Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Terapi komplementer pada abad ini menjadi isu hangat banyak negara.Pengobatan
komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di
Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika
Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004).
Terapi komplementer yang muncul menjadi suatu alternatif pengobatan oleh
sebagian besar masyarakat. Masyarakat mulai bertanya tentang terapi komplementer pada
petugas kesehatan. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena masyarakat ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.
National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) membuat
klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori. Kategori
pertama, mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh
misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan terapi seni.
Terapi musik merupakan salah satu terapi komplementer dalam keperawatan.
Terapi musik dapat memberikan manfaat bagi kesehatan individu seperti penurunan
kecemasan dan penurunan nyeri. Banyak penelitian menunjukkan bahwa terapi
komplementer dengan menggunakan musik klasik dapat memberikan ketenangan,
membuat fikiran jadi fokus, dan dapat menurunkan tekanan darah.

BAB II
KONSEP TEORI
A. Terapi Komplementer
1. Defenisi
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis.
Sesuai dengan peraturan Menteri kesehatan defenisi pengobatan komlementer
tradisional-alternatif adalah pengobatan no konvensional yang ditunjukkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventif,
kuratif, dan rehabilatif.
2. Tren isu terapi komplementer dalam keperawatan
B. Terapi Musik Klasik
1. Defenisi
Menurut Staum (dikutip dari Djohan, 2005), terapi musik merupakan sebuah
aplikasi unik dari musik untuk meningkatkan kehidupan personal dengan
menciptakan perubahan-perubahan positif dalam perilakunya.
Djohan (2005) mendefenisikan terapi musik sebagai penggunaan musik
sebagai peralatan terapis untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental,
fisik, dan kesehatan emosi. Kemampuan nonverbal, kreativitas, dan rasa alamiah dari
musik menjadi fasilitator untuk hubungan, ekspresi diri, komunikasi, dan
pertumbuhan.
Sedangkan menurut Bruscia (dikutip dari Campbell, 2001), terapi musik
merupakan proses antar pribadi dimana ahli terapi menggunakan musik dan segala
seginya-fisik, emosi, mental, social, estetika, dan rohaniah untuk membantu pasienpasien memperbaiki atau mempertahankan ksehatan.
2. Pemanfaatan Terapi Musik Dalam Dunia Kesehatan
Penelitian akademis yang dilakukan di Akademi Perawat Los Angeles dan
Atlanta menemukan bahwa bobot bayi premature ternyata bertambah lebih cepat dan
penggunaan oksigen menjadi lebih efesien saat diperdengarkan musik vokal (Djohan,
2005). Bahr (dikutip dari Djohan, 2005) melaporkan bahwa di Rumah Sakit
Balttimore, musik kalsik selalu diperdengarkan di unit gawat darurat. Mendengarkan

musik selama satu setengah jam sama efeknya dengan memperoleh suntikan 10
miligram valium. Bebera pasien yang tidak tidur selama tiga sampai empat hari
ternyata dapat tidur dengan nyenyak sambil mendengarkan musik.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 1995 di Journal of The
American Medical Association, para peneliti di State University of The New York di
Bufallo meneliti dampak musik terhadap lima puluh ahli bedah pria yang berumur
tiga puluh satu hingga enam puluh tahun. Dokter-dokter itu bekerja sementara
mendengarkan musik yang telah dipilih oleh mereka sendiri, kesukaan mereka
berkisar dari gubahan klasik sebanyak empat puluh enam buah, dua gubahan jazz, dan
dua nyanyian rakyat Irlandia, yang terakhir ini lengkap dengan gendering dan peluitpeluit timah. Para peneliti menyimpulkan bahwa dalam keadaan-keadaan (yang
sangat menyenangkan) ini, tekanan darah para ahli bedah tersebut menjadi lebih
rendah dan detak jantungnya menjadi lebih lambat dan dapat melaksanakan tugastugas mental secara lebih cepat dan lebih akurat (Campbell, 2001)
Penelitian yang dilakukan oleh Betriana (2011) melaporkan bahwa
mendengarkan musik dengan mendengarkan musik Mozart bisa menurunkan
kecemasan setelah 14 hari dilakukan terapi terhadap 21 orang responden, hasilnya
dari 21 orang responden 18 orang mengalami penurunan tingkat kecemasan dimana
sebanyak 17 orang mengalami penurunan dari kecemasan sedang ke kecemasan
ringan dan satu orang mengalami penurunan dari kecemasan berat ke kecemasan
sedang.
3. Terapi Musik dalam Menurunkan Kecemasan
Gayor (dikutip dari Djohan, 2005), penulis buku Sounds of Healing: A
Physicion Revals the Therapeutic Power of Sound, Voice and Music, menyatakan
bahwa suara masuk pada kesehatan dengan cara: merubah fungsi sel melalui pengaruh
energetic; melalui sistem biologis ke fungsi homeostatis; menenagkan pikiran dan juga
tubuh; atau memiliki efek emosional, yang mempengaruhi neutranmitter dan
neuropeptides, yang pada gilirannya membantu mengatur sistem kekebalan tubuh
sebagai penyembuh.
Yamamoto dkk, (dikutip dari Saing, 2007) menyatakan bahwa dalam hal
penurunan tekanan darah dan stres diduga bahwa konsentrasi katekolamin plasma

mempengaruhi aktivasi simpatoadrenergik, dan juga menyebabkan terjadinya


pelepasan stress-released hormones. Pemberian musik dengan irama lambat akan
mengurangi pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh darah sehingga konsentrasi
katekolamin dan plasma menjadi rendah.
Pengaruh musik juga dapat dirasakan pada detak jantung. Saat mendengarkan
musik, saat proses apa yang didengar, detak jantung cenderung mengikuti atau sinkron
dengan kecepatan musik (bit per menit). Hal ini menjelaskan mengapa saat
mendengarkan musik denga tempo yang tinggi, detak jantung meningkat. Saat
mendengarkan musik dengan tempo (bit per menit) yang rendah, misalnya sekitar 5070 bpm, detak jantung akan melambat dan membuat rileks (Gunawan, 2004)
4. Teknik Pemberian Terapi Murrotal dan Musik Klasik
Lesye (dikutip dari Betriana, 2011) menyatakan bahwa dalam menjalani terapi
musik, ambil sekitar setengah meter dari tape atau dapat menggunakan walkman.
Usahakan volume suaranya jangan terlalu keras ataupun lemah, tetapi sedangsedang
saja. Intinya, volume tersebut dapat menyamankan.
Menurut Green dan Setyowati (2004) langkah-langkah respons relaksasi dalam
melakukan meditasi suarl sebagai berikut :
a. Pilihlah kalimat musik yang akan digunakan.
b. Menggunakan headset
c. Duduklah dengan santai.
d. Tutup mata.
e. Kendurkan otot-otot.
f. volume suaranya jangan terlalu keras ataupun lemah, tetapi sedangsedang saja.
Intinya, volume tersebut dapat menyamankan.
g. Bernapaslah secara alamiah.
h. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran.
i. Lakukan 10 sampai 20 menit.
j. Untuk berhenti jangan langsung, duduklah dulu dan beristirahat.
k.
.

Buka pikiran kembali. Barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali.

Anda mungkin juga menyukai