Anda di halaman 1dari 10

BUSINESS ETHICS

PENUTUPAN GANG DOLLY

Group 14
Muhammad Igor Beladin

374112

Muhammad Randhy Kurniawan

373471

MASTER OF MANAGEMENT
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
GADJAH MADA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2014

PENUTUPAN GANG DOLLY


Dolly atau Gang Dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak,
Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur
"dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di
Asia Tenggara lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. Bahkan pernah
terjadi kontroversi untuk memasukkan Gang Dolly sebagai salah satu daerah tujuan wisata Surabaya bagi
wisatawan mancanegara. Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang
perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Dolly van der mart. Keturunan dari Dolly
sampai sekarang masih ada di Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis. Kawasan Dolly berada
di tengah kota, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat, di kawasan Putat, Surabaya. Kompleks
lokalisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak.Bukan hanya bagi pekerja seks, tetapi juga
pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang ojek, dan tukang becak. Para pekerja seks berasal
dari Semarang, Kudus, Pati, Purwodadi, Nganjuk, Surabaya, dan Kalimantan. (Wikipedia, 2014)
Warga sekitar dan segala macam profesi yang ada di dalam Gang Dolly terancam kesejahteraan
perekonomian dan sosial setelah Walikota Surabaya dan Pemkot Surabaya menutup lokalisasi tersebut
karena ingin memperbaiki wajah kota Surabaya dan melindungi psikologis anak Surabaya. Salah satu
alasan Walikota Surabaya untuk menyelamatkan masa depan anak-anak yang hidup disekitar Gang Dolly.
Menurut Walikota Surabaya Tri Rismaharini anak-anak yang tinggal di sekitar lokalisasi, menjadi pelaku
kriminal perdagangan manusia atau mucikari cilik. Penutupan Lokalisasi Dolly didukung oleh pemerintah
provinsi, para ulama, dan tokoh agama di Jawa Timur. Risma pun menjelaskan alasan lain diambilnya
keputusan tersebut. Pertama, letak lokalisasi Dolly berbaur dengan pemukiman masyarakat umum,
kedua peraturan daerah melarang perdagangan manusia, dan yang ketiga dampak sosial bagi anak-anak
yang tinggal di sekitar Lokalisasi Dolly sangat buruk. (Okezone, 2014)
Rencana tersebut bukan tidak mungkin adanya penolakan. Warga setempat juga melakukan
protes atas kebijakan pemkot Surabaya. Yaitu dengan memasang spanduk bertuliskan "Tolak Penutupan
Lokalisasi Karena Tidak Manusiawi". Akan tetapi hal tersebut tidak membuat Walikota Ibu Risma
menyurutkan niatnya. Ia menjelaskan tidak akan menyurutkan niatnya (menutup lokalisasi pada 19 Juni).
Karena sudah disosialisasikan ke pemilik wisma dan juga tokoh-tokoh masyarakat setempat. Selain itu
Risma juga mendapat tekanan bahkan akan diancam dibunuh karena kebijakannya menutup Gang Dolly
tersebut. Akan tetapi Risma tetap pada pendiriannya bahwa akan menutup Gang Dolly tersebut dengan
beralasan anak-anak yang tinggal di daerah lokalisasi itu. Walikota yang diusung PDI-P ini
menambahkan, pihaknya kini sudah menawarkan pada pemilik wisma untuk menjual rumahnya. Menurut

rencana wisma tersebut akan digunakan menjadi sentra kerajinan, PAUD, ataupun tempat-tempat
pelatihan bagi PSK, mucikari maupun warga sekitar. Sementara itu, Ketua DPRD Surabaya, M Machmud
mengatakan, warga yang selama ini pendapatannya bertumpu pada geliatnya hiburan malam di Dolly,
sudah saatnya untuk mencari alternatif pendapatan yang lain. Yang harus dipertimbangkan adalah
dampak ketika lokalisasi peninggalan Noni Belanda, Dolly Van Der Mart itu tidak beroperasi lagi. Ia juga
menambahkan PSK itu seharusnya bersyukur, ketika digusur dapat pesangon, apalagi mereka kebanyakan
bukan orang Surabaya. PKL (pedagang kaki lima) saja, yang itu warga Surabaya kalau digusur tidak
dikasih pesangon. Saya kira, penutupan harus tetap dilakukan.Pemkot tidak usah ragu, kalau ada
penolakan harus dihadapi. (RRI, 2014)
Keberadaan Dolly saat itu, lebih cenderung mendapat legalitas secara halus baik dari pemerintah
pusat maupun daerah dengan tujuan menghapus prostitusi secara perlahan. Tetapi, pada praktiknya tak
lepas dari campur tangan mafia prostitusi yang memanfaatkan Dolly untuk kepentingan politik. Saat ini
Dolly dijadikan sebagai penyumbang kontribusi APBD terbesar daripada sektor usaha lain di Surabaya.
Dana puluhan triliun setiap tahunnya masuk ke kas Pemda, sehingga Dolly tetap menjadi lokalisasi yang
berkembang pesat tanpa evaluasi dari pemerintah. (Tempo, 2014)
Seperti yang sudah dibicarakan diatas tadi, penutupan Gang Dolly menimbulkan pro dan kontra
diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Salah satunya Ketua LSM Ampera, Yoyok Arjuna mengatakan
pihaknya sangat sepakat dengan wacana pemerintah Surabaya dalam upaya mewujudkan Surabaya Bebas
Prostitusi. (News, Suara Publik, 2013)
Selain itu juga beberapa elemen masyarakat di Kota Surabaya, antara lain Ikatan Keluarga
Madura, Gerakan Arek Suroboyo, dan Pemuda Pancasila, mendatangi Balai Kota Surabaya untuk
mendukung langkah Wali Kota Tri Rismaharini menutup lokalisasi prostitusi Dolly pada 19 Juni 2014.
Koordinator aksi Mat Mochtar mengatakan sebagian besar warga Surabaya menginginkan Dolly ditutup.
Karena warga Surabaya tidak ingin mendapat predikat Kota Surabaya sebagai kota yang mempunyai
lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. (Tempo , 2014)
Dukungan juga datang dari petisi online. Petisi ini menginginkan merubah wajah Dolly. Petisi
online yang dibuat oleh Elemen Pemuda Surabaya (EMAS). Mustofa Sam yang merupakan Humas
EMAS mengatakan kami hanya ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk turut serta menandatangai
petisi yang telah dibuat. Dan kami butuhkan sedikitnya 5.000 tanda tangan dalam sebuah petisi online. Ia
juga mengungkapkan, sedikitnya 5.000 tanda tangan yang rencananya akan diserahkan kepada Mensos
RI, Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya saat deklarasi penutupan yang akan dilangsungkan di Islamic

Center pada Rabu malam (18/6). Pihaknya juga mendorong semua pihak agar tidak menjadikan
penutupan lokalisasi sebagai kewajiban pertama dan terakhir. (Detik.com, 2014)
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendukung penutupan lokalisasi prostitusi Dolly, menurut
Ketua DPD Partai Demokrat Jatim itu, merupakan keputusan final pemerintah yang tidak mungkin ditarik
kembali. Menurutnya akan ada perubahan tingkat kesejahteraan warga setempat setelah Dolly ditutup.
(Kompas.com, 2014)
Pendapat lain datang dari Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana, menolak penutupan
lokalisasi prostitusi Dolly pada 19 Juni mendatang. Menurut Wisnu yang juga Ketua DPC Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya itu, meminta Pemkot Surabaya untuk mengkaji
ulang waktu penutupan sampai warga sekitar benar-benar siap. Wisnu menilai, warga belum sepenuhnya
menerima konsep recovery yang ditawarkan Pemkot Surabaya pascapenutupan Gang Dolly. Ia
menegaskan Pemkot harus lebih intensif lagi bertemu dengan warga sekitar dan merumuskan konsep
terbaik yang saling menguntungkan. Lanjut dia, kalau hanya memberi pesangon kepada pekerja seks
komersial (PSK) dan juga mucikari, itu bukan solusi. Tanggung jawab Pemkot, kata Wisnu, menjamin
keberlangsungan pendapatan warganya. Jika Dolly ditutup akan menimbulkan efek negatif, kata Wisnu,
dipastikan muncul banyak prostitusi terselubung, berbentuk kos-kosan, karaoke dewasa, panti pijat, dan
sebagainya, yang justru akan merugikan Pemkot. Sekarang saja, kata Wisnu, sudah banyak muncul koskosan yang dipakai mesum. (Tribunnews Jawa dan Bali, 2014)
Gabungan dari beberapa oraganisasi masa atau ormas Laskar Merah Putih dan Pagar Jati datangi
Kantor Walikota Surabaya jalan Balaikota Mustajab. Mereka mendesak kepada Pemkot Surabaya agar
tidak melakukan penutupan dolly sebelum Pemkot menertibkan beberapa tempat hiburan yang berkedok
panti pijat atau yang lainya. Selain itu, mereka menduga pihak Pemkot mempunyai kepentingan lain
dalam penutupan dolly. Sekaligus membiarkan praktik prostitusi berkedok panti pijat, spa yang diduga
milik pengusaha besar. Diharapkan pemerintah tidak terkesan tebang pilih dalam menyelesaikan
persoalan prostitusi di Surabaya, ujar Osama, Ketua Laskar Merah Putih. (Surabayanews.co.id, 2014)
Hal yang mengejutkan juga datang dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Surabaya.
Mereka sangat bertolak belakang dengan Organisasi Muhammadiyah Surabaya melalui Ketuanya Zayyin
Chudlori mendukung atas penutupan Dolly. IPM mempertanyakan penutupan tempat bersejarah tersebut
oleh pemerintah. Apa alasan rasional Bu Risma mau menutup Dolly? Kalau Dolly menjadi pusat
prostitusi di Surabaya itu tidak dibenarkan. IPM telah melakukan banyak Analisis Sosial (ANSOS)
dengan mengunjungi berbagai tempat yang dianggap juga menjadi pusat prostitusi esekesek di
Surabaya. Menurut mereka, jika pemerintah dan ormas Islam ingin menutup gang tersebut dengan alasan
4

moralitas dan ingin membebaskan kota pahlawan ini dari prostitusi. Kami organisasi yang bergerak
dikalangan pelajar justru merasakan hal yang mubadzir jika hanya Dolly yang ditutup. Remaja di
Surabaya justru lebih melakukan esekesek di berbagai tempat di Surabaya. Banyak pelajar yang
melakukan hal yang lebih hina dari tempat prostitusi di Dolly dengan menggunakan tempat sepi dan hotel
murah di Pantai Ria Kenjeran. Panti pijat liar dan legal juga masih berdirih kokoh ditanah Surabaya ini.
Harga yang mereka taksir antara 250 ribu rupiah sudah bisa melakukan hubungan esekesek. Club
Malam dan Pub di Royal (360), Colurs, Penthouse dan di BG Juntioun menjadi tempat yang rekomendasi
bagi pelajar untuk melakukan pesta sex bebas. Bukan hanya itu, transaksi narkoba pun sering dilakukan di
tempat-tempat tersebut. Masih banyak data IPM yang tidak bisa dibahas satu persatu didalam tulisan ini.
Pemerintah dan Pihak Kepolisian juga harus peka melihat fenomena tempat-tempat yang lebih parah
daripada Dolly yang sudah melegenda. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang IPM
pegang. Yang menjadi pertanyaan IPM adalah apakah penutupan dolly justru untuk melanggengkan
tempat prostitusi elit yang lebih membahayakan daripada Gang Dolly? yang dimiliki oleh kaum kapitalis
yang semakin mengeruk kekayaan negara kita tercinta. (Jatimsatu.com, 2014)
Terlepas dari pro kontra yang beredar di masyarakat, penutupan Gang Dolly dapat menimbulkan
efek negatif dan positif. Seperti yang di utarakan IPM, bahwa penutupan Gang Dolly akan
melanggengkan tempat-tempat prostitusi elit di Surabaya. Selain itu akan menimbulkan tempat prostitusi
terselubung seperti, kos-kosan, hotel yang bertarif murah dan tempat-tempat yang sepi lainnya.
(Jatimsatu.com, 2014)
Selain itu munculnya E-Dolly. E-Dolly adalah menggunakan perangkat elektronik dan teknologi
informasi untuk menjual jasa PSK. Caranya para penyedia PSK tetap mangkal di Dolly. Mereka
menawarkan dengan menunjukkan foto-foto menggunakan tablet dan smartphone. Inilah generasi "EDolly". Generasi yang melanjutkan prostitusi setelah ratusan wisma di Dolly benar-benar mati. (Kompas,
2014)
Ketua LSM Ampera Yoyok Arjuna juga memiliki pendapat yang sama dengan IPM. Yoyok
mengingatkan pemkot agar menyiapkan formula khusus agar nantinya tidak menimbulkan efek domino.
Ia sangat mendukung langkah pemkot namun dengan syarat bahwa pemkot harus komitmen terhadap
pemberantasan prostitusi. Selama ini, lanjut Yoyok, pemkot Surabaya tidak konsisten dalam memberantas
prostitusi, sebab dipungkiri atau tidak bisnis ini cukup menggiurkan terutama bagi pemain kelas kakap. Ia
menegaskan penutupan Dolly hanyalah trigger untuk menumbuhkan bisnis prostitusi yang lebih
terselebung, sebab siapapun tahu bahwa di Surabaya kini marak Prostitusi berkedok Panti Pijat Plus-plus
dan Spa. Ditambahkan yoyok, Wacana penutupan Dolly merupakan ada konspirasi antara Pemkot dengan

beberapa pengusaha Rumah Hiburan Umum (RHU) yang akhirnya berkutat pada perebutan bisnis esekesek yang nilainya ditaksir mencapai ratusan milyar. Menurut Yoyok secara logika, jumlah wisma di
lokalisasi Dolly dan Jarak saja ada 400 wisma, sedangkan PSK-nya dari tahun 2012 saja ada 1080 dan
2013 mencapai 1022. Jadi perputaran omzet di Dolly mencapai rupiah yang fantastis yakni Rp
408.800.000 dan jika Rp 408.800.000 tersebut dikalikan 30 hari maka jumlah yang akan di dapat adalah
Rp12.264.000.000. Yoyok selanjutnya berpendapat, dari nilai itu saja sudah bisa mengkalkulasi sendiri
dan membayangkan betapa fantastisnya nilai rupiah dari bisnis prostitusi tersebut. Nah, itulah yang
diperebutkan pasar bisnis prostitusi. Yoyok juga menambahkan dari hasil risetnya, bahwa jumlah RHU
pada tahun 2010 yang berijin maupun yang tak berijin di Surabaya, kurang lebih 500 RHU. Sedangkan
pada tahun 2013, bertambah mencapai 20% yang di dominasi oleh hotel Sort Time, Karaoke Dewasa,
panti pijat atau SPA, Pub dan diskotik. Saat ini, imbuh Yoyok, ada pergeseran pola masyarakat terkait
prostitusi, jika dulunya dilakukan di tempat umum seperti dolly, maka kini masyarakat lebih enjoy
menikmati di tempat tersembunyi. Pola ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha kakap untuk membuka unit
usaha seperti panti pijat plus2, karaoke dewasa demi menjaring konsumen. (News, Suara Publik, 2013)
Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi juga memberikan pendapatnya. Beliau mengatakan
bahwa penutupan lokalisasi Dolly, di Surabaya, bukan menjadi penyelesaian dalam penyebaran virus
HIV. Belajar dari penutupan lokalisasi di Jakarta dan Bandung, ternyata tidak dapat menyelesaikan
masalah. Karenanya, pelacuran akan tetap berjalan. Namun, dengan adanya lokalisasi dapat dijadikan
scanning pengobatan dan pendataan. Ia sangat setuju Dolly akan ditutup. namun, korelasi laki-laki pencari
jasa seks sangat banyak. Tidak ada jaminan laki-laki pencari jasa seks. Menurutnya, lokalisasi yang ada
bagus untuk pendidikan seks. Namun setelah lokalisasi ditutup, akan terjadi praktik seksual di luar
lokalisasi, dan tidak ada akses pencegahan dan pengobatan. Biasanya para jasa seks tersebut
bersembunyai di rumah-rumah penduduk yang mengakibatkan susah terditeksinya. Sementara itu,
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono mengatakan, penutupan
lokalisasi Dolly akan menjadi kontradiktif dan menyangkut permasalahan moralitas. Karenanya, hal
tersebut menyangkut penyakit sosial. Selain itu, berkaitan dengan permasalahan kesehatan fisik, HIV,
penyakit kelamin, sosial, dan kriminalitas yang tinggi. Menurutnya, diperlukan metode lain agar dapat
menurunkan penularan inveksi baru HIV-AIDS. Tentunya, ada dampak positif dan negatif dari
penggusuran lokalisasi Dolly. Dengan menggusur tempat lokalisasi dapat menghilangkan tempat
lokalisasi. Sedangkan efek nantinya, akan sulit terlacaknya para pekerja seks yang sudah terkena HIV dan
hidup dengan HIV. Ia menegaskan nantinya kehidupan mereka akan membaur kepada masyarakat luas.
Maka perlu diantisipasi, dan ini menjadi tantangan pemda untuk memikirkan jangka waktu kedepan.
(Sindonews.com, 2014)

Sedangkan efek positifnya, ada para mantan PSK Dolly membuka usaha panti pijat. Ada juga
yang pulang kampung membuka toko sembako dan menjadi petani. Modal yang mereka gunakan setelah
tidak menjadi PSK di Dolly adalah uang kompensasi yang diberikan oleh pemkot sebesar Rp
5.050.000,00 per PSK. (Liputan6.com, 2014)
Tetapi ada juga yang mengembalikan kompensasi tersebut. Sekitar 70 Pekerja Seks Komersial
(PSK) dan Mucikari lokalisasi Dolly dan Jarak akan mengembalikan dana kompensasi yang diberikan
Pemerintah. Hal tersebut dikarenakan para PSK masih ingin terus bekerja dilokalisasi terbesar Se-Asia
Tenggara. Seperti yang disampaikan Santi (nama samaran) salah satu mucikari dilokalisasi Putat Jaya
mengatakan bahwa dirinya tetap bekerja sebagai mucikari dilokalisasi tersebut karena banyaknya
tanggungan. Bahkan ia pun mengembalikan uang lima juta rupiah karena tanggungan utangnya masih
banyak, menurutnya uang segitu tidak cukup untuk hidup sebulan. (Liputan6.com, 2014)
Lain halnya dengan warga sekitar gang dolly, sepinya Gang Dolly berdampak pada urusan dapur
beberapa warga. Menurut Ridwan, Ketua RT05/RWXII di kawasan Dolly, beberapa warga sekitar yang
dulu memiliki kios di sepanjang Gang Dolly, masih banyak yang menganggur. Sebagian lagi bekerja
serabutan. Ada yang memilih berjualan es tebu dengan menggunakan modal pinjaman sana sini, karena
tidak ada bantuan dari pemkot dan itu yang sangat disayangkannya. Mengapa warga tidak diperhatikan.
Seharusnya, pemkot mau membantu warga yang menggantungkan hidup di Gang Dolly. Dia mengaku
sudah mendatangi lurah dan camat, namun tidak ada tanggapan berarti. Menurut Ridwan, saat ramairamai penutupan Dolly, pemkot sudah melakukan survei untuk keperluan warga yang dampak langsung
oleh penutupan, tapi sampai sekarang tidak ada realisasi dari pemkot untuk membantu perekonomian
warga Dolly pasca-penutupan. (Kompas, 2014)
Dengan demikian Lapangan pekerjaan yang layak merupakan resolusi dari penutupan Dolly
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menghapus porstitusi. Tentunya dengan ketersediaan
lapangan kerja dan upah yang layak, para PSK dan muci kari Dolly akan lebih produktif dan memiliki
kreatifitas dalam pemberdayaan masyarakat dengan menitik beratkan peran utama mereka dalam
pembangunan daerah. Resolusi penutupan Dolly, kini telah memunculkan masalah baru bagi pemerintah
daerah, terutama dalam meningkatkan kualitas SDM masyarakat produktif sehingga mampu mendorong
pertumbuhan perekonomian daerah dan mengambil peran penting dalam pembangunan demi terwujudnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pertanyaan:
1. Apakah Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini bertanggung jawab secara moral? Jelaskan!
2. Sebutkan isu sistemik, isu korporasi, isu individual yang terjadi dalam kasus tersebut?
3. Apakah tindakan penutupan Gang Dolly ini etis? Jelaskan menurut pandangan utilitarian, hak,
keadilan, perhatian?
4. Menurut Anda etiskah kompensasi yang diberikan pemkot Surabaya kepada PSK?

Bibliography
Detik.com. (2014, Juni 17). Penutupan Lokalisasi Dolly Dapat Dukungan Lewat Petisi. Retrieved
November 17, 2014, from http://news.detik.com:
http://news.detik.com/surabaya/read/2014/06/17/172300/2610817/475/penutupan-lokalisasi-dollydapat-dukungan-lewat-petisi?n992204fksberita
Jatimsatu.com. (2014, Mei 28). IPM SURABAYA : MENOLAK DOLLY DITUTUP. Retrieved November 17,
2014, from http://www.jatimsatu.com: http://www.jatimsatu.com/index.php/news/item/279-ipmsurabaya-menolak-dolly-ditutup.html
Kompas. (2014, Oktober 29). Gang Dolly Ditutup, Kini Muncul "E-Dolly" . Retrieved November 17, 2014,
from http://regional.kompas.com:
http://regional.kompas.com/read/2014/10/29/1248338/Gang.Dolly.Ditutup.Kini.Muncul.E-Dolly.1
Kompas. (2014, Oktober 29). Warga Dolly Tunggu Janji Pemkot Sebelum Penutupan (4). Retrieved
November 17, 2014, from kompas.com:
http://regional.kompas.com/read/2014/10/29/15364641/Warga.Dolly.Tunggu.Janji.Pemkot.Sebelum.Pe
nutupan.4
Kompas.com. (2014, Juni 26). Soekarwo: Uang Diambil atau Dikembalikan, Dolly Tetap Ditutup.
Retrieved November 17, 2014, from http://regional.kompas.com:
http://regional.kompas.com/read/2014/06/26/1443221/Soekarwo.Uang.Diambil.atau.Dikembalikan.Dol
ly.Tetap.Ditutup
Liputan6.com. (2014, Juni 21). Pakai Dana Kompensasi, PSK Dolly Buka Panti Pijat. Retrieved November
17, 2014, from http://news.liputan6.com: http://news.liputan6.com/read/2066790/pakai-danakompensasi-psk-dolly-buka-panti-pijat
Liputan6.com. (2014, Juni 26). Puluhan PSK Kembalikan Uang Kompensasi Penutupan Dolly. Retrieved
November 17, 2014, from http://news.liputan6.com: http://news.liputan6.com/read/2068890/puluhanpsk-kembalikan-uang-kompensasi-penutupan-dolly
News, Suara Publik. (2013, December 24). Pro Kontra Penutupan Lokalisasi Gang Dolly Surabaya.
Retrieved November 17, 2014, from suarapubliknews.net:
http://suarapubliknews.net/index.php/pemerintahan/item/1268-pro-kontra-penutupan-lokalisasi-gangdolly-surabaya
Okezone. (2014, Mei 8). Ini Alasan Pemkot Surabaya Bersikeras Tutup Lokalisasi Dolly. Retrieved
November 16, 2014, from news.okezone.com:
http://news.okezone.com/read/2014/05/08/519/981894/large
RRI. (2014, Mei 5). Meski ada Penolakan, Walikota Surabaya Bersikeras Tutup Lokalisasi Dolly. Retrieved
Novembe 16, 2014, from rri.co.id:
http://rri.co.id/post/berita/77807/daerah/meski_ada_penolakan_walikota_surabaya_bersikeras_tutup_
lokalisasi_dolly.html
9

Sindonews.com. (2014, Juni 2). Penutupan Lokalisasi Dolly Bukan Jalan Terbaik. Retrieved November 17,
2014, from http://daerah.sindonews.com: http://daerah.sindonews.com/read/869316/23/penutupanlokalisasi-dolly-bukan-jalan-terbaik-1401702004
Surabayanews.co.id. (2014, Mei 16). Tolak Penutupan Dolly, Gabungan Ormas Datangi Kantor Walikota.
Retrieved November 17, 2014, from http://surabayanews.co.id:
http://surabayanews.co.id/2014/05/16/2449/tolak-penutupan-dolly-gabungan-ormas-datangi-kantorwalikota.html
Tempo . (2014, Mei 22). Massa Pro-Penutupan Dolly Datangi Wali Kota Risma . Retrieved November 17,
2014, from tempo.co: http://www.tempo.co/read/news/2014/05/22/058579645/Massa-ProPenutupan-Dolly-Datangi-Wali-Kota-Risma
Tempo. (2014, Juni 20). Risma, Resolusi dan Efek Dolly. Retrieved November 17, 2014, from
www.tempokini.com: http://www.tempokini.com/2014/06/risma-resolusi-dan-efek-dolly/
Tribunnews Jawa dan Bali. (2014, Mei 14). Wakil Tri Rismaharini Tolak Penutupan Lokalisasi Dolly.
Retrieved November 17, 2014, from tribunnews.com:
http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/14/wakil-tri-rismaharini-tolak-penutupan-lokalisasidolly
Wikipedia. (2014, Juni 21). Sejarah Dolly Surabaya. Retrieved November 16, 2014, from wikipedia.org:
http://id.wikipedia.org/wiki/Dolly,_Surabaya

10

Anda mungkin juga menyukai