alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan
mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca ++ kedalam sel dan
perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi
sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang
meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A),
eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini
akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot
polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan
menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang
berperan dalam terjadinya edema
dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak
nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi
mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada
pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar
mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya
suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi
dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen
daniel,1991 ).
C. Penatalaksanaan
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
c) Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak
diberikan
kortikosteroid.
Steroid
dalam
bentuk
aerosol
g) Leher
h) Thorak
i) Kardiovaskuler.
j) Abdomen.
k) Ekstrimitas.
3) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan spinometri.
b) Tes provokasi brokial.
c) Pemeriksan tes kulit.
d) Laboratorium.
e) Radiologi
f) Elektrokardiogram
b. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan
masalah klien. Analisa data merupakan proses intelektual yang
meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan
menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan
susunan
atau
kelompok
data
dengan
standart
nilai
normal,
fisioterapi
dada
dengan
tehnik
drainage
obstruksi
(b) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta
menimbulkan frustasi
(c) Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
(d) Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan
keberhasilan
(e) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.
(f) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan
mencegah bau mulut.
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi
dinding dada, dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan.
1) Tujuan
Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif
2) Kriteria hasil
(a) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada
paru
(b) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktorfaktor tersebut
3) Rencana tindakan
(a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
(b) Posisikan klien dada posisi semi fowler
(c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan
ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif
(d) Minimalkan distensi gaster
(e) Kaji pernafasan selama tidur
(f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea
4) Rasional
(a) Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal
menunjukkan pola nafas yang tidak efektif
(b) Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga
peningkatan
psikologi
fikirnya.
dan
kenyaman
fisiologis.
(c) Menggunakan
mekanisme
koping
yang
efektif
dalam
menangani ansietas.
3) Rencana tindakan.
(a) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien.
(b) Kaji kebiasaan keterampilan koping.
(c) Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman
hati.
(d) Implementasikan teknik relaksasi.
(e) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan.
(f) Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.
4) Rasional.
(a) Mengetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam
perencanaan tindakan selanjutnya.
(b) Menilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta
menawarkan alternatif koping yang bisa di gunakan.
(c) Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai
tujuan yang sama.
(b)
(c)
(d)
(e)
4) Rasional
(a) Untuk mengidentifikasi
kondisi sebelumnya
(f) Untuk memudahkan bernafas dan mencegah atelektasis
e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat
makan dan ansietas
1) Tujuan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Kriteria hasil
(a) Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit
(b) Tidak terjadi penurunan berat badan
3) Rencana tindakan
a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan
menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang
banyak ataupun dipsnea.
b) Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam
sebelum makan.
c) Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta
palpasi untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna
d) Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan
e) Bantu klien istirahat sebelum makan
f) Timbang berat badan setiap hari
4) Rasional
a) Merencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab
masalah.
b) Dengan perawatan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu
makan.
c) Mengetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi.
d) Memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.
e) Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan.
f) Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang.