Anda di halaman 1dari 14

PREEKLAMSI BERAT

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. A. B.

Umur

: 32 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: TDM-Maulafa

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Nomor RM

: 417577

Masuk Rumah Sakit : 15-06-2015 (17.41 WITA)


Rujukan

: Pasien rujukan dari RS Kota Kupang dengan TD 190/110 mmHg, Hb 6,1


mg/dL, Protein Urin +1. Pasien didiagnosis G7P6A0 Aterm + IUFD +
Anemia + Impending Eklamsia dan telah mendapat pengobatan, Infus RL
500 cc, Nifedipin 1x10 mg (tab), injeksi Ceftriaxon 1x1 gr (vial) (16.45
WITA), serta MgSO4 bolus.

ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Juni 2015 (17.00 WITA)
Keluhan Utama
Keluar cairan berwarna bening dari jalan lahir 3 hari sebelum masuk RS serta keluar darah 19
jam sebelum masuk RS.
Keluhan Tambahan
Pusing

Riwayat Penyakit Sekarang


1

Pasien merupakan rujukan dari RS Kota Kupang dengan diagnosis G7P6A0-AH4 Aterm
+ IUFD + Anemi + Impending Eklamsia datang ke RSUD W.Z. Johannes dengan keluhan keluar
cairan berwarna bening dari jalan lahir 3 hari SMRS serta keluar darah 19 jam SMRS. Pasien
tidak merasakan gerakan janin sejak 9 jam SMRS. Riwayat ANC 1x di Pustu Liliba. Riwayat KB
suntik tahun 2012-2013. Hari pertama haid terakhir : 8 Agustus 2014, taksiran partus 23 Mei
2015. Umur kehamilan 43-44 minggu.
Riwayat Obstetri :
1. 3 bulan/spontan/Bidan/RS/laki-laki/2004/IUFD
2. 8 bulan/spontan/dukun/rumah/laki-laki/10 tahun
3. 8 bulan/spontan/dukun/rumah/laki-laki/2007/meninggal usia 1 minggu
4. 10 bulan/spontan/dukun/rumah/perempuan/7 tahun
5. 8 bulan/spontan/bidan/Puskesmas/laki-laki/4 tahun
6. 10 bulan/spontan/dukun/rumah/perempuan/3 tahun
7. Hamil ini
OUTCOME
Pasien telah partus spontan pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 23:10 WITA
JK

: Laki-laki

PB

: 49 cm

A/S

: 0/0

PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 16 Juni 2015)


Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: kompos mentis

Tanda vital

Tekanan Darah 140/100 mmHg


Nadi 82 x /menit
Pernapasan 22 x/menit
Suhu 37,0 C
Status Generalis
Mata

: pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL+/+,konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-

Leher

: pembesaran tiroid (-)


2

Paru

: bunyi napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung

: S1, S2 Reguler Murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: tampak datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (+) epigastrium, tinggi fundus
uteri 2 jari diatas umbilicus

Ektremitas

: edema tungkai -/-

LABORATORIUM (15 Juni 2015 18:05 WITA)


PEMERIKSAAN

HASIL

SATUAN

NILAI RUJUKAN

Hemoglobin

7,3

g/dL

11.7 - 15.5

Hematokrit

24,6

33 - 45

Leukosit

20,83

ribu/Ul

5.0 - 10.0

Trombosit

230

ribu/Ul

150 - 440

Eritrosit

4,6

juta/Ul

3.80 5.20

Basofil

0,2

0-1

Eosinofil

1,8

1-3

Netrofil

70,4

50-70

Limfosit

22,0

20-40

Monosit

5,6

2-8

Protein Urin

+2

mg/dL

Negatif

Berat jenis

1,007

Bilirubin

mg/dL

Negatif

Keton

mg/dL

Negatif

Nitrit

Negatif

PH

6,0

4,8-7,4

URINALISIS
1,003-1,030

Darah

+2

mg/dL

Negatif

Glukosa urin
SEDIMEN URIN

mg/dL

Negatif

Leukosit

36,1

/uL

22,7

Eritrosit

318,8

/uL

16,9

Silinder

32,6

/uL

39,6

Kristal

4,13

/uL

0,56

Bakteri

91,7

/uL

130,7

I.

PENDAHULUAN
Preeklampsia merupakan suatu gangguan multisistem idiopatik yang spesifik pada
kehamilan dan nifas. Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke-3 kehamilan tetapi dapat terjadi sebelumnya.1,2
Preeklampsia merupakan suatu diagnosis klinis. Definisi klasik preeklampsia
meliputi 3 elemen, yaitu onset baru hipertensi (didefinisikan sebagai suatu tekanan
darah yang menetap 140/90 mmHg pada wanita yang sebelumnya normotensif),
onset baru proteinuria ( didefinisikan sebagai 0,3 g/liter dalam urin 24 jam atau 1
atau 2+ atau 1 g/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau
midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam), dan onset baru
edema yang bermakna. Pada beberapa konsensus terakhir dilaporkan bahwa edema
tidak lagi dimasukkan sebagai kriteria diagnosis.2,3

II.

INSIDENSI
Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar antara 2 6 % dari ibu hamil
nulipara yang sehat. Di negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar antara 4
18 %. Penyakit preeklampsia ringan terjadi 75 % dan preeklampsia berat terjadi 25
%. Dari seluruh kejadian preeklampsia, sekitar 10 % kehamilan umurnya kurang dari
34 minggu. Kejadian preeklampsia meningkat pada wanita dengan riwayat
preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis dan penyakit ginjal. Pada ibu hamil
primigravida terutama dengan usia muda lebih sering menderita preeklampsia
dibandingkan dengan multigravida. Faktor predisposisi lainnya adalah ras hitam, usia
4

ibu hamil dibawah 25 tahun atau diatas 35 tahun, mola hidatidosa, polihidramnion
dan diabetes. 1,2
III.

DIAGNOSIS
B. GEJALA KLINIS
Pada preeklampsia didapatkan gejala seperti sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntahmuntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah juga akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.2,4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi: peningkatan tekanan
sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari
140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan
takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati,
hiperefleksia, pendarahan otak. 2,4
Pada preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut: 1,2,4
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
5

Trombositopeni (< 100000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat)


Gangguan fungsi hati
Pertumbuhan janin terhambat.
Sindrom HELLP
D. LABORATORIUM
Hemoglobin

dan

hematokrit

akan

meningkat

akibat

hemokonsentrasi.

Trombositopenia biasanya terjadi. Penurunan produksi benang fibrin dan faktor


koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin
serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin
fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit
meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien
preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis dapat ditemukan proteinuria
dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast.5,6
IV.

PENATALAKSANAAN
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedatif yang kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 24 jam bahaya akut sudah diatasi,
tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan.1,6
Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus
berupa prematuritas. Risiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut
maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat kelahiran
maupun sesudah kelahiran.1,2,3
Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ
6

yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan. Pemeriksaan sangat teliti diikuti
dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa : nyeri kepala, gangguan
visus, nyeri epigastrium dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu perlu dilakukan
penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG.1,2,3
Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia
ringan, dibagi menjadi dua unsur yakni sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian
obat-obat atau terapi medisinalis dan sikap terhadap kehamilannya ialah manajemen
agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah
stabil.1,2,5
a. Sikap terhadap penyakitnya :
Pengobatan medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan
yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena
penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut
belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
oligouria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan
gradien tekanan onkotik koloid/pulmonari capillary wedge pressure. Oleh
karena itu monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output
cairan (melalui urin) menjadi sangat

penting. Artinya harus dilakukan

pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan


7

dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda- tanda edema paru, segera
dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa a) 5% ringer
dekstrose atau cairan garam faal jumlah tetesan:<125cc/jam atau b) infus
dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus ringer laktat (60-125
cc/jam) 500 cc.1,2,5
Di pasang foley kateter untuk mengukur pengeluaran urin. Oligouria
terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak
kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam.
Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.1,2
Pemberian obat antikejang
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular.
Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian
magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran
rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibisi antara ion kalsium dan ion
magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja
magnesium sulfat.1
Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk
antikejang pada preeklampsia atau eklampsia. Banyak cara pemberian
magnesium sulfat:
Loading dose :
Initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit.1,2
8

Maintenance dose :
Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau 5
gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam.1,2
Syarat-syarat pemberian Magnesium Sulfat (MgSO4) :1,2
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
2. Refleks patella (+) kuat
3. Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
4. Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kg BB/jam)
Magnesium Sulfat dihentikan bila:1,2,3,4
-

Ada tanda tanda intoksikasi

Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir

Kelemahan otot

Hipotensi

Reflex fisiologi menurun

Fugsi jantung terganggu

Depresi susunan saraf pusat

Dosis terapeutik dan toksis Magnesium Sulfat:1,2,3


-

Dosis terapeutik : 4-7 mEq/liter atau 4,8-8,4 mg/dl

Hilangnya reflex tendon 10 mEq/liter atau 12 mg/dl

Terhentinya pernafasan 15 mEq/liter atau 18 mg/dl

Terhentinya jantung >30 mEq/liter atau > 36 mg/dl

Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat: 1,2,7


9

Hentikan pemberian magnesium sulfat

Berikan kalsium glukonase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara


intravena dalam waktu 3 menit

Berikan oksigen

Lakukan pernafasan buatan

Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan risiko kematian ibu dan


didapatkan 50 % dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas).
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah satu
obat berikut : thiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin.
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila terjadi edema paru, payah
jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah furosemida.
Pemberian diuretikum dapat merugikan karena dapat memperberatkan
hipovolemia,

memperburuk

perfusi

uteroplasenta,

meningkatkan

hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat


janin.1,2,3
V.

KOMPLIKASI
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang menderita
hipertensi akut. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 % solusio
plasenta terjadi pada pasien preeklampsia.1,4,6
2. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.

10

Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut.1,6,7
3. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal.1,3,5,9
4. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung
selama seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal
ini merupakan tanda gawat dan akan terjadi apopleksia serebri.1,4,6,7
5. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pasien preeklampsia-eklampsia
diakibatkan vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati.3,7
6. HELLP syndrome, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet.1,3,7,11
7. Kelainan

ginjal.

Kelainan

ini

berupa

endoteliosis

glomerulus

berupa

pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur


lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.5,7
8. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin.5,7
9. Komplikasi lain berupa lidah tergigit, trauma dan fraktur karena terjatuh akibat
kejang, pneumonia aspirasi dan DIC. 1,4
VI.

PENCEGAHAN
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan preeklampsia tersebut.
Walaupun preeklampsia tidak dapat dicegah seutuhnya, namun frekuensi preeklampsia
dapat dikurangi dengan pemberian pengetahuan dan pengawasan yang baik pada ibu
hamil.1,2,3
11

Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan istirahat yang
berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring, dalam hal ini yaitu
dengan mengurangi pekerjaan sehari-hari dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan
berat badan yang tidak berlebihan sangat dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia
dan merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensi merupakan
manfaat dari pencegahan melalui pemeriksaan antenatal yang baik. 1,2,3

RESUME
Pasien wanita umur 32 tahun MRS dengan keluar ketuban serta darah dari jalan lahir
sebelum masuk Rumah Sakit. Tekanan darah pasien 140/100 mmHg serta konjungtiva pucat.
Pasien telah melahirkan bayi IUFD.
12

Saat ini, pasien sudah menjalani perawatan hari ke-2, di ruang Edelweis. Saat ini pasien
sudah tidak mengeluhkan keluar cairan serta darah dari jalan lahir. Saat ini pasien sudah
mendapatkan pengobatan magnesium sulfat 40% 6 mg drip dalam infus RL sesuai protap, injeksi
cefotaxim 3x1 gram (IV) hari ke-2. Terapi oral asam mefenamat 3x500 mg dan SF 2x1 tablet.
Transfusi PRC sampai Hb>= 10 mg/dL.
DIAGNOSIS

P6A1-AH4 Post partum spontan IUFD + Follow Up Preeklamsi Berat + Anemia

PENATALAKSANAAN

IVFD RL 500 cc + drip MgSO4 40% 6 mg/6 jam


Asam mefenamat 3x500 mg tab
SF 2x1 tab
Transfusi PRC >= 10 mg/dL
Balance cairan
Bed rest
Observasi tanda-tanda vital

PROGNOSIS

Ad vitam
: Bonam
Ad functionam
: Bonam
Ad sanationam
: Bonam
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.


2.

Angsar MD,dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia edisi


kedua. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. 2005

3.

Lindheimer MD., Taler SJ, Cunningham FG. Hipertension in pregnancy. In: Journal of the
American Society of Hypertension. 2008

4.

Amiruddin R, dkk. Issu Mutakhir tentang Komplikasi Kehamilan (preeklampsia dan


eklampsia). Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. 2007
13

5.

Cunningham, F.G.et al. Hipertensive Disorder in Pregnancy. In: Williams Obstetrics22ndEdition. USA: Mc Graw Hill co. 2005

6. Prasetiyo

I.

Eklampsia.

[online].

[cited:

November

2012].

Available

from:http://rsud.patikab.go.id/?page=download&file=EKLAMPSIA.doc&id=13

14

Anda mungkin juga menyukai