Anda di halaman 1dari 17

Permasalahan Sosial Dari

Perspektif Sosiologi
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Dr. Argyo Demartoto, M.Si


 Kemajemukan masyarakat di Indonesia tidak lagi dapat
dipungkiri.
 Kehidupan masyarakat yang selalu bersifat dinamis
menyebabkan kondisi masyarakat selalu berubah, baik
dari keeratan sosial, ketegangan, hingga perpecahan kerap
mewarnai dinamika kehidupan masyarakat.
 Kondisi masyarakat yang terdiri dari berbagai macam
latar belakang menjadikan setiap individu dalam suatu
kelompok masyarakat memiliki watak, sikap, sifat, serta
pandangan hidup yang berlainan.
 Walaupun di dalam masyarakat terdapat kesamaan,
namun tetap saja berpeluang besar terjadinya suatu
masalah sosial.
 Sebuah masalah terjadi ketika apa yang
diharapkan dan dicita-citakan tidak sesuai dengan
realita yang terjadi.
 Semakin tinggi tingkat heterogenitas sebuah
masyarakat semakin tinggi pula sebuah wilayah
terjadi masalah.
 Masalah sosial juga dapat terjadi sebagai dampak
negatif dari adanya suatu perubahan sosial-
budaya dalam masyarakat.
 Masalah sosial berhubungan erat dengan nilai-
nilai sosial dan lembaga kemasyarakatan.
 Dikatakan sebagai masalah sosial karena
masalaha tersebut bersangkut-paut dengan
hubungan antarmanusia dan di dalam kerangka
bagian-bagian kebudayaan yang normatif.
 Sehingga masalah sosial bersangkut-paut dengan
gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan
dalam masyarakat.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4
(empat) jenis faktor, yakni antara lain :
 Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran,
prostitusi dll.
 Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja,
dll.
 Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan
makanan, dsb.
 Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat,
dsb.
UKURAN SOSIOLOGI TERHADAP MASALAH
SOSIAl
Menurut Robert K. Merton dan Robert A. Nisbet, dalam
menentukan bahwa suatu masalah merupakan problema
sosial atau tidak, digunakan beberapa pokok persoalan
sebagai ukuran, yaitu:
1. Kriteria Utama masalah sosial yaitu tidak adanya penyesuaian
antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan
kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial.
2. Adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan
masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi, dengan apa
yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup.
a. KEMISKINAN
Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan
masalah sosial.
Kemiskinan muncul sebagai masalah sosial sejak berkembangnya perdagangan ke
seluruh dunia dan juga ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu
kebiasaan masyarakat.
Pada waktu dulu setiap individu sadar akan kedudukan ekonomisnya, sehingga
mereka mampu mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin.
Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila perbedaan kedudukan
ekonomi para warga masyarakat ditentukan secara tegas.
Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, kemiskinan bukan
masalah sosial, karena mereka menganggap bahwa semua telah ditakdirkan,
sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya.
Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problema sosial
karena sikap yang membenci kemiskinan tadi.
Bagi para urban yang gagal mendapatkan pekerjaan, kemiskinan tidak lagi diukur
dari kebutuhan
sekunder saja, tetapi disebabkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan primernya.
b. PENGANGGURAN
Pengangguran merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang.
Pesatnya arus globalisasi dalam bidang ekonomi yang ditandai
dengan adanya efisiensi dalam kegiatan ekonomi, misalnya
penggunaan mesin-mesin produksi.
Hal itu menyebabkan berkurangnya penggunaan tenaga
manusia.
Oleh sebab itu pengangguran makin tinggi.
Di negara negara berkembang, pada umumnya juga memiliki
tingkat pendidikan yang rendah.
Sementara itu persaingankerja makin lama makin ketat,
sehingga orang yang tidak memiliki keahlian (skill) akan
kesulitan mencari kerja.
c. KEJAHATAN
Kejahatan disebabkan kondisi-kondisi dan proses-proses sosial
yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya.
Orang yang menjadi jahat, disebabkan orang tersebut
mengadakan kontak dengan pola-pola perilaku jahat dan juga
karena dia mengasingkan diri dari pola-pola perilaku yang tidak
menyukai kejahatan tersebut.
Pada masa modern seperti sekarang ini timbul kejahatan yang
disebut white collar crime yaitu suatu kejahatan yang timbul
akibat perkembangan ekonomi yang terlalu cepat dan
menekankan pada aspek material–finansial belaka.
Kejahatan ini merupakan kejahatan yang dilakukan oleh
pengusaha dan pejabat di dalam menjalankan peranan fungsinya.
Golongan tersebut menganggap kebal terhadap hukum dan
sarana-sarana pengendalian sosial lainnya.
Untuk mengatasi masalah kejahatan dapat
dilakukan dengan dua cara berikut:

1. Preventif, yaitu dengan cara menjauhkan diri dari pola-


pola kejahatan dan mendekatkan diri dari pola-pola
perilaku yang tidak menyukai kejahatan.
2. Represif, yaitu dengan cara rehabilitasi, seperti hal berikut.
a) Menciptakan program yang bertujuan menghukum
orang tersebut.
b) Berusaha mengubah agar orang tersebut tidak jahat,
misalnya dengan cara memberi pekerjaan atau
latihan-latihan untuk menguasai bidang-bidang
tertentu agar dapat membaur kembali dengan
masyarakat umum.
d. Prostitusi
 Prostitusi adalah gejala masyarakat yang ada dan
timbul sejak zaman dahulu hingga sekarang.
 Banyak permasalahan yang ditimbulkan oleh prostitusi,
tidak hanya dalam bersifat materi tetapi non-material.
 Masyarakat Indonesia dalam menanggapi prostitusi
bermacam-macam, ada yang bersikap menolak dengan
cara mengutuk keras dan memberikan hukuman
beratkepada pelakunya.
 Namun demikian ada juga masyarakat yang bersikap
netral dengan berperilaku acuh dan masa bodoh dengan
adanya prostitusi tersebut.
 Di Indonesia terdapat suatu kawasan yang terkenal
dengan nama Gang Dolly, gang Dolly ini merupakan
kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah
Jarak Pasar Kembang kota Surabaya Jawa Timur.
 Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur
“dipajang” di dalam ruamgam berdinding kacamirip
etalase.
 Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di Asia
Tenggara, lebih besar dari Patpong di Bangkok,
Thailand an Geylang di Singapura.
 Bahkan pernah terjadi kontroversi untuk memasukkan
gang Dolly sebagai salah satu daerah tujuan wisata
Surabaya bagi wisatawan manca negara.
 Gang Dolly ini sudah ada sejak jaman Belanda dan
dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda
yang bernama Dolly Van Der Mark keturunan dari
Dolly sampai sekarang masih ada di Surabaya,
meskipun sudah tidak mengelola bisnis.
 Kawasan Dolly di kawasan tengah kota berbaur
dengan pemukiman penduduk yang
padat, ,dikawasan Putat Surabaya.
 Kompeks lokalisasi Dolly menjadi sumber rejeki
bagi banyak pihak bukan hanya bagi pekerja seks,
tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok,tukang
parker, tukang ojek, dan tukang becak.
 Di bawah pemerintahan Tri Risma Harini pada tanggal 19
Juni 2014 akhirnya lokalisasi ditutup.
 Ditutupnya gang Dolly ini menuai pro dan kontra terutama
bagi PSK, Mucikari, serta orang-orang yang mencari nafkah
di area sekitar gang Dolly.
 Tetapi setelah penutupan gang Dolly permasalahan prostitusi
kemudian selesai begitu saja tetapi dengan ditutupnya gang
Dolly pemerintah memiliki tugas baru, diantaranya banyak
PSK yang masih menjalankan bisnisnya secara terselubung
melalui suatu aplikasi yang diberi nama E-Dolly bahkan
penghasilan mereka justru lebih banyak dari sebelumnya.
 Jika penghasilan mereka di Dolly setiap bulan 10-20 juta,
maka setelah Dolly ditutup dan mereka tidak terikat kontrak
penghasilan mereka mencapai 50 juta perbulan.
 Dari prespektif sosiologi penutupan gang Dolly tidak
sepenuhnya menyelesaikan masalah prostitusi di
Indonesia.
 Hal ini dikarenakan pemerintah mengatasi permasalahan
prostitusi selalu yang menjadi titik pemecahan masalah
adalah PSK nya, di mana PSK ditangkap, di beri sanksi,
serta diberi berbagai macam sosialisasi, padahal PSK ada
karena ada konsumennya, jadi untuk menangani masalah
prostitusi tidak hanya menitikberatkan di PSK tetapi pada
para “tamu langganan” yang kerapkali datang pun juga
menjadi titik pemecahan, bagi mereka tamu merupakan
orang terhormat, yang harus dilayani, namun bila mereka
bertamu dengan situasi dan kondisi seperti itu apa masih
bisa dikatakan orang-orang terhormat?
 Selain itu pemerintah ketika menutup Dolly harus
melihat kondisi Dolly.
 Dolly tidak hanya untuk kegiatan prostitusi saja,
karena ada juga banyak orang-orang yang mencari
nafkah dengan cara halal di Dolly seperti laundry,
berjualan sembako, warung kopi, dan lain sebagainya.
 Contohnya para pedagang yang bekerjadi sekitar gang
Dolly tersebut tidak diberi ganti rugi sehingga mereka
kehilangan lapangan pekerjaan dan tidak adanya
modal untuk berdagang. Dampak selanjutnya
terjadinya peningkatan kriminalitas akibat
pengangguran dan semakin bertambahnya kemiskinan
di wilayah Surabaya.
 Untuk menghilangkan prostitusi memang sangat
sulit bahkan tidak mungkin karena ini sudah ada
sejak jaman purba, tetapi untuk memperkecil
jumlah prostitusi sangat memungkinkan.
 Semua aspek yang ada di lingkungan prostitusi
Dolly jika tidak ditangani dengan baik maka akan
menjadi permasalahan yang lebih besar lagi,
karena masyarakat itu dinamis bukan statis dan
harus di selesaikan dengan solusi yang
berkepanjangan dan dapat mensejahterahkan
semua pihak yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai