Anda di halaman 1dari 10

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN) ialah

wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan. Hal ini


karena secara nasional KSN berpengaruh sangat
penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah di dalamnya yang
ditetapkan sebagai warisan dunia. Di dalam PP No.
26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), ditetapkan 76 KSN yang memiliki
kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya,
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
tinggi, serta pertahanan dan keamanan.
Hingga saat ini, telah ditetapkan 4 (empat) Perpres RTR KSN Perkotaan yaitu
RTR Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008), Sarbagita (Perpres 45/2011),
Mamminasata (Perpres 55/2011) dan Mebidangro (Perpres 62/2011).
Masing-masing KSN tersebut memiliki karakteristik dan tantangan yang berbedabeda. Dengan demikian kebijakan dan program yang spesifik diperlukan agar
tujuan RTR KSN tersebut berhasil. Namun di antara empat KSN tersebut, hanya
Jabodetabekpunjur yang sudah sering diulas. Artikel ini akan membahas
permasalahan ketiga KSN lainnya, yaitu Mamminasata, Mebidangro, dan
Sarbagita. Bagaimana RTR kawasan Perkotaan tersebut ditetapkan, apa visi
KSN tersebut, tujuan RTR KSN, isu-isu, dan strategi untuk mencapai tujuan.

I. RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MAMMINASATA (Perpres No.


55 Tahun 2011)

VISI KAWASAN PERKOTAAN MAMMINASATA


Kawasan Perkotaan Mamminasata yang meliputi Kota Makassar, Kabupaten
Maros, Gowa dan Takalar dibentuk berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2003 dengan luas wilayah 246.230 ha. Kawasan Perkotaan
Mamminasata merupakan kawasan pengembangan yang terbentuk akibat
pengembangan Kota Makassar yang begitu pesat dan menyebabkan terjadinya
aglomerasi antara tiga kota utama lainnya. Secara umum, Kota Makassar
mendominasi semua kegiatan perkotaan di Kawasan Perkotaan Mamminasata.
Maka, Kota Makassar, yang saat ini juga berkembang sebagai pintu gerbang
bagi pembangunan Indonesia di Kawasan Timur, adalah representasi dari
Kawasan Perkotaan Mamminasata.Di dalam sistem perkotaan nasional,
Makassar sebagai kota utama dalam lingkup Kawasan Perkotaan Mamminasata
berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Hal ini berarti cakupan
pelayanan Makassar menjangkau wilayah nasional dan berfungsi sebagai pusat
pelayanan produksi, distribusi dan jasa, serta berfungsi sebagai simpul
transportasi untuk melayani wilayah nasional atau beberapa propinsi.
Namun bersamaan dengan pesatnya perkembangan Kota Makassar, tumbuh
pula berbagai pesoalan pada Kawasan Perkotaan Mamminasata kepada, antara
lain lingkungan, transportasi, kelangkaan sarana dan prasarana permukiman,
sosial dan ekonomi. Persoalan tersebut saling berkaitan erat dan tidak terbatas
oleh batas administrasi, jadi tidak bisa dilihat sebagai persoalan individu kota,
melainkan sistem perkotaan yang terpadu. Dalam Pengembangan Kawasan
Metropolitan Mamminasata terdapat empat isu strategis yang menjadi perhatian
utama, yaitu pengembangan ekonomi (investasi) dan keseimbangan antar
wilayah, pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata dalam kerangka
pengembangan Pulau Sulawesi, keterkaitan Kawasan Perkotaan Mamminasata
dengan kawasan produksi di Sulsel dan Sulbar, dan penyelesaian persoalan
internal perkotaan di Kawasan Perkotaan Mamminasata. Semua isu tersebut
dipandang strategis karena menentukan tercapainya visi Kawasan Perkotaan
Mamminasata yaitu terwujudnya Kawasan Perkotaan Mamminasata dengan
program perkotaan yang hijau, nyaman, indah dan sehat yang juga mampu
mendatangkan investor serta dapat disejajarkan dengan kota metropolitan di
dunia sebagai kawasan metropolitan terkemuka dan terdepan di Kawasan Timur
Indonesia yang berwawasan internasional dan bersendikan kearifan lokal.
Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mamminasata yang tertuang dalam
Perpres No. 55 tahun 2011 harus mendukung terwujudnya visi ini. Untuk itu,
Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mamminasata diselenggarakan untuk
menuju tujuannya. Tujuan yang pertama adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Mamminasata sebagai salah satu pusat pertumbuhan wilayah
dan/atau pusat orientasi pelayanan berskala internasional serta penggerak
utama di Kawasan Timur Indonesia; ke dua, menciptakan keterpaduan
penyelenggaraan penataan ruang antara wilayah nasional, wilayah provinsi, dan
wilayah kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Mamminasata, ke tiga,

membangun sistem perkotaan Kawasan Perkotaan Mamminasata yang


berhierarki, terstruktur, dan seimbang sesuai dengan fungsi dan tingkat
pelayanannya, ke empat, menjaga keseimbangan fungsi lindung dan fungsi budi
daya pada Kawasan Perkotaan Mamminasata sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan, dan yang terakhir adalah mewujudkan pertahanan
dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di Kawasan
Perkotaan Mamminasata.
Hal-hal tersebut di atas kemudian diuraikan di dalam Penataan Ruang Kawasan
Perkotaan Mamminasata dengan kebijakan-kebijakan lebih detail, yang meliputi:
1. Pengembangan ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
negara, serta pelestarian lingkungan hidup sebagai satu kesatuan,
2. Pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat
orientasi pelayanan berskala internasional dan penggerak utama bagi
Kawasan Timur Indonesia,
3. Pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat
pertumbuhan dan sentra pengolahan hasil produksi bagi pembangunan
kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya, dan
4. Peningkatan aksesibilitas antarwilayah dan pemerataan jangkauan
pelayanan

Untuk menyukseskan kebijakan-kebijakan di atas, diperlukan strategi-strategi.


Dalam pengembangan ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
negara, serta pelestarian lingkungan hidup sebagai satu kesatuan, dilakukan
strategi-strategi sebagai berikut:

Meningkatkan pelestarian situs warisan budaya lokal yang beragam;


Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam
dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama di Kawasan
Timur Indonesia;
Mengelola pemanfaatan sumber daya alam sesuai daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup;
Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara;
Mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan
untuk pertahanan dan keamanan negara dengan kawasan budidaya
terbangun di sekitarnya;
Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun yang berfungsi
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan
kawasan budidaya terbangun;
Merehabilitasi dan merevitalisasi kawasan lindung yang mengalami
kerusakan fungsi lindung;
Mengendalikan pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata,

khususnya di kawasan pantai dan daerah Kemudian dalam pengembangan


Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat orientasi pelayanan berskala
internasional dan penggerak utama bagi Kawasan Timur Indonesia ada tiga
strategi yang dilakukan, yaitu:

1. Mendorong kawasan perkotaan inti dan pusat-pusat pertumbuhan agar


berdaya saing dalam mendukung pengembangan kawasan perkotaan di
sekitarnya,
2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang memiliki nilai
ekonomi, sosial, budaya, serta yang belum terlayani oleh pusat
pertumbuhan yang ada,
3. Mendorong terselenggaranya pembangunan Kawasan Perkotaan
Mamminasata secara terpadu melalui koordinasi lintas sektor, lintas
wilayah dan antar pemangku kepentingan.
Sementara strategi pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai
pusat pertumbuhan dan sentra pengolahan hasil produksi bagi pembangunan
kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya adalah:
1. Mendorong pengembangan pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan
pertanian, pusat kegiatan perikanan, dan pusat kegiatan pengolahan
hasil produksi,
2. Mendorong pengembangan sentra-sentra kawasan ekonomi baru dalam
pengolahan hasil produksi, pertanian, dan perikanan,
3. Mendorong pembangunan industri strategis kawasan dengan
pemanfaatan sumber daya pesisir dan kelautan,
4. Meningkatkan keterkaitan wilayah penghasil bahan baku industri dengan
kawasan peruntukan industri pengolahan di Kawasan Perkotaan
Mamminasata
Selai itu, peningkatan aksesibilitas antarwilayah dan pemerataan jangkauan
pelayanan sistem jaringan prasarana di Kawasan Perkotaan Mamminasata juga
memiliki strategi, antara lain:

memantapkan aksesibilitas antarwilayah guna


mendukung pengembangan Koridor Ekonomi Sulawesi;
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan
transportasi perkotaan yang seimbang dan terpadu untuk menjamin
aksesibilitas yang tinggi antara kawasan perkotaan inti dengan kawasan
perkotaan di sekitarnya;
mengembangkan jaringan jalan bebas hambatan, manajemen dan
rekayasa lalu lintas, serta penyediaan dan sosialisasi sistem pelayanan
angkutan umum massal yang terpadu;

mengembangkan keterpaduan sistem jaringan transportasi darat,


transportasi laut, dan transportasia, untuk menjamin aksesibilitas yang
tinggi antar-PKN dan antarnegara;
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan energi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan
telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat kegiatan dan permukiman
di Kawasan Perkotaan Mamminasata;
meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air, dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengelolaan
wilayah sungai secara terpadu; dan
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah,
drainase, dan persampahan secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Kawasan Perkotaan Mamminasata.

II. RENCANA TATA RUANG METROPOLITAN MEBIDANGRO (Perpres No.62


Tahun 2011)
Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro sebagai
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidangro
berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara yang memiliki kedudukan strategis
terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia - Thailand Singapura (IMT-GT). Posisinya yang strategis ini menjadi perhatian penting
dalam pengembangan Metropolitan Mebidangro ke depan.

Medan-Binjai-Deli Serdang & Karo sendiri memiliki visi yang jauh ke depan (visi
2027) yaitu kota yang nyaman dihuni, memiliki fasilitas kota yang terjangkau,
mendorong gairah berakitivitas sosial, ekonomi maupun kebudayaan, banyak
ruang publik yang mudah dicapai dengan bersepeda atau jalan kaki dan
transportasi umum yang andal. Selain itu, sebagai PKN dan KSN Ekonomi,
Rencana Pengembangan Metropolitan Mebidangro telah disiapkan sampai tahun
2030. Tujuannya agar Mebidangro mampu menjadi pusat pelayanan ekonomi
skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi
Regional IMT-GT, di samping melayani penduduknya dengan prima. Luas
wilayah Metropolitan Mebidangro adalah 301.697 ha, meliputi Kota Medan, Kota
Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada tahun 2009
total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai 4.2 juta Jiwa.
Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar
30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun
2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung fisik dasarnya,
sekitar 37,55% lahan Metropolitan Mebidangro, yaitu 113.280 ha, potensial
dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan
Metropolitan Mebidangro mencapai 6,8 juta jiwa.
Metropolitan Mebidangro didukung dengan keberadaan Bandara Kualanamu
(dalam proses pembangunan) sebagai pengganti Bandara Polonia. Bandara
Kualanamu ditetapkan sebagai bandara internasional dengan hierarki pusat
pengumpul skala primer (KM 11 Tahun 2010, Tatanan Kebandarudaraan
Nasional). Bandara Kualanamu direncanakan memiliki kapasitas pelayanan
untuk penerbangan pesawat tipe B.747-400, dengan rencana luas wilayah
bandara minimal 1.365 ha. Metropolitan Mebidangro juga didukung keberadaan
pelabuhan laut Belawan dengan status pelabuhan internasional (PP No. 26
tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Dalam melaksanakan
pengelolan Kawasan Metropolitan, penguatan kelembagaan eksisting melalui
pola kerjasama daerah menjadi perhatian penting terkait implementasi
pengembangan Metropolitan Mebidangro 2030. Penguatan kelembagaan
berorientasi pada sinergi program pembangunan, kepastian hukum dan
perpendekan proses birokrasi sehingga mampu meningkatkan gairah investasi di
wilayah Metropolitan Mebidangro.
Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:
1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta
mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama
ekonomi
subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-MalaysiaThailand;
2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan
Mebidangro sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak
utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara;

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana
perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu
secara internasional, nasional, dan regional;
4. Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan
antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung
lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka diambillah lima langkah strategis
pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu pengembangan koridor
ekonomi internasional Belawan Kuala Namu, pembangunan pusat-pusat
pelayanan kota baru, revitalisasi pusat kota lama Medan dan Kawasan
Tembakau Deli, pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro, dan
pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi
Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan
menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan
kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan
kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau
perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.
Selanjutnya yang dimaksud dengan pembangunan pusat-pusat pelayanan kota
baru adalah membangun pusat-pusat pelayanan kota baru yang berfungsi
sekunder dan menghubungkan mereka dengan sistem jaringan transportasi
massal yang dapat menampung serta melayani sekitar 500.000 jiwa untuk
masing-masing pusat pelayanan sekunder. Di sisi lain, dilakukan pula
pengembangan koridor kegiatan primer berdasarkan skalanya.
Sementara itu revitalisasi pusat Kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli
menitikberatkan pada penataan pusat Kota Medan sebagai pusat kegiatan
perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya
dan buatan. Penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi
sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan
Mebidangro.
Pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro dimaksudkan untuk
memantapkan kawasan hutan di kawasan hulu dan hilir Mebidangro yang
berfungsi sebagai resapan air, perlindungan daerah di bawahnya, dan
perlindungan flora fauna. Selain itu dilakukan pula pembangunan sempadan
sungai yang membentang dari perbukitan Bukit Barisan sampai Selat Malaka,
sempadan waduk/danau, dan sempadan pantai yang berhadapan dengan
perairan Selat Malaka sebagai ruang terbuka hijau. Sedangkan, pengembangan
akses strategis Mebidangro berarti mengembangkan keterhubungan sistem
jaringan jalan arteri primer sebagai akses pergerakan pusat produksi ke pusat
distribusi dan koleksi. Termasuk pula di dalamnya pembangunan sistem jaringan
angkutan massal berbasis jalan dan kereta api yang menghubungkan antar

pusat kegiatan sekunder, dan pembangunan keterpaduan simpul sistem jaringan


transportasi yang memadukan transportasi darat, udara, dan laut di Pelabuhan
Belawan, Bandara Kualanamu dan Stasiun Medan.
III. RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN METROPOLITAN
SARBAGITA (Perpres No. 45 Tahun 2011)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Menetapkan Kawasan Perkotaan
Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan juga sebagai Kawasan Strategis Nasional. Dalam kaitannya
dengan fungsi kawasan sebagai PKN, maka berdasarkan pasal 14 PP RTRWN,
terkait dengan penetapan kriteria PKN, maka kawasan berpotensi sebagai pintu
gerbang internasional kepariwisataan. Dengan demikian, simpul utama skala
transportasi nasional menjadi aspek yang mendukung penetapan tersebut.
Terbentuknya wujud fisik Kawasan Perkotaan Sarbagita disebabkan oleh adanya
kegiatan perkotaan yang secara fisik menyatu akibat kedekatan pusat-pusat
perkotaan di Denpasar, Gianyar dengan pusat perkotaan Gianyar dan Ubud,
Badung dengan kawasan Kuta dan Kota Semarapura yang akan dikembangkan,
juga Tabanan dengan pusat perkotaan Kediri. Tampilan fisik dan aktivitas
perkotaan sangat menyatu, terutama pada jalan-jalan utama yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan tersebut. Hubungan ini ditandai dengan
makin maraknya perkembangan kegiatan pemukiman, kegiatan perdagangan
dan jasa, kegiatan pariwisata dan penunjangnya, serta kegiatan penunjang
kegiatan perkotaan lainnya.
Kedekatan antar pusat kegiatan tersebut menyebabkan kecenderungan pola
penglaju (commuter) antara Kota Denpasar dengan kawasan sekitarnya (Kuta,
Nusa Dua, Tabanan, Gianyar, Ubud). Oleh karena itu penataan Ruang Kawasan
Perkotaan Sarbagita membutuhkan koordinasi dalam pengembangan secara
keseluruhan, mulai dari konsep pengembangan, sampai pada pengembangan
sarana dan prasarana.
Tujuan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita adalah mewujudkan
kawasan yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan,
sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata bertaraf
internasional, yang berjati diri budaya Bali dan berlandaskan Tri Hita Karana.
Terdapat empat kebijakan utama dalam penataan ruang Kawasan Perkotaan
Sarbagita, yaitu: satu, Pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat kegiatan
yang mendukung fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional
berbasis kegiatan pariwisata yang bertaraf internasional; dua, Peningkatan
kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana; tiga, Peningkatan fungsi
dan perlindungan fasilitas pertahanan dan keamanan Negara; empat,
Pelestarian alam dan sosial-budaya di Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai
pusat pariwisata bertaraf internasional yang berjati diri budaya Bali.

Mengingat karakteristik budaya Bali yang yang sangat kuat, maka ada hal-hal
non-teknis yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan ini. Karena
itu, diperlukan dibentuknya arahan peraturan zonasi, yang merupakan ketentuan

umum untuk mempertahankan dan melestarikan kawasan berjati diri budaya Bali.
Arahan peraturan zonasi ini meliputi:
1. Penerapan konsep cathus patha, hulu teben, tri mandala, sebagai
dasar penetapan struktur ruang utama dan arah orientasi ruang kota.
2. Perlindungan terhadap kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan suci dan kawasan tempat suci.
3. Penerapan konsep karang bengang atau ruang terbuka berupa lahan
pertanian yang dikelola subak sebagai mpenyangga.
4. Pengintegrasian dan harmonisasi pemanfaatan jalur-jalur jalan utama
kawasan perkotaan untuk kegiatan prosesi ritual keagamaan dan budaya.
5. Penerapan ketentuan umum ketinggian bangunan setinggi-tingginya 15
meter.
6. Penerapan wujud lansekap dan tata bangunan yang bercirikan arsitektur
tradisional Bali.

Terwujudnya rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita tentu saja tak
luput dari pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita itu sendiri. Pengelolaan
Kawasan Perkotaan Sarbagita dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati
atau Walikota sesuai dengan kewenangannya. Pengelolaan Kawasan Perkotaan
Sarbagita oleh Menteri dapat dilaksanakan oleh Gubernur melalui dekonsentrasi
dan/atau tugas pembantuan. Dalam rangka pengelolaan Kawasan Perkotaan
Sarbagita, Gubernur dapat membentuk suatu badan dan/atau lembaga
pengelola, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang disetujui oleh
Menteri. Pembentukan tugas, susunan organisasi, dan tata kerja, serta
pembiayaan badan pengelola diatur oleh Gubernur.
Referensi:
- Buku Populer Perpres Metropolitan Maminasata, Perpres Metropolitan
Mebidangro, Perpres Metropolitan Sarbagita disusun oleh Subdit Pegembangan
Perkotaan, Direktorat Perkotaan, Ditjen Penataan Ruang,

Anda mungkin juga menyukai