Anda di halaman 1dari 3

Jimbaran, 15 Oktober 2014

Yth. Bapak Thomas dan Ibu Kate,


Cc: Anggota Komite Sekolah, SD ABC
Pada pertemuan bersama kemarin, kami guru-guru SD tidak berkesempatan
menyampaikan beberapa pandangan kami karena apa yang disampaikan oleh
orang tua murid telah mewakili apa yang hendak kami sampaikan. Meski kami
kecewa Bapak/ Ibu berulang kali membantah, kami tetap berusaha objektif untuk
kepentingan Matthew.
Penerimaan Matthew kembali di ABC sangat berat bagi guru maupun yayasan. Hal
ini dikarenakan beberapa standar nilai dan perilaku gagal dipenuhi. Kegagalan
standar yang dimaksud mencakup:
1. Catatan perilaku Matthew yang buruk, baik kata-kata kasar, perilaku
kekerasan pada guru dan murid lain. Di sekolah, kami telah melakukan
modifikasi perilaku secara maksimal. Namun kami menemukan bahwa akar
masalahnya adalah lingkungan keluarga, yang mana Ibu telah beberapa kali
dipanggil perihal ini dan tidak ada perbaikan yang signifikan.
2. Trauma anak-anak (sekelas maupun di luar kelas Matthew) yang
mendapatkan perlakuan kasar dan mengancam dari Matthew. Kami sedang
berusaha memulihkan dampak buruknya saat ini.
3. Catatan nilai Matthew menunjukkan nilai yang lebih rendah dari KKM.
Beberapa kali program pengayaan direncanakan secara gratis untuk
Matthew, tidak direspon dengan baik.
4. Catatan buruk keuangan. Dari staf keuangan sekolah, fakta bahwa satu tahun
penuh Matthew tidak menyelesaikan kewajiban pembayaran menurut kami
adalah bentuk pengabaian dan tidak hormat pada sekolah sebagai institusi
pendidikan. Lebih dari itu, Bapak/Ibu melakukan pengabaian terhadap hakhak Matthew.
5. Tidak ada kabar apapun terkait absensi Matthew sejak Juli 2014 (term 12014) meski guru sudah menghubungi Ibu berkali-kali. Inipun adalah bentuk
pengabaian Bapak/ Ibu terhadap hak belajar Matthew. Berdasarkan peraturan
sekolah, secara administratif Matthew bukanlah murid kami lagi sejak
September 2014 berdasarkan absensi yang melebihi batas.
Kami mengagendakan Matthew dalam Komite Sekolah didasarkan pada cinta. Visi
sekolah kami adalah mengutamakan pendidikan dan selalu fokus pada best interest
of the child itself for whatever reason. Bahkan lima poin di atas pun kami coba
letakkan untuk menolong Matthew. Tapi kami menyesal, Bapak/ Ibu kurang
menghargai upaya itu. Setelah pertemuan, Ibu Katrin masih berkeberatan dengan
hasil rapat, padahal hasil rapat Komite Sekolah sungguh baik adanya untuk
Matthew.
Pendapat yang Bapak/Ibu bangun setelah rapat bahwa anak laki-laki memang harus
dididik berbeda dari anak perempuan. Ada kesan kuat dari Bapak/ Ibu bahwa
pendidikan untuk laki-laki mesti keras, kasar dan kejam; sementara untuk
perempuan lembut, sopan dan penyayang. Tahukah Bapak/Ibu bahwa penyiksaan

kaum wanita dengan berbagai dampaknya yang hingga kini dirasakan, serta perang
tanpa henti adalah salah satu warisan pendidikan seperti itu? Mendidik anak
perempuan dan anak laki-laki bisa saja berbeda, namun bukan seharusnya
selamanya berbeda. Pada kenyataannya, mereka adalah sama-sama manusia muda
yang hendak dimanusiakan (tujuan pendidikan bagi kami adalah memanusiakan
manusia muda dengan cara unlocking their fullest potential). Dengan demikian,
pendidikan atas dasar jenis kelamin tidak memadai dijadikan dasar pendidikan.
Apalagi digunakan sebagai pembelaan atas perilaku Matthew. Pendidikan anak
semestinya dilakukan atas dasar kesetaraan, dalam lingkungan yang indah.
Hal lain adalah pendapat Bapak tentang tujuan pendidikan yaitu mendorong anak
untuk bisa survive dalam kehidupan. Menjadikan ini sebagai satu-satunya tujuan
akan mereduksi tujuan pendidikan itu sendiri. Misalnya, demi melatih survival, anak
diperkenankan melakukan pelanggaran-pelanggaran norma seperti mencuri,
meminta dengan paksa dan mengancam orang lain. Tugas orangtua dan guru
dalam hal anak mencuri misalnya, seharusnya tidak dimaknai sebagai mengambil
saja demi survive. Jika itu mencuri, adalah baik untuk mengatakannya sebagai
mencuri, dan menunjukkan bahwa itu bukan tindakan yang benar. Kesalahan anak
tidak boleh dijadikan dasar pelabelan; tapi tidak juga untuk selalu dibela. Jika itu
salah, tunjukkan kesalahannya dan beri peluang untuk memperbaiki kesalahannya.
Dengan begitu, ia belajar melakukan yang baik dari kesalahan yang pernah ia
lakukan. Bagi kami, anak perlu dilatih untuk survive namun dalam tindakan yang
luhur. Inilah salah satu profil pelajar kami, bahwa mereka mampu bertindak
berdasarkan akal budi.
Sebagai sekolah dengan budaya terbuka, kami bisa menerima berbagai perbedaan
pandangan. Pemikiran-pemikiran yang berbeda dihargai, sebagaimana sekolah ini
menjunjung pluralitas umat manusia. Namun, saya melihat adanya potensi besar
buruknya kolaborasi orang tua dan sekolah dalam hal ini. Saya kuatir bahwa dalam
tiga bulan mendatang, Matthew harus dikeluarkan dari sekolah karena pelanggaran
yang dilakukan. Itu akan sangat menyakitkan baginya. Adalah lebih baik baginya
untuk meneruskan pendidikan di tempat lain saat ini.
Saya menghormati keputusan Komite Sekolah yang merekomendasikan agar
sekolah menerima Matthew dalam masa percobaan tiga bulan. Merujuk pada
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Tanggal 2 April 2002
tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah, Komite Sekolah berkapasitas
memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan.
Perkembangan respon Bapak/Ibu setelah rapat mendorong saya untuk mengambil
posisi mewakili sekolah. Bahwa saya atas nama sekolah tidak dapat menerima
kembali Matthew di ABC.
Kami yakin dan sangat berharap adanya perbaikan yang signifikan pada perilaku
dan nilai Matthew di masa mendatang. Hal buruk yang dilakukannya kemarin
(darimanapun sumbernya), belum tentu menghambatnya untuk berubah di masa
depan apalagi dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya. Kami memiliki
harapan terhadap kemajuan Matthew, salah satu murid yang kami sayangi. Kami
pun berharap lebih Bapak/ Ibu dapat berbenah untuk mendorong keberhasilan
Matthew.

Salam,
Kristin
Kepala Sekolah SD ABC

Anda mungkin juga menyukai