Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan

bagian dari ilmufaal

(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan
meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih
dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada org
an reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse
tidak akan mati.
Tujuan evolusi adalah agar para anggota suatu spesies mewariskan gengen mereka kepada keturunannya yang dapat bertahan hidup, sebagian besar
spesie, termasuk manusia, memiliki ritual perkawinan dan seistem reproduksi
yang telah berkembang untuk lebih meningkatkan tujuan tersebut. Sebagian ahli
filsafat dan ilmuwan berpendapat bahwa semua kehebatan yang ada pada tubuh
manusia hanya untuk membuat kita menjadi pembuat, pembawa dan pemberi sel
telur dan sperma. Bahkan mereka yang percaya bahwa manusia lebih dari sekedar
pembuluh reproduksi mengakui pentingnya reproduksi bagi suatu spesies secara
keseluruhan. Patologi sistem reproduksi dapat mengganggu kemampuan
seseorang ikut berperan dalam pewarisan genetik`
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja bagian-bagian reproduksi manusia?
b. Apa saja penyakit yang menyerang sistem reproduksi manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Agar kita dapat mengetahui bagian-bagian dari sistem reproduksi pada manusia
serta penyakit yang mungkin terjadi pada sistem reproduksi manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Reproduksi Pria


1. Organ Reproduksi Laki-laki
peran reproduksi laki-laki adalah membentuk dan mengeluarkan sperma agar
seorang wanita menjadi hamil. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka pria di
lengkapi dengan organ-organ seksual interna dan seksual eksterna.

Organ reproduksi pria

a. Organ seksual eksterna


1) Skrotum, selama masa genetasi dini, testis janin terletak di dalam rongga
abdomen. Pada usia genetasi sekitar 6 bulan, testis turun dari rongga
abdomen melalui kanalis inguinalis ke dalam kantong eksterna yang
disebut skrotum (Elizabeth,2009).
2) Zakar (penis), adalah alat reproduksi yang membawa semen(cairan mani)
berikut sperma kedalam liang senggama (Baso,1999).
b. Organ seksual interna

1) Testis, adalah gonad pria. Terbentuk selama gestasi sebagai respon


terhadap sintesis androgen oleh mudigah laki-laki. Androgen promer
adalah testosteron, yang sintesisnya di mulai pada usia kehamilan 8
minggu (Elizabeth, 2009).
Laki-laki memiliki sepasang testis, yang berada di kiri dan kanan, untuk
membuat produksi sperma. Sepasang testis ini di bungkus oleh lipatan
kulit berbentuk kantung yang di sebut skrotum (Baso,1999).
2) Epididimis, Vas deferens, dan Uretra
Dari tubulus seminiferus, sperma berjalan ke tubulus panjang lain,
epididimis. Epididimis berjalan melingkat di bagian belakang testis
kemudian menuju ke atas ke arah rongga peritoneum. Epididimis berjalan
menuju vas deferens. Vas deferens masuk ke rongga peritoneum dan
melebar untuk membentuk suatu rongga yang disebut ampula, yang
memiliki struktur mirip kelenjar berklok-kelok yang disebut vesikula
seminalisdi kedua sisi.
Pada ampula, vas deferens membentukduktus ejakulatorius.
Duktus ejakulatorius melewati kelenjar prostat dan bergabung dengan
uretra interna dibawah kandung kemih. Uretra interna memasuki penis
membentuk uretra(Elizabeth,2009).
2. Kelenjar kelamin Pria
1) Vesikula seminalis
Pada perangsangan seksual, Vesikula seminalis mengeluarkan suatu zat
mirip mukus yang mengandung gula, prostaglandin, dan fibrinogen
kedalam duktus ejakulatorius. Sperma menggunakan gula untuk energinya
dan prostaglandin membantu sperma menembus

serviks wanita.

Prostaglandin juga dapat menyebabkan kontraksi saluran genetalia wanita,


yang mendorong sperma dalam perjalanannya menuju sel telur.

2) Prostat

Prostat adalah kelenjar berbentuk seperti buah kenari yang terletak tepat di
bawah

kandung

kemih.

Sewaktu

perangsangan

seksual,

prostat

mengeluarkan cairan encer seperti susu yang mengandung berbagai enzim


dan ion ke dalam duktus ejakulatorius. Cairan ini menambah volume
cairan vesikula seminalis dan sperma. Cairan prostat bersifat basa
(alkalis). Sewaktu mengendap di dalam vagina wanta, bersama dengan
ejakulat yang lain, cairan ini menetralkan sekresi vagina yang bersifat
asam; cairan ini di butuhkan karena motilitas sperma akan berkurang
dalam

lingkungan

dengan

pHrendah.

3. Proses seksual pada pria

Ereksi
penis mengeras dan memanjang selama rangsangan seksual. Ereksi terjadi
akibat

pengaktifan

serabut-serabut

parasimpatis

ke

penis

yang

menyebabkan vasodilatasi dan penigkatan aliran darah. Sewaktu arteri dan


arteriol penis terisi darah, vena yang keluar dari penis menjadi tertekan
dan tersumbat. Okulasi vena menyebabkab jaringan berongga di dalam
batang penis, korpus kavernosum dan korpus spongiosum, membengkak.
Pembengkakan jaringan ini menyebabkan ereksi.

Emisi
Terdorong nya sperma keluar dari vas deferens dan ampula melalui duktus
ejakulatorius ke dalam uretra. Selama emisi, perangsangan simpatis ke
prostat dan vesikula seminalis ke dalam duktus ejakutorius. Kombinasi
sperma, sekresi prostat, dan sekresi vesikula seminalis di sebut semen.

Ejakulasi
Dengan penambahan semen ke dalam uretra bagian dalam, timbul
perasaan penuh. Serabut-serabut sensorik yang berjalan ke korda spinalis
menyampaikan perasaan

ini sehingga terjadi pengaktifan lebih lanjut

serabut-serabut simpatis dan kontraksi otot polos duktus. Neuron-neuron


motorik ke otot-otot rangka di dasar penis juga di aktifkan, yang
menyebabkan otot-otot tersebut berkontraksi. Puncak dari respon adalah

kontraksi ritmik seperti gelombang yang disertai oleh perasaan nikmat.


Selama kontraksi ini, semen terdorong keluar secara kuat melalui uertra.
Emisi dan ejakukasi membentuk orgasme pria. Denyut jantung dan
respirasi mencapai maksimum pada tahap ini.

Resolusi
Setelah mengalami orgasme, pria memperlihatkan kebalikan rangsang
seksual, termasuk hilangnya ereksi serta kembalinya pola denyut jantung
dan pernapasan ke normal. (Elizabeth,2009)

4. spermatogenesis
Spermatogenesis (pembentukan sperma) berawal pada masa pubertas dan
berlangsung seumur hidup pria. Sel-sel germinal yang belum berdiferensiasi yang
melapisi tubulus seminoferus mengalami srangkaian pembelahan sel secara
mitosis, yang menghasilkan pembentukan pembelahan sel secara mitosis, yang
menghasilkan pembentukan spermatosit primer (sperma imatur) yang akhirnya
berkembang

menjadi

spermatozoa

(sperma

matang).

Spermatogenesis

memerlukan waktu sekitar 2 bulan. Dari setiap spermatosit primer dihasilkan


empat sperma hidup (masing-masing dengan 23 kromosom). Spermatogenesis
berlangsung di tubulus seminiferus di bawah kontrol dua hormon hipofisis, yaitu
hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone, FSH) dan luteinizing
hormone (LH) serta hormon-hormon seks terutama testosteron (Elizabeth,2009).

Follicle Stimulating Hormone, adalah suatu hormon protein yang di


lepaskan oleh hipofisis anterior sebagai respons terhadap suatu hormon
perangsang dari hipotalamus: gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

Luteinizing Hormone, adalah hormon protein kedua yang di lepaskan daru


hipofisis anterior sebagai respon terhadap perangsangan oleh GnRH.
Testosteron memberi umpan balik ke hipotalamus, dan pada tingkat
yang lebih rendah ke hipofisis anterior, untuk menghambat pelepasan lebih
lanjut GnRH dan LH. Hal ini berfungsi untuk menjaga kadar testosteron
dalam darah relatif konstan.

5. Karakteristik seks sekunder pria

Peningkatan anabolisme protein dan massa otot

Peningkatan pertumbuhan dan kekuatan tulang

Pola rambut pada wajah, ketiak, dan pubis khas pria. Di sebagian besar
tubuh rambut tumbuh menebal

Penigkatan laju metabolisme, mungkin akibat peningkatan anabolisme


protein (penimbunan) dan pembentukan massa protein. Hal ini
menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori pada pria, yang di mulai dari
masa pubertas, di bandingkan dengan wanita.

Poliferasi dan pengaktifan kelenjar sebasea di kulit, yang menyebabkan


jerawat, terutama selama masa remaja.

Suara menjadi berat, akibat hipertrofi laring

Kebotakan berpola pria, yang biasanya berawal dengan munculnya titik


kebotakan di puncak kepala. Kecenderungan genetik mempengaruhi
kebotakan berpola pria.

6. Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria


-Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan
interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini
menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan.
Penanganan

dapat

dilakukan

dengan

terapi

hormon.

-Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun ke dalam
skrotum.
-Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra. Uretritis biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang di tularkan melalui hubungan kelamin, biasanya Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis.
-Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan kelenjar prostat. Penyakit ini sering disebabkan oleh
infeksi akut atau kronis, biasa nya naik dari uretra.
6

-Epididimitis
Epididimitis adalah peradangan epididimis. Epididimitis biasanya di sebabkan
oleh mikroorganisme yang di tularkan melalui hubungan kelamin, biasanya
Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis.
-Orkitis
Orkitis adalah peradangan akut testis. Orkitis biasanya terjadi setelah epididimitis
atau dari penyakit sistemik misalnya parotitis.

2.2 Sistem Reproduksi Wanita


1. Organ reproduksi wanita

Organ reproduksi wanita

Organ reproduksi wanita adalah organ atau alat bagian tubuh perempuan yang
berkaitan dengan kehamilan atau kemampuan beranak. Alat reproduksi

perempuan terbagi dua, yaitu di dalam dan di bagian luar tubuh perempuan
(Baso,1999).
1) Genetalia Externa
Meliputi semua organ- organ yang di dapatkan antara os pubi, ramus inferior
dan perineum ialah :
1. Mons veneris :
Bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi
bagian depan symphysis pubis.
Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut.
2. Labia majora dan labia minora:
Labia majora :
Berbntuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan
berjalan ke bawah dan ke belakang.
Labia majora sinistra dan dextra bersatu di sebelah belakang dan
merupakan batas depan dari perineum, disebut: commisura
posterior (frenulum).
Terdiri dari 2 permukaan :
a. Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan di tumbuhi rambut.
b. Bagian dalam, menyerupai selaput lendir dan mengandung
banyak kelenjar sebacea.
Homolog dengan skrotum laki-laki.
Labia minora :
Didapatkan sebagai lipatan di sebelah medisl dari labia majora.
Kedua lipatan tersebut (kiri dan kanan) bertemu di atas
(preputium clitoridis) dan di bawah clitoris (frenulum clitoridis)
Di bagian belakang kedua lipatan setelah mengelilingi orificium
vaginea bersatu juga, di sebut : fourchet (hanya nampak pada
wanita yang belum pernah melahirkan anak)

3. Clitoris :
Merupakan suatu tunggul yang erectil.
Mengandung banyak urat urat saraf sensoris, dan pembuluhpembuluh darah.
Analoog dengan penis laki-laki.

4. Vestibulum :

Merupakan rongga yang sebelah lateral di batasi oleh kadua


labia minora, anterior oleh clitoris, dorsal oleh fourchet.
Pada vestibulum terdapat muara-muara dari vagina urethra dan
terdapat pula 4 lubang kecil yaitu :
2 muara dari kelenjar Brartholini yang terdapat di
samping dan agak ke belakang dari introitus vaginae.
2 muara dari kelenjar skene di samping dan agak dorsal
dari urethra.
5. Hymen :
Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar dari inroitus
vaginae. Biasanya hyneb berlubang sebesar ujung jari hingga getah dari
genetalia interna dan darah haid dapat mengalir keluar. Bila bymen
tertutup sama sekali disebut hymen occlusivum. Setelah partus, hanya
tinggal sisa-sisa kecil pada pinggir introitus dan disebut : carunuculae
myrtiformis.
6. Urethra
7. Beberapa kelenjar lendir (bartholini dan skene):
Gl. Vestibulum majoris Bartholini:
Merupakan kelenjar terpenting didaerah vulva dan vagina.
Mengeluarkan sekret mucus terutama pada waktu coitus (FKUNPAD,1983)
2) Genetalia interna
1. Vagina
Vagina adalah saluran berotot yang di lapisi oleh sel-sel penghasil
mukus. Lapisan otot memiliki vaskularisasi tinggi. Otot-otot vagina di
persarafi oleh saraf motorik pudendus. Vagina dalam keadaan normal
adalah suatu ruang kolaps yang akan melebar selama hubungan kelamin
untuk mengakomodasi penis dan selama proses persalinan
(Elizabeth,2009).
2. Uterus
Uterus adalah suatu organ yang terdiri dari tiga lapisan : sebuah lapisan
endometrium di sebelah dalam, sbuah lapisan otot polos di bagian
tengan, dan sebuah lapisan jaringan ikat di sebelah luar. Uterus pada
wanita yang tidak hamil berbentuk seperti buah pir dan ukurannya
sekita sekepalan tangan wanita. Selama kehamilan ukurab uterus
bertambah beberapa kali lipat (Elizabeth,2009).
3. Tuba Falliopii
Tuba fallopii, juga disebut tuba uterina atau oviduct, adalah jalur yang
di bentuk oleh otot-otot polos yang terbuka di salah satu sisi korpus
uterus dan di sisi lain rongga peritoneum (Elizabeth,2009).

10

4.

Ovarium
Setiap perempuan memiliki sepasang indung telur (ovarium). Masing
masing ovarium berada di sisi kanan dan kiri rahim. Masing-masing
juga sama besar, sebesar kacang kecil. Sepasang indung telur ini,
secara bergantian, memiliki tugas memproduksi telur (benih
perempuan) setiap bulan. Indung telur memulai tugasnya, pada saat
seorang anak perempuan mulai kedatangan haid, sekitar umur10-12
tahun.
Selain itu, indung telur memproduksi juga dua hormon penting dalam
kehidupan perempuan. Kedua hormon tersebut disebut, estrogen dan
progesteron. Hormon hormon ini berpengaruh besar pada
pertumbuhan pembangunan, dan berfungsi untuk semua organ tubuh
perempuan, terutama alat alat reproduksi. Misalnya, hormonlah
yang menyebabkan pertumbuhan payudara dan penyebab haid
(menstruasi) setiap bulan (Baso,1999).

2. Hormon- Hormon Reproduksi


1.Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapiyang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga
berguna pada siklusmenstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dankuantitas cairan cerviks dan vagina
sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
2. Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesteronemempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasizygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilansampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
3. Follicle Stimulating Hormone, adalah suatu hormon protein yang di
lepaskan oleh hipofisis anterior sebagai respons terhadap suatu hormon
perangsang dari hipotalamus: gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
4. Luteinizing Hormone, adalah hormon protein kedua yang di lepaskan daru
hipofisis anterior sebagai respon terhadap perangsangan oleh GnRH.
5. Testosteron memberi umpan balik ke hipotalamus, dan pada tingkat yang
lebih rendah ke hipofisis anterior, untuk menghambat pelepasan lebih
lanjut GnRH dan LH. Hal ini berfungsi untuk menjaga kadar testosteron
dalam darah relatif konstan.
11

3. Respon seksual pada wanita

Rangsangan
Respons ini terjadi apabila manipulasi fisik genetalia atau khayalan
seks mengaktifkan saraf-saraf parasimpatis yang mempersarafi
daerah tersebut. Klitoris sangat peka terhadap manipulasi fisik.
Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan dilatasi pembuluh
darah sehingga terjadi pembengkakan jaringan erektil di vagina dan
klitoris. Sel-sel penghasil mukus di vagina terangsang untuk
mengeluarkan muus sehingga vagina mengalami lubrikasi. Bagi
wanita, pusat-pusat yang lebih tinggi di otak biasanya berperan
penting dalam memfasilitasi pengaktifan saraf parasimpatis.
Kecepatan denyut jantung dan respirasi meningkat.

Orgasme
Sewaktu eksitasi seksual mencapai tingkat yang sangat tinggi maka
otot-otot vagina dan daerah perineum (posterior dari vagina) mulai
berkontraksi secara ritmis, otot-otot polos uterus dan tuba fallopii
juga tampaknya mengalami gelombang kontraksi. Kontraksi otot
tersebut disertai oleh rasa nikmat yang sangat intens. Kontraksi
vagina dan uterus membantu mendorong sperma ke arah tuba
fallopii.

Resolusi
Setelah orgasme, terjadi periode resolusi. Periode ini di tandai oleh
penurunan aliran darah genetalia, dan kembalinya kecepatan denyut
jantung dan respirasi ke normal (Elizabeth,2009).

4. Daur Haid
Daur haid (siklus menstruasi) adalah pematangan dan pelepasan sebuah ovum
yang terjadi secara siklik. Siklus ini terdiri atas pertumbuhan folikel, ovulasi
ovum, dan perubahan-perubahan khas di lapisan endometrium uterus. Lama
setiap siklus haid adalah sekitar 28 hari. Terdapat dua fase berbeda pada daur
haid: fase folikular dan fase luteal. Kedua fase tersebut di pisahkan oleh
ovulasi.

12

Fase Folikular Daur Haid


Dibawah pengaruh FSH, dan sedikit LH, 6-12 folikel primer mulai
berkembang selama minggu pertama siklus haid. Pada permulaan
minggu kedua, pertumbuhan salah satu folikel mendominasi dan yang
lain mulai menurun dalam suatu proses yang di kenal sebagai atresia.
Menjelang akhir minggu kedua daur haid, ovum menyelesaikan
pembelahan meiotiknya yang pertama. Akibat pembelahan meiotik ini
satu sel anak menjadi ovum matang, yang berisi 46 kromosom (23
pasang). Sel anak yang lain, disebut tubuh polar, di buang.
Ovulasi
Pada sekitar hari 12 daur haid, terjadi peningkatan drastis (6-10 kali
lipat) pelepasan LH dari hipofisis anterior. Hal ini disebut lonjakan
LH praovulasi. Pada hari 13, kadar estrogen turun dan kadar
progesteron mulai meningkat. Pada hari 14, folikel yang terus
membengkak mulai mengeluarkan sekresi dan kemudian pecah,
yang melepaskan ovum ke dalam rongga abdomen. Sebagian sel
granulosa juga ikut di lepaskan dan sel ini terus membungkus ovum.

Stadium Luteal Daur Haid


Setelah ovulasi sisa sel-sel granulosa dan teka membesar dan
mengalami prose luteinisasi, berubah menjadi sel-sel kekuningan
yang mengandung lemak. Kompleks sel-sel granulosa dan teka yang
tertinggal dari ruptur folikel disebut sebagai korpus luteum. Seiring
dengan degenerasi korpus luteum, kadar progesteron dan estrogen
turun dengan cepat dan mencapai titik terendah pada hari terakhir
(hari 28) daur haid. Tidak adanya progesteron mencetuskan haid.

13

Perubaha Uterus Selam Daur Haid


Apabila tidak terjadi pembuahan telur, kadar progesteron dan
estrogen turun menjelang akhir daur haid, menyebabkan pembuluh
darah yang membengkak berkontsriksi sehingga sel-sel uterus
kekurangan oksigen dan makanan. Hal ini menyebabkan lapisan
uterus mengalami disintegrasi dan mulailah darah haid keluar.
(Elizabeth,2009).

Siklus menstruasi pada wanita terdiri dari tiga fase, yaitu fase aliran
menstruaasi, fase proliferasi, dan fase sekresi.
1. Fase Proliferasi
Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen maka disebut juga
fase estrogenik. Fase ini di mulai pada hari ke-5 sampai hari ke14 dari siklus.
Setiap bulan setelah haid, hipofisis anterior mensekresikan FSH
(Follicle Stimulating Hormone). Hormon ini berpengaruh
terhadap proses pertumbuhan dan pematangan ovum dan folikel
Graaf.
Estrogen berfungsi untuk membangun endometrium sehingga
endometrium rahim menebal hingga 5-7 cm. Selain itu, estrogebn
juga mempengaruhi kelenjar serviks untuk menghasilkan cairan
encer. Pada tahap akhir, dengan pecahnya folikel graaf, uvom
terlepas dan terlempar keluar, disebut ovulasi, kira-kira hari ke-14
dari suatu siklus.
2. Fase Sekresi (Fase progesteron)
Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke- 28 dari siklus.
Folikel graaf yang pecah pada saat ovulasi berubah menjadi
korpus rubrum yang mengandung banyak darah.
Selama fase sekresi, endometrium terus menebal. Arteri-arteri
membesar, dan kelenjar endometrium tumbuh.

14

Perubahan endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan


progesteron yang di sekresikan oleh korpus luteum sesudah
ovulasi. Jika tidak ada kehamilan korpus luteum berdegenerasi
sehingga progesteron dan estrogen menururn bahkan sampai
hilang.
3. Fase menstruasi
Tahap ini berlangsung selama 4-6 hari

5. Karakteristik seks sekunder wanita

Payudara menjadi penuh

Pola distribusi rambut pubis khas wanita. Pertumbuhan rambut pus


dan aksila pada wanita tidak bergantung pada estrogen, tetapi terjadi
karena pelapasan androgn kelenjar adrenal.

Pertumbuhan tulang dan penutupan lempeng epifisis.

6. Kanker pada saluran Reproduksi wanita

kanker vagina
biasanya terjadi pada wanita berusia lebih dari 60 tahun.

Kanker Rahim
kanker rahim (uterus) mencakyp kanker serbiks (leher rahim) dan
endometrium. Kanker serviks sering terjadi akibat suatu penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh infeksi galur-galur tertentu virus
papiloma manusia (HPV).

Kanker Ovarium
walaupun relatif jarang, kanker ovarium lebih sering menyebabkan
kematian dibandingkan dengan kanker reproduktif wanita lainnya.
Kanker ovarium biasanya berasal dari sel epitel dan berkaitan dengan
pajanan estrogen seumr hidup (Elizabeth,2009).

15

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria
memiliki penis dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel
sperma ditandai dengan mimpi basah pada usia pubertas.
Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium untuk menghasilkan
ovum. Kematangan sel telur ovum ditandai menarche pada usia antara 13-16
tahun. Apabila terjadi pertemuanantara sel sperma dan sel ovum akan terjadi
kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.

3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Bagi Petugas petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk
memberikan health education dalam perawatan.
c.Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semuaorang.
Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapatmenjaga
alat reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa
mengatahuidampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat
sasaran.

16

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC

Baso, Andi Zohra dkk.1999.Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Yayasan Lembaga


Konsumen Sulawesi Selatan

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.1983.Obstetri


Fisiologi.Bandung: ELEMAN

17

Anda mungkin juga menyukai