Anda di halaman 1dari 10

AAN :

PENCEMARAN AIR TERHADAP


ORGANISME PERAIRAN (IKAN)
Nama

Jurusan
Program
Kelompok
Tgl. Pelaksanaan

OLEH :
:

:
:
:
:

Erwita
Ewi Mellysa
Novia Sari R
Pebri Haloho
Rika Yulianti
Sandro Gurning
BIOLOGI
Pendidikan
II
12 Maret 2011

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
M E DAN

PENCEMARAN AIR TERHADAP ORGANISME PERAIRAN (IKAN)

II. TUJUAN PERCOBAAN :


1. Melihat adaptasi yang dilakukan oleh organis me parairan (ikan).
2. Mengamati berapa lama ikan mampu bertahan dalam air yang tercemar.

3. Mengamati pengaruh adaptasi ikan terhadap lingkungan perairan yang tercemar.


4. Membedakan warna dan tingkah laku organisme di air bersih dan air tercemar.
5. Mengetahui apa akibat dari air yang tercemar terhadap organisme perairan.

III. TINJAUAN TEORITIS :


PENCEMARAN AIR TERHADAP ORGANISME PERAIRAN
Air merupakan bahan yang amat penting (essensial) bagi kehidupan organisme. Air
diperlukan untuk kebutuhan keluarga, untuk kebersihan kota dan desa, untuk irigasi dan
menyiram tanaman, untuk menyejukkan udara, untuk keperluan industri, dan lain-lain. Di dalam
air sendiri (perairan) terdapat banyak kehidupan, oleh karena itu air juga berisi banyak bahan
organik yang berasal dari penghuninya maupun dari tempat-tempat lain yang terbawa oleh air
tersebut, misalnya air selokan yang banyak mengandung bahan pencemar, air limbah yang
berasal dari rumah tangga juga sering mencemari badan perairan, dan air buangan industri yang
mengandung bahan buangan yang berbahaya. Tindakan untuk mengatasi pencemaran air tersebut
dilakukan dengan cara mekanik maupun cara kimiawi serta biologi. Penggunaan ganggang atau
tumbuhan air seperti eceng gondok mampu menyerap polutan berupa logam-logam yang
berbahaya dari dalam air.
(Tim Dosen Biologi, 2011).
Untuk pencemaran lingkungan air, masalah-masalah pokoknya dalam hubungannya
dengan penurunan atau degradasi kualitas air adalah sebagai berikut:

Pembuangan sampah rumah tangga ke badan-badan sungai

Pembuangan limbah industri ke badan-badan sungai

Pengaruh buangan air dari daerah pertanian (yang mengandung pestisida) ke dalam sungai serta
peresapan air tanah

Hilangnya pelindung daerah penyangga sumber air

Pendangkalan dan erosi tanah

Kepentingan penggunaan sungai yang saling bertentangan

Pemantauan dan peraturan debit air sungai


(Didik Priyadoko, 2004)
Detergen Sebagai Bahan Pencemar Air
Detergen merupakan sediaan pembersih yang terdiri dari zat aktif permukaan (surfaktan),
bahan pengisi, pemutih, pewangi (bahan pembantu), bahan penimbul busa, dan optical brightener
(bahan tambahan yang membuat pakaian lebih cemerlang). Produk yang disebut dengan detergen
ini merupakan pembersih sintesis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Detergen
adalah surfaktan anionik dengan gugus alkil (umimnya C 9-C15) untuk garam dari sulfonat atau
sulfat berantai panjang dari natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat
minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).
(http://www.duniakampus.co.cc)
ADAPTASI
Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis makhluk hidup dihadapkan pada masalahmasalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan,
mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi
masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus: duri sayap, kantung atau tanduk.
Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan
irigasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi:

Adaptasi ditentukan oleh sifat genetik

Kemampuan berkembang biak

Frekuensi perubahan lingkungan


Adaptasi struktural
Adaptasi strukturlal adalah perubahan sifat morfologi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Adaptasi struktural meliputi bentuk, ukuran, susunan alat, kulit dan warna tubuh.
Adaptasi Fisiologis

Adaptasi fiiologis adalah penyesuaian fungsi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contoh:
kelenjar bau yang dimiliki musang, kantong tinta pada cumi-cumi dan gurita, dll.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku seperti berpurapura tidur atau mati, dan migrasi.
(Claude Ville.2004)
METABOLISME
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia berikut perubahan-perubahan yang
menyertainya dalam sel. Contoh metabolisme adalah difusi. Difusi adalah pencampuran antara
dua molekul yang berbeda konsentrasi, yaitu dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang
rendah.
Osmosis adalah proses difusi pada organisme hidup dimana moleku-molekul pelarut (air)
dan konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah melalui membran
differensial permeable yang seimbang yang biasa dikatakan isotonis.
Contoh: ikan meminum air banyak dan mengeluarkan urine sedikit merupakan cara untuk
berisotonis (pada ikan laut)
(Brotonidjoyo. 2001)

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat
No

Nama Alat

Jumlah

.
1.
2.
3.
4.
5.

Toples transparan
Pengaduk/sudip
Stopwatch
Timbangan analitik
Kertas HVS

3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 lembar

Nama Bahan

Jumlah

Bahan
No
.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Detergen
Air
Bibit ikan mujair
Bibit ikan mas pedang
Bibit ikan lele
Bibit ikan gobi
Bibit ikan nila

Secukupnya
Secukupnya
10 ekor
10 ekor
10 ekor
10 ekor
10 ekor

V. PROSEDUR KERJA :
No.

Prosedur Kerja

1.

Praktikan membuat 2 buah parameter yaitu:

Air bersih murni aquades atau air PAM di wadah toples I

Air + detergen (1 g) di wadah toples II, aduk sampai larut seluruh detergennya
Praktikan mengisi wadah toples yang tersisa dengan air bersih yang dapat

2.

digunakan untuk wadah bibit ikan lainnya.


Praktikan memasukkan masing-masing satu ekor ikan kedalam masing-masing

3.

parameter dan biarkan selama 5 menit.


(Dalam waktu 5 menit tersebut amati tingkah laku ataupun pergerakan ikan, catat

4.

waktu bertahan.)
Praktikan melakukan perlakuan diatas pada masing-masing sampel ikan lainnya.

5.

Praktikan membuat tabel pengamatan.

VI. PEMBAHASAN
Tabel Hasil Pengamatan
Jenis ikan

Keadaan air
Air bersih
warna
t. laku ikan

Wana ikan

Air + detergen
t. laku ikan

Waktu

Ikan nila

ikan
Kuning

Berenang

Putih agak

Meronta-ronta, diam,

(Oreochomis

pucat

normal

pink

mulut terbuka

noloticus)
Ikan mujair

Hitam

Berenang

Memudar/

Meronta-ronta,

normal

pucat

operculum berdarah,

(Oreochomis

brthn
5 menit

5 menit

mosasambicus)

diam dan

Ikan gobi

mengeluarkan lendir
Meronta-ronta,

Lebih

berenang tidak karuan

dari 5

Hitam

(Poecillia sp.)

Berenang

Hitam

normal

Ikan lele (Clarias


batrachus)

Hitam

Berenang
normal

Pucat

Ikan mas pedang


(Cyprinus sp.)

orange

Berenang
normal

Orange pucat

Meronta-ronta,
operculum bedarah,
mati
Meronta-ronta,
operculum berdarah,
mengeluarkan lendir,
diam

menit
5 menit
5 menit

Faktor-faktor penyebab perbedaan pada hasil pengamatan


1. Adaptasi
Dari hasil percobaan didapat bahwa waktu bertahan ikn-ikan di air detergen berbedabeda. Bahkan jenis ikan yang sama pun memiliki ketahanan berbeda sehingga waktu bertahan di
air detergen menjadi bervariasi. Umumnya ilkan yang paling lama bertahan di air detergen
adalah ikan gobi. Ikan lele termasuk jenis ikan yang tidak bersisik, sedangkan ikan yang lainnya
bersisik. Sisik digunakan untuk melindungi kulit bagian dalam. Akibatnya lele mudah terluka,
yang ditandai dengan sangat mudah terjadi pengeluaran lendir yang berlebihan.
2. Habitat
Dari semua sample yang digunakan dalam percobaan ini, ikannya memiliki habitat yang
berbeda-beda. Misalnya habitat ikan lele adalah air tawar, namun air comberan masih dapat
digunakan untuk memlihara ikan lala, asal tidak mengandung sabun atau detergen dan zat
beracun lainnya. Ikan gobi memiliki habitat di lingkungan yang cukup ekstrem, yaitu di paritparit atau selokan baik yang jernih maupun yang tercemar limbah,seperti detergen.
3. Konsentrasi larutan detergen

Konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap berapa lama ikan dapat bertahan.
Semakin tinggi konsentrasi detergen mka semakin cepat pula ikan akan mati. Begitu pula
sebaliknya jika konsentrasi larutan detergennya rendah, mungkin ikan dapat bertahan labih lama
dalam air, dengan melakukan berbagai adaptasi.
4. Ukuran tubuh ikan
Dari percobaan, ikan ikan yang dijadikan sebagai sample pada percbaan memiliki
ukuran tubuh yang hampir sama. Tetepi memiliki ketahanan yang berbeda. Mungkin jenis ikan
yang lebih tua dari ikan sample akan memiliki ketahanan tubuh yang lebih tinggi dari ikan yang
dipakai pada percobaan.
Penyebab ikan mati pada air datergen
1. Detergen merupakan larutan yang bersifat basa. Pada saat dimasukkan ke dalam air, pH air akan
meningkat dan dapat menyebabkan larutan buffer. Sehingga pada saat ikan berada pada air
detergen, ikan tidak akan dapat beradaptasi di dalamnya.
2. Detergen mengandung senyawa pospat yang bersifat racun, senyawa pospat tersebut tidak dapat
terurai di air sehingga senyawa tersebut akan menggumpal. Hal ini menyebabkan daya tahan
tubuh ikan akan berkurang, padahal sebelumnya daya tahan tubuhnya masih normal.
3.

Detergen memiliki berat jenis yang lebih kecil daripada air, sehingga detergen menutupi
permukaan air. Karena detergen menutupi permukaan air, air tidak dapat mengikat O2 dari udara.
Kadar O2 di air menjadi berkurang akibatnya ikan yang ada di air menjadi kekurangan O2 dan
akhirnya mati.
Penyebab ikan mengeluarkan lendir pada saat berada di air detergen
Ikan memiliki lendir dipermukaan kulitnya karena lendir tersebut merupakan cairan yang
dapat melindungi ikan dari suhu air yang panas. Bilamana suhu suatu perairan meningkat
melebihi kisaran toleransinya sebagai akibat masuknya limbah yang bersuhu tinggi, maka akan
menyebabkan menurunnya kandungan O2 terlarut, meningkatnya daya toxik dari suatu bahan
beracun.
Hal ini dapat membuat ikan-iken tersebut kepanasan sehingga mengeluarkan lendir yang
lebih banyak lagi. Inilah yang membuat air detergen mengental dipenuhi oleh lendir-lendir ikan
tersebut. Selain itu, perbedaan konsentrasi juga membuat ikan tersebut mengeluarkan lendir.
Karena konsentrasi air detergen lebih tinggi daripada konsentrasi cairan dalam tubuh ikan, maka

terjadi proses osmosis (perpindahan cairan dari konsentrasi yang lebih rendah ke konsentrasi
yang lebih tinggi) untuk menyeimbangkan konsentrasi antara air dan ikan. Hal ini
mengakibatkan air detergen mengandung lendir dan tubuh ikan akan meyusut karena terlalu
banyak mengeluarkan cairan tubuhnya.
Perbandingan berat jenis air dan detergen
Secara umum, berat jenis air 1 g/cm3 atau 1000kg/m3. Sedangkan berat jenis detergen
untuk volume 100 mL yaitu:
Massa detergen (m=1g=1.10-3kg)
Volume detergen (V = 100 mL = 1.10-4 m3)
Jadi massa jenis (rho) = m/v
= 1.10-3/1.10-4
= 10 kg/m3
Massa jenis detergen lebih kecil massa jenis air.
10 kg/m3 < 1000 kg/m3
Dari hasil percobaan tersebut, diketahui bahwa massa jenis detergen dan massa jenis air jauh
berbeda. Hal ini ditandai dengan tidak menyatunya detergen dengan air. Di atas permukaan air
terdapat busa detergen.
ppm detergen pada air
ppm adalah partikel per million. Ppm ini bisa dihitung dengan mg/L, mg/kg, mL/L
untuk stok = 1 g detergen + 500 mL air
jadi ppm = mg/L
= 1000/0.5
=2000 ppm
10 mL dari stok + 100 mL, maka ppm setelah ditambah 100 mL adalah
ppm = ppm x mL/L
= 2000 x 0,01 / 0,1
=200 ppm

20 mL dari stok + 100 mL, maka ppm setelah ditambah 100 mL adalah
Ppm = ppm x mL / L
= 2000 x 0,02 / 0,1
= 400 ppm

VII. KESIMPULAN
1. Pencemaran air sangat berbahaya bagi ekosistem perairan karena dapat menyebabkan
kematian bagi organisme yang terdapat di perairan.
2. Organisme perairan, misalnya ikan, lebih aman hidup di air besih.
3. Ikan yang paling lama bertahan hidup di air tercemar adalah ikan gobi.
4. Reaksi pertama yang dilakukan ikan ketika dimasukkan kedalam air detergen adalah
meronta-ronta atau gelisah.
5. Semua jenis ikan ketika dimasukkan ke dalam air tercemar (air detergen) cenderung naik
ke permukaan air untuk mencapai oksigen, karena didalam air tercemar, kadar oksigen
sangat rendah dan hampir tidak ada.
6. Ikan melakukan adaptasi ketika di masikkan atau berada pada lingkungan baru yang
belum pernah ditempati sebelumnya, baik adaptasi fisik maupun adaptasi tingkah laku.
7. Ikan nila pada bagian insangnya berdarah akibat pencemaran air detergen masuk melalui
mulut dan insang.
8. Ikan yang paling banyak mengeluarkan lendir adalah ikan lele.
9. Ikan nila, lele, dan ikan mas pedang beradaptasi terhadap lingkungan air detergen dengan
cara mengeluarkan lendir.
10. Faktor-faktor yang memepengaruhi cepat lambatnya ikan mati setelah penambahan
detergen adalah: habitat, konsentrasi larutan usia ikan, ukuran ikan.

VIII. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Karena ikan gobi memiliki habitat di parit atau selokan yang tercemar oleh limbah
sehingga ikan gobi memiiki ketahanan ynag lebih baik daripada ikan lainnya.
2. Detergen bersifat racun bagi makhluk hidup perairan karena detergen mengandung
beberpa zat kimia yang bersifat racun bagi organisme lingkungan air. Bahan baku
detergen adalah bahan kimi sintetik, meliputi surfaktan, bahan pembangun dan bahan
tambahan. Kadar detergen yang tinggi dalam perairan bersifat toksik (efek negatif) pada
organisme perairan sehingga dapat menimbulkan gangguan pada ekosistem perairan.
3. Ikan yang diamasukkan dalam parameter air detregen pada insang atau mulutnya keluar
darah dan lendir. Karena untuk menyeimbangkan konsentrasi tubuh ikan dengan
konsentrasi larutan detergen, larutan detergen lebih pekat dibanding dengan cara
mengeluarka lendir. Ikan berlendir karena tekanan didalam tubuh ikan (tekanan osmotik)
lebih hipertonis daripada tekanan larutan air detergen.
4. Kandungan zat kimia: surfaktan, etanol, metano, dll.
5. Krenasi adalah peristiwa komntraksi atau pembentukan nokta tidak normal disepanjang
pinggir sel setelah dimasikkan ke dalam air atau larutan hipertonik, karena kehilangan air
melalui peristiwa osmosis. Krenasi terjadi karena lingkingan hipertonik. Plasmolisis
adalah peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan.
Plasmolisis terjadi karena sel tumbuhan diletakkan di larutan garam berkonsentrasi
(hipertonik).

IX. DAFTAR PUSTAKA

Brotonidjoyo, M.D. 2001. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Priyadoko, Didik. 2004. Biologi Umum Dasar. Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen Biologi. 2010. Biologi Umum II. Medan: FMIPA UNIMED.
Ville, Claude. 2004. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Anonim. http://www.duniakampus.co.cc/11/mengatasi_bahaya.html. 9 Maret 2011.

Anda mungkin juga menyukai