Konsep Medis
Konsep Medis
A. Latar Belakang
Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada
orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi krisis hipertensi karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak,
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot
jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat
yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.
Pada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang
mencolok tinggi, umumnya tekanan darah sistolik lebih dari 220 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik lebih dari 120-130 mmHg, dan peningkatannya
terjadi dalam waktu yang relatif pendek. Selain itu, dalam penatalaksanaan,
yang lebih penting daripada tingginya tekanan darah adalah adanya tanda
kerusakan akut organ target.Dengan pemakaian obat antihipertensi baru yang
bekerja jangka panjang dengan efek samping yang minimal, jumlah pasien
krisis hipertensi menjadi lebih sedikit, dengan angka prevalensi sekitar 1%
pada pasien hipertensi. Hal ini berbeda sekali jika dibandingkan dengan era
sebelum dipakai obat antihipertensi baru dengan insidens hipertensi maligna
sekitar 7% pada pasien hipertensi yang tidak diobati.Sebagian pasien krisis
hipertensi datang dalam keadaan gawat sehingga perlu dikenali dan ditangani
secara khusus. Penanganan yang dianjurkan oleh para ahli tidak selalu sama
dan dipengaruhi oleh pengalamannya dengan obat antihipertensi tertentu yang
lebih banyak daripada obat lain. Ketersediaan obat antihipertensi parenteral di
suatu negara juga merupakan faktor penting dalam cara penanggulangan yang
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis penyakit krisis hipertensi?
2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit krisis hipertensi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep medis penyakit krisis hipertensi
2. Untuk mengetahui bagaiamana asuhan keperawatan penyakit krisis
hipertensi
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Krisis hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah meningkat dan
menetap pada nilai yang tinggi, misalnya 120-150 mmHg atau lebih dan atau
disertai beberapa penyulit seperti: ensefalopati, payah jantung kiri akut,
perdarahan otak, dan hipertensi maligna (hipertensi disertai edema papilla
nervus optic). Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi
yang tidak atau lalai memakan obat antihipertensi.
B. Anatomi dan Fisiologi
tekanan darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga pada akhirnya pada venavena besar yang mendekati jantung terdapat gaya isap (suction), yakni tekanan
negative (bukan positif), akibat gaya isap yang dihasilkan jantung ketika
ruangan-ruangan di dalamnya relaksasi.
Tekanan pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini
paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah
ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).
C. Klasifikasi
Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan prioritas
pengobatan, sebagai berikut :
1. Hipertensi emergensi/emergency hipertension (darurat)
Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga
tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar
dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk
dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun
kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.
2. Hipertensi urgensi/urgency hipertension (mendesak)
Tekanan darah yang tinggi tapi belum disertai kerusakan organ. Tekanan
darah harus diturunkan dalam hitungan jam atau hari untuk mencegah
kerusakan target organ. Sama seperti Hipertensi darurat, tidak ada patokan
mutlak, namun sebagai patokan tekanan darah yang lebih dari 180/110
sudah dapat dikatakan tekanan darah urgency.
D. Etiologi
Ada tiga organ utama pengendalian tekanan darah yaitu otak, jantung dan
ginjal. Di otak terletak dalam medulla oblongata dan hipotalamus, di jantung
sebagai pengaturan fungsi jantung, tonus arterioler, di ginjal melalui
mekanisme metabolisme natrium dan air. Misalnya terjadi beberapa penyakit
penyulit hipertensi seperti :
1. Encefalopati hipertensif
Kenaikan tekanan darah yang melampaui batas autoregulasi otak
menyebabkan tekanan arteri meningkat
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak pada pusat vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor tersebut
bermula pada saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menseksresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid linnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II yang menyebabkan
adanya sutu vasokonstriktor yang kuat. Hal ini merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal yang mengakibatkan peningkatan volume intravaskular. Semua
faktor tesebut cenderung menyebabkan hipertensi.
Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada sistem pmbuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan
tersebut meliputiaterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan
menurunkankemampuan distensi daya regang pembuluh darah. Hal tersebut
menyebabkan aorta dan arteri besar bekurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
F. Manifestasi Klinis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glucosa :
Hiperglikemi
(DM
adalah
pencetus hipertensi)
dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
terdapat DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP :
mengidentifikasikan
penyebab hipertensi seperti
:
Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
5. Photo thorax : Menunjukan
destruksi
kalsifikasi
pada
area
katup,pembesaran jantung.
H. Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
terjadi
infark
miokardium
apabila
arteri
koroner
yang
Natrium Nitropusida
Nikardipin hidroklorida
Nitrogliserin
Enaraplirat
Hidralazin Hidroklorida
Diazoksid
Labatalol Hidroklorida
Fentolamin ( Mansjoer:522 )
Obat pilihan pada kedaruratan hipertensi adalah yang memiliki efek
PORSI SEHARI
UKURAN PORSI
3 5 piring
1 2 potong
2 3 potong
4 5 mangkuk
4 5 buah/potong
2 3 gelas
Kecil
Sedang
Sedang
Sedang
Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau
rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan
sistolik rata-rata 6 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan
dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari
golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih.
Sedangkan makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita
hipertensi adalah daging kambing dan durian.
4. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic kurang
lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic kurang
lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure mean
arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20 % dan
khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap
bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah
diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan
dalam 12 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan
tekanan darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam
dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
J. Pencegahan
Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tetapi
mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi
adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi
kerusakan yang lebih berat. Karena itu, diperlukan upaya-upaya pencegahan
hipertensi.
Dibawah ini adalah beberapa gaya hidup untuk pencegahan hipertensi:
a. Turunkan berat badan jika berat badan mengalami kelebihan (IMT > 27,3
bagi perempuan dan > 27,8 bagi laki-laki) dengan mengurang kalori diet
dan berolahraga.
b. Tingkatkan olahraga aerobik (30-45 menit/ hari), misalnya jalan kaki agar
cepat sampai mencapai tingkat kesegaran jasmani yang sedang.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Pertahankan konsumsi potasium/kalium dalam jumlah cukup (90 mmol /
hari). Lebih bagus yang berasal dari buah-buahan segar dan sayuran.
e. Pertahankan konsumsi kalium dan magnesium dalam jumlah cukup.
f. Berhenti merokok dan kurangi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol untuk
kesehatan jantung secara menyeluruh.
g. Setelah 30 tahun periksa tekanan darah setiap tahun.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Meliputi : nama, umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, dan
bangsa.
b. Penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
agama, bangsa dan hubungan dengan pasien.
2. Pengkajian Primer
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
a. Airway, kaji :
1) Bersihan jalan nafas
2) Adanya/ tidaknya jalan nafas
3) Distres pernafasan
4) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b. Breathing, kaji :
perubahan
kepribadian,
ansietas,
depresi,
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, dan nyeri abdomen.
h. Pernapasan
Gejala
: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas.
Takipnea,ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal.
Batuk dengan/ tanpa pembenukan sputum
Riwayat merokok.
Tanda: Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan.
Bunyi napas tambahan
Sianosis
i. Keamanan
Gejala
C. Intervensi
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard.
Intervensi :
a. Pantau TD
Rasional
: Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.
lambat
mungkin
berkaitan
dengan
vasokonstriksi
atau
Rasional
Rasional
intervensi selanjutnya.
b. Berikan informasi dalam bentuk yang singkat dan sederhana.
Rasional
DAFTAR PUSTAKA
Bakta
made,
dkk.1999.Gawat
Darurat
di
Bidang
Penyakit
Dalam.Jakarta:EGC
Brunner & Suddarth.2001.Keperwatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta: EGC
Doenges, EMarilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.Jakarta:EGC
Price, A Sylvia.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit,
Vol.2,Edisi 6.Jakarta: EGC
Purwadianto A, dkk.2000.Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan
praktik.Jakarta: Binarupa Aksara
Watson, Roger.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat.Jakarta: EGC