Petrologi Sedimen Klastika
Petrologi Sedimen Klastika
BAB V
PETROLOGI BATUAN SEDIMEN KLASTIKA
Proses pelapukan akan memecah dan memisahkan bebatuan
menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian diangkut oleh berbagai media
dan pada akhirnya diendapkan dalam suatu cekungan dengan lingkungan
pengendapan tertentu. Hasil akhir yang berupa endapan ini akan
mengalami proses diagesis atau pembatuan, yang membuat endapan
tersebut mengeras dan padu.
Ada suatu anggapan bahwa endapan atau sedimen adalah sesuatu
benda dalam suatu cairan yang bergerak turun dan berada pada dasar
dimana cairan itu berada. Akan tetapi difinisi ini tidak sesuai lagi bagi
endapan dengan media transportasi angin atau eolian dan endapan yang
terbentuk dan diendapkan pada tempat yang sama (tidak mengalami
transportasi), seperti terumbu koral. Lebih tepatnya, sedimen adalah
suatu akumulasi benda yang berada pada suatu dasar media transportasi
atau pembentuknya. Seperti telah diketahui bahwa media transportasi
dapat berupa cairan, angin, udara, gravitasi atau es.
Berdasarkan
asalnya
(genesa),
batuan
sedimen
dapat
dikelompokan menjadi 5:
1. sedimen kimia, terbentuk langsung dari penguapan suatu cairan
seperti gypsum, garam dan sebagian batugamping;
2. sedimen organik, disusun oleh sisa kehidupan baik binatang maupun
tetumbuhan, contohnya batugamping cangkang dan batubara;
3. sedimen sisa, ini merupakan sisa pelapukan, contohnya laterit dan
bouxit;
4. sedimen terigen, dimana partikelnya ditranspor dari tempat lain,
contohnya batulanau, batupasir dan konglomerat;
5. sedimen piroklastika, hasil endapan gunungapi, seperti tuf, pasir
gunungapi dan aglomerat.
Ke lima kelompok sedimen ini dapat digolongkan kembali menjadi 2,
yakni sedimen klastika (allochthonous) dan sedimen non-klastika
(autochthonous). Sedimen klastika mengalami transportasi dari tempat
asalnya ke dalam lingkungan dimana terendapankan. Sedangkan
sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang tidak mengalami
transportasi. Dengan kata lain sedimen non-klastika terbentuk dan
terendapkan di lingkungan yang sama.
Batuan sedimen dibentuk oleh berbagai komponen, yang dapat
digolongkan atas:
1. Terrigenous siliciclatic particles: semua partikel yang berasal dari
daratan, berukuran dari lempung sampai krakal. Umumnya
berkomposisi silikat (kuarsa, feldspar dan mika).
2. Material kimia/biologis: ini berasal dari proses kimia dan biologis
dalam cekungan sediment itu sendiri. Termasuk di dalamnya adalah
hasil ekstraksi air dalam cekungan yang menghasilkan mineral seperti
gipsum, kalsit, dan apatit, juga cangkang karbonat dan silika dari
21
organisme.
3. Material karbonan: terdiri atas sisa tetumbuhan (darat dan laut) dan
binatang serta bitumen yang terkarbonkan.
4. Material authigenic: umumnya mineral yang terbentuk pada waktu
proses diagenesis berlangsung. Jadi mineral ini terbentuk segera
setelah terjadi pengendapan batuan.
Batuan sedimen klastika dibentuk oleh 3 unsur, yakni komponen
(fragmen atau kepingan atau butir), matriks dan semen. Komponen
merupakan unsur yang berukuran lebih besar dalam batuan sedimen
(Gambar V.1), sedangkan matriks mempunyai ukuran lebih kecil dari
0,03mm (Boggs, 1992). Semen merupakan unsur yang berada di antara
komponen dan berfungsi sebagai pengikat komponen dan matriks.
Semen ini terbentuk setelah terjadi pengendapan (post deposition). Pori
adalah ruang kosong yang tidak ditempati oleh butir, matriks maupun
semen.
V.1 Tekstur
Tekstur merupakan pokok bahasan (subyek) yang sangat penting
dalam batuan sedimen. Pemerian secara lengkap dan rinci tekstur batuan
sedimen akan sangat membantu dalam interpretasi lingkungan dan
proses pengendapan serta kondisi batuan asal atau induknya. Pada
hakekatnya tekstur menggambarkan tentang keadaan fisik kepingan
(fragmen) dan hubungan yang terjadi diantara kepingan. Dalam
beberapa hal tertentu, tekstur difinisikan sebagai aspek geometri dari
kepingan suatu batuan. Ada tiga faktor yang sangat penting dalam
tekstur, yakni: besar butir, bentuk butir dan fabrik (hubungan antar
butir). Bentuk butir terdiri atas bentuk butiran itu sendiri, kebundaran
butir dan tekstur permukaan atau rona mikro dari butiran.
matrik
s
semen
pori/rongga
butir
22
Gambar V.1: Unsur batuan sedimen klastika yang umumnya terdiri atas
butir atau fragmen, matriks, semen dan pori atau
sarang.
V.1.A Ukuran butir
Ukuran butir merupakan salah satu dari ciri batuan sedimen yang
sangat penting. Pada batuan sedimen klastik ukuran butir berkisar dari
ukuran lempung sampai bongkah. Para ahli batuan sedimen pada
umumnya sangat memperhatikan tiga aspek dari ukuran butir (Boggs,
1995):
a. cara mengukur ukuran butir dan bagaimana menyajikannya,
b. metoda analisa data ukuran butir yang umumnya sangat banyak, dan
bagaimana menyajikannya dalam statistik sehingga mempermudah
interpretasinya,
c. asal-muasal yang signifikan dari semua data itu.
Pada tahun 1922, C.K.Wenworth memperkenalkan suatu skala
(sekarang terkenal dengan nama skala Wenworth) yang sekarang dipakai
sebagai standar ukuran butir (Tabel V.1).
Walaupun sudah ada skala besar butir dari Wentworth tetapi untuk
menggambarkan statistik dengan baik ukuran butir yang begitu beragam
untuk batuan sedimen masih mengalami kesulitan. Hal lebih disebabkan
karena ukuran batuan sedimen magnitut dari setiap kelas berbeda dan
juga lebih disebabkan umumnya ukuran butir merupakan bilangan
pecahan dalam milimeter. Hal ini tentu menyulitkan dalam
penggambaran dalam grafik. Ini dapat dihindari dengan cara memakai
logaritma. Phi () adalah skala logaritma yang didasarkan pada rumus:
-log2S
dimana adalah ukuran phi dan S merupakan ukuran butir dalam
milimeter. Dalam Tabel V.1 tampak bahwa peningkatan nilai negatif phi
menunjukkan peningkatan nilai ukuran dalam milimeter. Sebaliknya,
peningkatan nilai positif phi menunjukkan penurunan ukuran dalam
milimeter.
Pada umumnya ukuran butir sedimen akan semakin halus searah
dengan transportasi, sebaliknya akan semakin kasar ke arah asal
sedimen. Ukuran butir juga akan semakin halus sejalan dengan
menurunnya energi. Energi yang lebih kuat akan membawa butir yang
lebih besar, sebaliknya energi yang lebih lemah membawa butir yang
lebih kecil.
Pemilahan atau sortasi butir batuan sedimen adalah kisaran
ukuran butir di sekitar ukuran rata-rata. Di lapangan atau di laboratorium
pemilahan butir dapat diketahui dengan memakai lensa pembesar atau di
23
PASIR
(SAND)
256
64
16
5
6
7
8
10
12
14
4
3,36
2,83
2,38
2,00
1,68
1,41
16
1,19
18
20
25
30
35
1,00
0,84
0,71
0,59
0,50
40
45
50
60
70
80
100
120
140
Phi ()
MILIMETER
0,42
0,35
0,30
0,25
0,210
0,177
0,149
0,125
0,105
-12
-10
-8
-6
-4
2
1,75
1,5
1,25
1,0
0,75
0,5
- 0,25
1
1/2
1/4
1/8
0,0
0,25
0,5
0,75
1,00
1,25
1,5
1,75
2,0
2,25
2,5
2,75
3,0
3,25
KETERANGAN
Bongkah
(boulder)
Berangkal
(cobble)
Kerakal
(pebble)
Kerikil (granule)
Pasir
kasar
(very
sand)
sangat
coarse
Pasir kasar
(coarse sand)
Pasir sedang
(medium sand)
Pasir halus
(fine sand)
24
170
0,088
200
230
270
325
0,074
0,0625
0,053
0,044
0,037
0,031
LANAU
(SILT)
0,0156
0,0078
0,0039
0,0020
0,00098
0,00049
0,00024
0,00012
0,00006
LEMPUNG
(CLAY)
Jelek
Sangat jelek
3,5
1/32
3,75
4,0
4,25
4,5
4,75
5,0
1/64
1/128
1/256
6,0
7,0
8,0
1/16
Pasir
sangat
halus
(very fine sand)
Lanau kasar
(coarse silt)
Lanau sedang
Lanau halus
Lanau sangat
halus
9,0
10,0
11,0
12,0
13,0
14,0
Lempung (clay)
Baik
Sangat baik
25
26
27
minyak bumi dan air tanah lebih senang dengan kesarang efektif
(effective porosity), yakni perbandingan antara jumlah pori-pori yang
saling berhubungan dan volume keseluruhan.
V.2.B Jenis Kesarangan
Klasifikasi kesarangan yang ditampilkan dalam Tabel V.2
menunjukkan bahwa kesarangan dapat dikelompokan menjadi dua:
kesarangan primer yang terbentuk pada waktu proses pengendapan
batuan atau segera setelah pengendapan dan kesarangan sekunder yang
tumbuh setelah proses pengendapan berlangsung. Kesarangan primer
dipengaruhi oleh 5 faktor penting, yakni besar butir, pemilahan, bentuk
butir, kebundaran dan kemasan.
a. Kesarangan antar butir (intergranular)
Kesarangan antar butir adalah ruang (space) yang terdapat di antara
butir-butir dalam batuan sedimen (Gambar V.5a). Kesarangan jenis ini
sangat penting dalam batuan sedimen dan hadir pada hampir semua
batuan sedimen. Meningkatnya diagenesa batuan biasanya diikuti
menurunnya porositas jenis ini.
b. Kesarangan dalam butir (intragranular)
Dalam batuan karbonat kesarangan hadir dalam butir atau kepingan
batuan. Ini dapat berupa rongga yang ada pada fosil seperti moluska,
koral, briozoa dan fosil renik lainnya seperti foraminifera (Gambar
V.5b). Kesarangan jenis ini akan cepat menurun setelah proses
diagenesis berlangsung.
c. Kesarangan antar kristal (intercrystalline)
Kesarangan antar kristal terbentuk di antara individu kristal (Gambar
V.5c). Porositas jenis ini sering dijumpai pada batuan sedimen
evavorasi, batuan beku dan batuan malihan. Sering juga dijumpai pada
batuan sedimen yang mempunyai pertumbuhan kristal baik seperti
dolomit. Fenestral adalah ruang primer pada kemasan batuan sedimen
lebih besar dari celah pada batuan yang dikuasi butir (grainsupported). Kesarangan jenis ini sangat umum dijumpai pada batuan
karbonat, tidak saja pada karbonat berukuran pasir, tetapi juga batuan
halus dari endapan lagun atau intertidal. Dehidrasi, litifikasi dan
keluarnya
gas
kehidupan
mengakibatkan
perarian
(laminae)
mengkerut, sehingga membentuk fenestral di antara perarian.
Tabel V.2: Klasifikasi kesarangan
Primer
JENIS
MULAJADI
a. Antar butir (intergranular)
atau
antar partikel (interparticle) Sedimentasi
b.
Dalam
butir
28
(intragranular) atau
antar partikel (intraparticle)
c.
Antar
kristal Sementasi
(intercrystalline)
d. Fenetral
Sementasi
II
Sekund
er
e. Moldic
Pelarutan
f. Vuggy
g. Retakan (fragture)
Pelarutan
Gerakan tektonik,
kompaksi atau
dehidrasi
g
a
Gambar VI.5: Berbagai jenis kesarangan, a. antar butir, b. dalam butir, c. antar
kristal, d. fenetral, e. moldic, f. vuggy, g. retakan dan h.
stromatactis (Selley, 1988).
29
30
31
KOMPOSISI
<15%
RESIDU
KARBONA
N
<50%
KOMPONEN
TERIGENSILISIKLASTI
K
>50%
KOMPONEN
KIMIABIOKIMIA
KELOMPOK
NAMA
BATUAN
SILISIKLASTI
K
UKURAN
BUTIR
>2 mm
1/16-2 mm
<1/16 mm
BATUAN
KIMIA
-BIOKIMIA
BERVARIASI
UNSUR UTAMA
Kepingan batuan
Mineral silikat dan
kepingan batuan
Mineral silikat
Mineral karbonat,
butiran, kepingan
cangkang
Mineral evaporasi
(sulfat, klorit)
Calsedoni, opal,
cangkang silika
Mineral besi
Mineral posfat
BATUAN
KARBONAN
>15% Residu karbonan
BERVAREAS
I
Unsur siliklastik
atau kimiabiokimia, residu
karbonan
Residu karbonan
TIPE BATUAN
UTAMA
Konglomerat dan
breksi
Batupasir
Serpih (batulumpur)
Batuan karbonat
(batugamping dan
dolomit)
Evaporit
(batugaram,
gipsum, anhidrit)
Batuan silika (rijang
dan batuan sejenis)
Batubesi (ironstone)
dan formasi besi
Posforit
Sapropelit (oil
shale)
Impure coal
Humic coal
Cannel coal
Solid hydrocarbon
(bitumen)