Anda di halaman 1dari 1

Mempercepat Proses Pembangunan PLTU Batang

Edisi 180 - 17 Maret 2015

Dirut Dialog dengan Warga Batang

E : pln-kita@pln.co.id

Plnkita

adalah pemenang tender proyek PLTU


Jawa Tengah 21000 MW pada tanggal 17 Juni 2011 yang selanjutnya telah membentuk PT Bhimasena Power
Indonesia sebagai entitas pelaksana
proyek.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir berdialog dengan warga di Kelurahan Karanggeneng, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat
(13/3). Langkah ini dilakukan Dirut terkait
sosialisasi pembangunan PLTU Batang
2x1.000 Megawatt (MW) yang akan
dibangun di daerah tersebut.
Sofyan Basir menjelaskan keberadaan
PLTU ini merupakan sesuatu yang telah
direncanakan oleh negara untuk kemaslahatan semua warga negara Indonesia. Untuk itu PLN akan membebaskan
sisa lahan yang belum terjual oleh warga
dengan harapan masyarakat bisa
mendapat lahan pengganti yang lebih
baik dan lebih luas. Saya berharap
dengan penjualan lahan ini masyarakat
bisa mendapat amal jariyah dari pembangunan pembangkit dan penyaluran
listrik, kata Sofyan Basir.
Sofyan berharap warga segera menjual
lahan mereka karena lahan masyarakat
yang akan dibebaskan oleh PLN selanjutnya akan menjadi aset negara. Secara
tegas Dirut menyatakan bahwa dirinya
tidak ingin PLN menerapkan Undangundang Nomor 2 tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum untuk pembebasan lahan karena akan ada efek memaksa kepada pemilik lahan untuk
menjual lahan mereka.
PLN sebisa mungkin tidak mengharapkan UU No. 2 Tahun 2012 dilaksanakan
karena akan berdampak memaksa bagi
warga untuk menjual lahan tersebut

akan tetapi apabila lahan yang akan


dibangun untuk PLTU tesebut tidak
segera bebas maka UU tesebut akan
segera dilaksanakan oleh negara, tegas
Sofyan.
PLTU Jawa Tengah merupakan proyek
yang dipersiapkan dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta (Public Private
Partnership/PPP). Proyek Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) PLTU Jawa
Tengah ini merupakan proyek PPP skala
besar pertama dengan nilai investasi lebih dari Rp 30 Triliun, sekaligus
proyek KPS pertama yang dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Presiden No. 67
Tahun
2005
tentang
Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur.
Proyek PLTU Batang ini sangat strategis
untuk mengantisipasi pertumbuhan
listrik yang tinggi khususnya di JawaBali. Setiap tahun beban puncak di sistem kelistrikan Jawa Bali tumbuh sekitar
1.000 MW. Saat ini beban puncak
tertinggi di Jawa Bali yang pernah dicapai adalah 23.900
MW yang terjadi pada tanggal 21 Oktober 2014.

Sementara teknologi yang digunakan


adalah ultra-supercritical, yang memiliki tingkat efisiensi dan emisi karbon
lebih baik dari pembangkit batu bara
yang dimiliki PLN saat ini sehingga
merupakan PLTU ramah lingkungan.
Di samping itu PLTU Jawa Tengah
nantinya akan memanfaatkan pasokan
batubara nasional berkalori rendah.
Hal ini akan membantu PLN
menurunkan biaya pokok penyediaan
(BPP) dan menurunkan subsidi
pemerintah. Proyek ini juga akan
membuka peluang lapangan kerja
kepada minimum 5000 penduduk
setempat dan memberi peluang
partisipasi komponen lokal dalam
proses produksinya, dan selanjutnya
hal ini akan mendorong bergulirnya
roda ekonomi nasional.
Karena terjadi kendala dalam pembebasan lahan maka kemudian
Pemerintah menugaskan PLN untuk
mengambil alih proses pembebasan
lahan untuk keperluan proyek tersebut.
Usai berdialog dengan warga, Dirut
didampingi General Manager PLN Unit
Induk Pembangunan VII, Wiluyo
Kusdwiharto, melakukan kunjungan
dan silaturahmi ke rumah-rumah warga yang tanahnya menjadi lokasi PLTU
Batang dengan mengendarai motor.
**

Proyek ini untuk


menghindarkan terjadinya krisis listrik di
Jawa Bali beberapa
tahun ke depan.
Konsorsium J-Power,
Ithocu dan Adaro

Suasana dialog Dirut PLN Sofyan Basir dengan warga di Kabupaten


Batang, Jawa Tengah (13/3)

Diterbitkan oleh Komunikasi Korporat Sekretariat Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai