Anda di halaman 1dari 15

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMETER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 MATA KULIAH PENILAIAN PENDIDIKAN DASAR DOSEN PENGAMPU

DR. ERNAWULAN SYAODIH, M.PD.

Jaelani NIM 1102570 Kelas C Semester II

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER Mata Kuliah Semestar/SKS Program Studi Nama Dosen Nama Mahasiswa NIM Kelas : Penilaian Pendidikan Dasar : II/3 : S2 Pendidikan Dasar : Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd. : Jaelani : 1102570 : C

1. Penilaian seringkali dianggap satu-satunya penentu keberhasilan pendidikan sehingga proses pembelajaran diarahkan pada pencapaian hasil penilaian tersebut. Padahal penilaian berhubungan erat dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Uraikanlah tanggapan dan analisis Anda terkait dengan: a. Keterkaitan penilaian dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Sebelum membahas keterkaitan penilaian dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, tidak salah apabila terlebih dahulu memahami definisi penilaian itu sendiri. Penilaian berbeda dengan evaluasi. Penilaian berasal dari kata assesment, sedangkan evaluasi berasal dari kata evaluation. Dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian dikatakan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Sementara itu Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan 2

sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Gronlund dalam Arifin (2011: 4) mengartikan penilaian adalah suatu proses sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana peserta telah mencapai tujuan pembelajaran. Berdasar defini tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah kegiatan sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar sebagai bahan membuat keputusan. Selanjutnya pengertian evaluasi dikatakan oleh Arifin (2011: 5) adalah suatu prose untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti. Dengan demikian, evaluasi itu berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Evaluasi dapat menunjukkan kualitas nilai (Sanjaya, 2010: 336). Sementara itu keterkaitan penilaian dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut. PERENCANAAN PEMBELAJARAN ANALISIS & UMPAN BALIK PENILAIAN PEMBELAJARAN Gambar Keterkaitan Penilaian dengan Rencana dan Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan gambar tersebut tampak bahwa aktivitas pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, serta analisis dan umpan balik. Dalam merencanakan pembelajaran harus diperhatikan tujuan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, bahan ajar, langkah pembelajaran, alat & media, serta penilaian yang akan dilakukan. Penilaian pembelajaran dilakukan untuk mengukur dan mengetahui keberhasilan pembelajaran, baik proses maupun hasil pembelajaran. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Bagaimana proses pembelajaran akan dilaksanakan dan bagaimana proses penilaiannya disusun terlebih dahulu pada saat perencanaan pembelajaran dilakukan. Keberhasilan proses pembelajaran dilihat pada saat penilaian. Adapun hasil penilaian dapat digunakan sebagai alat analisis untuk menentukan umpan balik. Berdasarkan hasil analis dapat ditentukan apakah perlu remedial ataukan perlu dilakukan pengayaan. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menentukan perencanaan pembelajaran selanjutnya. Dengan memperhatikan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penilaian tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun terlebih dahulu dalam perencanaan pembelajaran. Pelaksaan pembelajaran akan berjalan dengan efektif apabila didukung oleh penilaian yang efektif. Penilaian merupakan bagian integral dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Proses penilaian harus merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
b. Keterkaitan kompetensi yang harus dikuasai anak secara utuh dengan penilaian.

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses memberikan pengertian tentang kompetensi, yaitu: 1. Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. 2. Keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur. Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah upaya memberi ruang kepada anak untuk mengontruksi pengetahuannya dalam menguasai suatu kompetensi. Untuk mengetahui sampai sejauh mana anak menguasai kompetensi harus dilakukan pengukuran dengan melakukan penilaian. Penilaian atas penguasaan kompetensi didahului dengan penyusunan indikator. 4

Indikator pencapaian kompetensi adalah bukti yang menunjukkan telah dikuasainya kompetensi dasar. Indikator dijadikan sebagai bahan dalam melakukan penilaian. Penguasaan anak terhadap sebuah kompetensi dapat dilihat ketercapaian indikator. Sebuah kompetensi dapat dijabarkan ke dalam beberapa indikator. Dengan demikian, untuk mengetahui pengusaan sebuah kompetensi tidak dapat dilihat dari tercapainya sebuah indikator, tetapi harus dilihat dari seluruh indikator yang telah disusun. Penilaian untuk mengetahui penguasaan sebuah kompetensi dilakukan dan diukur dengan pencapaian kompetensi. Jadi, pada dasarnya penilaian itu dilakukan untuk mengetahui dan mengukur penguasaan anak terhadap kompetensi. c. Dampak anggapan penilaian sebagai satu-satunya penentu keberhasilan terhadap pelaksanaan pembelajaran di lapangan. Pada hakekatnya penilaian bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan

pembelajaran, karena seluruh komponen dalam pembelajaran memiliki peran yang berbeda. Masing-masing membentuk sebuah siklus yang saling berhubungan. Apabila ada anggapan bahwa penilaian merupakan satu-satunya penentu keberhasilan pembelajaran, maka para guru dan siswa hanya akan berorientasi kepada hasil penilaian saja tanpa memperhatika proses pembelajaran itu sendiri. Yang pada gilirannya hanya akan berakibat kepada pembelajaran yang bersifat drill dan pengetahuan saja dan melupakan hakekat pembelajaran sebenarnya, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya.
2. Pemerintah telah menetapkan standar kompetensi dan standar proses sebagai kriteria

pelaksanaan pendidikan. Uraikanlah tanggapan dan analisis Anda terkait dengan:


a. Proses pendidikan/pembelajaran seperti apa agar standar kompetensi (guru SD dan

PAUD) dan standar proses ini dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan?

Standar kompetensi guru dapat dicapai melalui proses pendidikan yang sesuai dengan standar proses yang telah ditentukan. Standar proses yang dilaksanakan dengan disertai pemenuhan standar yang lainnya (standar pembiayaan, standar sarana prasarana, standar pembiayaan) menjadi prasyarat tercapainya standar kompetensi guru. Dengan demikian, untuk tercapai standar kompetensi, maka perlu diperhatikan dan dilaksanakan suatu proses pendidikan yang sesuai dengan standar proses yang telah ditentukan.
b. Bagaimana pencapaian standar tersebut kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan

di S1 dan Pendidikan Profesi Guru yang harus ditempuh calon/guru SD dan PAUD? Agar calon guru yang sedang menempuh pendidikan S1 dan PPG pada LPTK memiliki pemahaman dan kemampuan tentang pencapaian standar kompetensi dan standar proses, secara teoretis mereka harus dibekali dengan pengetahuan tentang kedua standar tersebut. Kurikulum dan silabus pada LPTK harus berisi seperangkat pengetahuan yang memadai disertai dengan latihan-latihan yang komprehensif melalui peer-teaching, micro-teaching, lesson study, dan praktik yang sebenarnya. Kurkulum dan silabus LPTK harus dirancang sedemikian rupa dengan memberikan porsi praktik lebih banyak dibanding teori. Calon guru harus mengetahui bahwa pemenuhan standar kompetensi hanya akan dapat tercapai melalui pemenuhan standar proses.
c. Bagaimana bentuk penilaian yang dapat dilakukan agar standar kompetensi dan

standar proses ini dapat tercapai? Ketercapaian standar kompetensi diukur melalui penilaian. Berhasil tidaknya proses pembelajaran dilihat berdasarkan hasil penilaian. Hasil penilaian sangat ditentukan oleh kualitas pemenuhan standar proses. Dengan demikian untuk mengetahui ketercapaian standar kompetensi perlu dilakukan sebuah sistem penilaian yang komprehensif, penilaian yang mengukur seluruh aspek secara terintegrasi dan

holistik. Penilaian tersebut harus mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotor disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran masing dengan memerhatika tuntutan masing-masing komptensi. Maka penilaiannya harus dilakukan melalui berbagai bentuk dan jenis. Penilaian dilaksanakan melalui tes dan non-tes. Penilaian dilakukan selama pembelajaran dan setelah pembelajaran. Penilaian dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah. Sehingga diperoleh hasil penilaian yang komprehensif dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Penilaian di SD dan PAUD cukup berbeda baik dalam perencanaan maupun

pelaksanaannya. Isi dan jabarkanlah penilaian tersebut dalam tabel berikut disesuaikan dengan konsentrasi masing-masing: No. Aspek 1. Hakekat penilaian SD a. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar atau ketercapaian kompetensi.
b. Penilaian berhubungan dengan hasil atau

2.

Aspek-aspek yang dinilai

prestasi belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. a. Pengetahuan dan pemahaman Berkenaan dengan aspek kognitif mengukur penguasaan ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik sesuai SD/KD berbentuk konsep, 7

fakta, dan teori. b. Sikap Penilaian sikap dan kepribadian dapat berbentuk penilaian akhlak mulia dan penilaian kepribadian. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. c. Keterampilan psikomotorik Penilaian keterampilan psikomotorik dilakukan untuk mengetahui penguasaan keterampilan atas sejumlah kompetensi pada kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, 3. Bentuk penilaian dan kesehatan. Penilaian dapat berbentuk tes dan nontes. a. Bentuk tes a.l. uraian, objektif, lisan, kinerja/perbuatan; b. Nontes a.l. observasi, wawancara, portofolio, 4. Pelaksanaan penilaian angket, skala penilaian. Penilaian dilaksanakan secara integral dan 8

berkesinambungan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Penilaian dilakukan selama proses 5. Faktor penghambat pelaksanaan penilaian pembelajaran dan akhir pembelajaran. a. Keterbatasan kemampuan guru dalam menguasai teknik dan prosedur penilaian; b. Keluasan materi pelajaran yang tercermin dari banyaknya SK/KD yang harus dikuasai; 6. Faktor pendukung pelaksanaan penilaian c. Heterogenitas kemampuan siswa. a. Ketersediaan sarana & prasarana; b. Penilaian dapat terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama; c. Tersedianya anggaran yang cukup.
4. Dalam menyusun instrumen penilaian, guru perlu menempuh beberapa langkah

penilaian. Uraikanlah jawaban Anda terkait:


a. Bagaimana/apa yang harus ditempuh dalam menyusun kisi-kisi penilaian?

Kisi-kisi atau blueprint disusun agar materi penilaian representatif dan relevan dengan bahan ajar yang diberikan. Kisi-kisi harus memenuhi persyaratan berikut: (1) representatif, yaitu mewakili isi kurikulum yang akan dinilai, (2) komponennya terurai, terperinci, jelas, dan mudah dipahami, dan (3) soal dapat dibuat sesuai indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyusun kisi-kisi adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis SK dan KD; Analisis SK dan KD dilakukan dengan memperhatikan kata kunci berupa perilaku yang diharapkan untuk dijabarkan dalam bentuk indikator.
2) Menentukan indikator ketercapaian kompetensi (ICK);

Indikator disusun dengan menggunakan kata kerja operasional sesuai tingkatan kognitif yang akan diujikan untuk mengukur kompetensi dasar; 3) Menentukan bentuk tes; Penentuan bentuk yang tepat memerhatikan tujuan, jumlah peserta, kedalaman materi, indikator, jenis penilaian, waktu yang tersedia, dan karakteristik mata pelajaran. 4) Menentukan panjang tes; Panjang tes ditentukan dengan memerhatikan waktu yang tersedia dan keluasan materi yang akan diujikan. 5) Menyusun instrumen penilaian; Instrumen penilaian mencakup butir soal, kunci jawaban, kriteria penilaian, dan pedoman penskoran. 6) Penomoran soal; Penomoran soal dilakukan setelah butir soal disusun dengan memerhatikan bentuk soal. b. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam menyusun instrumen penilaian Prinsip-prinsip penyusunan instrumen penilaian: 1) Valid (sahih) Instrumen sebagai alat ukur dikatakan memiliki validitas apabila dapat mengukur apa yang akan diukur. Validitas berhubungan erat dengan tujuan penggunaan tes tersebut. Namun demikian, tidak ada validas yang berlaku umum. Artinya, jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut (Arifin, 2011: 247).
2) Reliabel (andal)

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi suatu instrumen. Reliabilitas berhubungan dengan ketelitian dan tingkat kepercayaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tes memiliki reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut

10

dapat menghasilkan informasi yang konsisten (Sanjaya, 2010: 355). Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diujikan pada kelompok yang sama pada waktu yang berbeda. 3) Praktis Instrumen penilaian harus bersifat praktis, artinya kemudahan suatu tes, baik dalam mempersiapkan, menggunakan, mengolah dan menafsirkan, maupun mengadministrasikannya. Dimyati dan Mudjiono dalam Arifin (2011: 264) mengemukakan kepraktisan instrumen evaluasi meliputi kemudahan mengadministrasi, waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi, kemudahan penskoran, kemudahan interpretasi, dan tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen atau sebanding.
c. Mengapa perlu dilakukan validitas dan reliabilitas instrumen penilaian?

Validitas (sahih) berarti instrumen penilaian mencerminkan kemampuan yang diukur. Validitasi instrumen penilaian perlu diperhatikan agar instrumen penilaian yang diberikan mengukur apa yang seharusnya diukur berdasarkan indikator dan kriteria yang telah ditentukan. Reliabilitas (handal, ajeg) berarti instrumen penilaian tersebut bersifat konsisten. Reliabilitas perlu diperhatikan agar instrumen penilaian yang digunakan konsisten, reliabel, handal, atau ajeg memberikan hasil yang sama apabila diberikan kepada kelompok yang sama dalam waktu berbeda, sehingga instrumen tersebut dapat dipercaya.
d. Bagaimana langkah-langkah validitas dan reliabilitas instrumen penilaian?

1. Validitas instrumen penilaian Ekawati (2011: 72) mengutip Nunnaly (1970) menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian empiris dan pembuktian-

11

pembuktiannya bergantung pada macam validitas yang digunakan. Berdasarkan tujuannya, validitas dibedakan menjadi empat macam (Messick, 1989), yaitu: 1) Validitas isi (content validity) Menurut Guion (1977), validitas isi dapat ditentukan berdasarkan justifikasi para ahli. Prosedur yang ditempuh agar instrumen tes tersebut valid, adalah: mendefinisikan kisi-kisi yang hendak diukur, menentukan kisi-kisi yang akan diukur oleh masingmasing soal, dan membandingkan masing-masing soal dengan kisi-kisi yang sudah ditetapkan. 2) Validitas konstruk (construct validity) Suatu alat ukur dikatakan memenuhi validitas konstruk apabila soal-soal yang telah dibuat memenuhi aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum. 3) Validitas prediksi (predictive validity) Validitas prediksi menunjukkan kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. 4) Validitas konkuren (concurent validity) Validitas konkuren atau validitas yang ada sekarang menunjuk pada hubungan antara tes skor dengan yang dicapai pada keadaan sekarang. Validitas ini dikenal sebagai validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konkuren jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Arifin (2011: 252) menulis bahwa untuk menguji peringkat, atau korelasi diagram pencar. Sementara untuk validitas konstruk penguji dapat menggunakan berbagai sumber, a.l. validitas isi, validitas prediktif, dan validitas konruen. validitas empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi product-moment, korelasi perbedaan

12

2. Reliabilitas instrumen penilaian Gronlund dalam Arifin (2011: 258) mengemukakan reliabilitas dapat dilihat dari empat faktor, yaitu (1) panjang tes atau banyaknya soal tes (length of test), semakin panjang suatu tes akan lebih tinggi tingkat realibiltasnya; sebaran skor (spread of scores), besarnya sebaran skor akan membuat tingkat reliabilitas menjadi lebih tinggi; (3) tingkat kesukaran (difficulty index), tingkat kesukaran yang ideal untuk meningkatkan koefisien reliabilitas adalah soal yang menghasilkan sebaran berbentuk kurva normal; dan (4) objektivitas (objectivity), peserta dengan tingkat kemampuan yang sama memperoleh hasil yang sama pada tes yang sama. Sementara Sanjaya (2010: 355) menyebutkan terdapat tiga teknik untuk menentukan tingkat reliabilitas tes, yaitu: Pertama dengan tes, yaitu dengan mengorelasikan hasil testing yang pertama dengan hasil testing yang kedua; kedua dengan mengorelasikan hasil testing antara inten genap dengan item ganjil; dan ketiga dengan memecah hasil testing menjadi dua bagian, kemudian keduanya dikorelasikan. Setelah mengetahui berbagai bentuk validitas yang ada, kemudian

bagaimanakah cara mengukur validitas? Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukur adalah dengan menggunakan korelasi product moment dengan simpangan yang dikemukakan oleh Pearson.

Tabel model-model pemenuhan reliabilitas Bentuk reliabilitas Test-retest (stabilitas) Prosedur untuk memperoleh Sajikan tes yang sama sebanyak dua

13

Pengukuran dengan produk momen kali kepada peserta tes yang sama dan korelasi intra kelas dalam waktu yang berbeda dan tentukan korelasinya. Paralel (ekuivalen) Sajikan dua tes yang sama kepada Pengukuran dengan produk momen peserta tes yang sama dalam waktu dan korelasi intra kelas yang relatif tidak lama (misalnya dua minggu). Korelasikan kedua skor tersebut untuk mencari reliabilitas. Split-half methods (belah dua) Sajikan satu kali tes lalu dibelah dua, Pengukuran dengan persamaan split- gunakan rumus untuk half dan Spearman Brown mengkorelasikan kedua belahan. Internal consistency Berikan sekali tes, gunakan rumus Pengukuran dengan koefisien alpha, KuderRichardson (K-20 dan K-21)

----------------

DAFTAR PUSTAKA

14

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ekawati, Estina; Sumaryanta. (2011). Pengembangan Instrumen Penilaian Matematika SD/MI dan SMP/MTs. Yogyakarta: P4TK Matematika. Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Depdiknas. (2003). Penilaian Tingkat Kelas. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Sanjaya, Wina. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Edisi Pertama, Cetakan Ke-3. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis. Bandung: PT Imtima. ---- (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: PT Imtima.

15

Anda mungkin juga menyukai