Presus 2 Adam
Presus 2 Adam
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
II.
Nama
: Ny. W
Usia
: 24 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Beringin
Status
: Menikah
Pekerjaan
Masuk RS
: 10 Maret 2015
Keluar RS
: 13 Maret 2015
ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
Keluhan Utama
Demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan demam sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. demam tinggi pada saat menjelang malam hari dan turun
menjelang pagi hari. Pasien merasa lemah sejak demam. Pasien juga mengeluh sakit
kepala, mual tetapi tidak ada muntah. Pasien juga mulai merasakan nyeri pada ulu
hati, tidak menjalar, dan seperti ditusuk. Pasien juga mengeluh terdapat bintik-bintik
merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri. Pasien juga mengeluh
bila menggosok gigi, gusinya berdarah. BAK dab BAB normal tidak ada keluhan.
BAK + 4x/hari, berwarna kuning jernih, tidak ada busa, tidak ada darah, tidak ada
pasir, volume + 1/2 gelas aqua/sekali BAK. BAB sekali sehari dengan konsistensi
padat, berwarna kuning kecoklatan, tidak disertai darah dan lendir. Pasien mengaku
tidak ada mimisan maupun terjadi perdarahan. Pasien mengaku tidak ada riwayat
berpergian ke luar kota atau luar pulau dan mengatakan tidak suka jajan
sembarangan.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan sakit
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 x/ menit
RR
: 24 x/ menit
Suhu
: 38,3 oC
: 45 Kg / 155 cm
: normoweight / 18,7
Keadaan Spesifik
Kepala
Normocephal, rambut hitam distribusi merata dan tidak rontok.
Mata
Eksopthalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), conjunctiva
palpebra anemis (-/-) pada kedua mata, injeksi siliar +/+, sklera ikterik (-) pada
kedua mata, pupil isokhor, reflek cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
normal, pergerakan bola mata ke segala arah baik, lapang pandang luas.
Hidung
Normoseptal, mukosa hidung lembab (+/+), hiperemis (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga
Normotia, meatus akustikus normal (+/+), lubang telinga cukup bersih,
debris (-/-), serumen (-/-) , nyeri tekan proc. Mastoideus (-/-), membran timpani
intake.
Mulut
Mukosa bibir lembab, lidah deviasi (-), caries dentis (-), pembesaran tonsil
(-/-), gusi berdarah (+),stomatitis (-), atropi papil (-), sianosis (-).
Leher
Pembesaran KGB (-)
Dada
Paru-paru
Inspeksi: statis & dinamis simetris kanan sama dengan kiri
Palpasi: fremitus taktil dan vocal kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+) kanan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: tampak datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genital
: tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap 10 Maret 2015
LAB
RESULT
Darah Rutin
WBC
FLAGS
UNIT
NORMAL
2,20
103/uL
5.2-12.4
RBC
5,25
106/uL
4,2-6,1
HGB
15,2
g/dL
12-18
HCT
46,4
37-52
MCV
88,5
Fl
80-99
MCH
29,0
Pg
27-31
MCHC
32,8
g/dL
33-37
RDW
13,2
11,5-14,5
PLT
66
103/ul
150-450
Neutrophil
65,2
40-74
Limfosit
23,0
19-48
Monosit
6,1
3,4-9
Eosinophil
0,3
0-7
Basophil
0,6
0-1,5
Luc
0,5
0-4
V.
RESUME
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan demam sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. demam tinggi pada saat menjelang malam hari dan
turun menjelang pagi hari. Pasien merasa lemah sejak demam. Pasien juga
mengeluh sakit kepala, mual. Pasien juga mulai merasakan nyeri pada ulu hati,
tidak menjalar, dan seperti ditusuk. Pasien juga mengeluh terdapat bintik-bintik
merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri. Pasien juga mengeluh
bila menggosok gigi, gusinya berdarah.
Pada pemeriksaan fisik, Status generalis didapatkan Keadaan sakit Tampak
sakit sedang, Kesadaran Kompos mentis, Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 84
x/ menit, RR 24 x/ menit, Suhu 38,3 oC, Berat Badan 45 Kg, Tinggi Badan 155
cm, Status Gizi normoweight, BMI 18,7. Keadaan spesifik didapatkan mata injeksi
siliar (+/+), mulut terdapat gusi berdarah, abdomen terdapat nyeri tekan pada ulu
hati, Ekstremitas atas dan bawah terdapat petechie. Tes rumple leede (+). Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan WBC 2.200/uL, PLT 66.000/ul.
VI.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
Demam Berdarah Dengue Grade II
DIAGNOSIS BANDING
Demam Dengue
VII.
PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa:
- Bed rest
Medikamentosa
- IVFD RL
Rumus pemberian cairan: 1500 + {20 x ( 45 20 ) }
= 1500 + {20 x 25}
= 1500 + 500
= 2000 ml/hari
Tetes permenit = jumlah cairan x20 / lama infus x 60
= 2000x20 / 24x60
=27,78 / 30
- antrain 3 x 1 amp
- ranitidin 2 x 1 amp
- antasida syr 3 x 1 sendok makan
VIII.
RENCANA PEMERIKSAAN
Darah lengkap/12 jam
IX.
PROGNOSIS
-
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
X. DAFTAR MASALAH
-
Trombositopenia
Leukopenia
Perdarahan spontan
: demam (+), mual (+), nyeri pada ulu hati (+), bintik-bintik merah pada
lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri, gusi berdarah (+).
O :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan Darah
: 110/70mmhg
Nadi
: 84x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 37,7 oC
Kepala
Leher:
Cor
Pulmo
Abdomen
Extremitas
P :
Bed Rest
antrain 3 x 1 amp
ranitidin 2 x 1 amp
: demam (-), mual (+), nyeri pada ulu hati (-), bintik-bintik merah pada lengan
kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri, gusi berdarah (-).
O :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan Darah
: 120/80mmhg
Nadi
: 84x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,7 oC
Kepala
Leher:
Cor
Pulmo
Abdomen
Extremitas
P :
Bed Rest
: mual (-),bintik-bintik merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan
kiri (-)
O :
Kadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan Darah
: 110/70mmhg
Nadi
: 84x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,5 oC
Kepala
Leher:
Cor
Pulmo
Abdomen
Extremitas
: Edema extr. superior -/-, petechie -/Edema extr. Inferior -/-, petechie -/-
P :
Bed Rest
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal : 11 Maret 2015
LAB
RESULT
Darah Rutin
WBC
FLAGS
UNIT
NORMAL
1,83
103/uL
5.2-12.4
RBC
5,00
106/uL
4,2-6,1
HGB
14,4
g/dL
12-18
HCT
43,8
37-52
MCV
87,5
Fl
80-99
MCH
28,8
Pg
27-31
MCHC
33,9
g/dL
33-37
RDW
13,1
11,5-14,5
PLT
27
103/ul
150-450
Neutrophil
60,0
40-74
Limfosit
26,5
19-48
Monosit
6,5
3,4-9
Eosinophil
0,9
0-7
Basophil
1,1
0-1,5
Luc
5,0
0-4
UNIT
NORMAL
RESULT
FLAGS
Darah Rutin
WBC
3,59
103/uL
5.2-12.4
RBC
4,51
106/uL
4,2-6,1
HGB
14,3
g/dL
12-18
HCT
44,8
37-52
MCV
87,4
Fl
80-99
MCH
27,7
Pg
27-31
MCHC
35,7
g/dL
33-37
RDW
14,3
11,5-14,5
PLT
35
103/ul
150-450
Neutrophil
67,1
40-74
Limfosit
20,0
19-48
Monosit
8,5
3,4-9
Eosinophil
3,0
0-7
Basophil
0,4
0-1,5
Luc
2,0
0-4
RESULT
Darah Rutin
WBC
FLAGS
UNIT
NORMAL
4,59
103/uL
5.2-12.4
RBC
4,51
106/uL
4,2-6,1
HGB
15,2
g/dL
12-18
HCT
46,8
37-52
MCV
87,4
Fl
80-99
MCH
27,7
Pg
27-31
MCHC
34,7
g/dL
33-37
RDW
14,3
11,5-14,5
PLT
56
103/ul
150-450
Neutrophil
67,1
40-74
Limfosit
26,0
19-48
Monosit
8,5
3,4-9
Eosinophil
4,0
0-7
Basophil
0,4
0-1,5
Luc
2,0
0-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM BERDARAH DENGUE
I. DEFINISI
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang ditularkan oleh nyamuk. Manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot, dan/ atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemorragik. Pada demam berdarah (DBD) terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock sindrom) adalah demam
berdarah yang ditandai oleh renjatan/shock.
II. EPIDEMIOLOGI
Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World
Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan
rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.1-3 Data Departemen
Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat
peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini,
dengan case fatality rate sebesar 1,01% (2007).
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah
tanah air. Insiden di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989
hingga 1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per
100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun
hingga mencapai 2 % pada tahun 1999.
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
III. ETIOLOGI
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue, yang termasuk dalam genus
Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10 6.1 Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan
demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang
antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow Fever, Japanese
Encephalitis, dan West Nile virus.
IV. PATOGENESIS
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)
disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda
yang menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa
renjatan yang khas pada DBD. Renjatan itu disebabkan karenakebocoran plasma yang
diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak terjadi.
Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap
masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan
ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2hari sebelum timbul gejala
dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segerabereaksi
theory) dan
VI. DIAGNOSA
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang,
dan perasaan lelah.
Demam dengue merupakan demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Nyeri kepala
Nyeri retro orbital
Mialgia/ artralgia
Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bending positif)
Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien
DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis
Dari keterangan diatas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD
adalah pada DBD ditemukan kebocoran plasma.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu :
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji torniquet.
Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin
dan lembab, tampak gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah
pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan
terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak
demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan
cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi
tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah
pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan
terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif
perlu selalu diwaspadai.
Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada
trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandung-an gizi yang
cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna.
Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat
simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat
antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan
pada saluran cerna bagian atas (lambung/duodenum).
Dekstran 40
Plasma
dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi
dalam 5 kategori, sebagai berikut:
1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok
2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
DIC (-)
Transfusi Komponen Darah
PRC ( Hb <10)
FFP (APTT >1,5x)
TC (Trombosit <100.000)
Hb,Ht, Trom, tiap 24 jam
Ulang hemostasis 24 jam kemudian
DIC (+)
Heparin 5. 000 -10.000/ 24 jam
Transfusi Komponen Darah
PRC ( Hb <10)
FFP (APTT >1,5x)
TC (Trombosit <100.000)
Hb,Ht, Trom, tiap 4-6 jam
Ulang hemostasis 24 jam kemudian
Protokol5.Pe
natalaksanaa
n sindrom
syok dengue
pada
dewasa.
Indikasi
pulang
Paling tidak
24 jam tidak
demam
tanpa
antipiretik
Secara klinis
tampak
perbaikan
Nafsu
makan baik
Nilai
Ht
stabil
IX. PROGNOSIS
Kematian akibat demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/DSS mortalitas
cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta
menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan dari
pada anak-anak.
BAB III
ANALISIS KASUS
DAFTAR PUSTAKA
Chen Khie, Pohan Herdiman, Sinto Robert. Diagnosis dan Terapi cairan pada
Demam Berdarah Dengue. Medicinus vol. 22, no.1, edisi Maret-Mei. Jakarta
: Dexa-Medika. 2009. h: 3-8.
Isselbacher J Kurt. Hemorrhagic Fever. Harrisons Principles of Internal Medicine.
14th edition. United State of America : McGraw-Hill. 1998. h: 1141-1143.
Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, Wardhani Wahyu I., Setiowulan
Wiwiek. Demam Dengue. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI. 2004. h: 428-433.
Mubin A Halim. Demam Berdarah Dengue. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam
Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC. 2001. h: 5-8.
Murwani Arita. Perawatan Pasien Dengue Hemorrhagic Fever (Demam Berdarah).
Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. 2009.
h: 125-132.
Suhendro, Naingolan Leonard, Chen Khie, Pohan Herdiman T. Demam Berdarah
Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h: 1709-1713.