14 Respon tegangan ujung saluran k abel pada


jarak sambaran 2,27 km dengan arus puncak petir 20 kA

Gambar 15 Respon tegangan ujung saluran kabel pada


jarak sambaran 2,27 km dengan arus puncak petir 50 kA

Gambar
16 Respon tegangan ujung saluran kabel pada
jarak sambaran 4,54 km dengan arus puncak petir 20 kA

17 Respon tegangan ujung saluran kabel pada


baran 4,54 km dengan arus puncak petir 50 kA

18 Respon tegangan ujung saluran kabel pada


baran 6,81 km dengan arus puncak petir 20 kA

19 Respon tegangan ujung saluran kabel pada


baran 6,81 km dengan arus puncak petir 50 kA

Sama halnya dengan hasil simulasi pada titik


peralihan, hasil simulasi pada ujung saluran kabel dapat
diketahui bahwa tegangan puncak pada ujung saluran
kabel mengalami kenaikan ketika arus puncak petir
bertambah besar nilainya, dan akan menurun apabila jarak
sambaran semakin jauh. Hal ini dapat dilihat pa da grafik
20 dan 21. Untuk perubahan pada impuls pe tir dalam
simulasi tegangan pada ujung saluran kabel ini memiliki
efek yang sama dengan simulasi tegangan pada titik
peralihan. Semakin kecil nilai front time maka semakin
cepat suatu impuls untuk mencapai puncak, dan semakin
besar nilai tail time maka semakin lama suatu im puls petir
an yang
berada pada nilai puncak sehingga tegang
dihasilkan besar.

G
Gambar 20 Grafik perbandingan nilai tegangan
aj
saluran
kabel dengan arus puncak 20 kA da
a
impuls
petir

G
aj
Gambar
21 Grafik perbandingan nilai tegangan
a
saluran kabel dengan arus puncak 50 kA da
impuls petir
Dari hasil keseluruhan simulasi yaitu
peralihan dan ujung saluran kabel, dapat dianal
tegangan pada titik peralihan akan berkurang
ketika melewati saluran kabel. Hal ini dapat terja
adanya perbedaan jenis impedansi pada kondu
juga panjang dari saluran kabel juga mem
penurunan tegangan pada titik peralihan. S
pentanahan menara juga dapat mengurangi tegan
pada saluran fasa. Untuk lebih jelasnya perbandi
tegangan pada titik peralihan dan pada ujung salu
dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 serta gamb
23.
G
aj
a

Tabel 1 Jarak sambaran terhadap nilai tegangan puncak


pada titik peralihan dan pada Ujung saluran kabel saat arus
puncak petir 20 kA
jarak saluran
kabel ( km)
0
2,27
0
4,54
0
6,81

Tegangan Puncak
Kawat Fasa pada
titik peralihan
(MV)
1,248
1,038
0,744

Tegangan Puncak
Kabel
pada(MV)
ujung
saluran
1,060
0,809
0,581

Jarak sambaran terhadap nilai tegangan puncak


Tabel 2 a pada Ujung saluran kabel saat arus puncak petir
kawat fas
50 kA
Tegangan Puncak
uran
Kawat Fasa pada
Tegangan Puncak
titik peralihan
jarak salkm)
Kabel pada ujung
saluran (MV)
(MV)
kabel (
0
3,118
1,162
0
2,597
1,109
2,27
0
1,862
1,090
4,54
6,81

Gambar
peralihan
20 kA

Gambar
peralihan
50 kA

22 Grafik perbandingan nilai tegangan di titik


dengan ujung saluran kabel dengan arus puncak

23 Grafik perbandingan nilai tegangan di titik


dengan ujung saluran kabel dengan arus puncak
. 5. KESIMPULAN
hasil simulasi dan analisis yang telah
, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
tegangan puncak pada titik peralihan dan pada

dapat dibuktikan saat jarak sambaran 2,27 km dengan


nilai arus puncak petir 20 kA, tegangan pada titik
peralihan bernilai 1,248 MV dan tegangan ujung kabel
bernilai 1,060 MV. Kemudian saat arus puncak petir
naik menjadi 50 kA tegangan pada titik peralihan
bernilai 3,118 MV dan tegangan ujung kab el bernilai
1,162 MV.
2. Nilai tegangan puncak pada titik peralihan
ujung kabel akan menurun dengan bertambah dan pada
besarnya
jarak sambaran petir yang menyambar, hal
ini dapat
dibuktikan saat jarak sambaran 2,27 km de
ngan nilai
arus puncak petir 20 kA, tegangan pada titik
peralihan
bernilai 1,248 MV dan tegangan ujung kabe
l bernilai
1,060 MV. Kemudian saat jarak sambaran petir
semakin jauh yaitu 4,54 km tegangan p
peralihan bernilai 1,038 MV dan tegangan uj ada titik
bernilai 0,809 MV.
ung kabel
3. Perbedaan nilai impuls petir juga dapat mem
nilai tegangan pada titik peralihan dan papengaruhi
kabel, hal ini dapat dibuktikan saat jarak sambda ujung
2,27 km dengan arus puncak petir 20 kA, keti
petir bernilai (1,2/50 s) nilai tegangan ka impuls
peralihan sebesar 1,248 MV dan pada ujupada titik
sebesar 1,056 MV kemudian ketika imp ng kabel
bernilai (8/20 s) nilai tegangan pada titik uls petir
sebesar 1,069 MV dan pada ujung kabel sebe peralihan
MV.
sar 1,060
4. Penggunaan saluran mixed lines dapat
tegangan lebih pada saluran, hal ini dibuk meredam
jarak sambaran petir 2,27 km dengan arus pu tikan saat
50 kA dan impuls petir 1,2/50 s, nilai tega ncak petir
titik peralihan sebesar 3,118 MV dan pada ujngan pada
bernilai 1,332 MV. Hal ini Hal ini dapat terja ung kabel
adanya perbedaan jenis impedansi pada kond di karena
juga panjang dari saluran kabel juga memuktor, dan
penurunan tegangan pada titik peralihan. pengaruhi
pentanahan menara juga dapat mengurangi Selain itu
lebih pada saluran fasa.
tegangan
5. Apabila dilihat dari nilai BIL (Basic Insulat
untuk peralatan 150 kV yaitu sebesar 550 ion Level)
nilai tegangan puncak di ujung saluran kabel kV maka
sambaran terjauh dengan arus puncak petpada jarak
memiliki nilai yang melebihi BIL untuk pera
ir 20 kA
kV. Dari hasil simulasi didapatkan nilai
latan 150
puncak di ujung saluran kabel sebesar 1,
tegangan
sehingga masih membutuhkan pengaman pad
056 MV,
agar tegangan lebih yang masuk ke dalam
a saluran
terlalu besar (tidak melebihi batas nilai
GI tidak
ditentukan).
BIL yang

DAFTAR PUSTAKA
a
1. Mahmudsyah,
Syariffuddin. Teknik
D
n
Tinggi,
Handout Kuliah. Surabaya1: Tekni
a
ITS.
r
.
2. Arismunandar,
A., Teknik Tegangan
i
d
i
l
a
k
u
k

N
i
l
a
i
uj
un

g
kab
el
aka
n
me
nin
gka
t
den
gan
bert

ambah besarnya
arus puncak petir
yang menyambar,
hal ini

Pradnya
Paramita
, Jakarta,
1975.

T
e
g
a
n
g
a
n
k
E
l
e
k
tr
o
T
i
n
g
g
i

3. Kadir, Abdul., Transmisi Tenaga Listrik, UI Press,


1998.
4. L. Tobing, Bonggas., Peralatan Tegangan Tinggi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
5. PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Timur dan Bali,
DraftDetailed Design Report on East Java Electric
PowerTransmission and Distribution Network Project
Third Stage, 1977.
6. Aslimeri, Ganefri, Hamdi.Z ,Teknik Transmisi Tenaga
Listrik : jilid 2, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Jakarta, 2008.
7. Mahmudsyah, S., Diktat Kuliah Teknik Tegangan
Tinggi : Petir dan Permasalahannya, Surabaya : ITS,
2005.
8. Badan Meteorologi dan Geofisika, Kelistrikan Udara
/ Lightning <URL: http://www.bmg.co.id>
9. Hutauruk, T.S., Gelombang Berjalan dan Proteksi
Surja, Erlangga, Jakarta, 1989.
10. L. Colla, F. M. Gatta, A. Geri, S. Lauria, "Lightning
Overvoltages in HV-EHV Mixed Overhead-Cable
Lines", IPST Conference Papers, paper 230, 2007.
11. PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Timur dan Bali,
Data SUTT Sukolilo, 2009.
12. PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Timur dan Bali,
Data SKTT Sukolilo, 2009.
13. Prikler, Lszl., Hans Kr, Hidalen., ATPDraw for
Windows 3.1x/95/NT version 1.0: Users Manual.
Trondheim: SINTEF Energy Research, 1998.
14. Andreas Kuchler, Hochspannungs-technik, hal. 307,
1996.

RIWAYAT HIDUP
Fariz Dwi Pratomo lahir di Sidoarjo,
Provinsi Jawa Timur, pada 21 Maret
1987. Merupakan anak ketiga dari 3
bersaudara. Riwayat pendidikan penulis
yaitu menamatkan sekolah dasar pada
tahun 1999 di SDN Kutisari 1 Surabaya,
kemudian melanjutkan studinya ke
SLTPN 13 Surabaya hingga tahun 2002, penulis
melanjutkan jenjang studinya ke SMU pada tahun 2005 di
SMAN 1 6 Surabaya. Lulus dari SMA, penulis mengikuti
kursus Ba hasa Inggris selama 1 tahun di LIA. Pada tahun
2006 hingga 2009 menempuh program Diploma di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik
elektro Pr ogram Studi Computer Control. Pada tahun 2009
hingga se karang penulis melanjutkan studi di program
Lintas Jalur Institut Teknologi Sepuluh Nopember di
Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Sistem
Penulis dapat dihubungi melalui email :
Tenaga.
dp_fariz@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai