Anda di halaman 1dari 7

1

Pemodelan Sistem HVDC Melalui Kabel Bawah Laut Untuk


Interkoneksi Pulau Sumatera dan Peninsular (Malaysia)
Menuju Asean Grid 2010-2015
Stefanus Wijaya 2206100115
Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya
Abstrak - Pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi dan teknologi adalah faktor yang
memberikan dampak bagi tingkat kebutuhan akan
energi listrik. Kebutuhan energi listrik tersebut
akan
terus
meningkat
seiring
dengan
pertumbuhan dan perkembangan kedua faktor
tersebut, khususnya di daerah Sumatera.
Pada tahun 2008 kebutuhan energi listrik di
Sumatera mencapai 16436.51 GWh dan pada
tahun 2018 kebutuhan energi listrik Sumatera
mencapai 27336.13 GWh. Untuk mencukupi
kebutuhan tersebut perlu dibangun pembangkit
listrik baru. Pembangkit yang dibangun adalah
PLTU Batubara berkapasitas 6x600MW yang
bertempat di pesisir pantai Bukit Batu, Sumatera
Barat. Dengan adanya PLTU ini energi listrik
yang dapat disediakan adalah sebesar 31536
GWh per tahun. Mengacu pada jumlah tersebut,
masih terdapat kelebihan energi listrik yang
selanjutnya akan dijual ke Malaysia melalui
sistem interkoneksi HVDC 500kV 1000MW.
Adapun sistem ini dipilih karena dengan
menggunakan sistem ini daya yang dikirimkan
dapat maksimal apabila dibandingkan dengan
sistem interkoneksi lain, yaitu HVAC.
Kata Kunci : Sistem Transmisi, HVDC

1. PENDAHULUAN
Interkoneksi kelistrikan memiliki tujuan
mampermudah penyaluran dan pengolahan daya
listrik ke seluruh wilayah Indonesia secara khusus
dan wilayah ASEAN secara umum. Dengan
demikian jelas bahwa salah satu media yang
dianggap paling ekonomis dalam proses
interkoneksi ini adalah melalui media bawah laut
yang sudah terealisaikan. Sistem pengiriman
(transmisi) daya listrik yang digunakan dalam
interkoneksi tersebut adalah transmisi dengan
menggunakan arus bolak-balik (AC). Penggunaan
arus bolak-balik di sini menyebabkan timbulnya
kerugian-kerugian pada proses transmisi. Salah
satu dari kerugian tersebut disebabkan karena
adanya reaktansi pada saluran transmisi. Dengan
demikian akan menyebabkan terjadinya drop
tegangan pada kedua terminal saluran transmisi
yang menyebabkan turunnya atau berkurangnya
kapasitas daya kirim. Semakin panjang sistem
transmisi maka akan semakin besar pula kerugian
dayanya. HVDC (High Voltage Direct Current)
adalah teknologi pengiriman (transmisi) daya

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS.

listrik dalam bentuk arus searah tegangan tinggi


(puluhan sampai ratusan kV ) yang dapat
mengurangi rugi-rugi yang disebabkan karena
adanya reaktansi pada saluran. Drop tegangan
yang duhasilkan lebih kecil sehingga kapasitas
daya kirim dapat maksimal. Prinsip dasar
teknologi ini adalah pengubahan sumber arus
bolak-balik (AC), sumber arus dari pembangkit,
menjadi arus searah (DC) yang kemudian akan
disalurkan menuju ke daerah lain yang letaknya
berjauhan dan selanjutnya akan dilakukan proses
pengubahan kembali sumber DC ke AC. Proses
pengubahan sumber AC menjadi DC dan
sebaliknya membutuhkan konverter.
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diketahui
bahwa penerapan teknologi transmisi dengan
menggunakan HVDC memberikan hasil yang
lebih efektif dan efisien.

2. TRANSMISI HVDC
2.1 Perkembangan HVDC
Arus listrik pertamakali yang telah dihasilkan
oleh seorang ilmuwan, Thomas Alfa Edisson,
adalah arus searah. Dengan demikian transmisi
arus listrik yang digunakan pada masa tersebut
adalah juga dengan menggunakan arus searah.
Namun karena arus listrik yang dihasilkan
merupakan arus yang kecil maka tidak
memungkinkan
apabila
arus
tersebut
ditransmisikan
ke
tempat
yang
jauh.
Permasalahan tersebut mendorong penemuan arus
AC yang akhirnya digunakan sebagai arus dalam
sistem transmisi saat itu. Namun demikian, seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mendorong penemuan komponenkomponen elektronika daya (seperti diode,
thyristor, dll ) sehingga memungkinkan untuk
kembali menggunakan arus DC di dalam sistem
transmisi bertegangan tinggi dan berjarak jauh.
2.2 Teknologi HVDC
Proses utama yang terjadi didalam system
HVDC adalah perubahan(konversi) arus listrik
dari arus a.c menjadi arus d.c, yang terjadi pada
sisi pengirim(transmitting end), dan perubahan
arus d.c menjadi arus a.c pada sisi
penerima(receiving end). Ada tiga cara dalam
pencapaian proses konversi tersebut, yaitu:
1. Natural Commutated Converters(NCC)
2. Capacitor Commutated Converters(CCC)

3. Forced Commutated Converters(FCC)


2.3 Komponen-komponen Sistem HVDC
Komponen-komponen dalam sistem HVDC
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu stasiun
konverter dan media transmisi (konduktor/kabel
yang digunakan sebagai penghantar). Di dalam
stasiun konverter terdapat katub thyristor,
transformator, filter AC, filter DC, dan capasitor
bank.

3. DATA EKSISTING DAN PREDIKSI


3.1 Data Kelistrikan dan Potensi SDA
Sumatera
Sistem kelistrikan Sumatera terbagi atas tiga
wilayah
kelistrikan,
yaitu
SUMBAGUT,
SUMBAGTENG, DAN SUMBANGSEL. Ketiga
Wilayah kelistrikan tersebut telah saling
terinterkoneksi. Sistem kelistrikan tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Peta Kelistrikan Sumatera

Sistem tersebut menjadi penghubung antara


pembangkit listrik dengan konsumen energi listrik
yang ada di wilayah Sumatera melalui jaringanjaringan transmisi dan distribusi. Jenis jaringan
transmisi yang ada di Sumatera adalah jaringan
transmisi bertegangan 70 kV (334.26 kms), 150
kV (8423.20), dan 275 kV (782.25kms). Jaringan
distribusi yang ada adalah jaringan distribusi
bertegangan 10-12 kV (2968.84 kms), dan 15-20
kV (68327.47 kms). Sedangkan jaringan
bertegangan rendah memiliki panjang saluran
sepanjang 67465.1 kms. Pembangkit yang
terhubung dengan jaringan tersebut memiliki total
daya mampu sebesar 1893.42 MW.
Sumatera merupakan daerah yang memiliki
potensi SDA yang sangat baik. Cadangan
batubara yang terdapat di Sumatera sebanyak
3.30243 Milyar ton. Nilai tersebut setara dengan
49.6% dari total cadangan batubara yang terdapat
di seluruh wilayah Indonesia. Sedangakan untuk
cadangan minyak bumi dan gas bumi di wilayah
Sumatera terdapat sebanyak 2741.84 MMSTB
dan 14.31 TSCF.
3.2 Data Kelistrikan
Peninsular (Malaysia)

dan

Potensi

SDA

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS.

Sebagian besar sistem kelistrikan di


Peninsular dikelola oleh Tenaga National Berhad
(TNB). TNB bertanggung jawab menyalurkan
energi listrik dari pembangkit sampai dengan ke
konsumen melalui jaringan transmisi dan jaringan
distribusi. Jaringan transmisi yang ada di
Peninsular adalah jaringan transmisi bertegangan
500 kV, 275 kV, 132 kV, dan 66 kV. Sedangkan
pembangkit listrik yang ada di Peninsular
memiliki
daya
mampu
total
sebesar
14472.62MW. Jenis pembangkitan yang ada di
Peninsular adalah pembangkitan thermal dan
hydro.
Malaysia dapat dikatakan sebagai negara
yang memiliki kekayaan alam yang melimpah
khususnya di wilayah Peninsular. Kekayaan alam
tersebut antara lain adalah minyak bumi
(cadangan total sekitar 4000 Mcf), LNG
(cadangan total sebesar 83 Tcf), Batu bara (total
produksi pada tahun 2008 sebesar 1.12 million
short tons).
3.3 DATA PREDIKSI
Pertumbuhan
dan
perkembangan
perekomonian serta pertumbuhan penduduk akan
berdampak juga bagi kebutuhan terhadap energi
listrik. Semakin bertumbuhnya jumlah penduduk
dan perekomonian di dalam suatu wilayah maka
semakin banyak/besar pula kebutuhan wilayah
tersebut terhadap energi listrik. Pembangkit listrik
yang ada di Sumatera dapat dikatakan berada
dalam kondisi kritis dalam hal pensuplaian energi
listrik kepada konsumen. Bagaimana tidak, beban
puncak Sumatera mencapai 1889.72 MW. Jelas
bahwa untuk masa yang akan datang, jumlah
pembangkit listrik yang ada di sumatera saat ini
tidak akan mampu lagi untuk mencukupi
kebutuhan energi listrik saat itu.
Mengacu pada pernyataan di atas,
pembangunan pembangkit-pembangkit listrik baru
sangat diperlukan. Oleh sebab itu ,untuk
menentukan kapasitas pembangkit yang akan
dibangun diperlukan juga data prediksi terhadap
energi yang terjual, jumlah penduduk, PDRB, dan
beban puncak baik untuk wilayah Sumatera
maupun Malaysia untuk masa yang akan datang
(sepuluh tahun, terhitung mulai tahun 2008).
Metode peramalan yang digunakan adalah
dengan menggunakan regresi linear dimana rumus
yang digunakan adalah:

(1)

Dimana

()
()

(2)

Sehingga dapat diperoleh data seperti yang


terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1
Hasil Peramalan Data Tahun 2018

4. ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU


DAN INTERKONEKSI HVDC
Melalui data yang telah ditunjukkan pada
tabel 3.1 nampak bahwa energi yang dibutuhkan
masyarakat sumatera pada tahun 2018 mencapai
(27336.13/8760) = 3120.56 MW sehingga untuk
dapat mencukupi kebutuhan energi listrik
masyarakat Sumatera sampai pada tahun 2018
dibutuhkan pembangkit baru yang memiliki
kapasitas total minimal sebesar 1227.14 MW.
Demikian pula untuk kondisi kelistrikan Malaysia
ditahun 2018. Kebutuhan energi listriknya
mencapai (203061.16/8760) = 23180.50 MW.
Sehingga Malaysia juga membutuhkan suplai
energi listrik tambahan sebesar 7174.5 MW.
Kondisi tersebut dapat dijadikan sebagai peluang
bagi Indonesia (khususnya bagi masyarakat
Sumatera) untuk mengadakan kerjasama bilateral
dalam bidang kelistrikan antara Indonesia dan
Malaysia. Dengan kondisi kebutuhan listrik yang
akan dialami oleh Malaysia (khususnya
Peninsular) pada tahun-tahun yang akan datang,
jelas bahwa Malaysia akan membutuhkan suplai
energi listrik baru. Oleh sebab itu diperlukan
adanya Interkoneksi antara Sumatera-Malaysia
untuk menjawab permasalahan tersebut.
Mengacu pada pernyataan tersebut maka
akan dibangun PLTU 6x600MW. Pembangkit ini
akan dibangun di daerah pesisir pantai Bukit Batu,
Sumatera bagian tengah. Adapun bahan bakar
yang digunakan adalah batubara. Cadangan
batubara yang terdapat pada wilayah ini mencapai
0.50786 milyar ton. Apabila dilakukan
perhitungan, total cadangan batu bara tersebut
dapat menghasilkan energi listrik sebesar
1,168,527,434 MWh (dengan asumsi: 1 Juta ton
batubara dapat menghasilkan energi listrik
sebesar: 2,300,884.96 MWh). Dengan demikian
dengan cadangan batubara tersebut diperkirakan
cadangan tersebut dapat mensuplai pembangkit ini
selama kurang lebih 50 tahun.
Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTU
Bukit Batu tentu saja diprioritaskan untuk
memenuhi
kebutuhan
listrik
masyarakat
Sumatera. Namun tentu saja masih ada sisa energi
yang tidak terpakai oleh masyarakat Sumatera

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS.

dari total kapasitas PLTU Bukit Batu 3600MW.


Sisa energi inilah yang nantinya akan diperjualbelikan kepada Peninsular(Malaysia) dengan
tujuan untuk
Dengan melihat kurva beban
Sumatera dan Peninsular(Malaysia) seperti yang
terdapat pada gambar di bawah ini (gambar 4.1)
tampak bahwa pada jam-jam tertentu pemakaian
energi listrik di wilayah Sumatera berkurang.
Namun sebaliknya pada jam yang sama,
pemakaian energi listrik di wilayah Peninsular
mulai meningkat. Peristriwa itu berkisar antara
jam 05.00 sampai dengan jam 17.00. Dengan
demikian energi listrik sisa yang tidak terpakai
oleh masyarakat Sumatera dapat dijual kepada
perusahaan listrik yang mengelola kelistrikan
Peninsular(Malaysia).

Kurva Beban Sumatera

Kurva Beban Malaysia

Gambar 4.1 Perbandingan Kurva Beban Sumatera dan


Malaysia

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf


diatas, energi listrik yang dihasilkan oleh PLTU
Bukit Batu (3600MW) digunakan untuk
mencukupi kebutuhan listrik Sumatera terlebih
dahulu kemudian apabila pada jam-jam tertentu
kebutuhan energi listrik Sumatera menurun
(sehigga terdapat sisa energi listrik) maka sisa
energi listrik yang tidak terpakai inilah yang akan
dijual
ke
Malaysia.
Dengan
demikian
diasumsikan bahwa daya maksimum yang dapat
dikirimkan ke Malaysia sebesar 1000MW, yang
selanjutnya akan menjadi kapasitas maksimum
interkoneksi HVDC. Jalur interkoneksi ini
melewati Garuda Sakti - Pulau Rupat Malaka(Peninsular-Malaysia)
dengan
total
jaraknya sepanjang 111.03 km.
4.1 Analisis Ekonomi
Untuk menganalisa ekonomi suatu sistem
interkoneksi dan suatu pembangkit perlu diketahui
biaya modal pembangkit dan harga jual energi
listrik. Biaya modal pembangkit ditentukan dalam
US$/kW dan harga jual energi listrik ditentukan
dalam cent US$/kWh.
4.1.1 Analisa Sistem Interkoneksi HVDC
Diperkirakan untuk membangun sebuah
stasiun HVDC diperlukan biaya investasi sebesar
US$ 250 juta. Dengan rincian biaya-biayanya
seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1
Biaya Pembangunan Stasiun HVDC SumateraPeninsular

= 3.8106 ton/kW-year
d. Fuel Cost (FC) = (0.435 x 111.5) US$/MWh
= 48.50 US$/MWh
= 0.0485 US$/kWh
= 4.85 cent US$/kWh
Sehingga
biaya
pembangunan
total
(pembangunan stasiun HVDC dan PLTU Bukit
Batu) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Biaya Pembangunan Stasiun HVDC dan PLTU Bukit
Batu

Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan


ini adalah:
Biaya Total Investasi

Biaya Modal Ps = Kapasitas

Pembangkit

.(3)

+ .

(4)
Dimana fs adalah faktor bunga (bunga yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah 12%, 9%,
dan 6%) dan fd adalah faktor depresiasi
/penyusutan (diasumsikan sebesar 4%)
0.04
= (1+0.04)25 1 = 0.024. (5)
() =

4.1.2 Analisa Sistem Pembangkitan


Ada beberapa parameter yang harus
diperhatikan dalam menentukan biaya pembangkit
di Bukit Batu ini. Parameter-parameter tersebut
adalah biaya modal (capital cost), biaya operasi
dan perawatan (O&M), dan biaya bahan bakar
(Fuel Cost/ FC). Perhitungan biaya modal
dilakukan dengan menggunakan rumus (4)
dimana Ps=1,944.44 US$/kW.
Biaya O&M
adalah sebesar 0.7 cent US$/kWh (didasarkan
pada kapasitas pembangkit yaitu 3600 MW),
sedangkan perhitungan biaya FC PLTU Bukit
Batu 6x600MW dapat dijelaskan melalui tabel
berikut ini.
Tabel 4.2
Konsumsi Batubara

Perhitungan biaya bahan bakar (FC)


Harga batubara adalah 111.5 US$ per ton.
Dengan asumsi 1 US$ = Rp 10.000,00 maka dapat
dihitung:
a. Harga = 111.5 US$ / ton
= 0.1115 US$/kg
= Rp 1115 /kg
b. Konsumsi Batubara = 0.435 ton/ MW-hour
c. Konsumsi Batubara per tahun
= (0.435 x 8760) ton/MW-year
= 3810.6 ton/MW-year

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS.

4.1.3 Analisa Harga Jual Energi listrik


Untuk menentukan daya beli masyarakat
Sumatera diperlukan data kelistrikan dan
kependudukan masyarakat Sumatera sebagai
acuan. Masyarakat Sumatera pada tahun 2008
rata-rata mengkonsumsi energi listrik sebesar 510%, sedangkan rata-rata anggota keluarga adalah
4 orang, dengan pengeluaran riil perkapita
penduduk Sumatera (pada tabel 4.4), jika di
asumsikan
setiap
penduduk
Sumatera
mengeluarkan dana sebesar 10% untuk membayar
listrik, maka dari pengeluaran riil untuk
membayar listrik dibutuhkan (pada tabel 4.4)
setiap bulannya, sehingga kemampuan daya beli
masyarakat Sumatera berdasarkan perhitungan
adalah sebesar (pada tabel 4.4) perbulan, maka
dapat diketahui rata-rata pemakaian dayanya
sebesar 1300 VA
Tabel 4.4
Pengeluaran Riil Perkapita dan Pengeluaran Biaya
Listrik Masyarakat Sumatera

Dimana:
Blok I
30kWh, yaitu pemakaian 0-30 kWh
Blok II
60kWh, yaitu pemakaian 30-60 kWh
Blok III > 60kWh, yaitu pemakaian di atas 60
kWh

Sehingga dapat menghitung daya beli masyarakat


Sumatera adalah:
Daya(P) = 1300 x 0.8
= 1040W
Jumlah kWh/bulan dapat dicari dengan:
kWh/bulan = 1,040 x 30 x 24 x 0.8
= 599.04 kWh/bulan
Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 1300
VA= Rp. 30100,00
Dengan tarif dasar listrik (TDL) pada sektor
rumah tangga sebesar Rp. 554.17 maka:
Daya Beli = (599.04 x Rp. 554.17/kWh)+Rp. 30100
= Rp 362,069.99

Sehingga dengan demikian dapat dicari


perbandingan antara daya beli listrik dengan
pendapatan perkapita yang digunakan untuk
keperluan listrik =
1. Untuk jenis Blok I
Daya Beli1 = (364,308/362,069.99) x 554.17
= Rp. 557.6/kWh
2. Untuk jenis Blok II
Daya Beli2 = (431,186/362,069.99) x 554.17
= Rp. 659.9/kWh
3. Untuk jenis Blok III
Daya Beli3 = (494,451/362,069.99) x 554.17
= Rp. 756.8/kWh
Sedangkan untuk harga jual energi listrik ke
Malaysia ditentukan oleh biaya pembangunan
sistem HVDC dan pembangunan PLTU Bukit
Batu, seperti yang terdapat pada tabel 4.4.
Sehingga apabila harga jual energi listrik sebesar
110% dari biaya total maka:
1. Untuk bunga 6%
Harga Jual = 110% x Rp. 1183.34 /kWh
= Rp. 1301.67 /kWh
= 13.02 cent US$/kWh
2. Untuk bunga 9%
Harga Jual = 110% x Rp. 1318.70 /kWh
= Rp. 1450.57 /kWh
= 14.51 cent US$/kWh
3. Untuk bunga 12%
Harga Jual = 110% x Rp. 1451.50 /kWh
= Rp. 1596.65 /kWh
= 15.97 cent US$/kWh
4.2 Analisis Teknis
Di dalam analisa teknis ini akan dibahas
mengenai pemilihan konfigurasi dari stasiun
HVDC yang akan digunakan, pemodelan sistem
HVDC,
dan
komponen-komponen
yang
digunakan di dalamnya.
Pada kasus ini konfigurasi yang dipakai
dalam sistem HVDC untuk interkoneksi
Sumatera-Peninsular
(Malaysia)
adalah
konfigurasi monopolar. Adapun alasannya adalah
alasan ekonomis dan teknis. Pembangunan stasiun
dengan konfigurasi monopolar tentunya akan

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS.

membutuhkan biaya relatif lebih rendah apabila


dibandingkan dengan stasiun HVDC dengan
konfigurasi bipolar ataupun homopolar sebab
dalam pembangunannya hanya membutuhkan satu
konduktor sebagai penghantar. Alasan lain yang
menunjang pemilihan konfigurasi ini adalah
frekuensi
pemakaian/pengoperasian
stasiun
HVDC. Telah diketahui pada pembahasan di atas
bahwa pengiriman (penjualan) daya listrik dari
Sumatera ke Malaysia hanya berlangsung sekitar
tujuh jam sehari. Dengan demikian dapat
dikatakan penggunaan satu buah konduktor saja
sudah cukup. Tentu saja penggunaan konfigurasi
monopolar dapat dikatakan yang paling ideal
untuk interkoneksi Sumatera-Peninsular.
Pemodelan stasiun HVDC dilakukan dengan
menggunakan software MATLAB 7.6.0. Hasil
pemodelan yang telah dilakukan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.21 Sistem Transmisi HVDC 500kV-1000


MW

Pada saat sistem tersebut beroperasi maka


karakteristik tegangan dan arus yang akan terjadi
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.22 Profile Tegangan Pada Sistem


Kelistrikan Sumatera

Gambar 4.23 Profile Tegangan Pada konduktor

Sedangkan apabila dihitung secara teori (rumus 6)


Maka dihasilkan:

Gambar 4.24 Profile Tegangan Pada Sistem


Kelistrikan Peninsular

Sehingga melalui gambar-gambar grafik


tersebut dapat dilakukan analisa antara hasil
simulasi dengan teori.
Rumus dibawah ini menunjukkan hubungan
antara tegangan DC rata-rata (Vd) dengan arus
DC (Id) dan sudut . (dengan asumsi
mengabaikan rugi-rugi tahanan dalam trafo dan
rectifier):
.......(6)
Dimana Vdo adalah tegangan DC tanpa beban
untuk jembatan 6-pulsa:
.(7)
Vc adalah tegangan komutasi RMS yang
bergantung pada tagangan sistem AC dan juga
rasio dari trafo.
Rc adalah tahanan komutasi ekivalen:
......(8)
Xc adalah reaktansi trafo.
Tegangan Vc harus memperhitungkan nilai efektif
tegangan pada bus 500 kV dan rasio trafo. Jika
melihat bentuk gelombang yang ditampilkan pada
scope AC_Rectifier (gambar 4.22), dapat dilihat
bahwa Vabc bernilai 0,96 pu pada saat Id arus
searah (gambar 4.23) telah mencapai kondisi
mapan (1 pu).
Vc = 0.96 * 200 kV/0.90 = 213.3 kV
Id = 2
= 16.5
Xc = 0.24 pu, based on 1200 MVA
and 222.2 kV = 9.874
(0.90 adalah faktor pengali pada trafo konverter)
Dengan demikian dapat dihitung nilai Vd (sesuai
dengan hasil simulasi) dengan cara menjumlahkan
tagangan pada Inverter (VdL) dan tegangan drop
pada konduktor (diasumsikan hambatan dalam
konduktor/RlineDC=4.5 ) dan smoothing reactor
(R=1).

(9)
Vd = 500 kV + (4.5+1)x 2kA
= 511 kV

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS.

3 2
213.3

= 288.1 kV
3
=
9.874

= 9.429
Vd = 2 x (288.1 x cos(16.5)- 9.429 x 2)
= 515 kV
Base yang digunakan adalah :
kV base (sisi Sumatera) : 500 kV
MVA Base
: 1200 MVA
Ibase
: 2 kA
Dengan demikian dapat disimpulakan
terdapat sedikit (error) perbedaan antara analisa
hasil simulasi dengan hasil perhitungan secara
teori.
Error = (515-511)/515 x 100%
= 0.78 %
4.3 Analisis Lingkungan
Pembangunan Sistem Interkoneksi HVDC
tidak terlalu berdampak bagi lingkungan sekitar
sebab hampil dikatakan tidak ada polusi yang
ditimbulkan sistem ini. Hanya saja pembangunan
sistem ini membutuhkan lahan yang tidak terlalu
luas (sekitar 1 ha). Yang perlu mendapatkan
perhatian adalah pembangunan PLTU Bukit Batu
3600MW diperkirakan akan menimbulkan
dampak positif dan negatif terhadap lingkungan,
yaitu:
1. Dampak Negatif
Terjadinya pencemaran udara dengan gas-gas
beracun seperti Sulfur Dioksida (SO2), Oksida
Nitrogen (NOx), Karbon Dioksida (CO2), dan gasgas seperti CxHy dari pembakaran batubara.
Penanggulangan dari dampak ini dapat dilakukan
dengan cara memasang scruber pada cerobong
asap dari ruang pembakaran batubara
Zat-zat pengotor (belerang) yang dihasilkan
sebagai limbah dari proses pembakaran dan
pembangkitan energi listrik akan menjadi masalah
jika dibuang sembarangan seperti di sungai, di
laut, dan di tempat-tempat yang terhubung dengan
populasi manusia. Dengan demikian limbahlimbah tersebut harus diolah dan dimanfaatkan.
Kebisingan yang ditimbulkan dari getaran
turbin dapat menimbilkan polusi suara/ kebisingan
bagi lingkungan sekitar. Hal ini dapat diatasi
dengan meletakkan turbin pada lokasi/ruangan
tertutup serta penanaman pohon disekitar lokasi
pembangkit.
2. Dampak Positif
Tersedia dan tercukupinya kebutuhan energi
listrik.
Kesejahteraan hidup lebih meningkat dengan
tersedianya energi listrik.

7
Meningkatnya
pendapatan
pemerintah,
dengan dibangunnya PLTU ini maka akan banyak
memberikan masukan terutama disektor pajak.
Timbulnya peluang kerja, pembangunan
proyek ini akan banyak membutuhkan pekerja
baik pada saat tahap konstruksi maupun pada saat
tahap operasi
Meningkatkan
kegiatan
perekonomian,
industri dan kegiatan usaha lainnya dengan
tercukupinya energi listrik.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan
yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan antara lain :
1. Sistem transmisi yang akan digunakan untuk
interkoneksi Sumatera - Peninsular(Malaysia)
adalah sistem transmisi HVDC dengan
konfigurasi
monopolar
dengan
kapasitas
maksimal 1000MW.
2. Sistem transmisi tersebut menggunakan
tegangan 500kV.
3. Pemodelan stasiun HVDC yang akan
digunakan
adalah
dengan
menggunakan
komponen-komponen seperti filter AC, stasiun
konverter yang berisi rectifier/inverter, smoothing
reactor, dan kabel/konduktor. Sistem HVDC ini
menggunakan tegangan 511 kV dengan kapasitas
daya kirim sebesar 1000MW.
4. Sistem transmisi tersebut dipilih dengan
alasan ekonomi dan teknis. Telah diketahui bahwa
pembangunan sebuah stasiun HVDC dengan
kapasitas 1000 MW untuk panjang transmisi
sebesar 111.03 km membutuhkan biaya yang
lebih banyak apabila dibandingkan dengan
HVAC. Namun demikian dengan alasan teknis
yaitu rugi-rugi yang dihasilkan lebih rendah
sehingga daya yang akan dijual ke Malaysia dapat
maksimal. Sehingga untuk masa waktu 25 tahun
yang akan datang pembangunan stasiun ini akan
memberikan keuntungan.
5. Pembangkit yang akan digunakan untuk
mensuplai daya pada sistem tersebut adalah
PLTU yang bertempat di Bukit Batu, Sumatera
Barat, dengan kapasitas 3600MW.
6. Perkiraan biaya investasi yang akan
dikeluarkan untuk pembangunan sistem transmisi
ini besarta biaya pembangunan PLTU adalah
0.11833 (US$/kWh) untuk suku bunga 6%,
0.13187 (US$/kWh) untuk suku bunga 9%, dan
0.14515 (US$/kWh) untuk suku bunga 12%.

DAFTAR REFERENSI
[1] Arismunandar, 1982, Teknik Tenaga Listrik
II, Pradnya Paramita, Jakarta.
[2] E.W. Kimbark, 1971, Direct Current
Trannsmission, John Wiley & Sons.

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI ITS.

[3] Dennis A. Woodford., 1998, HVDC


Transmission, Manitoba, Canada.
[4] V, Sitnikov. D, Retzmann. E, Teltsch., 2003,
Solution
For
Large
Power
System
Interconnection, Siemens, Russia-Germany.
[5] Rudervall, Roberto. Charpentier, JP. Sharma,
Raghuveer, 1998, High Voltage Direct Current
(HVDC)Transmission
Systems
Technology
Review Paper, Sweden-United States-Sweden.
[6] Miguel, Juan. Retzmann, Dietmar. Walz,
Roland, 2006, Prospect for HVDC-Getting More
Power out of the Grid, Siemens AG, Madrid
[7] ______, Oktober, 2009, HVDC Light
Submarine Cables, ABB Power System. <URL :
http://www.abb.com>
[8] ______,
Oktober,
2009,
HVDC
Transmission, Siemens Power Transmission.
<URL: http://www.siemens.com>
[9] ______, Oktober, 2009, Low Pressure Oil
Filled Submarine Cables, ABB Power System.
<URL: http://www.abb.com>
[10] ______,
Nopember,
2009, Mass
Impregnated Submarine Cables, ABB Power
System. <URL: http://www.abb.com>
[11] ______, Nopember, 2009, What is HVDC &
Why
HVDC,
ABB
Power
System.
<URL:http://www.abb.com>

BIODATA PENULIS
Stefanus Wijaya lahir pada
tanggal 7 Juni 1988 di
Surabaya. Merupakan putera
kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Rudy Susingto dan
Etty Harianti. Menempuh
pendidikan sekolah menegah
pertamana di SMPK Santo
Yusup Bangkalan angkatan
2000 dan sekolah menengah atas di SMAK St.
Louis I Surabaya angkatan 2003. Lulus SMA
tahun 2006. Pada saat ini sedang menyelesaikan
kuliah di jurusan teknik elektro di ITS angkatan
2006. Pada semester 5 mengambil bidang studi
atau spesialisasi teknik sistem tenaga.

Anda mungkin juga menyukai