BAB VI
SOLID-LIQUID REACTION
I.
Tujuan
1. Memperlajari kelarutan partikel pada dalam suatu liquid.
2. Menentukan koefisien transfer mass antar fase secara eksperimen.
3. Mengetahui konsentrasi HCl yang bereaksi pada proses Solid Liquid
Reaction.
II.
DASAR TEORI
Mempelajari reaksi padat-cair (solid-liquid reaction) dapat dilakukan
dengan cara yang sama untuk menyelidiki reaksi homogen, sering dalam reaktor
batch. Semi-batch dan reaktor kontinyu juga digunakan, namun tantangan seperti
tidak merata distribusi waktu tinggal partikel yang berbeda ukuran yang sering
ditemui. Kemajuan reaksi sering diukur dengan mengamati perubahan berat fase
padat, atau dengan mengukur konsentrasi produk di fase cair. Identifi kasi produk
dari fase cair sampel dapat dilakukan dengan berbagai teknik analisis. Namun,
bertentangan dengan reaksi homogen, reaksi tingkat senyawa fase padat
terdispersi dalam cairan tidak tidak secara langsung tergantung pada konsentrasi
solid dalam fase cair, tetapi lebih pada luas permukaan reaktif. Ini bahkan
mempersulit penelitian dibandingkan dengan homogen reaksi sebagai kation
quantifi dari luas permukaan tidak seperti langsung sebagai pengukuran
konsentrasi.
Ini menyiratkan bahwa peningkatan dua kali lipat dari luas permukaan dari
padat ganda laju reaksi, setara dengan dua kali lipat konsentrasi dalam fase cair
atau gas. Namun, permukaan daerah biasanya tidak menurun secara linear dengan
konversi sebagai konsentrasi lakukan, yang membuat kinetika berperilaku berbeda
dan mempersulit interpretasi eksperimental data. Selain itu, luas permukaan
reaktif tidak selalu sama dengan total luas permukaan, misalnya, situs kristal
tertentu akan bereaksi berbeda. Substansi padat juga menjadi heterogen satu
terdiri
dari
sejumlah
senyawa,
seperti
yang
sering
terjadi,
misalnya,
terjadi karena ekstrim kondisi reaksi. Faktor-faktor ini biasanya sebanding dengan
total luas permukaan (Murzin dkk., 2011).
Rate dari perpindahan massa antara solid dengan liquid ini dapat ditulis
dengan persamaan.
SAT C L
C
)
m=K LS A
(1)
Hal yang menandai terjadinya reaksi dalam suatu larutan yang ditambah
dengan padatan (batukapur) adalah pembentukan gas, yang biasanya ditandai
dengan adanya gelembung-gelembung udara jika reaksi berlangsung sebagai
larutan atau bau yang tercium. Perubahan warna dan perubahan suhu juga mudah
untuk diamati sebagai factor terjadinya rekasi kimia. Reaksi antara batu kapur
dengan HCl dapat dituliskan :
2HCl(aq) + CaCO3(s) CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi reaktan lebih tinggi.
Konsentrasi reaktan berhubungan dengan frekuensi tumbukan. Semakin besar
konsentrasi, semakin banyak molekulmolekul reaktan yang bereaksi sehingga
semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antarmolekulnya. Dengan
demikian, semakin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi atau dapat juga
dikatakan reaksi berlangsung lebih cepat (Suwardi dkk., 2009).
Pada percobaan ini padatan yang telah terlarut di dalam HCl diasumsikan
awalnya berbentuk bola, serta dari awal ukuran yang sama. Efek dari perubahan
ukuran partikel pada koefisien perpindahan massa interfase diabaikan.
Berdasarkan asumsi tersebut massa padatan yang tersisa di fase padat dengan jarijari r adalah :
4
M= r 3 sn
3
(2)
(3)
diselesaikan secara numeric. Jika konsentrasi fase cair selalu jauh lebih kecil
daripada konsentrasi jenuhnya ((CL< CSAT) adalah :
[ (
M
4 n
= 1
2
Mo
3 M o s
1
3
K LS C SAT
(4)
(5)
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Murzin, D. Y. dkk. 2011. Solid-Liquid Reaction Kinetics Experimental
Aspects and Model Development. Department of Chemical
Engineering, Laboratory of Industrial Chemistry and Reaction
Engineering , Process Chemistry Centre, Biskopsgatan 8, FI-20500
bo/Turku , Finland
Suwardi, dkk. 2009. Panduan Pembelajaran Kimia XI: Untuk SMA & MA.
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta