METODOLOGI PENELITIAN
Direncanakan:
b = 20 cm
h = 30 cm
selimut beton = 4 cm
mutu beton fc = 18,7 MPa
mutu tulangan baja fy = 3000kg/cm2= 300 MPa
q = 0,2 x 0,3 x 24 = 1,44 kN/m
As = 3D10 (235,5 mm2)
As2 = As= 2D10 (157 mm2)
28
235,5
0,00473
200 249
1,4 1,4
0,00467
300
0,75
0,85 600
600 $
0,85
Karena
& &
0,00467 & 0,00498 & 0,0225.(OK)
Maka tulangan baja yang direncanakan dapat dipakai.
7,408
8,715
0,85
'
'
8,715 51
0,003
0,003 0,0146
8,715
249 8,715
0,003
0,003 0,083
8,715
29
'
(
( 200000 )*
'
300
0,0015
200000
Karena ' + ' + ' , maka tulangan baja tarik telah luluh tetapi tulangan baja
tekan belum. Dengan demikian ternyata anggapan-anggapan pada langkah awal
tidak benar. Maka diperlukan mencari letak garis netral terlebih dahulu.
Dengan menggunakan persamaan berikut akan didapat nilaai c
600
,
,
ND1 = (0,85 fc) a.b = (0,85 . 18,7) 35,845 . 200 . 10-3 = 113,951 KN
ND2 = . = 157 . 125,6 . 10-3 = 19,72 KN
P = 53,91 KN
= 5391 kg
Karena terdapat 2 beban terpusat yang diberikan, maka masing-masing beban
yang diberikan sebesar 0,5P = 2695,5 kg
31
) 0
1
, . 3 0,5*2 0,5*1 -. . 0
2
3RA = 1,5(53,91) +
1,44 . 3
RA = 29,115 KN
Perhitungan gaya lintang
0x1
MX = RA . x - -. /
Dx = RA q.x
Untuk x = 0 ; Dx = 29,115 KN
Untuk x = 1 ; Dx = 29,115 1,44 = 27,675 KN
1x%2
Mx = RA . x 0,5P(x 1) . -. /
Dx = RA -0,5P q.x
x = 1 ; Dx = 29,115 26,955 1,44 = 0,72 KN
x = 2 ; Dx = 29,115 26,955 2,88 = -0,68 KN
Dari perhitungan diatas didapat Gaya lintang maksimum sebesar 29,115 KN
Maka besarnya gaya geser rencana total karena beban luar (Vu) = 29,115 KN.
Sedangkan kapasitas kemampuan beton untuk menahan gaya geser adalah Vc.
Vc = 0 . .
= 35,46 KN
32
SK SNI SK SNI 03 2847 2002 pasal 13.5 ayat 5 menetapkan perlu tidaknya
dipasang sengkang dengan pemeriksaan terhadap nilai Vu. Apabila nilai Vu >
Vc, diperlukan pemasangan sengkang. Maka besarnya Vc adalah:
minimum.
Vc = 12,778 KN
= 20324,44 MPa
I=
Maka besar lendutan =
= 0,282 mm
b. lendutan akibat berat sendiri
= 0,282 +
= 0,448 mm
2.
3.
Perakitan tulangan
Tulangan baja dirakit sehingga membentuk kerangka sesuai dengan yang
direncanakan. Tulangan tarik 2D16, tulangan tekan 2D10, tulangan
sengkang D6-120mm.
35
3. Setelah itu masukkan material dengan urutan : pasir, semen, air, kerikil. Dan
untuk benda uji dengan serat / fiber dimasukkan pada urutan terakhir setelah
keempat material diatas bercampur secara sempurna.
4. Aduk dengan kecepatan rendah selama + 5 menit agar campuran teraduk secara
sempurna. Dan untuk benda uji dengan serat / fiber dimasukkan setelah beton
teraduk secara sempurna.
5. Selanjutnya, adukan beton dituangkan kedalam cetakan balok dan silinder
secara bertahap. Agar beton yang dituang terisi secara penuh dan merata
dibantu dengan merojok atau menggunakan alat vibrator.
7. Setelah benda uji pertama selesai, dilanjutkan dengan benda uji kedua dan
ketiga dengan tambahan serat / fiber.
37
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pendahuluan
Hasil penelitian disajikan berupa data yang telah dianalisis dan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian dimulai dari data
data bahan yang mencakup pengujian agregat. Pengujian dalam penelitian ini
adalah pengujian sifat mekanik beton yang meliputi kuat tekan silinder beton dan
kuat lentur balok beton bertulang.
Balok beton bertulang yang diuji terdiri dari 3 benda uji, yaitu balok
pertama tanpa pemakaian fiber, balok kedua dengan pemakaian fiber baja dan
balok ketiga dengan pemakaian fiber bendrat. Data yang diperoleh dari pengujian
ini adalah beban, lendutan, panjang retak, lebar retak dan pola retak.
39
Hasil dari pengujian kuat tekan silinder beton disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan
Kuat Tekan
Kuat Tekan
Benda Uji
Kode
Rata-rata
(MPa)
(MPa)
1A
18,49
2B
18,72
Pemakaian
2A
18,63
Fiber Bendrat
2B
18,77
Pemakaian
3A
18,72
Tanpa Fiber
18,6
18,7
18,8
Fiber Baja
3B
18,91
Y1 (0,01 mm)
Y2 (0,01 mm)
Y3 (0,01 mm)
500
11
1000
23
43
18
1500
57
91
53
2000
171
195
166
2500
249
337
242
3000
384
478
387
3500
571
624
573
4000
795
973
802
4500
1030
1112
1024
5000
1237
1296
1223
41
5000
4500
4000
3500
3000
y1
Beban (kg)
2500
y2
y3
2000
1500
1000
500
0
0
500
1000
1500
Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok dengan Fiber baja
Beban P (Kg)
Y1 (0,01 mm)
Y2 (0,01 mm)
Y3 (0,01 mm)
500
1000
17
21
11
1500
43
64
48
2000
87
102
82
2500
199
285
192
3000
257
393
249
3500
418
521
412
4000
616
726
614
4500
714
834
705
5000
921
962
916
5500
1081
1127
1073
43
5500
5000
4500
4000
3500
Beban (kg)
3000
y1
y2
2500
y3
2000
1500
1000
500
0
0
200
400
600
800
1000
1200
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok dengan Fiber Baja
44
Tabel 4.4. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok dengan Fiber bendrat
Beban P (Kg)
Y1 (0,01 mm)
Y2 (0,01 mm)
Y3 (0,01 mm)
500
1000
15
25
17
1500
58
77
52
2000
94
108
89
2500
214
312
202
3000
282
405
278
3500
441
557
436
4000
639
763
631
4500
746
882
733
5000
1012
1054
1006
5500
1135
1210
1127
45
5500
5000
4500
4000
3500
Beban (kg)
3000
y1
y2
2500
y3
2000
1500
1000
500
0
0
500
1000
1500
Untuk lebih memperjelas perbedaan lendutan yang terjadi pada benda uji
maka dibawah ini disajikan pula grafik yang menggambarkan lendutan yang
terjadi pada tengah bentang pada masing masing benda uji sebagai berikut:
5500
5000
4500
4000
3500
Beban (kg)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0
500
tanpa fiber
1000
fiber baja
1500
fiber bendrat
1
b h3
12
Ig =
1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12
1 =
0,5P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g
Ec = 4700
f 'c
Ec = 20270 MPa
Maka lendutan: 1 =
5000 (1000)
(3 (3000) 2 4(1000) 2
24 . (20270) . (450000000)
1 = 0,53 mm
2 =
5 q L4
384 E c I g
5 (1,44) (3000) 4
384 (20270) (450000000)
= 0,17 mm
2 =
Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan:
max = 1 + 2
= 0,53 + 0,17
= 0,7 mm
2. Sesudah Retak
Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang
49
M
I e = cr
Ma
3
M
I g + 1 cr
M a
I cr I g
M cr =
fr I g
yt
f 'c
50
1
I cr = b y 3 + n As ( d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3
A1 y1 + A2 y 2 + A3 y 3 = ( A1 + A2 + A3 ) y
1
b . y y + n As (d ) + n As ' (d ' ) = ( b . y + n . As + n . As ' ) y
2
1
b y 2 + n As d + n As ' d ' = b y 2 + n As y + n As ' y
2
1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
Dimana, n = Es/Ec
Ec = 20270 MPa
Es = 200000 MPa
Sehingga n = 10
51
d tul tarik
daktual = h
+ d sengkang + s
2
10
daktual =
daktual =
d tul tekan
2
+ d sengkang + s
10
+ 6 + 40 = 51 mm
2
maka,
1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
1
200 y 2 + 10 (157) y 10 (157) (51) 10 (235,5)(249) + 10 (235,5) y = 0
2
100 y 2 + 3925 y 666465 = 0
y 2 + 39,25 y 6664,65 = 0
y = 64,338 mm
Menentukan momen inersia penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As ( d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3
1
= ( 200) (64,34) 3 + 10 ( 235,5) ( 249 64,34) 2 + 10 (157) (64,34 51) 2
3
= 98339555,5 mm 4
Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali:
52
M cr =
fr I g
yt
dimana, y t =
Ig =
1
1
h = (300) = 150mm
2
2
1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12
f r = 0,7
M cr =
(3,02) ( 450000000)
= 9,06 kNm
150
M
Maka: I e = cr
Ma
3
M
I g + 1 cr
M a
I cr
3
9,06 3
9,06
Ie =
450000000 + 1
98339555,5
16,62
16,62
I e = 155305467 ,6 mm 4
1 =
0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g
15000 (1000)
(3 (3000) 2 4 (1000) 2 )
24 (20270) (155305467,6)
53
1 = 4,57 mm
2 =
5 q L4
384 E c I g
2 =
5 (1,44) (3000) 4
384 (20270) (155305467,6)
= 0,49 mm
Beban keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan:
max = 1 + 2
= 4,57 + 0,49
= 5,06 mm
Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan
cara perhitungan diatas. Maka pada tabel dibawah ini disajikan besarnya lendutan
secara teoritis pada masing-masing benda uji yaitu sebagai berikut:
54
Beban
P (kg)
Mmax
(kNm)
Icr
Ie
teoritis
Mcr
(x10 mm
(x10 mm
tanpa fiber
(0,01mm)
(kNm)
percobaan
(0,01mm)
1,62
9,06
98,34
500
4,12
9,06
98,34
43
11
1000
6,62
9,06
98,34
69
43
1500
9,12
9,06
98,34
95
91
2000
11,62
9,06
98,34
265,02
207
195
2500
14,12
9,06
98,34
191,24
348
337
3000
16,62
9,06
98,34
155,31
506
478
3500
19,12
9,06
98,34
135,75
665
624
4000
21,62
9,06
98,34
124,22
822
973
4500
24,12
9,06
98,34
116,98
973
1112
5000
26,62
9,06
98,34
112,2
1120
1296
Keterangan:
Retak awal pada balok tanpa fiber saat P = 2000 kg.
55
5000
4500
4000
3500
3000
Beban (kg)
2500
2000
1500
1000
500
0
0
200
400
600
teoritis
800
1000
1200
1200
1400
Gambar 4.9. Grafik Hubungan Beban Lendutan Balok Tanpa Fiber Secara
Teoritis
56
1
b h3
12
Ig =
1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12
1 =
0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g
Ec = 4700
f 'c
Ec = 20378,7 MPa
Maka lendutan: 1 =
5000 (1000)
(3 (3000) 2 4(1000) 2
24 . (20378,7) . (450000000)
1 = 0,52 mm
57
2 =
5 q L4
384 E c I g
5 (1,44) (3000) 4
384 (20378,7) (450000000)
= 0,16 mm
2 =
Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan:
max = 1 + 2
= 0,52 + 0,16
= 0,68 mm
2. Sesudah Retak
Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang
berkembang pada balok akan menyebabkan penampang melintang balok
berkurang, dan momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi,
Icr.
Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah
beban bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal
11.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan
nilai momen inersia efektif Ie berdasarkan persamaan berikut ini:
58
M
I e = cr
Ma
3
M
I g + 1 cr
M a
I cr I g
M cr =
fr I g
yt
f 'c
1
b y 2 + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
Dimana, n = Es/Ec
Ec = 20378,7 MPa
Es = 200000 MPa
Sehingga n = 10
d tul tarik
daktual = h
+ d sengkang + s
2
10
daktual =
daktual =
d tul tekan
2
+ d sengkang + s
10
+ 6 + 40 = 51 mm
2
maka,
1 2
b y + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
1
200 y 2 + 10 (157) y 10 (157) (51) 10 (235,5)(249) + 10 (235,5) y = 0
2
100 y 2 + 3925 y 666465 = 0
y 2 + 39,25 y 6664,65 = 0
y = 64,338 mm
Menentukan momen inersia penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As (d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3
60
1
= (200) (64,34) 3 + 10 (235,5) (249 64,34) 2 + 10 (157) (64,34 51) 2
3
= 98339555,5 mm 4
Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali:
M cr =
fr I g
yt
dimana, y t =
Ig =
1
1
h = (300) = 150mm
2
2
1
(200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12
M cr =
(3,04) ( 450000000)
= 9,12 kNm
150
M
Maka: I e = cr
Ma
3
M
I g + 1 cr
M
I cr
3
9,12 3
9,12
Ie =
450000000 + 1
98339555,5
16,62
16,62
I e = 156444752 ,4 mm 4
61
1 =
0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g
15000 (1000)
(3 (3000) 2 4 (1000) 2 )
24 (20378,7) (156444752,4)
1 = 4,50 mm
2 =
5 q L4
384 Ec I g
2 =
5 (1,44) (3000) 4
384 (20378,7) (156444752,4)
= 0,47 mm
Beban keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan:
max = 1 + 2
= 4,50 + 0,47
= 4,97 mm
Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan
cara perhitungan diatas. Maka pada tabel dibawah ini disajikan besarnya lendutan
secara teoritis pada masing-masing benda uji yaitu sebagai berikut:
62
Beban
P (kg)
Mmax
(kNm)
Icr
Ie
teoritis
Mcr
(x10 mm
(x10 mm
tanpa fiber
(0,01mm)
(kNm)
percobaan
(0,01mm)
1,62
9,12
98,34
500
4,12
9,12
98,34
42
1000
6,62
9,12
98,34
68
21
1500
9,12
9,12
98,34
95
64
2000
11,62
9,12
98,34
121
102
2500
14,12
9,12
98,34
193,09
343
285
3000
16,62
9,12
98,34
156,44
497
393
3500
19,12
9,12
98,34
136,5
657
521
4000
21,62
9,12
98,34
124,74
814
726
4500
24,12
9,12
98,34
117,35
965
834
5000
26,62
9,12
98,34
112,48
1111
962
5500
29,12
9,12
98,34
109,14
1253
1127
Keterangan:
Retak awal pada balok dengan pemakaian fiber baja saat P = 2500 kg.
63
5500
5000
4500
4000
3500
3000
Beban (kg)
2500
2000
1500
1000
500
0
0
500
teoritis
1000
1500
1
b h3
12
Ig =
1
( 200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12
1 =
0,5P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g
Ec = 4700
f 'c
Ec = 20324,4 MPa
Maka lendutan: 1 =
5000 (1000)
(3 (3000) 2 4(1000) 2
24 . (20324,4) . (450000000)
1 = 0,52 mm
65
2 =
5 q L4
384 E c I g
5 (1,44) (3000) 4
384 (20324,4) (450000000)
= 0,17 mm
2 =
Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan:
max = 1 + 2
= 0,52 + 0,17
= 0,69 mm
2. Sesudah Retak
Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang
berkembang pada balok akan menyebabkan penampang melintang balok
berkurang, dan momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi,
Icr.
Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah
beban bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal
11.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan
nilai momen inersia efektif Ie berdasarkan persamaan berikut ini:
66
M
I e = cr
Ma
3
M
I g + 1 cr
M a
I cr I g
M cr =
fr I g
yt
f 'c
1 2
b y + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
Dimana, n = Es/Ec
Ec = 20324,4 MPa
Es = 200000 MPa
Sehingga n = 10
d tul tarik
daktual = h
+ d sengkang + s
2
10
daktual =
daktual =
d tul tekan
2
+ d sengkang + s
10
+ 6 + 40 = 51 mm
2
maka,
1 2
b y + n As ' y n As ' d ' n As d + n As y = 0
2
1
200 y 2 + 10 (157) y 10 (157) (51) 10 (235,5)(249) + 10 (235,5) y = 0
2
100 y 2 + 3925 y 666465 = 0
y 2 + 39,25 y 6664,65 = 0
y = 64,338 mm
Menentukan momen inersia penampang retak transformasi:
1
I cr = b y 3 + n As (d y ) 2 + n As ' ( y d ' ) 2
3
68
1
= (200) (64,34) 3 + 10 (235,5) (249 64,34) 2 + 10 (157) (64,34 51) 2
3
= 98339555,5 mm 4
Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali:
M cr =
fr I g
yt
dimana, y t =
Ig =
1
1
h = (300) = 150mm
2
2
1
(200) (300) 3 = 450000000 mm 4
12
f r = 0,7
M cr =
(3,03) ( 450000000)
= 9,09 kNm
150
M
Maka: I e = cr
Ma
3
M
I g + 1 cr
M
I cr
3
9,09 3
9,09
Ie =
450000000 + 1
98339555,5
16,62
16,62
I e = 155873230 mm 4
69
1 =
0,5 P x
(3L2 4 x 2 )
24 E c I g
15000 (1000)
(3 (3000) 2 4 (1000) 2 )
24 (20324,4) (155873230)
1 = 4,54 mm
2 =
5 q L4
384 E c I g
2 =
5 (1,44) (3000) 4
384 (20324,4) (155873230)
= 0,48 mm
Beban keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan:
max = 1 + 2
= 4,54 + 0,48
= 5,02 mm
Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan
cara perhitungan diatas. Maka pada tabel dibawah ini disajikan besarnya lendutan
secara teoritis pada masing-masing benda uji yaitu sebagai berikut:
70
Beban
P (kg)
Mmax
(kNm)
Icr
Ie
teoritis
Mcr
(x10 mm
(x10 mm
tanpa fiber
(0,01mm)
(kNm)
percobaan
(0,01mm)
1,62
9,09
98,34
500
4,12
9,09
98,34
42
1000
6,62
9,09
98,34
69
25
1500
9,12
9,09
98,34
95
77
2000
11,62
9,09
98,34
121
108
2500
14,12
9,09
98,34
192,16
346
312
3000
16,62
9,09
98,34
155,87
502
405
3500
19,12
9,09
98,34
136,13
661
557
4000
21,62
9,09
98,34
124,48
818
763
4500
24,12
9,09
98,34
117,16
969
882
5000
26,62
9,09
98,34
112,34
1116
1054
5500
29,12
9,09
98,34
109,04
1258
1210
Keterangan:
Retak awal pada balok dengan pemakaian fiber bendrat saat P = 2500 kg.
71
5500
5000
4500
4000
3500
3000
Beban (kg)
2500
2000
1500
1000
500
0
0
500
teoritis
1000
1500
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat balok dengan pemakaian fiber
baja ataupun pemakaian fiber bendrat, lendutan yang terjadi lebih kecil daripada
lendutan pada balok biasa dan secara teoritis.
l
3000
=
= 8,33 mm
360 360
a. Pada Percobaan
1. Balok tanpa pemakaian fiber
Lendutan 8,33 mm pada P = 3799 kg
2. Balok dengan pemakaian fiber baja
Lendutan 8,33 mm pada P = 4495 kg
3. Balok dengan pemakaian fiber bendrat
Lendutan 8,33 mm pada P = 4294 kg
b. Pada Teori
1. Balok tanpa pemakaian fiber
Lendutan 8,33 mm pada P = 4036 kg
2. Balok dengan pemakaian fiber baja
Lendutan 8,33 mm pada P = 4063 kg
73
75
76
77
78
Retak pada balok beton bertulang mulai terjadi ketika beban secara
bertahap ditingkatkan melampaui modulus keruntuhan balok beton. Retak dimulai
dari bagian bawah serat balok beton dan merambat vertical ke atas. Pola retak
pada balok bertulang diatas terdapat retak miring. Hal tersebut merupakan
lanjutan dari retak lentur. Retak geser tersebut terjadi pada bagian dekat tumpuan
balok.
Dari hasil percobaan didapat pula data panjang retak yang terjadi:
Balok Dengan
(cm)
Beban (kg)
Fiber Bendrat
(cm)
500
1000
1500
2000
35
2500
66
27
30
3000
97
41
53
3500
114
62
70
4000
159
78
86
4500
192
93
108
5000
230
105
121
5500
126
147
79
5500
5000
4500
4000
Beban (kg)
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
80
160
240
320
80
mempengaruhi
pada
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan dilaboratorium, dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Lendutan yang terjadi akibat penambahan serat baja sebanyak 1800gr
mengalami penurunan pada pembebanan yang sama, P = 5000 kg, sebesar
25,7%.
2. Lendutan yang terjadi akibat penambahan serat bendrat sebanyak 1800 gr
mengalami penurunan pada pembebanan yang sama, P = 5000 kg, sebesar
18,6%.
3. Total panjang retak yang terjadi pada balok beton bertulang akibat
penambahan fiber baja mengalami pengurangan sebesar 45%.
4. Total panjang retak yang terjadi pada balok beton bertulang akibat
penambahan fiber bendrat mengalami pengurangan sebesar 36%.
V.2. Saran
Dari hasil pengujian ini ada beberapa saran yang dianggap perlu adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh hasil pengujian yang lebih baik, perlu kiranya
menambah jumlah dan variasi banyaknya fiber pada balok benda uji.
82