Anda di halaman 1dari 6

Nama: Iman Arya Leksana

NIM: 072011733018

Mata Kuliah Proposal Skripsi

Tugas Resume Skripsi

Judul : STRATEGI PENGEMIS DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DI KOTA


SURABAYA

Penulis: PRAMUDHITA RAH MUKTI

Lokasi Penelitian: Kota Surabaya

Program Studi: Sosiologi

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengemis adalah orang yang meminta sedekah dengan penuh harap. Dalam buku
Khasanah Bahasa dalam Kata per-kata dijelaskan bahwa asal muasal kata pengemis berawal
dari orang-orang yang minta-minta di jalanan kepada Paku Buwono X di hari kamis sore,
oleh karena itu mereka disebut sebagai pengemis. Fenomena pengemis masih mudah dilihat
di permukiman warga, pinggiran jalan, depan gedung mall hingga area Pendidikan. Dalam
aksinya pengemis tak jarang melakukan strategi khusus untuk mendukung tampilan mereka.
Seolah sedang melakukan kamuflase. Hal ini bertujuan menarik rasa simpati orang untuk
memberi. Kondisi kemiskinan yang mencekik, membuat mereka terjun ke dunia pengemis.
Walaupun ada hal lain di luar kemiskinan yang mendasari menjadi pengemis seperti cacat
tubuh. Umumnya kemiskinan dibedakan menjadi dua dilihat dari penyebabnya yaitu
kemiskinan structural dan kultural. Dari faktor kemiskinan ini maka akan timbul adanya
pengemis. Masalah ini tak hanya dialami oleh Indonesia saja bahkan seluruh negara. Begitu
juga di Surabaya dimana masih didapati banyak kantong-kantong kemiskinan yang
menyebabkan munculnya pengemis.

Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, fokus yang dibahas adalah apakah pekerjaan
mereka sebelum dan saat menjadi pengemis, bagaimana kondisi pendidikan mereka,
bagaimana awal mula kepindahan mereka, bagaimana pengaturan waktu mengemis mereka,
bagaimana pengelolaan hasil mengemis yang didapat, bagaimana reaksi keluarga dan
lingkungan tempat tinggal mereka

Tujuan penelitian

 Tujuan umum untuk dapat memberikan wawasan, pengalaman dan pemahaman


kepada mahasiswa
 Tujuan khusus diantaranya adalah untuk mengetahui bagaimana pekerjaan mereka
sebelum dan saat menjadi pengemis dan rekasi keluarga dan lingkungan tempat
tinggal mereka.

Manfaat Penelitian

 Manfaat akademik diantaranya adalah untuk mengembangkan wawasan dan disiplin


ilmu sosiologi dalam penelitian
 Manfaat praktisnya penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dan
masukkan pada penelitian selanjutnya yang serupa dan untuk memberikan gambaran
pada masyarakat tentang kehidupan seorang pengemis.

Landasan Teoritik

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Dramaturgi dari erving
Goffman. Teori ini dijelaskan Goffman dalam bukunya berjudul Presentation of Self in
Everyday Life yang terbit pada tahun 1959. Istilah dramaturgi ini merupakan pandangan
tentang kehidupan sosial yang diibaratkan sebagai suatu pertunjukan drama pada sebuah
pentas. Dalam konsep dramaturgi dikenal istilah front stage (panggung depan) dan back
stage (panggung belakang). Panggung depan adalah bagian penampilan individu yang secara
teratur di dalam mode yang umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yang
menyaksikan penampilan itu sedangkan back stage adalah suatu ruang dimana tempat fakta
yang tertekan di depan panggung atau tempat dimana segala tindakan informal dapat dilihat.
Teori dramaturgi ini menjelaskan bahwa identitas manusia sendiri sejatinya adalah tidak
stabil dan berubah ubah tergantung komunikasi seseorang terhadap orang lain.

Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan


fenomenologi. Paradigma yang digunakan adalah paradigma interpretativ. Lokasi penelitian
yang dilakukan berada di Kota Surabaya. Untuk subjek penelitian ditentukan dengan metode
purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara
mendalam terhadap informan. Kemudian analisis data yang digunakan adalah interpretative
kualitatif.

BAB II GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN

Kota Surabaya adalah ibu kota dari Jawa Timur. Pada 2010, populasi penduduk di
Kota Surabaya mencapai 3.282.156 Jiwa. Kota Surabaya mempunyai perkembangan yang
pesat dalam hal perekonomian walaupun berdampak juga pada kesenjangan antara
pemerintah dan rakyat. Kota Surabaya juga menjadi sasaran imigran yang ingin mengadu
nasibnya di tanah jawa. Namun tak jarang para pendatang ini tidak memiliki skill yang
mumpuni yang berakibat mereka gagal dan menjadi gelandangan, pengemis, anak jalanan
maupun psk.

BAB III PEMBAHASAN

Para pengemis di Kota Surabaya beragam, ada yang sedari kecil menjadi pengemis,
ada yang awalnya bekerja sebagai petani, pedagang, pemulung serta sebagai kuli panggul lalu
berpindah menjadi seorang pengemis. Perpindahan ini mempunyai alasan yang beragam juga.
Pandangan informan mengenai Pendidikan juga terbilang kurang karena para informan ada
yang lulusan SD, tidak tamat SD maupun tidak bersekolah, alassannya adalah karena faktor
ekonomi. Tidak semua informan yang ditemui berasal asli dari Surabaya, beberapa informan
ada yang berasal dari daerah lain seperti Blitar, Madura, Jombang bahkan dari Cepu. Ada
juga yang data ke Surabaya dengan alasan ikut suami bekerja. Alasan yang lain adalah diajak
tetangganya karena tergiur tetangga yang sukses di perantauan dengan barabg-barang mewah
yang didapat. Namun tidak semua perantau ini berhasil, ada yang kemudian gagal dan karena
rasa malu terhadap orang yang mengajaknynya perantau ini memutuskan untuk emmbuat
rumah semi permanen yang kemudian menjadi suatu kantong-kantong kemiskinan.

Mayoritas informan memulai aktivitas mengemis pada pagi hari pukul 06.00. Untuk
perempuan pakaian yang digunakan adalah pakaian tradisional dengan jarik dan capik yang
dipakai, sedangkan untuk laki-laki tetap menggunakan pakaian biasa. Sekitar pukul 11.00
mereka nanti akan berhenti sejenak dan beristirahat lalu akan melanjutkan lagi aktivitasnya
sekitar puul 16.00. Namun juga ada informan yang melakukan aktivitas mengemis mulai
pukul 16.00 hingga 20.00. Mereka beralasan bahwa pada saat jam-jam itu permukiman ramai
warga dan berpeluang menadapatkan lebih banyak rupiah. Ada yang menuju lokasi
mengemis dengan jalan kaki, naik becak dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.
Penghasilan yang diterima juga tidak tetap, pada hari libur biasanya mereka akan
mendapatkan hasil yang lebih banyak. Pengelolaan keuangan ada yang dikelola sendiri tetapi
juga ada yang diserahkan ke anggota keluarga. Mereka mengaku bahwa hasil dari aktivitas
mengemis ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan keluarga. Namun mereka
tidak mempunyai tabungan karena uang yang mereka punyai juga langsung habis pada hari
itu juga untuk membeli berbagai kebutuhan. Tidak semua pengemis jujur dengan pekerjaan
yang mereka jalani, ada yang mengaku berjualan juga kepada keluarganya. Hal itu
dikarenakan nantinya dia akan disuruh balik ke tempat asal karena beberapa pengemis sudah
berumur tua. Namun ada juga yang jujur karena sudah hal lumrah di lingkungannya apabila
seorang menjadi pengemis.

BAB IV INTERPRETASI TEORI

Teori yang digunakan dalam analisi ini adalah teori Dramaturgi yang dipopulerkan
oleh Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul Presentation of Self in everyday Life.
Dalam studi ini panggung depan dari para pengemis adalah pekerjaan yang sekarang mereka
jalankan yaitu mengemis. Mereka menujukkan suatu sikap seolah-olah mereka pantas
dikasihani. Menggunakan mimic sedemikian rupa untuk menarik rasa simpati dan rasa iba
orang lain. Penonton atau dalam hal ini pemberi uang tidak tahu latar belakang pengemis
yang mereka tahu hanya yang ada di depannya sehingga mereka percaya dan akan disusul
dengan rasa iba. Hal yang berbeda ditunjuukan kepada orang-orang yang berada di
lingkungan pengemis. Mereka berada di balik layer atau backstage. Aktor atau dalam hal ini
pengemis melepas topeng yang mereka gunakan saat ada di front stage. Mereka disini
menggunakan identitas aslinya dengan kembali ke kehidupan normal yang pada aktivitas
mengemis terbilang lemah lembut di back stage apabila ia keras maka akan menjadi keras
dan kasar. Aapabila bertemu orang lain di fron stage ia mengiba-iba namun di back stage ia
adalah seorang yang tegar. Di back stage mereka berusaha menjaga jarak dengan penonton
yang mereka temui di panggung depan. Mereka berusaha tidak meninggalkan jejak dan tidak
mengakrabkan diri agar panggung belakang tidak tampak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan temuan data yang telah diolah dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait
strategi pengemis dalam hidup bermasyarakt di Kota Surabaya antara lain dalam backstage
para pengemis cenderung terbuka terhadap masyarakat terkait aktivitas mengemisnya hal itu
dikarenakan di lingkungan tempat tinggal mereka masyarakatnya juga menjalani aktivitas
yang serupa. Namun juga ada pengemis yang tidak jujur terhadap keluarganya terkait
pekerjaan yang mereka lakukan. Dari segi materi pekerjaan megemis ini cukup menjanjikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal inilah yang juga mendasari mengapa mereka
menjadi pengemis yaitu uang yang dihasilkan banyak dengan tidak terlalu mengeluarkan
tenaga besar. Persoalan ijazah adalah masalah bagi pengemis karena Pendidikan mereka
terbilang rendah, hal itulah yang mempengaruhi pengemis untuk tidak mencari pekerjaan
lain.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mencoba memberikan saran


yaitu pertama, apabila terus dibiarkan Maka aktivitas mengemis ini akan mengganggu
masyarakat lain oelh karena itu alangkah baiknya dinas terakit dapat mengedukasi mereka.
Kedua, penelitian ini diarasa belum sempurna sehingga perlu saran kritik dari pembaca
sangat diharapkan.
TOPIK SKRIPSI

1. Dramaturgi: Fenomena Manusia Silver di Kabupaten Sidoarjo


2. Dramaturgi Pemain Kesenian Jaranan di Kabupaten Nganjuk
3. Ekowisata Gronjong Wariti: Suatu Studi Etnosains

Anda mungkin juga menyukai