Anda di halaman 1dari 7

Kasus 2

Pendahuluan
Sejumlah orang merasa kecewa dengan penutupan Sea World, Ancol, Jakarta Utara.Hal
ini dikarenakan banyak dari mereka ingin merayakan momen bersama keluarga untuk menikmati
wahana yang ada di Sea World tetapi pada kenyataannya tempat rekreasi tersebut tutup. Menurut
sejumlah pengunjung, kebanyakkan dari mereka bernasib sama atas kejadian ini. Kebanyakkan
dari pengunjung tersebut tidak mengetahui bahwa kalau wahana Sea World tersebut sedang tidak
beroperasi. Mereka mendapatkan tiket masuk Sea World tersebut dari membeli secara online
dimana dalam web Sea World tidak terdapat pemberitahuan kalau Sea World sedang tidak
beroperasi sementara waktu sampai batas yang tidak ditentukan. Seperti yang dialami oleh Yusac
Wisnu Prabu, warga Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Yusac berniat merayakan
ulang tahun pertama anaknya.Alih-alih menyenangkan anak di momen ulang tahun, Yusac
terpaksa menelan kecewa karena ternyata tempat rekreasi itu tak buka.Padahal dia sudah
membeli tiket secara online sebesar Rp 170.000,00. Dodi juga bernasib sama dengan Yusac.
Warga asal Pamulang, Tangerang Selatan ini berniat mengunjungi Sea World untuk merayakan
ulang tahun anak. Namun ia tidak mengetahui bahwa Sea World ditutup.
Permasalahan ini sebenarnya berasal dari kontrak perjanjian bisnis antara PT
Pembangunan Jaya Ancol Tbk dengan PT Sea World Indonesia yang terafiliasi dengan Grup
Lippo.Sengketa tersebut bermula dari habisnya perjanjian built operation transfer (BOT) PT Sea
World Indonesia selama 20 tahun antara kedua belah pihak pada Juni 2014.

Dasar Hukum dan Moral


A. Dasar Hukum
Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Hak Konsumen
Pasal 4
Hak konsumen adalah:
a. hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsurnsi barang dan/atau
jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan / atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan komnpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 7

Kewajiban pelaku usaha adalah:


a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan pcnggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 45
1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang
bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui
peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
3. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak
menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

4. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan
melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang, bersengketa.
Pasal 46
1. Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:
a. seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
b. sekelompok konsumen yang mempunyai kepentinyan yang sama;
c. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat,
yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya
menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah
untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan
sesuai dengan anggaran dasarnya;
d. pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi
atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban
yang tidak sedikit.
Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan
Pasal 47
Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk
menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita
oleh konsumen.
B. Moral
Menurut Velasquez (2005) menyebutkan ada 4 prinsip yang digunakan dalam berbisnis,
yaitu:
(1) Utilitarianisme

Prinsip ini menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan
dan biaya yang dibebankan kepada masyarakat.Sebuah prinsip moral yang mengklaim bahwa
sesuatu dianggap benar apabila mampu menekan biaya sosial dan memberikan keuntungan sosial
yang lebih besar.
(2) H a k
Hak merupakan sebuah sarana atau cara yang penting dan bertujuan agar memungkinkan
individu untuk memilih dengan bebas apapun kepentingan atau aktivitas mereka dan
melindungi pilihan-pilihan mereka. Hak kebebasan dan kesejahteraan orang lain harus
dihormati. Hak-hak moral semacam ini memiliki tiga karakteristik penting yang memberikan
fungsi pemungkinan dan perlindungan, pertama: hak moral sangat erat kaitannya dengan
kewajiban, dimana kewajiban secara umum merupakan sisi lain dari hak moral; kedua: hak
moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari kepentingan-kepentingan
mereka; ketiga: hak moral memberikan dasar untuk membenarkan tindakan yang dilakukan
seseorang dan untuk melindungi orang lain.
(3) Keadilan
Mengidentifikasi cara-cara yang adil dalam mendistribusikan keuntungan dan beban pada para
anggota masyarakat. Biasanya masalah keadilan dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
keadilan distribute rberkaitan dengan distribusi yang adil atas keuntungan dan beban dalam
masyarakat) dan keadilan retributif (pemberlakuan yang adil pada pihak-pihak yang melakukan
kesalahan); keadilan kompensatif (cara yang adil dalam memberikan kompensasi pada
seseorang atas kerugian yang mereka alami akibat perbuatan orang lain).
(4) Perhatian (Caring)
Pandangan ini menekankan bahwa kita mempunyai kewajiban untuk memberikan perhatian
terhadap kesejahteraan orang-orang yang ada di sekitar kita, terutama yang mempunyai hubungan
ketergantungan.

Pembahasan
Berdasarkan dasar hukum diatas PT Sea World telah melanggar aturan dalam UU nomor 8 Tahun
1999 pasal 4 (a, b, c) bahwa Konsumen mempunyai hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan dan mendapatkan
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Hal
ini bisa dilihat dari banyak pengunjung yang tidak dapat masuk menikmati wahana setelah
pengunjung melaksanakan kewajibannya dikarenakan pengunjung tidak mendapatkan informasi
yang sebenarnya tentang penutupan PT Sea World melalui Web atau pun pemberitaan media.PT
Sea World juga melanggar UU nomor 8 Tahun 1999 pasal 7 (a, b, c) bahwa pelaku usaha harus
beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha dan memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa dan memperlakukan atau melayani
konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Ini dilihat dari cara PT Sea World
tetap menjual tiket secara online kepada calon para pengunjung dan tidak memberikan informasi
yang sebenarnya tentang masalah penutupan sementara akibat dari sengketa perjanjian.
Untuk itu cara penyelesaiannya permasalahan ini PT Sea World seharusnya mengganti rugi atas
tindakan yang telah dilakukannya sehingga menyebabkan pengunjung mengalami kerugian serta
berjanji menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang di
derita oleh konsumen. Tetapi bila PT Sea World tidak mempunyai itikad baik pengunjung dapat
melakukan gugatan sesuai dengan UU nomor 8 Tahun 1999 pasal 45 ke PT Sea World dalam hal
ini sebagai pelaku usaha. Pengunjung dapat melakukan gugatan dengan cara mandiri atau
kelompok sesuai pasal UU nomor 8 Tahun 1999 46 ayat 1. Jika dilihat dari moral melalui 4
perspektif, yaitu:
a. Utilitarian (Utilitarianisme)
Sangat tidak etis. Karena sangat merugikan masyarakat yang akan berkunjung atas apa
yang telah dilakukan oleh PT Sea World dengan menjual tiket secara online di saat
permasalahan sengketa ini muncul yang menyebabkan penutupan wahana PT Sea World.
Masyarakat merasa di tipu oleh PT Sea World.
b. Hak (Rights)
Jika dilihat dari hak, PT Sea world tidak memberikan hak kepada konsumen atau
pengunjung yang telah melaksanakan kewajibannya atas informasi yang sebenarnya.
c. Kewajiban (Justice)
PT Sea World harus mendapatkan sanksi atas apa yang telah diperbuat kepada konsumen
atau pengunjung yang sudah membeli tiket secara online. Ini sesuai keadilan retributive
yang dimana pemberlakuan adil pada pihak-pihak yang melakukan kesalahan agar di
hukum sesuai perbuatannya.
d. Perhatian (Caring)

PT Sea World tidak memberikan perhatian kepada masyarakat karena tidak memberikan
informasi yang sebenarnya atas apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga menyebabkan
banyak pengunjung mengalami kerugian atas apa yang telah dilakukan oleh PT Sea
World.

Referensi
Velasquez, Manuel G. 2012. Business Ethics, 7th Edition. USA: Pearson.
http://www.tempo.co/read/news/2014/10/01/083611166/Sengketa-Sea-World-Pengunjung-JadiKorban
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/01/13434851/Ancol.Tutup.Wahana.Rekreasi.Sea.
World.Ini.Sebabnya
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/01/15221001/Sudah.Beli.Tiket.via.Online.Ternyata
.Sea.World.Stop.Operasi
http://www.radioprssni.com/prssninew/internallink/legal/uu_8_99perlkonsum.htm

Anda mungkin juga menyukai