Anda di halaman 1dari 55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Perhitungan Benda Uji Balok Beton Bertulang


III.1.1. Perhitungan Beban Mati Terpusat

Gambar 3.1. Sketsa Perencanaan Balok Beton Bertulang

Direncanakan:
b = 20 cm
h = 30 cm
selimut beton = 4 cm
mutu beton fc = 18,7 MPa
mutu tulangan baja fy = 3000kg/cm2= 300 MPa
q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m
As = 3D10 (235,5 mm2)
As2 = As= 2D10 (157 mm2)
28

Universitas Sumatera Utara


235,5

 0,00473
 200 249



Untuk    18,7 MPa dan   300 MPa, diperoleh:




1,4 1,4

 0,00467
 300

   0,75 
 

0,85    600
 600 $  

Untuk  ,   % 300 MPa berdasarkan SK SNI 03 2847 2002, diperoleh:

  0,85
 

0,85 . 18,7 . 0,85600


 0,03
300 600 $ 300

   0,75 0,03  0,0225

Karena 
&  &    0,00467 & 0,00498 & 0,0225.(OK)
Maka tulangan baja yang direncanakan dapat dipakai.

Menentukan kapasitas momen (MR):


Dianggap semua penulangan telah mencapai luluh, maka fs = fy dan fs = fy

    235,5  157300



 7,408
0,85  
0,8518,7200

Maka letak garis netral yaitu:  



7,408
 8,715
0,85

' 
' 

  
8,715  51
0,003 
0,003  0,0146

8,715

249  8,715
0,003 
0,003  0,083

8,715

29

Universitas Sumatera Utara

' 


(

(  200000 )*
' 

300
 0,0015
200000

Karena ' + ' + ' , maka tulangan baja tarik telah luluh tetapi tulangan baja
tekan belum. Dengan demikian ternyata anggapan-anggapan pada langkah awal
tidak benar. Maka diperlukan mencari letak garis netral terlebih dahulu.
Dengan menggunakan persamaan berikut akan didapat nilaai c

0,85      $ 600       600    0


2702,15 c2 + 23550 c 4804200 = 0

Dengan rumus abc, didapat


C1 = 38,03 mm
C2 = -46,75 mm (tidak memenuhi)
Dengan nilai c = 38,03 mm dicari nilai yang belum diketahui

 




600 

,
,

600  204,63 MPa < 300 MPa

Dengan demikian anggapan yang digunakan telah benar.


a =  .   0,85 . 42,17 = 35,845 mm

ND1 = (0,85 fc) a.b = (0,85 . 18,7) 35,845 . 200 . 10-3 = 113,951 KN
ND2 =  .  = 157 . 125,6 . 10-3 = 19,72 KN

ND = ND1 + ND2 = 133,671 KN


NT = As . fy = 401,92 . 300 . 10-3 = 120,576 KN
MN1 = ND1 . z1 = 113,951 . (246 - (35,845/2)) . 10-3 = 25,99 KNm
MN2 = ND2 . z2 = 19,72 . (246 - 51) . 10-3 = 3,845 KNm
30

Universitas Sumatera Utara

MN = MN1 + MN2 = 29,835 KNm

Menghitung besarnya P terpusat

Gambar 3.2. Pembebanan Benda Uji


Dengan menggunakan diagram momen

P = 53,91 KN
= 5391 kg
Karena terdapat 2 beban terpusat yang diberikan, maka masing-masing beban
yang diberikan sebesar 0,5P = 2695,5 kg

III.1.2. Perhitungan Tulangan Geser


Untuk mencari tulangan geser yang diperlukan maka besarnya gaya
lintang maksimum perlu dicari terlebih dahulu. Dengan menghitung kembali

31

Universitas Sumatera Utara

reaksi yang terjadi pada perletakan yang direncanakan dengan memasukkan


beban-beban yang telah dihitung sebelumnya.

)  0

1
, . 3  0,5*2  0,5*1  -. .   0
2
3RA = 1,5(53,91) +




1,44 . 3

RA = 29,115 KN
Perhitungan gaya lintang
0x1

MX = RA . x - -. / 



Dx = RA q.x
Untuk x = 0 ; Dx = 29,115 KN
Untuk x = 1 ; Dx = 29,115 1,44 = 27,675 KN
1x%2

Mx = RA . x 0,5P(x 1) . -. / 



Dx = RA -0,5P q.x
x = 1 ; Dx = 29,115 26,955 1,44 = 0,72 KN
x = 2 ; Dx = 29,115 26,955 2,88 = -0,68 KN
Dari perhitungan diatas didapat Gaya lintang maksimum sebesar 29,115 KN
Maka besarnya gaya geser rencana total karena beban luar (Vu) = 29,115 KN.
Sedangkan kapasitas kemampuan beton untuk menahan gaya geser adalah Vc.
Vc = 0  . . 



= 18,7 . 200 .246. 10-3





= 35,46 KN
32

Universitas Sumatera Utara

SK SNI SK SNI 03 2847 2002 pasal 13.5 ayat 5 menetapkan perlu tidaknya
dipasang sengkang dengan pemeriksaan terhadap nilai Vu. Apabila nilai Vu >
Vc, diperlukan pemasangan sengkang. Maka besarnya Vc adalah:

Karena 29,115 KN >

KN, maka memerlukan pemasangan sengkang

minimum.
Vc = 12,778 KN

Av= 56,6 mm2 (


Maka, s =
Atau
Jadi diambil nilai yang terkecil adalah 123 mm untuk memudahkan pemasangan
dipakai 120 mm. maka dipakai D6-120mm untuk keseluruhan panjang balok.
III.1.3. Perhitungan Lendutan
Lendutan yang terjadi pada balok akibat berat sendiri dan besarnya beban terpusat
yang diberikan oleh hydraulic jack. Lendutan tersebut dihitung dengan rumus :
a. Lendutan akibat beban terpusat

Gambar 3.3. Penempatan Beban Terpusat


33

Universitas Sumatera Utara

dimana, E = modulus elastisitas beton (MPa)


I = Momen inersia penampang balok (mm4)
E = 4700
E = 4700

= 20324,44 MPa

I=
Maka besar lendutan =
= 0,282 mm
b. lendutan akibat berat sendiri

Gambar 3.4. Beban Merata

Total lendutan yang terjadi adalah:

= 0,282 +
= 0,448 mm

III.2. Pembuatan Benda Uji Balok Beton Bertulang


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan benda uji dibagi atas
tiga tahapan, yaitu :
34

Universitas Sumatera Utara

1. Persiapan pembuatan benda uji


2. Pengecoran
3. Perawatan

III.2.1. Persiapan Pembuatan Benda Uji


Persiapan-persiapan dalam pembuatan benda uji adalah :
1.

Pembuatan mortar ukuran 4x4x4 cm (beton decking / beton tahu)


Beton tahu dibuat untuk menjaga agar tulangan tetap pada posisinya.
Pembuatan beton tahu dilakukan sebelum pengecoran agar mengeras dan
dapat menahan tulangan. Ukuran tersebut berdasarkan tebal selimut
beton yang direncanakan.

2.

Pembuatan cetakan balok dan silinder


Cetakan balok dibuat dengan ukuran bersih 20 x 30 x 320 cm. cetakan
dibuat sedemikian rupa sehingga ketika pengecoran tidak ada pasta yang
terbuang dari celah antar cetakan. Selain cetakan balok juga turut
dipersiapkan cetakan silinder yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi
30 cm. Sebelum pengecoran, cetakan balok dan silinder diolesi vaselin
untuk mempermudah pelepasan cetakan.

3.

Perakitan tulangan
Tulangan baja dirakit sehingga membentuk kerangka sesuai dengan yang
direncanakan. Tulangan tarik 2D16, tulangan tekan 2D10, tulangan
sengkang D6-120mm.

35

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.5. Penampang Memanjang Benda Uji

Gambar 3.6. Penampang Melintang Benda Uji


4. Persiapan material
Persiapan material untuk pembuatan benda uji ditimbang terlebih dahulu sesuai
mutu yang direncanakan.
5. Persiapan alat-alat
Alat-alat untuk mendukung proses pengecoran seperti : pan mixer, scrap,
sendok semen, timbangan, dll.

III.2.2. Pengecoran Benda Uji


Urutan pengecoran adalah sebagai berikut :
1. Hidupkan mesin pengaduk beton / molen.
2. Masukkan air secukupnya kedalam mesin pengaduk agar permukaan bagian
dalam mesin pengaduk basah.
36

Universitas Sumatera Utara

3. Setelah itu masukkan material dengan urutan : pasir, semen, air, kerikil. Dan
untuk benda uji dengan serat / fiber dimasukkan pada urutan terakhir setelah
keempat material diatas bercampur secara sempurna.
4. Aduk dengan kecepatan rendah selama + 5 menit agar campuran teraduk secara
sempurna. Dan untuk benda uji dengan serat / fiber dimasukkan setelah beton
teraduk secara sempurna.
5. Selanjutnya, adukan beton dituangkan kedalam cetakan balok dan silinder
secara bertahap. Agar beton yang dituang terisi secara penuh dan merata
dibantu dengan merojok atau menggunakan alat vibrator.
7. Setelah benda uji pertama selesai, dilanjutkan dengan benda uji kedua dan
ketiga dengan tambahan serat / fiber.

III.3. Perawatan Benda Uji


Setelah 24 jam, cetakan benda uji silinder dibuka kemudian direndam
dalam air, sedangkan untuk benda uji balok, cetakan dibuka setelah 3 hari.

III.4. Pengujian Benda Uji


III.4.1. Pengujian Kuat Tekan Beton Benda Uji Silinder
1. Benda uji dikeluarkan dari rendaman 1 hari sebelum pengujian (28 hari) agar
Permukaan benda uji kering.
2. Kemudian timbang berat benda uji.
3. Benda uji diletakkan pada Compression Machine sehingga tepat berada pada
tengah-tengah alat penekan.

37

Universitas Sumatera Utara

4. Secara perlahan-lahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan


mengoperasikan tuas pompa.
5. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi, catat angka yang
ditunjukkan jarum penunjuk yang merupakan beban maksimum yang dapat
dipikul oleh benda uji tersebut.

III.4.2. Pengujian Kekuatan Balok Beton Bertulang


1. Balok beton diatas perletakan yang telah disediakan, pasang dial dimana akan
diukur lendutan.
2. Letakkan sumber beban tepat pada titik tengah balok.
4. Setelah semua perangkat alat-alat pengujian disiapkan, kemudian dilakukan
pembebanan secara berangsur-angsur dengan kenaikan setiap 500 kg pada
pembacaan hydraulic.
5. Setiap tahap pembebanan, dilakukan pembacaan lendutan dan regangan serta
mengamati deformasi yang terjadi pada balok.
6. Pembacaan dilakukan hingga balok mencapai keruntuhan.

Gambar 3.7. Penempatan Pembacaan Alat Dial Lendutan

38

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pendahuluan
Hasil penelitian disajikan berupa data yang telah dianalisis dan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian dimulai dari data
data bahan yang mencakup pengujian agregat. Pengujian dalam penelitian ini
adalah pengujian sifat mekanik beton yang meliputi kuat tekan silinder beton dan
kuat lentur balok beton bertulang.
Balok beton bertulang yang diuji terdiri dari 3 benda uji, yaitu balok
pertama tanpa pemakaian fiber, balok kedua dengan pemakaian fiber baja dan
balok ketiga dengan pemakaian fiber bendrat. Data yang diperoleh dari pengujian
ini adalah beban, lendutan, panjang retak, lebar retak dan pola retak.

IV.2. Pengujian Kuat Tekan Silinder


Beton mempunyai nilai kuat tekan yang lebih besar dibandingkan kuat
tariknya. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh komposisi dan kekuatan masing
masing bahan susun dan lekatan pasta semen pada agregat. Nilai kuat tekan beton
didapatkan melalui tata cara pengujian standard, menggunakan mesin uji dengan
cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban
tertentu pada benda uji silinder beton (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) sampai
benda uji tersebut hancur.

39

Universitas Sumatera Utara

Hasil dari pengujian kuat tekan silinder beton disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan
Kuat Tekan
Kuat Tekan
Benda Uji

Kode

Rata-rata
(MPa)
(MPa)

1A

18,49

2B

18,72

Pemakaian

2A

18,63

Fiber Bendrat

2B

18,77

Pemakaian

3A

18,72

Tanpa Fiber

18,6

18,7

18,8
Fiber Baja

3B

18,91

IV.3. Pengujian Balok Beton Bertulang


IV.3.1. Pengujian Lendutan Pada Balok

Gambar 4.1. Penempatan Pembebanan dan Pembacaan Alat Dial Lendutan


Lendutan balok beton betulang diukur dengan Dial Indikator. Pada
pengujian ini pembebanan awal yang diberikan sebesar 500 kg hingga mencapai
kegagalan / keruntuhan yang ditandai dengan peningkatan pembebanan dan
lendutan yang besar, walaupun beban yang bekerja tetap bertahan konstan. Dari
40

Universitas Sumatera Utara

hasil pengujian pembebanan terhadap lendutan terlihat terbentuknya retakan


retakan baru dan pertambahan panjang / lebar retakan dari sebelumnya ditandai
perubahan lendutan yang meningkat. Hubungan lendutan dari suatau tingkat
pembebanan ke tingkat pembebanan berikutnya ditampilkan pada tabel dan grafik
berikut:
Tabel 4.2. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Tanpa fiber
Beban P (Kg)

Y1 (0,01 mm)

Y2 (0,01 mm)

Y3 (0,01 mm)

500

11

1000

23

43

18

1500

57

91

53

2000

171

195

166

2500

249

337

242

3000

384

478

387

3500

571

624

573

4000

795

973

802

4500

1030

1112

1024

5000

1237

1296

1223

41

Universitas Sumatera Utara

5000

4500

4000

3500

3000

y1

Beban (kg)

2500

y2
y3

2000

1500

1000

500

0
0

500

1000

1500

Gambar 4.2. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok Tanpa Fiber


42

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok dengan Fiber baja
Beban P (Kg)

Y1 (0,01 mm)

Y2 (0,01 mm)

Y3 (0,01 mm)

500

1000

17

21

11

1500

43

64

48

2000

87

102

82

2500

199

285

192

3000

257

393

249

3500

418

521

412

4000

616

726

614

4500

714

834

705

5000

921

962

916

5500

1081

1127

1073

43

Universitas Sumatera Utara

5500

5000

4500

4000

3500

Beban (kg)

3000
y1
y2

2500

y3
2000

1500

1000

500

0
0

200

400

600

800

1000

1200

Gambar 4.3. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok dengan Fiber Baja

44

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok dengan Fiber bendrat
Beban P (Kg)

Y1 (0,01 mm)

Y2 (0,01 mm)

Y3 (0,01 mm)

500

1000

15

25

17

1500

58

77

52

2000

94

108

89

2500

214

312

202

3000

282

405

278

3500

441

557

436

4000

639

763

631

4500

746

882

733

5000

1012

1054

1006

5500

1135

1210

1127

45

Universitas Sumatera Utara

5500

5000

4500

4000

3500

Beban (kg)

3000
y1
y2

2500

y3

2000

1500

1000

500

0
0

500

1000

1500

Gambar 4.4. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok dengan Fiber


Bendrat
46

Universitas Sumatera Utara

Untuk lebih memperjelas perbedaan lendutan yang terjadi pada benda uji
maka dibawah ini disajikan pula grafik yang menggambarkan lendutan yang
terjadi pada tengah bentang pada masing masing benda uji sebagai berikut:

5500
5000
4500
4000
3500

Beban (kg)

3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0

500

tanpa fiber

1000

fiber baja

1500

fiber bendrat

Gambar 4.5. Grafik Hubungan Beban-Lendutan Tengah Bentang Pada


Masing-masing Balok
47

Universitas Sumatera Utara

Pada masing-masing benda uji berdasarkan hasil pengujian terdapat


perbedaan yang jelas sekali pada saat pembebanan maksimum pada benda uji
tanpa pemakaian serat pada pembebanan 5000 kg dengan lendutan pada Y2
sebesar 11,8 mm. Sedangkan pada benda uji dengan pemakaian serat baja dan
pemakaian serat bendrat pada pembebanan 5000 kg, besar lendutan pada Y2
sebesar 9,21 mm dan 9,86 mm.

IV.3.2. Pengujian Lendutan Pada Balok Secara Teoritis


Balok Tanpa Fiber
1. Sebelum Retak
Jika momen lentur lebih kecil daripada momen retak, Mcr. Balok dapat
diasumsikan tidak retak dan momen inersia dapat diasumsikan sebesar momen
inersia untuk penampang kotor Ig.
Ig =

1
b h3
12

Ig =

1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12

Analisa lendutan untuk 0,5 P = 500 kg = 5000 N


fc = 18,6 MPa
a. Lendutan akibat beban terpusat sebelum retak

Gambar 4.6. Perletakan Beban Terpusat


48

Universitas Sumatera Utara

1 =

0,5P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g

Ec = 4700

f 'c

Ec = 20270 MPa
Maka lendutan: 1 =

5000 (1000)
(3 (3000) 2 4(1000) 2
24 . (20270) . (450000000)

1 = 0,53 mm

b. Lendutan akibat beban sendiri sebelum retak

Gambar 4.7. Perletakan Beban Merata


q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m

2 =

5 q L4
384 E c I g

5 (1,44) (3000) 4
384 (20270) (450000000)
= 0,17 mm

2 =

Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan:
max = 1 + 2

= 0,53 + 0,17
= 0,7 mm
2. Sesudah Retak
Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang

49

Universitas Sumatera Utara

berkembang pada balok akan menyebabkan penampang melintang balok


berkurang, dan momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi,
Icr.
Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah
beban bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal
11.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan
nilai momen inersia efektif Ie berdasarkan persamaan berikut ini:

M
I e = cr
Ma

3
M

I g + 1 cr
M a

I cr I g

Dimana: Ie = Momen inersia efektif


Icr = momen inersia penampang retak transformasi
Ig = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang
seluruh batang tulangan diabaikan
Ma = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung
Mcr = momen pada saat timbul retak yang pertama kali

Mcr dihitung dengan rumus:

M cr =

fr I g
yt

Dimana, fr = modulus retak beton, untuk beton normal fr = 0,7

f 'c

yt = jarak dari garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan baja)


ke serat tepi tertarik.
Untuk menentukan penampang retak transformasi:

50

Universitas Sumatera Utara

1
I cr = b y 3 + n As ( d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3

Dan letak garis netral (y) ditentukan sebagai berikut:

Gambar 4.8. Penampang Transformasi

A1 y1 + A2 y 2 + A3 y 3 = ( A1 + A2 + A3 ) y

1
b . y y + n As (d ) + n As ' (d ' ) = ( b . y + n . As + n . As ' ) y
2
1
b y 2 + n As d + n As ' d ' = b y 2 + n As y + n As ' y
2
1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2

Analisa lendutan pada beban: 0,5P = 1500kg = 15KN


fc = 18,6 MPa
Menentukan letak garis netral
1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2

Dimana, n = Es/Ec
Ec = 20270 MPa
Es = 200000 MPa
Sehingga n = 10

51

Universitas Sumatera Utara

d tul tarik

daktual = h
+ d sengkang + s
2

10

daktual = 300 - + 6 + 40 = 249 mm


2

daktual =

daktual =

d tul tekan
2

+ d sengkang + s

10
+ 6 + 40 = 51 mm
2

maka,
1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2

1
200 y 2 + 10 (157) y 10 (157) (51) 10 (235,5)(249) + 10 (235,5) y = 0
2
100 y 2 + 3925 y 666465 = 0
y 2 + 39,25 y 6664,65 = 0
y = 64,338 mm
Menentukan momen inersia penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As ( d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3

1
= ( 200) (64,34) 3 + 10 ( 235,5) ( 249 64,34) 2 + 10 (157) (64,34 51) 2
3
= 98339555,5 mm 4
Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali:

52

Universitas Sumatera Utara

M cr =

fr I g
yt

dimana, y t =

Ig =

1
1
h = (300) = 150mm
2
2

1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12

f r = 0,7

M cr =

f ' c = 0,7 18,6 = 3,02 MPa

(3,02) ( 450000000)
= 9,06 kNm
150

Ma = 0,5P . 1/3 L + 1/8 q. L2


= 15 . 1/3 (3) + 1/8 (1,44) (32)
= 16,62 kNm

M
Maka: I e = cr
Ma

3
M

I g + 1 cr
M a

I cr

3
9,06 3
9,06
Ie =
450000000 + 1
98339555,5
16,62
16,62

I e = 155305467 ,6 mm 4

a. Lendutan akibat beban terpusat setelah retak

1 =

0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g

Maka besar lendutan 1 =

15000 (1000)
(3 (3000) 2 4 (1000) 2 )
24 (20270) (155305467,6)
53

Universitas Sumatera Utara

1 = 4,57 mm

b. Lendutan akibat beban sendiri setelah retak


q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m

2 =

5 q L4
384 E c I g

2 =

5 (1,44) (3000) 4
384 (20270) (155305467,6)

= 0,49 mm
Beban keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan:
max = 1 + 2

= 4,57 + 0,49
= 5,06 mm
Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan
cara perhitungan diatas. Maka pada tabel dibawah ini disajikan besarnya lendutan
secara teoritis pada masing-masing benda uji yaitu sebagai berikut:

54

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5. Data Perbandingan Lendutan Secara Teoritis Dengan Percobaan


Balok Tanpa Fiber

Beban
P (kg)

Mmax
(kNm)

Icr

Ie

teoritis

Mcr
(x10 mm

(x10 mm

tanpa fiber

(0,01mm)

(kNm)

percobaan

(0,01mm)

1,62

9,06

98,34

500

4,12

9,06

98,34

43

11

1000

6,62

9,06

98,34

69

43

1500

9,12

9,06

98,34

95

91

2000

11,62

9,06

98,34

265,02

207

195

2500

14,12

9,06

98,34

191,24

348

337

3000

16,62

9,06

98,34

155,31

506

478

3500

19,12

9,06

98,34

135,75

665

624

4000

21,62

9,06

98,34

124,22

822

973

4500

24,12

9,06

98,34

116,98

973

1112

5000

26,62

9,06

98,34

112,2

1120

1296

Keterangan:
Retak awal pada balok tanpa fiber saat P = 2000 kg.
55

Universitas Sumatera Utara

5000

4500

4000

3500

3000

Beban (kg)

2500

2000

1500

1000

500

0
0

200

400

600

teoritis

800

1000

1200
1200

1400

balok tanpa fiber

Gambar 4.9. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok Tanpa Fiber Secara
Teoritis

56

Universitas Sumatera Utara

Balok Dengan Fiber Baja


1. Sebelum Retak
Jika momen lentur lebih kecil daripada momen retak, Mcr. Balok dapat
diasumsikan tidak retak dan momen inersia dapat diasumsikan sebesar momen
inersia untuk penampang kotor Ig.
Ig =

1
b h3
12

Ig =

1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12

Analisa lendutan untuk 0,5 P = 500 kg = 5000 N


fc = 18,8 MPa
c. Lendutan akibat beban terpusat sebelum retak

Gambar 4.10.Perletakan Beban Terpusat

1 =

0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g

Ec = 4700

f 'c

Ec = 20378,7 MPa
Maka lendutan: 1 =

5000 (1000)
(3 (3000) 2 4(1000) 2
24 . (20378,7) . (450000000)

1 = 0,52 mm

57

Universitas Sumatera Utara

d. Lendutan akibat beban sendiri sebelum retak

Gambar 4.11. Perletakan Beban Merata


q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m

2 =

5 q L4
384 E c I g

5 (1,44) (3000) 4
384 (20378,7) (450000000)
= 0,16 mm

2 =

Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan:
max = 1 + 2

= 0,52 + 0,16
= 0,68 mm
2. Sesudah Retak
Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang
berkembang pada balok akan menyebabkan penampang melintang balok
berkurang, dan momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi,
Icr.
Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah
beban bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal
11.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan
nilai momen inersia efektif Ie berdasarkan persamaan berikut ini:

58

Universitas Sumatera Utara

M
I e = cr
Ma

3
M

I g + 1 cr
M a

I cr I g

Dimana: Ie = Momen inersia efektif


Icr = momen inersia penampang retak transformasi
Ig = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang
seluruh batang tulangan diabaikan
Ma = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung
Mcr = momen pada saat timbul retak yang pertama kali

Mcr dihitung dengan rumus:

M cr =

fr I g
yt

Dimana, fr = modulus retak beton, untuk beton normal fr = 0,7

f 'c

yt = jarak dari garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan baja)


ke
serat tepi tertarik.
Untuk menentukan penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As ( d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3

Dan letak garis netral (y) ditentukan sebagai berikut:


1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2

Analisa lendutan pada beban: 0,5P = 1500kg = 15KN


fc = 18,8 MPa
Menentukan letak garis netral
59

Universitas Sumatera Utara

1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
Dimana, n = Es/Ec
Ec = 20378,7 MPa
Es = 200000 MPa
Sehingga n = 10
d tul tarik

daktual = h
+ d sengkang + s
2

10

daktual = 300 - + 6 + 40 = 249 mm


2

daktual =

daktual =

d tul tekan
2

+ d sengkang + s

10
+ 6 + 40 = 51 mm
2

maka,
1 2
b y + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
1
200 y 2 + 10 (157) y 10 (157) (51) 10 (235,5)(249) + 10 (235,5) y = 0
2
100 y 2 + 3925 y 666465 = 0
y 2 + 39,25 y 6664,65 = 0
y = 64,338 mm
Menentukan momen inersia penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As (d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3
60

Universitas Sumatera Utara

1
= (200) (64,34) 3 + 10 (235,5) (249 64,34) 2 + 10 (157) (64,34 51) 2
3
= 98339555,5 mm 4
Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali:

M cr =

fr I g
yt

dimana, y t =

Ig =

1
1
h = (300) = 150mm
2
2

1
(200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12

f r = 0,7 f ' c = 0,7 18,8 = 3,04 MPa

M cr =

(3,04) ( 450000000)
= 9,12 kNm
150

Ma = 0,5P . 1/3 L + 1/8 q. L2


= 15 . 1/3 (3) + 1/8 (1,44) (32)
= 16,62 kNm

M
Maka: I e = cr
Ma

3
M

I g + 1 cr
M

I cr

3
9,12 3
9,12
Ie =
450000000 + 1
98339555,5
16,62
16,62

I e = 156444752 ,4 mm 4

61

Universitas Sumatera Utara

c. Lendutan akibat beban terpusat setelah retak

1 =

0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g

Maka besar lendutan 1 =

15000 (1000)
(3 (3000) 2 4 (1000) 2 )
24 (20378,7) (156444752,4)

1 = 4,50 mm

d. Lendutan akibat beban sendiri setelah retak


q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m

2 =

5 q L4
384 Ec I g

2 =

5 (1,44) (3000) 4
384 (20378,7) (156444752,4)

= 0,47 mm
Beban keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan:
max = 1 + 2

= 4,50 + 0,47
= 4,97 mm
Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan
cara perhitungan diatas. Maka pada tabel dibawah ini disajikan besarnya lendutan
secara teoritis pada masing-masing benda uji yaitu sebagai berikut:

62

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6. Data Perbandingan Lendutan Secara Teoritis Dengan Percobaan


Balok Dengan Pemakaian Fiber Baja

Beban
P (kg)

Mmax
(kNm)

Icr

Ie

teoritis

Mcr
(x10 mm

(x10 mm

tanpa fiber

(0,01mm)

(kNm)

percobaan

(0,01mm)

1,62

9,12

98,34

500

4,12

9,12

98,34

42

1000

6,62

9,12

98,34

68

21

1500

9,12

9,12

98,34

95

64

2000

11,62

9,12

98,34

121

102

2500

14,12

9,12

98,34

193,09

343

285

3000

16,62

9,12

98,34

156,44

497

393

3500

19,12

9,12

98,34

136,5

657

521

4000

21,62

9,12

98,34

124,74

814

726

4500

24,12

9,12

98,34

117,35

965

834

5000

26,62

9,12

98,34

112,48

1111

962

5500

29,12

9,12

98,34

109,14

1253

1127

Keterangan:
Retak awal pada balok dengan pemakaian fiber baja saat P = 2500 kg.
63

Universitas Sumatera Utara

5500
5000
4500
4000
3500
3000

Beban (kg)

2500
2000
1500
1000
500
0
0

500

teoritis

1000

1500

balok serat baja

Gambar 4.12. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok Dengan


Pemakaian Fiber Baja Secara Teoritis
64

Universitas Sumatera Utara

Balok Dengan Fiber Bendrat


1. Sebelum Retak
Jika momen lentur lebih kecil daripada momen retak, Mcr. Balok dapat
diasumsikan tidak retak dan momen inersia dapat diasumsikan sebesar momen
inersia untuk penampang kotor Ig.
Ig =

1
b h3
12

Ig =

1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12

Analisa lendutan untuk 0,5 P = 500 kg = 5000 N


fc = 18,7 MPa
e. Lendutan akibat beban terpusat sebelum retak

Gambar 4.13. Perletakan Beban Terpusat

1 =

0,5P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g

Ec = 4700

f 'c

Ec = 20324,4 MPa
Maka lendutan: 1 =

5000 (1000)
(3 (3000) 2 4(1000) 2
24 . (20324,4) . (450000000)

1 = 0,52 mm

65

Universitas Sumatera Utara

f. Lendutan akibat beban sendiri sebelum retak

Gambar 4.14. Perletakan Beban Merata


q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m

2 =

5 q L4
384 E c I g

5 (1,44) (3000) 4
384 (20324,4) (450000000)
= 0,17 mm

2 =

Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan:
max = 1 + 2

= 0,52 + 0,17
= 0,69 mm
2. Sesudah Retak
Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang
berkembang pada balok akan menyebabkan penampang melintang balok
berkurang, dan momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi,
Icr.
Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah
beban bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal
11.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan
nilai momen inersia efektif Ie berdasarkan persamaan berikut ini:

66

Universitas Sumatera Utara

M
I e = cr
Ma

3
M

I g + 1 cr
M a

I cr I g

Dimana: Ie = Momen inersia efektif


Icr = momen inersia penampang retak transformasi
Ig = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang
seluruh batang tulangan diabaikan
Ma = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung
Mcr = momen pada saat timbul retak yang pertama kali

Mcr dihitung dengan rumus:

M cr =

fr I g
yt

Dimana, fr = modulus retak beton, untuk beton normal fr = 0,7

f 'c

yt = jarak dari garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan baja)


ke
serat tepi tertarik.
Untuk menentukan penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As ( d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3

Dan letak garis netral (y) ditentukan sebagai berikut:


1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2

Analisa lendutan pada beban: 0,5P = 1500kg = 15KN


fc = 18,7 MPa
Menentukan letak garis netral
67

Universitas Sumatera Utara

1 2
b y + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
Dimana, n = Es/Ec
Ec = 20324,4 MPa
Es = 200000 MPa
Sehingga n = 10
d tul tarik

daktual = h
+ d sengkang + s
2

10

daktual = 300 - + 6 + 40 = 249 mm


2

daktual =

daktual =

d tul tekan
2

+ d sengkang + s

10
+ 6 + 40 = 51 mm
2

maka,
1 2
b y + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
1
200 y 2 + 10 (157) y 10 (157) (51) 10 (235,5)(249) + 10 (235,5) y = 0
2
100 y 2 + 3925 y 666465 = 0
y 2 + 39,25 y 6664,65 = 0
y = 64,338 mm
Menentukan momen inersia penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As (d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3
68

Universitas Sumatera Utara

1
= (200) (64,34) 3 + 10 (235,5) (249 64,34) 2 + 10 (157) (64,34 51) 2
3
= 98339555,5 mm 4
Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali:

M cr =

fr I g
yt

dimana, y t =

Ig =

1
1
h = (300) = 150mm
2
2

1
(200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12

f r = 0,7

M cr =

f ' c = 0,7 18,7 = 3,03 MPa

(3,03) ( 450000000)
= 9,09 kNm
150

Ma = 0,5P . 1/3 L + 1/8 q. L2


= 15 . 1/3 (3) + 1/8 (1,44) (32)
= 16,62 kNm

M
Maka: I e = cr
Ma

3
M

I g + 1 cr
M

I cr

3
9,09 3
9,09
Ie =
450000000 + 1
98339555,5
16,62
16,62

I e = 155873230 mm 4

69

Universitas Sumatera Utara

e. Lendutan akibat beban terpusat setelah retak

1 =

0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g

Maka besar lendutan 1 =

15000 (1000)
(3 (3000) 2 4 (1000) 2 )
24 (20324,4) (155873230)

1 = 4,54 mm

f. Lendutan akibat beban sendiri setelah retak


q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m

2 =

5 q L4
384 E c I g

2 =

5 (1,44) (3000) 4
384 (20324,4) (155873230)

= 0,48 mm
Beban keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan:
max = 1 + 2

= 4,54 + 0,48
= 5,02 mm
Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan
cara perhitungan diatas. Maka pada tabel dibawah ini disajikan besarnya lendutan
secara teoritis pada masing-masing benda uji yaitu sebagai berikut:

70

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7. Data Perbandingan Lendutan Secara Teoritis Dengan Percobaan


Balok Dengan Pemakaian Fiber Bendrat

Beban
P (kg)

Mmax
(kNm)

Icr

Ie

teoritis

Mcr
(x10 mm

(x10 mm

tanpa fiber

(0,01mm)

(kNm)

percobaan

(0,01mm)

1,62

9,09

98,34

500

4,12

9,09

98,34

42

1000

6,62

9,09

98,34

69

25

1500

9,12

9,09

98,34

95

77

2000

11,62

9,09

98,34

121

108

2500

14,12

9,09

98,34

192,16

346

312

3000

16,62

9,09

98,34

155,87

502

405

3500

19,12

9,09

98,34

136,13

661

557

4000

21,62

9,09

98,34

124,48

818

763

4500

24,12

9,09

98,34

117,16

969

882

5000

26,62

9,09

98,34

112,34

1116

1054

5500

29,12

9,09

98,34

109,04

1258

1210

Keterangan:
Retak awal pada balok dengan pemakaian fiber bendrat saat P = 2500 kg.
71

Universitas Sumatera Utara

5500

5000

4500

4000

3500

3000

Beban (kg)

2500

2000

1500

1000

500

0
0

500

teoritis

1000

1500

balok serat bendrat

Gambar 4.15. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok Dengan


Pemakaian Fiber Bendrat Secara Teoritis
72

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat balok dengan pemakaian fiber
baja ataupun pemakaian fiber bendrat, lendutan yang terjadi lebih kecil daripada
lendutan pada balok biasa dan secara teoritis.

IV.3.3. Beban Pada Lendutan Ijin


Spesifikasi beton bertulang biasanya membatasi lendutan dengan cara
menentukan ketebalan minimum tertentu atau dengan menentukan batas
maksimum lendutan hasil perhitungan yang diizinkan.
Maka lendutan maksimum yang diizinkan untuk balok dapat diambil
sebesar l/360. Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui beban pada lendutan
izin sebagai berikut:
Lendutan Ijin =

l
3000
=
= 8,33 mm
360 360

a. Pada Percobaan
1. Balok tanpa pemakaian fiber
Lendutan 8,33 mm pada P = 3799 kg
2. Balok dengan pemakaian fiber baja
Lendutan 8,33 mm pada P = 4495 kg
3. Balok dengan pemakaian fiber bendrat
Lendutan 8,33 mm pada P = 4294 kg
b. Pada Teori
1. Balok tanpa pemakaian fiber
Lendutan 8,33 mm pada P = 4036 kg
2. Balok dengan pemakaian fiber baja
Lendutan 8,33 mm pada P = 4063 kg
73

Universitas Sumatera Utara

3. Balok dengan pemakaian fiber bendrat


Lendutan 8,33 mm pada P = 4049 kg

IV.4. Analisa Retak Balok


Pada daerah yang mengalami momen yang besar, retak yang dapat terjadi
disebut retak lentur. Pada daerah yang gesernya besar, akibat tarik diagonal dapat
terjadi retak miring sebagai kelanjutan dari retak lentur, dan disebut retak geser
lentur. Pada dasarnya dapat terjadi tiga ragam keruntuhan (kombinasinya), yaitu:
a. Keruntuhan Lentur
Pada daerah yang mengalami keruntuhan lentur, retak terutama terjadi pada
sepertiga tengah bentang, dan tegak lurus terhadap arah tegangan utama. Retakretak ini diakibatkan oleh tegangan geser yang sangat kecil dan tegangan lentur
yang sangat dominan yang besarnya mendekati tegangan utama horizontal. Dalam
keadaan runtuh demikian, beberapa retak halus arah vertical terjadi didaerah
tengah bentang. Apabila bebanny bertambah terus retak-retak ditengah bentang
akan terus bertambah dan retak awal yang terjadi akan semakin lebar dan panjang
menuju sumbu netral penampang.

b. Keruntuhan Tarik Diagonal


Keruntuhan ini dapat terjadi apabila kekuatan balok dalam diagonal tarik lebih
kecil daripada kekuatan lenturnya. Retak mulai terjadi ditengah bentang, berarah
vertical yang berupa retak halus dan diakibatkan oleh lentur. Hal ini diikuti
dengan rusaknya lekatan antar baja tulangan dengan beton disekitarnya pada
perletakan. Retak diagonal ini melebar kedalam retak tarik diagonal utama.
74

Universitas Sumatera Utara

c. Keruntuhan Tekan Geser


Keruntuhan ini dimulai dengan timbulnya retak lentur halus vertical ditengah
bentang, dan tidak terus menjalar karena terjadinya kehilangan lekatan antara
tulangan membujur (longitudinal) dengan beton pada daerah perletakan. Setelah
itu diikuti dengan retak miring yang lebih curam secara tiba-tiba dan menjalar
terus menuju sumbu netral. Kecepatan penjalaran ini ssemakin berkurang sebagai
akibat dari hancurnya beton pada tepi tertekan dan terjadinya redistribusi tegangan
pada daerah atas. Pada saat bertemunya retak miring ini dengan tepi beton yang
tertekan maka terjadi keruntuhan secara tiba-tiba. Jenis keruntuhan ini dianggap
kurang getas dibandingkan dengan jenis keruntuhan tarik diagonal karena adanya
redistribusi regangan. Keruntuhan getas harus dihindarkan karena sifatnya yang
tidak ada peringatan terlebih dahulu.
Agar lebih mudah dan lebih teliti penggambaran pola retak yang terjadi
pada balok maka balok dibagi menjadi beberapa segmen yang digambarkan pada
benda uji balok. Masing-masing balok dibagi menjadi 96 segmen.
Pembagian segmen pada benda uji dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.16. Pembagian Segmen Balok


Dari hasil penelitian didapatkan retak yang terjadi pada masing-masing
balok akibat pembebanan yang dapat dilihat pada gambar berikut ini :

75

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.17. Retak pada Balok Tanpa Fiber

76

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.18. Retak pada Balok dengan Pemakaian Fiber Baja

77

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.19. Retak pada Balok dengan Pemakaian Fiber Bendrat

78

Universitas Sumatera Utara

Retak pada balok beton bertulang mulai terjadi ketika beban secara
bertahap ditingkatkan melampaui modulus keruntuhan balok beton. Retak dimulai
dari bagian bawah serat balok beton dan merambat vertical ke atas. Pola retak
pada balok bertulang diatas terdapat retak miring. Hal tersebut merupakan
lanjutan dari retak lentur. Retak geser tersebut terjadi pada bagian dekat tumpuan
balok.

Dari hasil percobaan didapat pula data panjang retak yang terjadi:

Tabel 4.8. Panjang Retak Total


Balok Dengan
Balok Tanpa Fiber

Balok Dengan

(cm)

Fiber Baja (cm)

Beban (kg)

Fiber Bendrat
(cm)

500

1000

1500

2000

35

2500

66

27

30

3000

97

41

53

3500

114

62

70

4000

159

78

86

4500

192

93

108

5000

230

105

121

5500

126

147
79

Universitas Sumatera Utara

5500
5000
4500
4000

Beban (kg)

3500
3000

balok tanpa fiber

2500

balok dengan fiber baja

2000

balok dengan fiber


bendrat

1500
1000
500
0

80

160

240

320

Grafik 4.20. Hubungan Beban Panjang Retak

80

Universitas Sumatera Utara

IV.5. Keterbatasan Fasilitas


Data yang dihasilkan dari pengujian ini belum sempurna dikarenakan
keterbatasan peralatan pengujian yang digunakan seperti penempatan alat jack
hydraulic dan pembebanan yang simetris dimana beban yang bekerja pada letak
tumpuan balok bisa tidak sama besar antara kiri dan kanan, sehingga besar beban
tidak sama

IV.6. Akurasi dari Alat Ukur


Skala manometer pada alat Jack Hydraulic dimana ketelitian pembacaan
sebesar 250 kg/strip masih kurang baik karena terjadi kesalahan pembacaan. Hal
ini sangat

mempengaruhi

pada

lendutan yang terjadi sehingga dapat

mengakibatkan gambar grafik hubungan beban, besar lendutan, dan regangan


yang didapat dari setiap titik tidak membentuk kurva yang mulus seperti yang
diharapkan.

81

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan dilaboratorium, dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Lendutan yang terjadi akibat penambahan serat baja sebanyak 1800gr
mengalami penurunan pada pembebanan yang sama, P = 5000 kg, sebesar
25,7%.
2. Lendutan yang terjadi akibat penambahan serat bendrat sebanyak 1800 gr
mengalami penurunan pada pembebanan yang sama, P = 5000 kg, sebesar
18,6%.
3. Total panjang retak yang terjadi pada balok beton bertulang akibat
penambahan fiber baja mengalami pengurangan sebesar 45%.
4. Total panjang retak yang terjadi pada balok beton bertulang akibat
penambahan fiber bendrat mengalami pengurangan sebesar 36%.

V.2. Saran
Dari hasil pengujian ini ada beberapa saran yang dianggap perlu adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh hasil pengujian yang lebih baik, perlu kiranya
menambah jumlah dan variasi banyaknya fiber pada balok benda uji.
82

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai