Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Formalin
Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa di gunakan untuk
mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin merupakan bahan kimia yang
disalahgunakan pada pengawetan tahu, mie basah, dan bakso (Djoko, 2006).
Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada
suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna,berbau pedas (menusuk) dan sangat
reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter
(Moffat, 1986).
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan
secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau
pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan
pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan
sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan
pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh
juga dipakai sebagai bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu,
formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam kosentrasi yang
sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih
rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet
(Yuliarti, 2007).
Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan
tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang
memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing menunjukkan bahwa pemberian formalin
dalam dosis tertentu pada jangka panjang bisa mengakibatkan kanker saluran cerna. Penelitian lainnya
menyebutkan peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada
pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Yuliarti, 2007).
Pengertian formalin
Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat menyengat,
mudah larut dalam air dan alkohol. Formalin adalah nama dagang formaldehida yang dilarutkan dalam
air
dengan
kadar
36

40
%.
Formalin biasa juga mengandung alkohol 10 15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya
formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi.
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida
berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia
Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa
dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Dalam atmosfer bumi, formaldehida
dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di
atmosfer. Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam
air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ).
Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer
H2CO.
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun
formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif
daripada aldehida lainnya. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer
linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas
ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen
atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya
tidak kemasukan udara.
Kegunaan formalin
Penggunaan formalin sebagai desinfektan, cairan pembalsem, pengawet jaringan, untuk
pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk
kertas, digunakan di indutri tekstil dan kayu lapis. Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan
pengawet
untuk
makanan.
(http://pipit.wordpress.com/2005/12/30/ciri-ciri-makanan-yangmengandung-formalin).
Bahaya formalin
Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan
gejala: sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf dan

a.
b.
c.
d.

a.
1.
2.
3.
b.
1.
2.
3.
c.
1.
2.
d.
1.
2.
3.
2.

gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 3 jam.
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan
gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan
pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam
tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem
saraf pusat, menstruasi, dan memicu kanker
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan
a. Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker
paru-paru.
Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar
Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan
saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

Mendeteksi Formalin secara fisik


Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khas untuk
mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan tanpa formalin.
Ciri-ciri basah yang mengandung formalin:
Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan
lebih dari 15 hari
pada suhu lemari es (10 derajat Celsius).
Bau agak menyengat, bau formalin.
Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal
Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin:
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada
suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
Tahu terlampau keras, namun tidak padat
Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm)
Ciri-ciri baso yang mengandung formalin:
Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
Teksturnya sangat kenyal
Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin:
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih
Bau menyengat, bau formalin
Bakso
Bakso atau baso adalahjenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia. Bakso
umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang
terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panaspanas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi
bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari
gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso sekarang banyak ditawarkan
dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mal-mal. Irisan bakso dapat juga
dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai (Wikipedia).
Bakso adalah makanan yang terbuat dari daging giling yang dicampur dengan tepung tapioka
yang sudah dibulatkan berbentuk bola kecil yang dalam penyajiannya biasanya dilengkapi dengan kuah
kaldu berwarna bening, serta dicampur dengan mi bihun, taoge, tahu, dan terkadang dengan telur, serta
ditaburi dengan bumbu bawang goreng dan seledri. Bakso yang secara umum dapat ditemukan
diseluruh wilayah Indonesia biasanya terbuat dari daging sapi, tetapi tidak tertutup kemungkinan juga
bila kadang-kadang bakso terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang (www.beritaterhangat.net).
Bakso adalah jenis makanan yang sangat populer, ditemui mulai dari restoran hingga pedagang
keliling. Pernah popularitas bakso merosot lantaran isu penggunaan boraks dan formalin untuk
mengawetkan bakso. Bakso dapat dibuat dari berbagai jenis daging, seperti daging sapi, kerbau atau

kelinci. Yang penting tahu rahasia formulasinya agar bakso enak, kenyal, empuk, bergizi, dan aman
dikonsumsi (fazriyati.wordpress.com).

BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar pada hari Rabu 15 Mei 2013 pukul 10.00 sampai selesai.
B. Alat dan Bahan
Alat dan kegunaannya yang di gunakan dalam praktikum Uji Formalin adalah :
No. Alat
Kegunaan
1
2
3
4

Cawan Petri
Silet atau Pisau
Pipet tetes
Korek Api

Untuk meletakkan objek pengamatan


Untuk mengiris sampel pengamatan
Memanaskan sampel

Bahan dan kegunaannya yang di gunakan dalam praktikum Uji Formalin yaitu sebagai berikut :
No.
Bahan
Kegunaan
1
2
C.
1.
2.
3.
4.
5.

Bakso
KMNO4

Sebagai sampel pengamatan


Pereaksi Formalin

Prosedur Praktikum
Sampel makanan yaitu bakso di iris kecil dan simpan di cawan petri
Berikan label pada sampel
PK (Kalium Permanganat) dilarutkan dalam air
Bahan makanan yang akan diuji dimasukkan ke dalam larutan PK tersebut
Amati perubahan warnanya

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
No
.

Sampel

Perlakuan

Reaksi

Hasil

Terjadi
perubahan
warna
dari
ungu
menjadi bening
Terjadi
perubahan
warna
dari
ungu
menjadi bening

1.

Bakso 1

Ditambahkan
Formalin

2.

Bakso 2

Ditambahkan
Formalin

2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel bakso menunjukkan hasil yang positive
mengandung formalin. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi saat sampel ditetesi
KMNO4. Terjadinya perubahan warna yang terjadi pada sampel yang membuktikan bahwa sampel
tersebut mengandung bahan pengawet walaupun dengan kadar yang renda
Beberapa survei menunjukkan, alasan para produsen menggunakan bahan pengawet seperti
formalin karena daya awet dan mutu bakso yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya
tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Tuntutan itu melahirkan konsekuensi yang bisa saja
membahayakan, karena bahan kimia semakin lazim digunakan untuk mengawetkan makanan termasuk
juga formalin yang dikenal menjadi bahan pengawet mayat. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku
konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya lebih murah, tanpa memperhatikan
kualitas makanan. Dengan demikian, penggunaan formalin pada makanan seperti mie, bakso, kerupuk
dan makanan lainnya dianggap suatu hal yang biasa. Sulitnya membedakan makanan seperti bakso
biasa dan bakso yang dibuat dengan penambahan formalin juga menjadi salah satu faktor pendorong
perilaku konsumen itu sendiri.
Bakso menjadi salah satu jajanan yang menjadi favorit bagi banyak orang Indonesia. Sehingga
tidak susah untuk mencari jajanan ini. Mulai dari warung di sekolahan hingga perkantoran, bakso
menjadi salah satu menu favorit. Namun sayangnya, masih banyak produsen bakso yang tidak
memperhatikan sisi kesehatan konsumen. Sebagai konsumen kita perlu waspada dengan
memperhatikan ciri-ciri bakso yang memakai zat berbahaya berikut ini:
1. Bakso mengandung Boraks memiliki struktur yang kenyal dan lebih keras
2. Bakso mengandung boraks pasti memiliki daya tahan lebih lama
3. Mampu bertahan sampai lima hari.
4. Teksturnya sangat kental, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung
keputihan
5. Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
6. Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
7. Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola.
Selain itu tingkat pengetahuan masyarakat mengenai bahan pengawet dan zat aditif pada
makanan sangat rendah sehingga mereka tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya dan
bahaya apa yang bisa ditimbulkannya. Terkadang nilai gizi yang terkandung pada makanan yang
dikonsumsi merekapun tidak dipedulikan. Mereka kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan
yang salah satu caranya adalah dengan memperhatikan dan menghindari konsumsi terhadap makananmakanan yang mengandung zat pengawet berbahaya dan mengandung zat-zat aditif yang beracun dan
berlebih.
Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah produk pangan
menggunakan formalin sebagai pengawet. Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet
untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan
beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya

Departemen Kesehatan RI tahun 2006 telah memaparkan tertang bahaya utama formalin yang
sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka
bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia.
Penggunaan formalin untuk bahan pangan dilarang karena tidak sesuai dengan Undang
Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996 dan PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan Gizi
pangan. Sedangkan tatacara perniagaannya diatur dengan keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 254/MMP/Kep/7/2000.
Formalin dalam bahan pangan tidak dapat dihilangkan dengan mencuci dan merendam produk
makanan tersebut dengan air panas bersuhu 800 C selama lima hingga sepuluh menit. Meski terjadi
penurunan kadar, namun masih terdapat kandungan formalin.
Kandungan formalin pada makanan memang sulit untuk dideteksi. Secara akurat, ia hanya bisa
terdeteksi di laboratorium melalui uji formalin dengan menggunakan bahan kimia lainnya. Namun
makanan yang proses pembuatannya dengan zat-zat kimia berbahaya, kini sudah beredar luas di
pasaran dan sangat mudah didapat.
Mengonsumsi bahan pangan berformalin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandung formali dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel
sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada
tubuh.
Pada prinsipnya, senyawa formalin yang biasanya digunakan sebagai bahan pengawet mayat
dapat bereaksi dengan asam amino yang menyebabkan protein terdenaturasi sehingga formalin akan
bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Dari segi fisiknya, uap
formalin yang terkontak secara langsung akan mengakibatkan iritasi mata, hidung, esophagus dan
saluran pernafasan. Dalam konsentrasi yang tinggi akan mengakibatkan krjang kejang di sekitar
pangkal tenggorokkan. Yang menjadi masalah adalah kandungan pengawet formalin akan bereaksi
dengan cepat dalam saluran dan organ pencernaan apabila kondisi perut dalam keadaan kosong. Selain
itu, pemakaian formalin dalam makanan dapat menyebabkan keracunan pada organ fungsional tubuh
manusia. Hal tersebut ditandai dengan gejala sukar menela, nafsu makan berkurang, mual sebagai
reaksi penolakan dari lambung, sakit perut yang akut sebagai reaksi penolakan dari hati, lambung dan
usus besar, diare dan pada akhirnya disertai dengan muntah muntah. Pada tingkat yang parah akan
mengakibatkan depresi pada susunan syaraf atau gangguan peredaran darah.
Berdasarkan sifatnya yang karsinogenik, jika konsentrasi formalin tinggi dalam tubuh, maka
akan bereaksi secara kimia dengan hampir seluruh sel penyusun tubuh sehingga menyebabkan
kerusakna sel dan bahkan mutasi sel yang memicu berkembangnya kanker, setelah terakumulasi dalam
waktu yang relative lama dalam tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga
menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat
mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan).

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu bahan makanan dikatakan mengandung formalin, jika dalam melakukan percobaan
,bahan makanan tersebut akan berubah warna dari merah keunguan menjadi bening, jika ditetesi
pereaksi 1 dan/atau pereaksi 2 formalin. Dan sebaliknya, jika suatu bahan makanan tidak mengandung
formalin, jika tidak terjadi perubahan warna apabila ditetesi dengan pereaksin 1 dan/atau pereaksi 2.
Dari hasil praktikum uji formalin dengan menggunakan Kalium Permanganat (PK) sampel berupa
bakso mengandung formalin

Anda mungkin juga menyukai