Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan merupakan tempat berinteraksi antar makhluk hidup dengan
tempat tinggal baik berupa abiotik maupun biotik. Ilmu tentang hubungan timbal balik
makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut dengan Ekologi. Lingkungan
mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan yang disusul oleh
perilaku. Kesehatan lingkungan adalah kondisi atau keadaan lingkungan optimum
yang berpengaruh positif terhadap perwujudan status kesehatan optimum. Lingkup
kesehatan lingkungan mencakup perumahan, pembuangan kotoran (tinja), penyediaan
air bersih, pembuangan sampah, dan pembuangan limbah. Lingkungan berpengaruh
sangat besar terhadap kesehatan manusia karena berbagai faktor penyebab penyakit
dipengaruhi oleh lingkungan.
Pengaruh lingkungan hidup terhadap kesehatan demikian penting sehingga
penyebab penyakit sering harus dicari di luar tubuh yang berarti perlu penyelidikan
lingkungan. Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh infeksi berbasis lingkungan
antara lain diare, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), bayi berat badan lahir rendah
(BBLR), asfiksia, dan infeksi. Asia Tenggara mempunyai insidensi BBLR paling
tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi berat badan lahir rendah di dunia. Data
terakhir tahun 2010, angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1% yang masih
berada diatas angka rata-rata Thailand 6,6% dan Vietnam 5,3% (UNICEF , 2011).
Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari
tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2% bayi berat badan lahir rendah (RISKESDAS,
2013). Period prevalence Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0 persen (RISKESDAS
2013). Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua,
Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur
juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Insiden dan period prevalence diare
untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima
provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi adalah Papua,
Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada
kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden

diare tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten.
Insiden dan prevalensi pneumonia Indonesia tahun 2013 adalah 1,8 persen dan 4,5
persen (RISKESDAS 2013). Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi
pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan. Prevalensi penduduk Indonesia yang
didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda (0,4%).
Lima provinsi dengan TB tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, Gorontalo,
Banten, dan Papua Barat. Penduduk yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan,
44,4% diobati dengan obat program (RISKESDAS 2013).
Sanitasi lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan,
terutama sarana air bersih, ketersediaan jamban, pengolahan air limbah, pembuangan
sampah, dan pencemaran tanah. Pembuangan tinja dapat secara langsung
mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, air tanah, serangga dan bagian-bagian
tubuh. Perlu pengaturan pembuangan sampah agar tidak membahayakan kesehatan
manusia karena dapat menjadi gudang makanan bagi vector penyakit. Sayuran yang
dimakan mentah dapat menjadi media transmisi penyakit dari tanah yang tercemar
tinja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah :
a. Apa pengertian ekologi ?
b. Apa pengertian ekologi kesehatan ?
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekologi KIA ?
d. Bagaimana pengaruh lingkungan bagi kesehatan ?
e. Bagaimana keterkaitan antara ekologi KIA dengan malnutrisi ?
f. Apa sajakah tanda-tanda pencapaian derajat kesehatan?
C. Tujuan
a. Mengetahui apa pengertian ekologi
b. Mengetahui pengertian ekologi kesehatan
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi KIA
d. Mengetahui pengaruh lingkungan bagi kesehatan
e. Mengetahui keterkaitan antara ekologi KIA dengan malnutrisi
f. Mengetahui tanda-tanda pencapaian derajat kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ekologi Secara Umum

Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos
(ilmu). Secara harafiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam
tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara
organisme dengan lingkungannya. Ekologi hanya bersifat eksploratif dengan tidak
melakukan percobaan, jadi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di
alam.
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi
dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi
untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di
antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna
meningkatkan produktivitas. Ilmu ekologi pada dasarnya menjelaskan hubungan
antara organisme-tumbuhan maupun hewan-dengan lingkungannya. Dalam studi
ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen
yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat
populasi, komunitas, dan ekosistem
B. Definisi Ekologi Kesehatan
Ekologi Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia,
lingkungan biologis, lingkungan fisik, lingkungan sosial di dalam suatu daerah dan
waktu tertentu yang mempunyai pengaruh pada status kesehatan Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan
erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul
pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup
dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi,

biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani
yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi
energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik
dengan permasalahan kesehatan. Peristiwa ekologis telah terjadi sejak mulainya
sejarah kehidupan di alam semesta ini. Ilmu Ekologi sebenarnya juga sudah cukup
lama dikenal dan dipelajari terutama oleh para ahli biologi. Namun sejak Konferensi
Stockholm 1972, ekologi ramai diperbincangkan orang karena erat hubungannya
dengan lingkungan hidup. Cabang ekologi yang disebut Ekologi Kesehatan masih
lebih muda usianya.
C. Faktor-Faktor Terjadinya Ekologi Kesehatan
D. Pengaruh Lingkungan Bagi Kesehatan
Pengertian sehat menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik,
metal, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan. Pengertian penyakit merupakan suatu kondisi patologis
berupa kelainan fungsi dan atau morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh.
(Achmadi, 2005). Sedangkan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri
host baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk
akibat interaksi semua elemen-elemen termasauk host yang lain (Soemirat,
2005). Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia
dengan

segala

sesuatu

disekitarnya

yang

memiliki

potensi

penyakit.

Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan dicapainya potensi genetik


atau bawaaan / bakat anak. Lingkungan yang kurang baik menghambat pertumbuhan
sehingga potensi bawaan/bakat tidak dapat dicapai. Faktor eksternal (lingkungan)
antara lain faktor prenatal dan pasca natal. Faktor lingkungan prenatal adalah faktor
lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan.
Lingkungan prenatal yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan adalah:
1. Gizi pada saat hamil. Apabila gizi ibu buruk akan menyebabkan berat badan
bayi lahir rendah, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi
baru lahir.

2. Mekanis. Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan
yang kurang. Demikian posisi janin yang tidak normal dapat menyebabkan
berbagai kelainan pada bayi yang dilahirkan dan pertumbuhan terhambat.
3. Toksin. Berbagai jenis obat yang bersifat racun.
4. Endokrin / hormone. Produksi hormone pertumbuhan terganggu.
5. Radiasi. Seperti radiasi dari bom atom dan bocornya pipa gas beracun.
6. Infeksi Intrauterine. Seperti varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus
influenza.
7. Stres pada ibu hamil. Apabila ibu hamil stress akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
8. Anoksia Embrio
Kelainan perkembangan anak yang disebabkan karena faktor lingkungan,
diantaranya :
1. Obat-obatan
Thalidomide adalah obat untuk mengobati atau mencegah kondisi kulit
tertentu yang terkait dengan penyakit Hansen, yang dulu dikenal sebagai kusta
(eritema nodosum leprosum). Thalidomide juga digunakan dengan obat lain
untuk mengobati jenis kanker tertentu (multiple myeloma). Obat ini milik kelas
obat yang dikenal sebagai imunomodulator yang bekerja dengan mengurangi
pembengkakan

dan

kemerahan

(inflamasi).

Thalidomide

juga

dapat

mengurangi pembentukan pembuluh darah yang memberi makan tumor.


Jika thalidomide diambil selama kehamilan, dapat menyebabkan cacat
lahir parah atau kematian embrio-janin. Thalidomide tidak boleh digunakan
oleh wanita yang sedang hamil atau yang bisa menjadi hamil saat mengambil
obat. Bahkan dosis tunggal [1 kapsul (terlepas dari kekuatan)] yang diambil
oleh wanita hamil selama kehamilannya dapat menyebabkan cacat lahir parah.
Talidomid pd minggu pertama kehamilan menyebabkan kelainan struktur bayi.

2. Rubella / Campak Jerman


Virus rubella tidak berbahaya untuk kesehatan ibu hamil, namun sangat
berbahaya terhadap pertumbuhan dan kehidupan janin didalam kandungan.
Hal ini dikarenakan janin akan berisiko tinggi mengalami kelainan jantung,
tuli ketika dilahirkan, retardasi mental, kelainan pada bentuk dan fungsi mata,
katarak, hidrosefalus atau, tengkorak janin tidak berkembang sehingga
ukurannya lebih kecil dari normal, gangguan perkembangan pada sejumlah
organ tubuh janin (seperti jantung, limpa dan paru-paru), berat badan bayi saat
dilahirkan rendah, radang selaput otak, hepatitis, radang iris mata, gangguan
perkembangan sistem saraf seperti meningosefalitis dan keterbelakangan
mental. Rubella menyerang pada usia kehamilan antara 2-3 bulan yang
menyebabkan kelainan bawaan. Bahkan yang paling berbahaya, adalah janin
meninggal di dalam kandungan / still birth.
3. Makanan
Protein merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
agar semua proses tubuh (seperti metabolisme, enzim, hormon,
pertumbuhan, dan regenerasi sel) dapat berjalan dengan baik. Untuk ibu
hamil sendiri, protein dibutuhkan sebagai energi bagi pertumbuhan dan
perkembangan sel dan jaringan baru bagi janin dan ibunya. Pada trimester
pertama, protein dibutuhkan untuk pembentukan jaringan otak dan organ
janin. Pada trimester kedua untuk pertumbuhan janin, rahim, dan payudara
ibu. Sedangkan pada trimester ketiga untuk pertumbuhan janin,
penambahan volume darah ibu, dan perkembangan plasenta. Begitu
pentingnya, ibu hamil tak boleh kekurangan protein. Sebab, dalam
jangka pendek, kekurangan protein selama hamil berpotensi menyebabkan
tidak maksimalnya perkembangan otak, otot, dan organ tubuh janin.
Sedangkan

pada

jangka

panjang

dapat

menyebabkan

kurangnya

kemampuan belajar, kurangnya ketahanan tubuh terhadap penyakit, serta


calon bayi kelak lebih berisiko terkena penyakit metabolik seperti diabetes
dan penyakit jantung.
Deteksi kekurangan protein pada ibu hamil memang tidak secara rutin
dilakukan. Kekurangan protein juga tidak menimbulkan gejala khusus yang
dapat dirasakan oleh ibu hamil. Mengingat asupan protein didapat
bersamaan dengan asupan bahan makanan lain (karbohidrat, lemak, dan

lainnya). Jadi, dugaan adanya ketidakcukupan protein umumnya dilihat


dari penambahan berat badan ibu hamil yang kurang atau bahkan menurun.
Seperti kita ketahui, kecukupan gizi ibu hamil secara sederhana akan
tercermin pada penambahan berat badan yang cukup selama hamil (untuk
ibu dengan indeks masa tubuh normal penambahan BB selama hamil
adalah 11.516 kg).
Calon ibu yang kurang asupan protein berisiko menyebabkan bayi
lebih kecil, bayi mengalami masalah seperti bibir sumbing atau kelainan
fisik

lainnya.

sempurnanya

Bahkan,

kekurangan

pembentukkan

air

protein

susu

ibu

berefek

pada

kelak

dalam

kurang
masa

laktasi. Kekurangan protein hewani terutama kehamilan trimester II dan III


berpotensi abortus, prematur, retardasi mental.
4. Radiasi dan trauma mekanik.
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang
cukup besar pada orangtua dikhawatirkan akan dapat mutasi pada gen yang
mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang
dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostic atau terapeutis sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya hamil muda.
Trauma mekanik atau fisik Penyebabnya antara lain maloklusi,
kesalahan pada pembuatan protesa, menyikat gigi yang terlalu keras,
kebiasaan pasien yang suka menggigit-gigit pipi atau bibir dan oral piercing
(Greenberg dkk., 2008). Menurut Birnbaum dan Dunne (2010), trauma
mekanik dapat disebabkan oleh karena tergigit baik disengaja maupun tidak
disengaja. Lokasinya bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah,
tepi plat gigi tiruan atau ortodontik. Neville dkk. (2009) menuliskan bahwa
pada anak-anak, ulkus traumatik disebut Riga-Fede yang muncul pada
permukaan ventral lidah. Ulkus ini bersifat kronis, dengan gambaran
histopatologis yang disebut ulserasi eosinofilik (traumatic granuloma,
traumatic ulcerative granuloma with stromal eosinophilia [TUGSE],
eosinophilic granuloma of the tongue)

Faktor lingkungan pascanatal yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan adalah


lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial dan faktor keluarga dan adat
istiadat. Lingkungan meliputi aspek fisis, biologis dan sosial yg pd lazimnya
fisikobiopsikososial, aspek tersebut saling berinteraksi.
Lingkungan fisikobiopsikososial dapat berupa :
1. Orangtua
Lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang menguntungkan untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Hal itu berarti, sikap dan
perlakuan orangtua terhadap anak memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kepribadian dan perkembangan psikis anak. Lingkungan keluarga yang
kurang/tidak menunjang proses tumbuh kembang anak atau dikatakan sebagai
lingkungan keluarga beresiko tinggi adalah apabila kondisi keluarga tersebut: (1)
Umur ibu kurang dari 20 tahun, (2) Jumlah anak usia kurang dari 2 tahun ada dua
atau lebih, (3) Ibu/pengasuh tidak tahu mengenai kebutuhan anak dan sulit
menerima pesan-pesan kesehatan, yang ditandai antara lain : tidak tahu mengenai
hal-hal umum yang diketahui oleh masyarakat, tidak dapat memahami petunjukpetunjuk kesehatan yang sebenarnya, tidak dapat menjawab pertanyaan yang
biasanya dapat dijawab para ibu mengenai anaknya, (4) Ibu/pengasuh anak
mengalami gangguan mental atau tekanan jiwa yang berat ditandai oleh antara
lain sebagai berikut: tampak putus asa, mudah menangis, bereaksi sangat lambat,
acuh pada sekitarnya, perilaku aneh, suka tertawa sendiri, gelisah, mondar-mandir
tanpa tujuan, (5) Ibu/pengasuh anak mengabaikan anak atau acuh terhadap
tumbuh kembang anak, antara lain ditandai: menjelek-jelekkan anak, memukul
anak suatu persoalan kecil, tidak mengetahui data tentang anak yang pada
umumnya diketahui oleh para ibu, misalnya: kapan anak diimunisasi, penyakit
yang pernah diderita anak, memperlihatkan sikap tidak senang dalam pembicaraan
terhadap anaknya, (6) Rumah yang kacau dan kotor, (7) Ayah sering melakukan
kejahatan, minum alkohol, atau ada gangguan jiwa, sering mabuk, (8) Hubungan
suami isteri yang buruk, yang ditandai oleh orangtua sering bertengkar di depan
anak-anak, fekerasan fisik antara orangtua, suami sering memukul isteri, (9)
Kemiskinan yang ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: lingkungan tempat tinggal

yang buruk, lantai tanah, atap bocor, gubuk buruk, alat makan yang dipakai tidak
mencukupi untuk seluruh anggota keluarga perlengkapan tidur tidak mencukupi,
tidak mempunyai baju ganti, makanan yang disediakan secara kuantitas dan
kualitas tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh. Sementara kekurangan gizi
dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan
mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu juga berperan
menyebabkan kasus gizi kurang. Dipengaruhi juga oleh kondisi perekonomian
yaitu kemiskinan yang tidak memungkinkan orang tua memberikan makanan
bergizi pada anaknya. Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peranan ibu
dalam ekologi anak, yaitu peran ibu sebagai genetik faktor yaitu pengaruh biologis
terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikologisnya terhadap pertumbuhan
postnatal. Memberikan ASI sedini mungkin segera setelah lahir, merupakan
stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. Keuntungan untuk bayi selain gizi
ASI yang tinggi, juga adanya zat anti pada ASI yang melingungi bayi terhadap
berbagai macam infeksi. Para ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler
berpendapat bahwa taraf intelegensi 75% 80% merupakan faktor keturunan.
Menjaga asupan gizi dan nutrisi adalah hal yang paling penting yang harus selalu
dijaga dan diperhatikan oleh orangtua guna mengoptimalkan tumbuh kembang
anak. Asupan gizi yang baik membantu menjaga system imun pada tubuh mereka
agar tidak rentan terkena penyakit. Selain itu asupan nutrisi tertentu merangsang
perkmbangan otak pada anak, yang artinya hal ini mampu mengoptimalkan fungsi
otak mereka.
2. Pelayanan KIA dan KB
Penggunaan KB berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan kematian anak
dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki anak lebih sedikit dan
lebih sehat dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga miskin, dan
memungkinkan mereka menginvestasikan sumberdayanya dalam pengasuhan,
perawatan, dan sekolah anak, sehingga nantinya diharapkan dapat memutus mata
rantai kemiskinan (UNFPA 2005a, WHO 1994 dalam UNFPA 2006). Secara
nasional, investasi KB juga membuka a window of opportuniity (jendela
kesempatan) bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui penurunan
fertilitas dan perubahan struktur umur populasi dan angka ketergantungan

(dependency ratio). Peningkatan rasio jumlah pekerja terhadap jumlah anak yang
harus ditanggung menyebabkan peningkatan tabungan dan investasi, serta
perbaikan standar kualitas kehidupan dan rendahnya kemiskinan (Bloom et al.
2003, Merrick 2002 dalam UNFPA 2006). A window of opportunity dapat
menurunkan 14 % tingkat kemiskinan di Negara berkembang antara tahun 2000
dan 2015 (Mason and Lee 2004 dalam UNFPA 2006). Investasi dalam KB juga
dapat menurunkan biaya pelayanan sosial seperti biaya pelayanan kesehatan,
pendidikan, pangan, perumahan, dsb. Rendahnya pertumbuhan penduduk juga
dapat mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya alam yang terbatas
(Singh et al. 2003 dalam UNFPA 2006).Untuk perlindungan kesehatan ibu dan
anak dengan jaringan fasilitas yg memadai dalam tenaga, peralatan, anggaran
serata mencakup seluruh populasi.
3. Kondisi baik dengan beberapa segi
Di daerah perkotaam maupun di daerah pedesaan diciptakan keadaan yang cukup
baik dalam segi-segi :
- Kesehatan, misalnya

pengetahuan

keluarga

mengenai

kesehatan,

penyebaran fasilitas kesehatan


Geografis, misalnya sumber alam dan komunikasi
Demografis, misalnya komposisi penduduk menurut umur, kebijaksanaan

keluarga berncana, penyebaran penduduk, urbanisasi dan transmigrasi.


Sosial ekonomi, misalnya kesempatan kerja/lapangan kerja, tingkat

pendapatan, perumahan danlingkungan hidup.


Psikokultural, misalnya pendidikan di sekolah, di rumh dan di luar
sekolah, kebiasaan, kepercayaan, tradisi dan sikap terhadap masalah

kesehatan.
Kebijaksanaan

politik

pemerintah,

misalnya

perencanaan

perkembangan/pembangunan ekonomi kesejahteraan rakyat.


4. Pendidikan untuk pembinaan perkembangan emosi, sosial, moral, etika, tanggung
jawab, pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.
Pendidikan di rumah, sekolah dan luar sekolah serta luar rumah untuk pembinaan
perkembangan emosi, sosial, moral, etika, tanggung jawab, pengetahuan,
ketrampilan dan kepribadian.
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi

manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Penyakit
infeksi yang disebabkan karena lingkungan diantaranya :
1. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA dapat meliputi saluran pernapasan bagian
atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran pernapasan
yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah
organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi, anak yang menderita pneumonia bila tidak
diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian. Di Dinkes/Puskesmas,
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan, yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
Penumonia disebabkan oleh bahaya biologis, yaitu Streptococcus pneumoniae.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Sumber penyakit ini adalah manusia. Pneumococci umum ditemukan pada saluran
pernafasan bagian atas dari orang yang sehat di seluruh dunia. Sedangkan Agen
ditularkan ke manusia lewat udara melalui percikan ludah, kontak langsung lewat
mulut

atau

kontak

tidak

langsung

melalui

peralatan

yang

terkontaminasi discharge saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi


dari orang ke orang, tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi. Manusia
yang berada dalam lingkungan yang kumuh dan lembab memiliki risiko tinggi untuk
tertular penyakit ini (intervensi dengan pemberian genting kaca dan ventilasi padan
rumah sering sangat efektif untuk mengatasi penyakit ini).
Sedangkan tempat berkembang biak saluran pernafasan, dengan cara penularan
melalui udara (aerogen) berupa kontak langsung melalui mulut penderita serta cara
tidak langsung melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri karena penderita
batuk.
Penyakit Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, dan tuberkulosis paru
pada bayi/anak kemungkinan disebabkan media tercemar masuk ke :

sistem pernapasan melalui sampah yang dibakar,


membawa (menggendong) anak sewaktu memasak,
merokok di dalam rumah berdekatan dengan bayi/anak,
menggunakan obat nyamuk bakar,
penderita tuberkulosis paru meludah dan membuang dahak di sembarang tempat.
Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit),
sebagai berikut :
Tingkat hunian rumah padat
1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau
sama dengan 8m2/jiwa.

2.

Plesterisasi lantai rumah


Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat
1. Memperbaiki lubang penghawaan/ventilasi
2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
3. Menambah ventilasi buatan
Perilaku
1. Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur
2. Menutup mulut bila batuk
3. Membuang ludah pada tempatnya
4. Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar
5. Tidur sementara terpisah dari penderita
2. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas,
meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tandatanda diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada
jenis penyebab diare. Beberapa penyebab diare diantaranya adalah Cyclospora
cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia,
Aerobacter aerogenes), kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis,
Enteritis campylobacter, golongan virus dan patogen perut lainnya. Penularannya
bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak
langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC
(Enterohaemorragic E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi,
secara umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang.
Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen

akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen,


sehingga menjaga makanan tetap bersih harus diutamakan. Cara penularan melalui
:

Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat
yang hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.

Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.

Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di
sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi,
dan lain-lain.

Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak


mencuci tangan dengan sabun)

Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan


oleh manusia.

Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya


adalah sebagai berikut :
Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1. Gunakan air dari sumber terlindung
2. Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran
Pembuangan kotoran tidak saniter
1. Buang air besar di jamban
2. Buang tinja bayi di jamban
3. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun
berkelompok dengan tetangga.
Perilaku tidak higienis
1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan

2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar


3. Minum air putih yang sudah dimasak
4. Menutup makanan dengan tudung saji
5. Cuci alat makan dengan air bersih
6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih
7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air
panas/mendidih
Sedangkan intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :
1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.
2. Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan
lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang
hewan, buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik,
dan sebagainya.
3. TBC (Tuberculosis)
Tuberculosis (TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan
penyebab

penyakit

adalah

kuman

bakteri mikrobakterium

tuberkulosis. Tempat berkembang biak penyakit adalah di paru-paru. Cara


penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut :

Penderita TBC berbicara, meludah, batuk, dan bersin, maka kumankuman TBC yang berada di paru-paru menyebar ke udara terhirup oleh

orang lain.
Kuman TBC terhirup oleh orang lain yang berada di dekaqt penderita.

Cara efektif mencegah penyakit TBC (berdasarkan faktor penyebab penyakit),


sebagai berikut :
Tingkat hunian rumah padat
1.

Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih

atau sama dengan 8m2/jiwa.


2.
Lantai rumah disemen

Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat


1. Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
3. Menambah ventilasi buatan
Perilaku
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menutup mulut bila batuk


Membuang ludah pada tempatnya
Jemur peralatan dapur
Jaga kebersihan diri
Istirahat yang cukup
Makan makan bergizi
Tidur terpisah dari penderita

4. DBD (Demam Berdarah Dangue)


Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk aedes aegypti. Sedangkan tempat berkembang biak dapat didalam maupun
diluar rumah, terutama pada tempat-tempat yang dapat menampung air bersih seperti :
1.

Di dalam rumah / diluar rumah untuk keperluan sehari-hari seperti ember, drum,

tempayan, tempat penampungan air bersih, bak mandi/WC/ dan lain-lain


2.

Bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga,

perangkap semen, kaleng bekas yang berisi air bersih, dll


3.

Alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,

potongan bambu yang dapat menampung air hujan, dll


Cara Pencegahan Cara efektif mencegah penyakit Demam Berdarah
(berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :
Lingkungan rumah / ventilasi kurang baik :
1.

Menutup tempat penampungan air

2.

Menguras bak mandi 1 minggu sekali


3. Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
4. Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab

Lingkungan sekitar rumah tidak terawat


1.

Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga

2.

Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas

3.

Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau

memelihara ikan pemakan jentik


Perilaku tidak sehat
Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

DAPUS
Greenberg, M.S., Glick, M., Ship, J.A., 2008, Burkets Oral Medicine, 11th Edition, BC
Decker Inc., Hamilton.
Birnbaum, W. dan Dunne, S.M., 2010, Diagnosis Kelainan Dalam Mulut Petunjuk bagi
Klinisi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., Bouquot, J.E., 2009, Oral and Maxillofacial
Pathology, 3rd edition, Elsevier, India.
Ahmadi, U.F., Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, PT. Kompas Media Nusantara,
Jakarta.
Juli Soemirat Slamet. 2005. Kesehatan Lingkungan. Gajah MAda Univ Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai