Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Classroom Action Research (CAR)

PENGERTIAN:

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian reflektif yang bersiklus (berdaur), yang
dilakukan oleh guru atau dosen dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.

PTK merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme
guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa.

TUJUAN PTK:
Tujuan penelitian tindakan kelas antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan,
yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesionalitas pendidikan yang
diemban guru.
b. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan pendidik (guru dan dosen), dengan
memberikan kesempatan kepada guru/dosen untuk melakukan pengkajian terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.
c. Meningkatkan kolaborasi antara guru dan guru, guru dan dosen, guru dan widyaiswara
dalam memecahkan masalah pembelajaran.

CIRI POKOK PTK:


1. Inkuiri reflektif
Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari
dihadapi oleh guru dan murid atau oleh dosen dan mahasiswa. Jadi, kegiatan penelitian
didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi. Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang
spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan tentang kerepresentatifan
sampel dalam rangka generalisasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk
menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. Namun, tujuan
penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praksis secara langsung, di sini dan
sekarang. Penelitian tindakan kelas dapat disebut sebagai suatu inkuiri reflektif (selfreflective inquiry).
2. Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh
guru/dosen, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain. Penelitian tindakan kelas
merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa basi, tetapi harus tertampilkan dalam

keseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut


(perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai dengan
penyusunan laporan hasil penelitian.
3. Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang
berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan
pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses
refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus menerus untuk mendapatkan
penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatgunakan dalam memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.
Ada 6 prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas.
1) Tugas dosen dan guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik
dan berkualitas. Untuk itu, dosen dan guru memiliki komitmen dalam mengupayakan
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Prinsip
pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang
berkelanjutan secara siklustis sampai terjadinya peningkatan, perbaikan, atau
kesembuhan sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
2) Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut
kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian
tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning),
pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation),
evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil
pembelajaran (reflection).
3) Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus
diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang
digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya
masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya,
merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan
prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas
proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung.
4) Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan
guru. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata
yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
5) Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas
pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan
pelaksanaan yang sungguh-sungguh.
6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya
dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran sistem atau lembaga, yang akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap
upaya peningkatan kualitas pendidikan.

Secara ringkas PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya masalah
dalam pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan
refleksi. Masalah pembelajaran dapat ditemukan melalui observasi dan atau refleksi awal
terhadap pembelajaran. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Observasi dan Refleksi Awal

Perencanaan Tindakan

Revisi

Revisi

Gambar: Tahapan dan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
(Suyanto, Ibnu dan Susilo, 2005)

Tentang jumlah siklus dalam PTK ada beberapa pendapat atau aliran yang berbeda.
Hal ini ditentukan oleh orientasi akhir yang berbeda. Salah satu pendapat menyatakan
bahwa jika setelah dilakukan satu kali siklus PTK (Perencanaan Tindakan Observasi
Refleksi) dan telah terjadi perbaikan pembelajaran, atau tujuan yang ditetapkan
tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus kedua. Pendapat yang kedua menetapkan
jumlah siklus PTK di awal perencanaan penelitian. Pendapat yang kedua ini berorientasi
pada peningkatan hasil atau perbaikan pada setiap siklus.

Anda mungkin juga menyukai