Program REDD+' di Jakarta, Senin (16/4). Lanjut ia mengatakan, pembangunan ekonomi yang
berkeadilan sama pentingnya dengan meminimalisir risiko lingkungan dan pengurangan aset
ekologi.
Hal senada juga disampaikan Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
(IPB), Prof Akhmad Fauzi. Menurutnya pembangunan selama ini yang hanya business as usual
telah mengakibatkan biaya lingkungan yang cukup mahal. "Sebenarnya inisiatif Ekonomi hijau
sudah ada di Indonesia, namun seringkali ada tantangan dalam penerapannya," kata Fauzi.
Karenanya, komitmen untuk menerapkan apa yang disebut REDD+ ini menjadi tantangan bagi
pemerintah dan pelaku bisnis dalam rangka kesiapan menerapkan ekonomi hijau di Indonesia.
Menurut Koordinator Unit Kerja Instrumen Pendanaan program REDD+, Agus Sari penerapan
Ekonomi Hijau bagi bangsa Indonesia bukanlah pilihan. Namun penerapan Ekonomi Hijau telah
menjadi pilihan satu-satunya demi pertumbuhan ekonomi yang lebih ramah lingkungan.
"Ekonomi Hijau menunjukkan potret sebenarnya pembangunan ekonomi yang terjadi selama ini
dengan kerugian lingkungan," ucap Agus. Ekonomi hijau menekankan aspek 'pelestarian
lingkungan' dan 'pertumbuhan ekonomi' secara bersamaan. Karenanya program ini dapat menjadi
desain penyelesainan dan keberlangsungan pembangunan yang berkelanjutan sekaligus menjadi
solusi pengurangan dampak perubahan iklim.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/16/m2kcuu-ekonomi-hijaumasa-depan-indonesia