Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA ASTHMA


DI POLI PARU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
A. Pengertian
a. Asthma Bronkiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai
macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan
atau setelah mendapat pengobatan,(Tjen Daniel, 1991).
b. Status Astmatikus
Status Asthmatikus merupakan serangan asthma berat yang tidak
dapat diatasi dengan pengobatan konvensional dan merupakan keadaan
darurat medik ,bila tidak diatasi dengan cepat akan terjadi gagal
pernafasan,(Aryanto Suwondo, karnen B. Baratawidjaja, 1995).
B. Patofisiologi
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar
dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk
imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk
kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap
makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen
diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th
memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 )
untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E
( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan
dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang,
maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang
sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama,

alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan
mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca ++ kedalam sel dan
perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi
sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang
meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A),
eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini
akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot
polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan
menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang
berperan dalam terjadinya edema

mukosa yang menambah semakin

menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan


peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan
ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru
dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996,
Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu asthma intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi)
ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat
diidentifikasi seperti : tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan
obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asthma intrinsik
( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat
sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca,
aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik
lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 1991 ).
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering.
Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai

dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak
nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi
mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada
pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar
mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya
suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi
dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen
daniel,1991 ).
C. Penatalaksanaan
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
c) Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak

antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk


obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali
sehari.
c) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
harus

diberikan

kortikosteroid.

Steroid

dalam

bentuk

aerosol

( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap


hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping
maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator. (Evelin dan joyce L. kee, 1994 ; Karnen
baratawijaja, 1994 )
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f) Antibiotik spektrum luas.


(Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus UPF paru RSUD Dr
Soetomo Surabaya ).
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data.
1) Identitas klien.
2) Riwayat penyakit sekarang.
3) Riwayat penyakit dahulu.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
5) Riwayat psikososial
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat
b) Pola nutrisi dan metabolisme
c) Pola eliminasi
d) Pola tidur dan istirahat
e) Pola aktifitas dan latihan
f) Pola hubungan dan peran
g) Pola persepsi dan konsep diri
h) Pola sensori dan kognetif
i) Pola reproduksi seksual
j) Pola penangulangan stress
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
2) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
b) Integumen
c) Kepala.
d) Mata.
e) Hidung
f) Mulut

g) Leher
h) Thorak
i) Kardiovaskuler.
j) Abdomen.
k) Ekstrimitas.
3) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan spinometri.
b) Tes provokasi brokial.
c) Pemeriksan tes kulit.
d) Laboratorium.
e) Radiologi
f) Elektrokardiogram
b. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan
masalah klien. Analisa data merupakan proses intelektual yang
meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan
menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan
susunan

atau

kelompok

data

dengan

standart

nilai

normal,

menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil


dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan .
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
sekresi kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme
(Lindajual C.;1995).
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding
dada dan kelelahan akibat kerja pernafasan, (Hudak dan Gallo ;1997).
c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut
sufokasi. (Lindajual C;1995).
d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,
peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit,
(Susan Martin Tucker;1993).

e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat
makan dan ansietas, (Hudak dan Gallo;1997).
f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk
tidak efektif dan imobilisasi, (Hudak dan Gallo;1997).
g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan retensi CO2
hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan dan apnea tidur, (Hudak
dan Gallo;1997).
3. Perencanaan
a. Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental
peningkatan produksi mukus bronkospasme.
1) Tujuan
Jalan nafas menjadi efektif.
2) Kriteria hasil
(a) menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan
peningkatan pertukaran gas.
(b) dapat mendemontrasikan batuk efektif
(c) dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan
sekresi
(d) tidak ada suara nafas tambahan
3) Rencana tindakan
(a) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum
(b) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol
batuk.
(c) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi
(d) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan
(e) Lakukan

fisioterapi

dada

dengan

tehnik

drainage

postural,perkusi dan fibrasi dada.


(f) Dorong dan atau berikan perawatan mulut
4) Rasional
(a) Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya

obstruksi
(b) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta
menimbulkan frustasi
(c) Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
(d) Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan
keberhasilan
(e) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.
(f) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan
mencegah bau mulut.
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi
dinding dada, dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan.
1) Tujuan
Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif
2) Kriteria hasil
(a) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada
paru
(b) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktorfaktor tersebut
3) Rencana tindakan
(a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
(b) Posisikan klien dada posisi semi fowler
(c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan
ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif
(d) Minimalkan distensi gaster
(e) Kaji pernafasan selama tidur
(f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea
4) Rasional
(a) Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal
menunjukkan pola nafas yang tidak efektif
(b) Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga

memberikan pengembangan pada organ paru


(c) Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif
(d) Distensi gaster dapat menghambat kontraksi diafragma
(e) Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak efektif
(f) Rasa raguragu pada klien dapat menghambat komunikasi
terapeutik.
c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut
sufokasi.
1) Tujuan
Asietas berkurang atau hilang.
2) Kriteria hasil
(a) Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola
(b) Munghubungkan

peningkatan

psikologi

fikirnya.

dan

kenyaman

fisiologis.
(c) Menggunakan

mekanisme

koping

yang

efektif

dalam

menangani ansietas.
3) Rencana tindakan.
(a) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien.
(b) Kaji kebiasaan keterampilan koping.
(c) Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman
hati.
(d) Implementasikan teknik relaksasi.
(e) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan.
(f) Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.
4) Rasional.
(a) Mengetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam
perencanaan tindakan selanjutnya.
(b) Menilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta
menawarkan alternatif koping yang bisa di gunakan.
(c) Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai
tujuan yang sama.

(d) Relaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan


menghilangkan kecemasan
(e) Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk
lebih kooperatif.
d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO 2,
peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit.
1) Tujuan
Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi
adekuat.
2) Kreteria hasil
(a) Frekuensi nafas 16 20 kali/menit
(b) Frekuensi nadi 60 120 kali/menit
(c) Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas
normal
3) Rencana tindakan
(a)

Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan


dan haluaran

(b)

Tempatkan klien pada posisi semi fowler

(c)

Berikan terapi intravena sesuai anjuran

(d)

Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya


sesuaikan dengan hasil PaO2

(e)

Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada


tanda tanda toksisitas

4) Rasional
(a) Untuk mengidentifikasi

indikasi kearah kemajuan atau

penyimpangan dari hasil klien


(b) Posisi tegak memungkinkan expansi paru lebih baik
(c) Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji
keadaan vaskular untuk pemberian obat obat darurat.
(d) Pemberian oksigen mengurangi beban otot otot pernafasan
(e) Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti

kondisi sebelumnya
(f) Untuk memudahkan bernafas dan mencegah atelektasis
e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat
makan dan ansietas
1) Tujuan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Kriteria hasil
(a) Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit
(b) Tidak terjadi penurunan berat badan
3) Rencana tindakan
a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan
menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang
banyak ataupun dipsnea.
b) Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam
sebelum makan.
c) Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta
palpasi untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna
d) Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan
e) Bantu klien istirahat sebelum makan
f) Timbang berat badan setiap hari
4) Rasional
a) Merencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab
masalah.
b) Dengan perawatan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu
makan.
c) Mengetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi.
d) Memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.
e) Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan.
f) Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang.

f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk


tidak efektif dan imobilisasi.
1) Tujuan
Klien tidak mengalami infeksi nosokomial
2) Kriteria hasil
Tidak ada tanda tanda infeksi
3) Rencana tindakan
(a) Monitor tanda tanda infeksi tiap 4 jam.
(b) Gunakan teknik steril untuk perawatan infus. atau tidakan
infasif lainnya.
(c) Pertahankan kewaspadaan umum.
(d) Inspeksi dan catat warna, kekentalan dan jumlah sputum.
(e) Berikan nutrisi yang adekuat
(f) Monitor sel darah putih dan laporkan ketidak normalan
(g) Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi
4) Rasional
(a) Adanya rubor, tumor, dolor, kalor menunjukan tanda tanda
infeksi
(b) Teknik steril memutus rantai infeksi nosokomial
(c) Kewaspadaan memberikan persiapan yang cukup bagi perawat
untuk melakukan tindakan bila ada perubahan kondisi klien.
(d) Sputum merupakan media berkembangnya kuman.
(e) Nutrisi yang adekuat memberikan peningkatan daya tahan
tubuh.
(f) Sel darh putih yang meningkat menunjukan kemungkinan
infeksi.
(g) Tindakan pencegahan terhadap kuman yang masuk tubuh.
g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan refensi CO2,
hypoksemia, emosi yang terfokus pada pernafasan dan apnea tidur.
1) Tujuan
Klien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan

tingkat enegi saat terbangun


2) Kriteria hasil
(a) Mampu mendiskusikan penyebab keletihan
(a) Klien dapat tidur dan istirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh
(b) Klien dapat rilek dan wajahnya cerah.
3) Rencana tindakan
(a) Jelaskan sebab sebab keletihan individu
(b) Hindari gangguan saat tidur.
(c) Menganalisa bersama sama tingkat kelelahan dengan
menggunakan skala Rhoten (1982).
(d) Indentivikasi aktivitas aktivitas penting dan sesuaikan antara
aktivitas dengan istirahat.
(e) Ajarkan teknik pernafasan yang efektif.
(f) Pertahankan tambahan O2 bila latihan .
(g) Hindarkan penggunaan sedatif dan hipnotif.
4) Rasional
(a) Diketahuinya faktorfaktor penyebab maka diharapkan bias
menghindarinya.
(b) Tidur merupakan upaya memulihkan kondisi yang telah
menurun setelah aktivitas.
(c) Skala Rhoten untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami
klien.
(d) Kelelahan terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan
aktifitas dan kebutuhan istirahat.
(e) Pernafasan efektif membantu terpenuhnya O2 dijaringan.
(f) O2 digunakan untuk pembakaran glukosa menjadi energi.
(a) Sedatif dan hipnotik melemahkan otototot khususnya otot
pernafasan.
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat . Seperti tahap tahap yang lain dalam proses keperawatan , fase

pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :


a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan
a. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan
b. Memberikan asuhan keperawatan
c. Melanjutkan pengumpulan data
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
yang merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan
klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi adalah :
a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau
tidak
b. Untuk melakukan pengkajian ulang
Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan
dengan prilaku klien
a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan
pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku,
tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama
sekali menunjukkan prilaku yang telah ditentukan

Anda mungkin juga menyukai