Latar Belakang
Masalah urbanisasi dan potret kemiskinan masyarakat perkotaan ikut
menambah angka gelandang. Penduduk desa yang mencari peruntungan di kota
besar, dengan modal dan skill yang seadanya, karena tidak memiliki pekerjaan
tetap berpeluang bearkhir menjadi gelandangan. Selain itu dampak dari kemajuan
perekonomian, meningkatnya harga bahan pokok dan taraf kehidupan yang
meningkat serta bertambahnya angka pengangguran baik PHK atau pengaguran
yang tidak mencari kerja juga berakibat pada peningkatan jumlah gelandangan.
Gelandangan (Homeless) merupakan konotasi negative yang digunakan
masyarakat untuk menjelaskan tentang keadaan seseorang yang tunawisma atau
tidak memiliki tempat tinggal. Para gelandangan ini bertempat tinggal, di bawah
jembatan pinggir jalan, pingggir sungai, stasiun kereta api atau tempat-tempat
umum lainnya untuk tidur dan beraktifitas lainnya.
Profesi
pemulung
atau
pengemis
dilakukan
gelandangan
untuk
Peningkatan Pertumbuhan
dan Pembangunan
Negara/ Daerah
Peningkatan Taraf
Hidup
Kesenjangan akibat
kurangnya
pendistribusian
pembangunan
Kemiskinan dan
Pengangguran
Urbanisasi Desa-Kota
GELANDANGAN
Permasalahan
Lingkungan dan Sosial
Keamanan dan Keteriban
Kriminalitas
Penanganan
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Gelandangan
Menurut Departemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang
yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.1
Gelandangan merupakan salah satu dari 22 penyadang masalah kesejahteraan
social (PMKS) yaitu ketunaan social dan penyimpangan perilaku.
Istilah gelandangan sering di akronim menjadi Gepeng (gelandangan dan
pengemis). Pengemis didefinisikan sebagai orang yang berpenghasilan dengan
meminta-minta di tempat umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. Kegitan mengemis dan memulung kerap menjadi
profesi gelandangan meskipun demikian tidak menutup kemungkinkan ada
beberapa gelandangan yang memiliki profesi diluar dari hal tersebut.1
Tabel : Jumlah Gelandangan dan Pengemis Tahun 2008-2011
No
Jenis PMKS
1
Gelandangan
2
Pengemis
Jumlah
Sumber : Kementrian R.I 2012
2008
25.169
35.057
60.226
Tahun
2009
2010
55.433
25.662
33.323
175.438
88.756
201.100
2011
18.599
178.262
196.861
UMR
yang
ditetapkaan.serta
kehidupan
yang
modern
tanpa
bekerja di kota-kota besar. Meskipun demikian tidak semua penduduk desa dapat
pekerjaan sesudah sampai disana. Mereka kalah saing dengan penduduk kota, dan
akhirnya menjadi putus asa sehingga malu pulang ke kampung halaman. Hal itu
dapat meningkatkan jumlah penduduk di suatu kota secara tidak langsung. Dan
bagi penduduk desa yang memutuskan untuk tetap tinggal di kota akhirnya
menjadi gelandangan.
2. Kemiskinan dan pengangguran
Kemiskinan juga dapat menjadi faktor bertambahnya jumlah gelandangan
pada suatu daerah. Ada beberapa sebab sebab dari kemiskinan dan
pengangguran, tingkat pendidikan yang rendah yang berujung kepada daya saing
tenagan kerja yang mengakibatkan bertambahnya penggangguran. Selain itu
kurangnya sector usaha swasta, padahal sector swasta atau industry-industri dapat
membuka lapangan kerja baru.
Kemiskanan erat sekali dengan timbulnya suatu kejahatan tidak sedikit
kemiskinan dijadikan alasan seseorang melakukan kriminalitas seperti mencuri,
membunuh merampok, premanisme dll.
Kemiskinan bisa juga terjadi akbiat gejolak ekonomi yang terjadi didalam
suatu Negara. Naiknya harga-harga suatu barang atau kebijakan yang permerintah
yang tidak pro masayarakat dapat menghasilkan masyarakat miskin baru yang
dapat berujung kepada bertambahnya gelandangan.
3. Peningkatan taraf hidup
Ekonomi menjadi kebutuhan yang sangat sentral dalam hampir semua
profesi, setidaknya kebutuhan pokok harus dapat dipenuhi oleh semua orang,
seperti uang untuk biaya hidup. Namun tidak semua daerah memiliki taraf hidup
yang sama, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut ada sebagian
yang menjadi pengemis. Krisis ekonomi dapat meningkatkan garis kemiskinan
pada suatu daerah. Kesejahteraan suatu Negara dapat diukur dengan jumlah
pengangguran yang ada pada masyarakat.
Menurut buku standar pelayanan minimal pelayanan dan rehabilitasi social
gelandangan dan penegmis, ada beberapa yangmempengaruhi seseorang menjadi
gelandangan:2
1. Tingginya tingkat kemiskinan yang menyebabkan sesorang tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar minimal dan menjangkau pelayanan umum
sehingga tidak dapat mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga
secara layak.
2. Rendahnya tingkat pendidikan dapat menjadi kendala seseorang untuk
memperoleh perkejaan yang layak.
3. Kurangnnya keterampilan kerja menyebabkan seseorang tidak dapat
memenuhi tuntutan pasar kerja.
4. Faktor social budaya, hal ini didukung oleh lingkungan sekitar dan para
pemberi sedakah.
Ada beberapa karakteristik gelandangan yaitu
1. Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59 tahun,
tinggal di sembarang tempat dan hidup mengembaraatau menggelandang
di tempat-tempat umum, biasanya di kota-kota besar.
2. Tidak mempunyai tanda pengenala atau identitas diri, berperilaku
kehidupan bebas/liar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat pada
umumnya.
3. Tidak mempunyai pekerjaan tetap, meminta-minta, atau mengambil sisa
makanan atau barang bekas.3
KASUS
Asep (20 tahun) merupakan pemuda desa Suka Bumi, provinsi Jawa
Barat. Karena kekurangan biaya Asep
jenjang SMA, semenjak itu dia bekerja menjadi petani teh untuk memenuhi
kebutuhan dirinya dan keluarganya. Pada tahun 2014 terjadi kenaikan BBM yang
sangat tinggi, sehingga perusahaan tempatnya bekerja harus melakukan efisiensi
dengan memPHK-kan beberapa Petani, termasuk Asep.
Setelah Kejadian itu, dia menganggur dan berusaha untuk mencari
pekerjaan lagi. Akhirnya dia berinisiatif untuk pergi ke ibukota untuk mencari
peruntungannya, dia percaya dikota terdapat pabrik-pabrik dan pertokoan, berbeda
dengan di daerahnya di suka bumi yang mayoritasnya bekerja sebagai petani teh.
Dia berpamitan kepada seluruh keluarga dan mengatakan dia akan sukses bekerja
di kota. Dengan modal seadanya di berangkat menuju kota Jakarta. Hampir
seluruh tempat ia datangi tapi tidak ada satupun tempat yang membuka lapangan
pekerjaan, walaupun ada tapi membutuhkan pegawai minimal tamatan SMA atau
Sarjana.
Asep sangat khawatir karena bekal yang dia bawa sudah habis, selain itu
kekhawatirannya bertambah karena tidak ada saudara atau teman yang dimiliki.
Akhirnya Asep memilih untuk tidur dikolong jembatan dan menjadi gelandangan.
Tidak hanya tinggal di kolong jembatan diapun mengemis dan memulung sampah
untuk memenuhi kebutuhan primernya. Meskipun demikian dia berharap untuk
meninggalkan kegiatannya ini dan mencoba menyisakan uang agar dapat kembali
ke desanya, akan tetapi kebutuhannya dengan penghasilannya tidak mencukupi
sehingga dia tetap memulung dan mengemis. Sudah lebih setahun dia menjadi
gelandangan. Muncul rasa frustasi yang dia alami, selain itu rasa malu terhadap
keluarga di kampung, membuat ia bertahan menjadi seorang gelandangan.
pemerintah. Karena faktor ini dianggap sebagai faktor individu maka pemecahan
masalahnya lebih banyak bersifat kuratif. Namun karena masalah ini sudah ada
sejak dahulu, maka masalah budaya juga harus di perhatikan, jangan sampai
gelandangan menjadi suatu gaya hidup bagi orang-orang miskin, tidak memiliki
skill, orang-orang cacat, dan pengangguran untuk mengemis dan menggelandang.
Gelandangan merupakan korban dari peningkatan pertumbuhan ekonomi,
sehingga pemerintah wajib untuk memberdayakan gelandangan untuk bisa lari
dari keadaan tersebut. Perilaku gubernur Jakarta yang ingin mempidanakan
gelandangan merupakan perilaku yang sangat di sayangkan. Karena pada UUD
1945 pasal 34 ayat 1, menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar
di pelihara oleh Negara. Sehingga meskipun kita ingin menertibkan gelandangan
di daerah kita, tentu harus dengan cara yang santun.
Ada banyak program yang diberlakukan pemerintah untuk menangani
masalah ini,
10
PENUTUP
Kesimpulan
1. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat
serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah
tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.
2. Urbanisasi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya gelandangan,
selain itu kurangnya pendistribusian dan pemerataan daerah, kemiskinan
dan pengangguran juga merupakan faktor penting sesorang menjadi
gelandangan.
3. Pendidikan berperan penting dalam peningkatan life skill dan kualitas
seseorang, sehingga kemiskinan dan pengangguran dapat di hindarkan.
4. Ada beberapa dampak negatif yang disebabkan oleh gelandangan, seperti
meresahkan ketertiban dan keamanan warga sekitar.
5. Ada beberapa program pemerintah untuk mengatasi
masalah
11
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Irwan, (2013). Gelandangan Dan Pengemis Dalam Perspektif
Ekonomi Islam (Kasus Di Nusa Tenggara Barat) hlm.3
Direktoriat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, (2005). Standar
Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, Jakarta : Departemen Sosial RI) hlm. 7-8
Allaisyahsee.blogpot.com/2014/11/gepeng.htmll?m=1 diakses pada tanggal 8
March 2015 pukul 20.54 WIB.
Francis Fukuyama. (2005), Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial
Baru, Jakarta : Gramedia hlm.153-4
12