Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masalah urbanisasi dan potret kemiskinan masyarakat perkotaan ikut
menambah angka gelandang. Penduduk desa yang mencari peruntungan di kota
besar, dengan modal dan skill yang seadanya, karena tidak memiliki pekerjaan
tetap berpeluang bearkhir menjadi gelandangan. Selain itu dampak dari kemajuan
perekonomian, meningkatnya harga bahan pokok dan taraf kehidupan yang
meningkat serta bertambahnya angka pengangguran baik PHK atau pengaguran
yang tidak mencari kerja juga berakibat pada peningkatan jumlah gelandangan.
Gelandangan (Homeless) merupakan konotasi negative yang digunakan
masyarakat untuk menjelaskan tentang keadaan seseorang yang tunawisma atau
tidak memiliki tempat tinggal. Para gelandangan ini bertempat tinggal, di bawah
jembatan pinggir jalan, pingggir sungai, stasiun kereta api atau tempat-tempat
umum lainnya untuk tidur dan beraktifitas lainnya.
Profesi

pemulung

atau

pengemis

dilakukan

gelandangan

untuk

menyambung hidupnya. Keberadaan gelandangan di tengah masyarakat


menimbulkan stigma negative, seperti timbulnya dampak keamanan dan
ketertiban, kriminalitas, masalah tata ruang, masalah kependudukan dan masalah
social lain. Gelandangan di identikkan dengan kumuh, kotor, malas dan sumber
Kriminal.
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemensos,
tercatat pada 2012, jumlah gelandangan 18.599 orang dan pengemis 178.262
orang. . Data yang masih perlu ditanyakan kevaliditasannya, dikarenakan
pendataan pada kelompok ini relatif sulit karena kecendrungan mobilitas pada
kaum ini. Angka ini seperti fenomena puncak Gunung Es yaitu angka riilnya
dimungkinkan bisa lebih tinggi. Angka gelandangan diperkirakan dapat
meningkat, akibat daya tarik kota yang selalu mengundang penduduk desa untuk
melakukan urbanisasi.
Penangan masalah gelandangan merupakan salah satu penanganan dari
kasus kemiskinan yang ada di Indonesia. Regulasi dan pemeberdayaan

gelandangan merupakan langkah bijak dalam mengatasi permasalahan ini, selain


itu masalah pemerataan pembanguna di desa yang menjadi penyebab utama
urbanisasi dapat menjadi langkah awal penurunan angka urbanisasi.
Rumusan Masalah

Peningkatan Pertumbuhan
dan Pembangunan
Negara/ Daerah

Peningkatan Taraf
Hidup

Kesenjangan akibat
kurangnya
pendistribusian
pembangunan

Kemiskinan dan
Pengangguran

Urbanisasi Desa-Kota

GELANDANGAN

Permasalahan
Lingkungan dan Sosial
Keamanan dan Keteriban
Kriminalitas
Penanganan

Dalam makalah ini membahas tentang etiologi atau penyebab seseorang


menjadi seorang gelandangan yang dapat mengakibatkan permasalahan
lingkungan, social, keamanan dan ketertiban, dan kriminalitas yang terjadi dalam
suatu negara atau daerah. yang ditimbulkannya serta solusi/ alternatif dari
permasalahan tersebut.
1. Apa yang menyebabkan seseorang menjadi gelandangan?.
2. Bagaimanaka dampak yang di timbulkan gelandangan?
3. Bagaimana solusi mengatasi Masalahan gelandangan?

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Gelandangan
Menurut Departemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang
yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.1
Gelandangan merupakan salah satu dari 22 penyadang masalah kesejahteraan
social (PMKS) yaitu ketunaan social dan penyimpangan perilaku.
Istilah gelandangan sering di akronim menjadi Gepeng (gelandangan dan
pengemis). Pengemis didefinisikan sebagai orang yang berpenghasilan dengan
meminta-minta di tempat umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. Kegitan mengemis dan memulung kerap menjadi
profesi gelandangan meskipun demikian tidak menutup kemungkinkan ada
beberapa gelandangan yang memiliki profesi diluar dari hal tersebut.1
Tabel : Jumlah Gelandangan dan Pengemis Tahun 2008-2011
No

Jenis PMKS

1
Gelandangan
2
Pengemis
Jumlah
Sumber : Kementrian R.I 2012

2008
25.169
35.057
60.226

Tahun
2009
2010
55.433
25.662
33.323
175.438
88.756
201.100

2011
18.599
178.262
196.861

Penyebab Sesorang Menjadi Gelandangan


Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi
gelandangan yaitu;
1. Kesenjangan akibat kurang pendistribusian pembangunan
Masyarakat yang berada didesa mungkin akan berpikir bahwa dikota
banyak tersedia lapangan pekerjaan, berdasarkan jumlah pabrik-pabrik dan
besarnya

UMR

yang

ditetapkaan.serta

kehidupan

yang

modern

tanpa

memperhatikan dampak negatifnya. Selain itu segelintir penduduk desa yang


berhasil bekerja di kota dapat menarik minat penduduk desa untuk melakukan
urbanisasi. Meningkatnya laju populasi arus balik pada saat idul fitri dan idul
adha.

Merupakan contoh usaha penduduk desa dalam mengejar motivasinya

bekerja di kota-kota besar. Meskipun demikian tidak semua penduduk desa dapat
pekerjaan sesudah sampai disana. Mereka kalah saing dengan penduduk kota, dan
akhirnya menjadi putus asa sehingga malu pulang ke kampung halaman. Hal itu
dapat meningkatkan jumlah penduduk di suatu kota secara tidak langsung. Dan
bagi penduduk desa yang memutuskan untuk tetap tinggal di kota akhirnya
menjadi gelandangan.
2. Kemiskinan dan pengangguran
Kemiskinan juga dapat menjadi faktor bertambahnya jumlah gelandangan
pada suatu daerah. Ada beberapa sebab sebab dari kemiskinan dan
pengangguran, tingkat pendidikan yang rendah yang berujung kepada daya saing
tenagan kerja yang mengakibatkan bertambahnya penggangguran. Selain itu
kurangnya sector usaha swasta, padahal sector swasta atau industry-industri dapat
membuka lapangan kerja baru.
Kemiskanan erat sekali dengan timbulnya suatu kejahatan tidak sedikit
kemiskinan dijadikan alasan seseorang melakukan kriminalitas seperti mencuri,
membunuh merampok, premanisme dll.
Kemiskinan bisa juga terjadi akbiat gejolak ekonomi yang terjadi didalam
suatu Negara. Naiknya harga-harga suatu barang atau kebijakan yang permerintah
yang tidak pro masayarakat dapat menghasilkan masyarakat miskin baru yang
dapat berujung kepada bertambahnya gelandangan.
3. Peningkatan taraf hidup
Ekonomi menjadi kebutuhan yang sangat sentral dalam hampir semua
profesi, setidaknya kebutuhan pokok harus dapat dipenuhi oleh semua orang,
seperti uang untuk biaya hidup. Namun tidak semua daerah memiliki taraf hidup

yang sama, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut ada sebagian
yang menjadi pengemis. Krisis ekonomi dapat meningkatkan garis kemiskinan
pada suatu daerah. Kesejahteraan suatu Negara dapat diukur dengan jumlah
pengangguran yang ada pada masyarakat.
Menurut buku standar pelayanan minimal pelayanan dan rehabilitasi social
gelandangan dan penegmis, ada beberapa yangmempengaruhi seseorang menjadi
gelandangan:2
1. Tingginya tingkat kemiskinan yang menyebabkan sesorang tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar minimal dan menjangkau pelayanan umum
sehingga tidak dapat mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga
secara layak.
2. Rendahnya tingkat pendidikan dapat menjadi kendala seseorang untuk
memperoleh perkejaan yang layak.
3. Kurangnnya keterampilan kerja menyebabkan seseorang tidak dapat
memenuhi tuntutan pasar kerja.
4. Faktor social budaya, hal ini didukung oleh lingkungan sekitar dan para
pemberi sedakah.
Ada beberapa karakteristik gelandangan yaitu
1. Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59 tahun,
tinggal di sembarang tempat dan hidup mengembaraatau menggelandang
di tempat-tempat umum, biasanya di kota-kota besar.
2. Tidak mempunyai tanda pengenala atau identitas diri, berperilaku
kehidupan bebas/liar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat pada
umumnya.
3. Tidak mempunyai pekerjaan tetap, meminta-minta, atau mengambil sisa
makanan atau barang bekas.3

Dampak yang timbulkan Gelandangan

Masalah umum dari adanya gelandangan dikota menyebabkan gangguan


keamanan dan ketertiban disuatu kota. Di amerika masyarakat kelas menengah
merasa terganggu dengan keberadaan gelandangan yang kumal dan bau. Atau
anak-anak ketakutan melihat gelandangan yang kumat kamit sendiri. Dampak
jangka panjang dari gangguan social ternyata jauh lebih besar, tepatnya
menyangkut modal sosial kota. George kelling dan Catherine coles menyatakan
dalam berbagai survey yang menunjukkan bahwa faktor terpenting yang
mendorong kelas menengah pindah dari kota bukan kejahatan yang serius,
melainkan gangguan social-tidak bisa melintasi taman kota tanpa dicegat oleh
pengemis, tidak ingin anaknya melintas di depan took seks atau pelacur, dan halhal semacam itu.4
Masalah besar lain adalah persebaran penduduk yang tidak merata yaitu
masyarakat yang melakukan urbanisasi ke kota-kota besar, belum lagi kejahatankejahatan yang di lakukan oleh gelandangan seperti tukar menukar istri atau
suami, kumpul kebo, atau komersianisasi istri, premanisme meminta dengan
paksa, serta penipuan seperti berpura-pura menjadi orang cacat agar mendapatkan
rasa iba dari pemberi.

KASUS

Asep (20 tahun) merupakan pemuda desa Suka Bumi, provinsi Jawa
Barat. Karena kekurangan biaya Asep

tidak melanjutkan Pendidikannya ke

jenjang SMA, semenjak itu dia bekerja menjadi petani teh untuk memenuhi
kebutuhan dirinya dan keluarganya. Pada tahun 2014 terjadi kenaikan BBM yang
sangat tinggi, sehingga perusahaan tempatnya bekerja harus melakukan efisiensi
dengan memPHK-kan beberapa Petani, termasuk Asep.
Setelah Kejadian itu, dia menganggur dan berusaha untuk mencari
pekerjaan lagi. Akhirnya dia berinisiatif untuk pergi ke ibukota untuk mencari
peruntungannya, dia percaya dikota terdapat pabrik-pabrik dan pertokoan, berbeda
dengan di daerahnya di suka bumi yang mayoritasnya bekerja sebagai petani teh.
Dia berpamitan kepada seluruh keluarga dan mengatakan dia akan sukses bekerja
di kota. Dengan modal seadanya di berangkat menuju kota Jakarta. Hampir
seluruh tempat ia datangi tapi tidak ada satupun tempat yang membuka lapangan
pekerjaan, walaupun ada tapi membutuhkan pegawai minimal tamatan SMA atau
Sarjana.
Asep sangat khawatir karena bekal yang dia bawa sudah habis, selain itu
kekhawatirannya bertambah karena tidak ada saudara atau teman yang dimiliki.
Akhirnya Asep memilih untuk tidur dikolong jembatan dan menjadi gelandangan.
Tidak hanya tinggal di kolong jembatan diapun mengemis dan memulung sampah
untuk memenuhi kebutuhan primernya. Meskipun demikian dia berharap untuk
meninggalkan kegiatannya ini dan mencoba menyisakan uang agar dapat kembali
ke desanya, akan tetapi kebutuhannya dengan penghasilannya tidak mencukupi
sehingga dia tetap memulung dan mengemis. Sudah lebih setahun dia menjadi
gelandangan. Muncul rasa frustasi yang dia alami, selain itu rasa malu terhadap
keluarga di kampung, membuat ia bertahan menjadi seorang gelandangan.

SOLUSI DAN PEMECAHAN MASALAH


Kasus yang dialami Asep merupakan salah satu efek dari urbanisasi dan
kurangnya pendidikan masyarakat, sehingga asep dengan mudah tertarik bekerja
di perkotaan walauapun dengan modal dan pengalaman kerja yang seadanya.
Berkenaan hal ini pemerintah wajib melakukan edukasi kepada masyarakat agar
seseorang tidak mudah tertarik melakukan urbanisasi tanpa berpikir tpanajang
terlebih dahulu.
Hampir setiap liburan atau hari besar kegamaan seperti idul fitri dan idul
adha ada saja pebedaan jumlah antara arus mudik dan arus balik. Banyak pemudik
yang membawa saudara atau kerabatnya dari kampung menuju kota untuk
mencari pekerjaan. Padahal jika pemerintah lebih siap membuka lapangan
pekerjaan secara merata di setiap daerah, hal, maka pertambahan pendatang- tidak
akan terjadi, serta peruntungan-peruntungan bekerja di kota besar dapat diatasi.
Pembukaan lapangan pekerjaan di berbagai daerah dapat mengatasi pengangguran
dan dapat mengurangi bertumpuknya jumlah penduduk di suatu daerah.
Berkaitan dengan gelandangan sudah banayak regulasi dan kebijakan yang
di atur, namun lebih berorientasi pada larangan-larangan mengemis di tempat
umum, bukan menangani masalah gelandangan. Sehingga timbul stigma negative
di masyarakat. Pemerintah hanya menganggap masalah social ini bersumber dari
individunya sendiri, konsekuensi ini

dapat membebaskan tuduhan bagi

pemerintah. Karena faktor ini dianggap sebagai faktor individu maka pemecahan
masalahnya lebih banyak bersifat kuratif. Namun karena masalah ini sudah ada
sejak dahulu, maka masalah budaya juga harus di perhatikan, jangan sampai
gelandangan menjadi suatu gaya hidup bagi orang-orang miskin, tidak memiliki
skill, orang-orang cacat, dan pengangguran untuk mengemis dan menggelandang.
Gelandangan merupakan korban dari peningkatan pertumbuhan ekonomi,
sehingga pemerintah wajib untuk memberdayakan gelandangan untuk bisa lari
dari keadaan tersebut. Perilaku gubernur Jakarta yang ingin mempidanakan
gelandangan merupakan perilaku yang sangat di sayangkan. Karena pada UUD

1945 pasal 34 ayat 1, menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar
di pelihara oleh Negara. Sehingga meskipun kita ingin menertibkan gelandangan
di daerah kita, tentu harus dengan cara yang santun.
Ada banyak program yang diberlakukan pemerintah untuk menangani
masalah ini,

kebijakan dari pemerintah dengan membatasi gelandangan di

tempat-tempat umum, akan tetapi program tersebut tidak memberikan efek


terhadap gelandangan. Sehingga masyarakat menuntut program yang benar-benar
dapat menuntaskan masalah ini. Berikut ini adalah beberapa program yang telah
ada, antar lain:3
1. Panti : Penanganan berupa menyediakan tempat bagi gelandangan yang dihuni
oleh beberapa keluarga
2. Lipsos (lingkungan pondok social): Penanagan gelandangan yang lebih
mengedepankan sistem hidup dalam lingkungan sosila, seperti kehidupan
masyarakat pada umunya.
3. Transit home :Menempatkan pemukiman sementara di tempat yang sudah di
sediakan.
4. Pemukiman: Menyediakan tempat tinggal permanen bagi gelandangan di
lokasi tertentu.
5. Transmigrasi : Menyediakan fasilitas tempat tinggal baru bagi gelandangan di
lokasi lain
6. Razia : penangkapan para gelandangan yang dilakukan dinas social atau satpol
PP.
Selain pemerintah, masyarakat juga dapat menolong menanggulangi
peredaran gelandangan dengan mengedukasi para gelandangan, anak jalan melalui
pendidikan dan aksi kemanusiaan lain. Salah satu bentuk social yang dilakukan
adalah Sekolah yang di bentuk Bapak Nurrohim, Sekolah gratis Master Indonesia
yang diperuntukan bagi anak-anak putus sekolah, pengamen dan anak-anak
jalanan.

10

PENUTUP
Kesimpulan
1. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat
serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah
tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.
2. Urbanisasi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya gelandangan,
selain itu kurangnya pendistribusian dan pemerataan daerah, kemiskinan
dan pengangguran juga merupakan faktor penting sesorang menjadi
gelandangan.
3. Pendidikan berperan penting dalam peningkatan life skill dan kualitas
seseorang, sehingga kemiskinan dan pengangguran dapat di hindarkan.
4. Ada beberapa dampak negatif yang disebabkan oleh gelandangan, seperti
meresahkan ketertiban dan keamanan warga sekitar.
5. Ada beberapa program pemerintah untuk mengatasi

masalah

gelandangan,yaitu panti, lipsos, transit home, pemukiman, transmigrasi,


dan razia.
Saran
Pemerintah harus mampu meningkatkan pendidikan secara merata pada
masyarakat sehingga

persebaran pembangunan dapat dirasakan oleh semua

kalangan agar minat penduduk desa untuk melakukan urbanisasi berkurang.


Pemberdayaan gelandang yang ada di kota-kota besar harus ditanggapi
secara serius, tidaknya merazia mengembalikan gelandangan tersebut kekampung
halaman. Tapi kita juga harus memotivasi dan memeberikan skill sehingga kelak
pengguran tersebut menjadi produktif.

11

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Irwan, (2013). Gelandangan Dan Pengemis Dalam Perspektif
Ekonomi Islam (Kasus Di Nusa Tenggara Barat) hlm.3
Direktoriat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, (2005). Standar
Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, Jakarta : Departemen Sosial RI) hlm. 7-8
Allaisyahsee.blogpot.com/2014/11/gepeng.htmll?m=1 diakses pada tanggal 8
March 2015 pukul 20.54 WIB.
Francis Fukuyama. (2005), Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial
Baru, Jakarta : Gramedia hlm.153-4

12

Anda mungkin juga menyukai