Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi segera setelah
lahir, karena mempunyai keunggulan baik ditinjau segi gizi dan daya kekebalan
tubuh. Bayi yang mendapat ASI akan lebih baik, sehat tumbuh lebih kuat karena
ASI memiliki keseimbangan yang lebih baik akan bahan yang diperlukan bayi.
Rendahnya cakupan pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh
kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) secara umum karena sebesar 80%
perkembangan otak anak dimulai sejak masih di dalam kandungan sampai usia 3
tahun yang dikenal dengan periode emas.1
Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI
merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti
memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan syaraf otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa
penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayi.2
Meskipun manfaat-manfaat dari ASI eksklusif telah didokumentasikan di
seluruh dunia, hanya 39 persen anak-anak di bawah enam bulan mendapatkan ASI
eksklusif pada tahun 2012. Cina dengan penduduk terpadat di dunia memiliki
tingkat menyusui hanya 28 persen, negara Tunisia tingkat pemberian ASI
eksklusif hanya 6,2 persen, Nigeria tidak ada perbaikan selama bertahun-tahun,

dan beberapa angka terendah di dunia adalah di Somalia, Chad dan Afrika
selatan.3
ASI eksklusif adalah istilah untuk menyebutkan bayi yang hanya diberi
ASI, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat misalnya pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur, nasi tim, atau makanan lain selain ASI. Di dalam ASI sudah
terkandung semua zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh bayi .2
Millenium Development Goals (MDGs) adalah deklarasi millenium
persatuan bangsa-bangsa dari 188 negara di dunia yang menghasilkan sekumpulan
tujuan dan kebijakan, di Indonesia menargetkan pada tahun 2015 angka kematian
bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA) menurun sebesar dua pertiga
dalam kurun waktu 1990-2015. AKB dan AKABA menurut SDKI tahun 2012
menurun dibandingkan SDKI tahun 2007 dari jumlah 34 bayi menjadi 32 bayi dan
AKABA dari jumlah 44 balita ke 40 balita. Hal ini terjadi terkait program
kesehatan anak dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian, yaitu program
gizi, program ASI eksklusif, dan penyediaan konsultasi ASI eksklusif baik di
puskesmas maupun di rumah sakit.3
World Health Organization (WHO) tahun 2012 dalam dokumen Global
Strategy for infant and Young Child Feeding (IYFC) merekomendasikan pola
pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak adalah ASI eksklusif selama 6 bulan
dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun.2 Pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga
usia 6 bulan memberi banyak manfaat bagi kesehatan mental anak. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan semakin lama menyusui, maka gangguan mental pada
anak semakin berkurang dan anak yang diberi ASI lebih cerdas dan tinggi skor

IQ-nya. Namun berdasarkan hasil penelitian World Breastfeeding Trends Initiative


(WBTI) tahun 2012, hanya 27,3 % saja ibu di Indonesia yang memberikan ASI
eksklusif. Cakupan tersebut masih rendah dan jauh dari target yang diharapkan
oleh Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 80% pada tahun 2014.4
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan
8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak
diberi ASI.5
Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, menyatakan pada Pasal 128 ayat (1), (2) dan (3) setiap bayi berhak
mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan kecuali atas
indikasi medis, menyatakan selama pemberian ASI pihak keluarga, pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh
dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus, serta fasilitas khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 (dua) diadakan di tempat kerja dan sarana umum.6
Menurut Riskesdas tahun 2013 cakupan pemberian ASI di Indonesia baru
mencapai 42% masih kurang jika dibandingkan dengan target WHO yaitu sebesar
50%. Bersasarkan hasil tersebut, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara
yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Pada tahun 2014 ditargetkan jumlah
ibu di Indonesia yang memberi ASI eksklusif adalah 80%. 7 Fenomena kurangnya
pemberian ASI eksklusif menurut Utami Roesli disebabkan beberapa faktor, di

antaranya pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif,


beredarnya mitos yang kurang baik, serta kesibukan ibu bekerja, tidak cukup
fasilitas untuk menyusui dan singkatnya cuti melahirkan merupakan alasan yang
diungkapkan oleh ibu yang tidak menyusui secara eksklusif sangat sulit
dilaksanakan sesuai harapan.8
Hasil penelitian Hariawan tahun 2010 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pada tingkat pengetahuan ibu, tingkat konsumsi ibu dan status gizi bayi
pada ibu yang memberikan ASI eksklusif maupun tidak ASI eksklusif.9 Penelitian
Alveriza tahun 2012 mengungkapkan pengetahuan ibu yang memberi ASI
eksklusif lebih baik dari pada yang tidak memberikan ASI eksklusif.10
Perilaku

menyusui

berkaitan

dengan

pengetahuan

yang

kurang,

kepercayaan atau persepsi dan sikap yang salah dari ibu mengenai ASI. Dukungan
suami, keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat sangat diperlukan agar ibu
dapat menyusui secara eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian Lisma Evareny dkk,
menunjukkan bahwa dukungan suami mempunyai hubungan bermakna secara
statistik maupun secara praktis yaitu lebih tinggi 2,35 dibandingkan suami yang
tidak mendukung pemberian ASI secara eksklusif.11
Provinsi Riau cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
pada tahun 2013 sebesar 46,2 % meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar
45,9 %. Cakupan pemberian ASI eksklusif menurut kabupaten/kota tertinggi
adalah cakupan Kota Dumai sebesar 61,3%, Kabupaten Pelalawan sebesar 54,5%
dan Kota Pekanbaru sebesar 54,2%. Capaian terendah adalah Kabupaten Kampar
39,0%, Kabupaten Siak sebesar 39,5% dan Kabupaten Bengkalis sebesar 40,9 %.

Untuk cakupan pemberian ASI Eksklusif ini baik secara provinsi maupun
kabupaten/kota masih di bawah target renstra sebesar 70%.12
Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sejak
tahun 2011 dari jumlah bayi sebesar 16.715 yang mendapat ASI eksklusif 5.734
(34,30%) dan tahun 2012 dari jumlah bayi sebesar 17.656 yang mendapat ASI
eksklusif 6.666 (37,8%) dan sampai tahun 2013 data terakhir jumlah bayi yang
diberi ASI eksklusif yaitu berjumlah bayi 14.066 yang diberi ASI eksklusif hanya
sebanyak 7.247 bayi (54,2%).13 Hal ini masih jauh dari target pencapaian
pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu 80%.
Puskesmas Sail yang berada di bawah jajaran Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru dengan luas wilayah 3.26 km2. Terdiri dari 76 RT, 18 RW dan 3
kelurahan yaitu : Kelurahan Suka Mulia, Kelurahan Suka Maju dan Kelurahan
Cinta Raja. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sail pada tahun 2013
adalah 23.254 jiwa yang terdiri dari 11.540 jiwa laki-laki, dan 11.714 jiwa
perempuan, yang terdiri dari 6.270 KK, dengan kepadatan penduduk rata-rata
7133 penduduk/KM2. Mayoritas penduduk Kecamatan Sail beragama Islam.
Tingkat pendidikan penduduk sebagian besar adalah tamat SMA. Mata
pencaharian penduduk pada umumnya adalah Pegawai Negeri (31%), sebagian
lagi berdagang, wiraswasta, petani , dll.14
Berdasarkan survey awal yang dilakukan dengan melihat profil Puskesmas
Sail, dari tahun 2011 jumlah bayi 563 yang mendapatkan ASI eksklusif berjumlah
122 (21,67%), tahun 2012 dari jumlah bayi 487 yang mendapatkan ASI eksklusif
berjumlah 121 bayi dengan persentase 24,8 %, dan pada tahun 2013 dari jumlah

bayi 563 yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 158 bayi dengan persentase
19,64 %.14 Berdasarkan data 3 tahun terakhir tidak ada perubahan signifikan bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini berkaitan dengan status gizi kurang pada
balita di Puskesmas Sail pada tahun 2013 berjumlah 46 balita yang berada
dibawah garis merah, termasuk tertinggi ke tiga di wilayah dinas kesehatan kota
Pekanbaru.

Berdasarkan wawancara langsung yang dilakukan di Puskesmas Sail


terhadap 10 orang ibu menyusui didapatkan hasil 4 orang ibu (40%) memberikan
ASI eksklusif, 3 orang ibu rumah tangga dan satu orang bekerja sebagai pegawai
swasta. 6 orang (60%) ibu tidak memberikan ASI eksklusif dengan alasan 3 orang
ibu tidak tahu pentingnya pemberian ASI eksklusif, 1 orang ibu tidak
mendapatkan dukungan dari keluarga pada saat membutuhkan bantuan dalam
pemberian ASI, dan 2 orang ibu lebih tertarik dengan pemberian susu formula
karena gencarnya promosi PASI di media massa.
Berdasarkan uraian data-data di atas, peneliti merasa tertarik untuk
meneliti Pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, pekerjaan), pemungkin
(sumber informasi produk PASI), dan pendorong (dukungan keluarga) terhadap
pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail Kota
Pekanbaru tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang menjadi rumusan masalah adalah:
Pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, pekerjaan), pemungkin (sumber

informasi produk PASI), dan pendorong (dukungan keluarga) terhadap pemberian


ASI eksklusif oleh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail Kota
Pekanbaru tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,
pekerjaan), pemungkin (sumber informasi produk PASI), dan pendorong
(dukungan keluarga) terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Sail Kota Pekanbaru tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Bagi institusi kesehatan
Sebagai bahan referensi kepada Puskesmas Sail agar lebih meningkatkan
promosi tentang ASI eksklusif kepada masyarakat.
2) Pengembangan ilmu kesehatan reproduksi
Untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan tentang ASI Eksklusif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

ASI Eksklusif

Menurut WHO, Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali
vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes dan sirup sampai usia 6 bulan. 2
Pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman, kecuali apabila si bayi
menderita sesuatu penyakit sehingga diperlukan pemberian obat yang sebagian
besar terbuat dalam kemasan sirup. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan
pertama kehidupan bayi.1
Menurut laporan dari Expert Consultation on The Optimal Duration of
Exclusive Breastfeeding, bayi yang disusui eksklusif selama 6 bulan memiliki
daya perlindungan yang lebih tinggi terhadap penyakit infeksi dibandingkan bayi
dengan bayi dengan ASI eksklusif selama 4 bulan. 2
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada ibu, dengan menerapkan
langkah-langkah:4
1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama kurang lebih 1 jam segera setelah
kelahiran bayi.
2) ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan
atau minuman.
3) ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari
selama 24 jam.
4) ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, ataupun dot.
2.2

Air Susu Ibu (ASI)

2.2.1 Manfaat ASI


1) Manfaat ASI bagi Ibu
(1)

Aspek Kesehatan Ibu


Isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi dan mencegah terjadinya

perdarahan post partum, dan mengurangi prevalensi anemia dan


mengurangi angka kejadian carsinoma mammae.
(2)

Aspek Keluarga Berencana


Merupakan KB alami, sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Menurut
penelitian jarak kehamilan pada ibu yang menyusui adalah 24 bulan,
sedangkan yang tidak 11 bulan.

(3)

Aspek Psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena menyusui.14

2) Manfaat ASI bagi Bayi


(1)

Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi. Mengandung lemak,


karbohidrat, protein, garam dan mineral serta vitamin.

(2)

Mengandung zat protektif. Terdapat zat protektif berupa laktobasilus


bifidus,

laktoferin,

lisozim,

komplemen

C3

dan

C4,

faktor

antistreptokokus, antibodi, imunitas seluler dan tidak menimbulkan


alergi.
(3)

Mempunyai aspek psikologis yang menguntungkan. Sewaktu menyusui


kulit bayi akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan
manfaat untuk tumbuh kembang bayi kelak. Interaksi tersebut akan
menimbulkan rasa aman dan sayang.

(4)

Menyebabkan pertumbuhan yang baik. Bayi yang mendapatkan ASI


akan mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi obesitas.

10

(5)

Mengurangi kejadian caries dentis. Insiden karies dentis pada bayi yang
mendapatkan susu formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI.
Karena menyusui denagn botol dan dot pada waktu tidur akan
menyebabkan gigi lebih lama kontak denagan sisa susu formula dan
menyebabkan gigi menjadi asam sehingga merusak gigi.

(6)

Mengurangi kejadian maloklusi. Penyebab maloklusi rahang adalah


kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan
botol.14

2.2.2

Komposisi ASI
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu:14

1)

Kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan hari pertama sampai hari ke tiga setelah
bayi lahir. Berikut beberapa manfaat kolostrum menurut BMSG:2
(1) Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip dengan
nutrisi yang diterima bayi selama di dalam rahim.
(2) Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari
pertamanya.
(3) Seperti

imunisasi,

kolostrum

memberi

antibodi

kepada

bayi

(perlindungan terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu


sebelumnya)
(4) Kolostrum mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan dan
membersihkan sistem pencernaan bayi dari mekonium.
(5) Kolostrum juga mengurangi konsentrasi bilirubin (yang menyebabkan
bayi kuning) sehingga bayi lebih terhindar dari jaundice.

11

(6) Kolostrum juga membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk


pencernaan.
Tabel 2.1 Kandungan dan Manfaat Kolostrum
Kandungan
Kaya antibodi
Banyak sel darah putih
Pencahar
Faktor pertumbuhan
Kaya vitamin A

Kegunaan
Melindungi dari infeksi dan alergi
Melindungi dari infeksi
Membersihkan dari mekonium, mengurangi kuning
Membantu usus berkembang lebih matang, mencegah alergi,
intoleransi
Mengurangi keparahan infeksi, mencegah penyakit mata

Dikutip dari: Dit Bina Gizi Kemenkes RI. 14


2)

ASI transisi, adalah ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari
kesepuluh.

3)

ASI mature, adalah ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai
seterusnya.

2.2.3

Penyimpanan ASI Perahan


ASIP (air susu ibu perahan) yang sudah diperah dapat dipindahkan dari

wadah pemerahan ke wadah penyimpanan. ASIP bisa disimpan dan bertahan


cukup lama sesuai metode penyimpanannya. 15

Tabel 2.2 Tata Cara Menyimpan Air Susu Ibu Perahan (ASIP)
ASI
ASI yang baru saja
diperah (ASI Segar

Suhu Ruangan
Kolostrum :
Hari ke 5 (12-24
jam dalam suhu
<25oC)
ASI Matang :
24 jam dalam suhu
15oC
10 jam dalam suhu
19-22oC
4-6 jam dalam suhu
25oC

Lemari Es
3-8 hari dengan
suhu 0-4oC
Jangan simpan di
bagian pintu, tetapi
simpan di bagian
paling belakang
lemari es/kulkaspaling dingin dan
tidak terlalu
terpengaruh

Freezer
2 minngu dalam
freezer yang
terdapat di dalam
lemari es/kulkas
3-4 bulan dalam
freezer yang
terpisah dari lemari
es/kulkas (2 pintu)
6-12 bulan dalam
freezer khusus yang
sangat dingin
(<18oC)

12

ASIP bekudicairkan dalam


lemari es/kulkas tapi
belum dihangatkan
ASIP yang sudah
dicairkan direndam
dengan air hangat

Tidak lebih dari 4


jam yaitu jadwal
minum ASIP
berikutnya
Untuk diminum
sekaligus

ASIP yang sudah


mulai diminum oleh
bayi dari botol yang
sama

Sisa yang tidak


dihabiskan harus
dibuang

perubahan suhu
Simpan di dalam
lemari es/kulkas
sampai dengan 24
jam
Dapat disimpan
selama 4 jam atau
sampai jadwal
minum ASIP
berikutnya
Dibuang

Jangan masukkan
kembali dalam
freezer
Jangan masukkan
kembali ke dalam
freezer
dibuang

Dikutip dari Multitasking Breastfeeding Mama.15

2.3 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan.21Menurut seorang ahli psikologis yaitu Skiner tahun 1938
dalam Notoatmodjo merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespons,
maka teori Skiner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respons.

2.3.1 Bentuk Perilaku


Berdasarkan teori

S-O-R dilihat dari respons terhadap stimulus

maka

perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :16


1)

Perilaku tertutup (covert behaviour)


Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

13

terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau


covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
2)

Perilaku terbuka (overt behaviour)


Perilaku terbuka ini terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
observable behavior adalah berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk
kegiatan, atau dalam bentuk praktik.

2.3.2

Perilaku Kesehatan
Perilaku Kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik

yang dapat diamati (observable) maupun tidak dapat diamati (unobservable), yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.17
Perilaku kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Perilaku ini disebut
perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup perilaku-perilaku (overt
dan overt behavior) dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan
penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan (perilaku
preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan
(perilaku promotif).
2) Perilaku orang yang sakit atau terkena masalah kesehatan, untuk memeroleh
penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut
perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku
ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah
kesehatan untuk memeroleh penyembuhan

atau terlepas dari masalah

kesehatan yang dideritanya. Tempat yang dicari baik fasilitas kesehatan


profesional maupun pelayanan kesehatan tradisional.

14

2.3.3 Determinan Perilaku Ibu yang Memengaruhi Pemberian ASI


Eksklusif
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal)
dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku
tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau
ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar. Faktor yang
menentukan atau membentuk perilaku ini disebut dengan determinan. Banyak
teori tentang determinan ini salah satunya menurut Teori Lawrence Green dalam
Notoatmodjo menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :18
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang , antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi.
2) Faktor-faktor pemungkinan (enabling factors), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku dan tindakan. Yang
dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan misalnya puskesmas, posyandu, rumah
sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat oalh raga,
makan bergizi, dan sebagainya.
3) Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) adalah faktorfaktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadangkadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi
tidak melakukannya.
Adapun determinan yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah:
1) Pengetahuan Ibu

15

Seseorang akan mengambil keputusan dalam melakukan suatu


tindakan terhadap sesuatu ide yang baru jika orang tersebut punya dasar
pengetahuan yang baik. Menurut Notoatmodjo pengetahuan adalah hasil tahu
dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan faktor pemudah bagi seseorang untuk melakukan
suatu perilaku kesehatan.17
Pada era modern sekarang ini, ternyata masih menyisakan mitos-mitos
tentang menyusui ASI yang dianggap benar. Hal itu menurut Roesli antara
lain; 23
(1) Menyusui akan merubah bentuk payudara ibu.
(2) Menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu.
(3) ASI tidak cukup pada hari-hari pertama sehingga bayi perlu makanan
tambahan.
(4) Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif.
(5) Payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI.
(6) ASI pertama kali keluar harus dibuang karena kotor.
(7) ASI dari ibu kekurangan gizi, kualitasnya tidak baik.
Hartuti dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengetahuan ibu
berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, di mana semakin
tinggi pengetahuan ibu semakin tinggi perilaku pemberian ASI eksklusif.24
Yuliandarin dalam penelitiannya menyatakan proporsi pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang pengetahuan baik yaitu sebesar (35,4%) lebih besar
dari proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang berpengetahuan kurang

16

(9,1%). Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan proporsi yang bermakna


(p=0,000), artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif. Hasil analisis diperoleh nilai OR 5,47 (95% CI 2,372-12,610),
artinya ibu yang pengetahuannya baik mempunyai peluang memberikan ASI
eksklusif 5,47 kali dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang.19
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu


yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.17
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada
objek tersebut.27 Berbagai Tingkat Sikap seperti halnya dengan pengetahuan,
sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
(1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramahceramah.
(2)

Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

17

(3) Menghargai (valuing)


Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendikusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap.
Faktor-faktor yang memengaruhi sikap :
(1)

Pengalaman pribadi apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan memengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

(2)

Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita
merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut memengaruhi
sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti
khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap
sesuatu.

(3)

Pengaruh kebudayaan, kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan


mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

(4)

Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa


seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

(5)

Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan serta


lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian
dan konsep moral dalam arti individu.

18

(6)

Pengaruh faktor emosional. Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh


situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang
sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.27
Lestari dalam penelitiannya menunjukkan bahwa responden yang
memberikan ASI eksklusif yang bersikap positif sebanyak 26,8%
sementara responden yang memberikan ASI ekslusif yang bersikap
negatif sebanyak 40,7%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000
(p < 0,05) nilai Odds Rasio (OR) sebesar 0,533. Menunjukkan bahwa
ada hubungan bermakna antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif.28

3) Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan
oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu
tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.29
Meningkatnya jumlah partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan
adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat
menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.30
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isroni Astuti,
menyatakan bahwa antara pekerjaan dan perilaku pemberian ASI eksklusif
bahwa 23,9% ibu memberikan ASI eksklusif sebagai ibu rumah tangga.
Hasil uji statistik diperoleh p,0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan
yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif.21

19

4) Promosi produk PASI


Promosi adalah perkenalan dalam rangka memajukan usaha, dagang,
dsb. Iklan susu formula diberbagai media massa sangat berpotensi dapat
merusak pemahaman ibu tentang perlunya ASI bagi bayi. Iklan besarbesaran akan mempengaruhi persepsi yang keliru tentang susu formula dan
ASI. Ibu-ibu hanya memahami dan menangkap informasi yang sepenggalsepenggal dari penyajian iklan yang singkat. Promosi tersebut bertujuan
untuk membentuk persepsi bayi yang sehat dan cerdas apabila diberi susu
formula. Berbagai jenis zat gizi oleh produsen susu formula ditambahkan
sebagai omega-3, DHA, probiotik, asam arakhidonat dan sebagainya.
Dengan penambahan zat gizi tersebut dibuat kesan seolah-olah ASI bernilai
inferior dibandingkan susu formula, sehingga ibu-ibu menjadi ragu-ragu
untuk menyusui bayinya. 31
Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya usaha
pemerahan susu. Susu sapi dimodifikasi dan diproses menjadi susu formula
yang menjadi asupan untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin
bernilai sama dengan susu manusia, namun secara kualitas keduanya
berbeda. Perbedaan antara kuantitas dan kualitas antara ASI dan susu sapi.
Berdasarkan perbedaan komposisi tersebut, bayi yang mengkonsumsi ASI
dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan bayi yang
mengkonsumsi susu formula.31
Prasetyono menyebutkan ada beberapa faktor yang membuat
sebagian ibu tidak menyusui anaknya. Salah satunya adalah promosi yang

20

terlampau gencar dari pihak produsen susu dan makanan pendamping ASI.
Inilah yang membuat para ibu terpengaruh untuk menggantikan ASI sebagai
makanan utama bayi dengan susu formula.32
Promosi ini sangat mempengaruhi pemikiran ibu yang kurang
memiliki pengetahuan yang luas tentang ASI. Dengan adanya promosi
tersebut, para ibu dibujuk agar mempercayai ucapan mereka dan mulai
menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI. Bagi para ibu
menggunakan susu formula dianggap lebih mendatangkan semacam
kelonggaran karena mereka tidak perlu selalu siap sedia memberikan ASI
kepada anak.31
5) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlied (1983) dalam
Friedman yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada lingkungan
penerimanya. Dalam hal ini orang merasa memperoleh dukungan sosial,
secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.33
Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dan
lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi
sepanjang hidup, dimana sumber dan jenis dukungan keluarga berpengaruh
terhadap lingkaran kehidupan keluarga.33

21

Dukungan orang terdekat khususnya suami sangat dibutuhkan dalam


mendukung ibu selama memberikan ASI-nya sehingga memunculkan istilah
breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika ibu merasa didukung, dicintai,
dan diperhatikan maka akan muncul emosi positif yang akan meningkatkan
produksi hormon oksitosin sehingga produksi ASI pun lancar.30
Suami juga secara langsung bisa berperan dalam pemberian ASI
dengan membantu memijat punggung istrinya. Bukan karena istri manja
ingin dipijat, hal ini merupakan cara yang baik untuk meningkatkan hormon
oksitosin yang berguna untuk melancakan ASI. Pijatan dipunggung ini
merupakan bentuk dukungan yang tidak ternilai bagi ibu dalam memberikan
ASI eksklusif.15
Dukungan suami adalah perilaku yang secara berkesinambungan
menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan ASI saja kepada bayi,
membantu ibu dalam mempersiapkan dan menyimpan ASI selama ibu
bekerja, bersikap sabar dalam memotivasi ibu dalam menyusui bayinya. 32
Menurut penelitian Yuliandarin menunjukkan proporsi pemberian
ASI ekslusif paling banyak pada ibu yang mendapat dukungan suami
(2,9%). Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan proporsi yang bermakna
(p=0,004), artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian
ASI eksklusif. Hasil analisis diperoleh nilai OR 12,98 (95%

CI 1,722-

97,872), artinya ibu yang mendapat dukungan suami mempunyai peluang


memberikan ASI eksklusif 12,9 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak
didukung suami.19
Melibatkan orang tua dalam pengasuhan anak juga penting, agar
mereka tetap merasa memiliki peranan dalam mengasuh cucunya. Kita

22

semua yakin bahwa tidak ada nenek dan kakek yang tidak peduli pada
kesehatan

dan

kebahagiaan

cucunya.

Disinilah

pentingnya

mengkomunikasikan pentingnya menyusui bagi tumbuh kembang anak,


agar para eyang bisa ikut berpartisipasi memberikan dukungan positif yang
bermanfaat bagi keberhasilan menyusui.19
Penelitian Bayu menyatakan bahwa dukungan suami dan dukungan
keluarga menyumbangkan hasil yang baik yaitu sebesar (rs=0,290)
mendorong keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif.27
Menurut Roesli mengemukakan suami dan keluarga berperan dalam
mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Dukungan tersebut
dapat memperlancar refleks pengeluaran ASI karena ibu mendapat
dukungan secara psikologis dan emosi.22
2.4 Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Umur
d. Pendidikan
e. Paritas
f. Status pekerjaan
Faktor
Pemungkin
g. Budaya
a. Fasilitas
b. Pendidikan/informasi kesehatan
Faktor Penguat
a. Dukungan Suami dan Keluarga
b. Komitmen Pemerintah
Gambar 2.1 Kerangka Teori Determinan Perilaku
Dikutip dari: Green L.16
Keterangan Skema 2
B = F (Pf, Ef, Rf)
B = Behavior
F = Fungsi
Pf = Predisposing faktors
Ef = Enabling faktors
Rf = Reinforcing

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Pemberian
ASI Eksklusif

23

Variabel Independen
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Pekerjaan
Variabel Dependen
Faktor Pemungkin
1. Sumber Informasi
Promosi PASI

Pemberian ASI Eksklusif

Faktor Penguat
1. Dukungan Keluarga

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dapat kita lihat bahwa ada
Pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, pekerjaan), pemungkin (sumber
informasi produk PASI), dan pendorong (dukungan keluarga) terhadap pemberian
ASI eksklusif oleh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail Kota
Pekanbaru tahun 2014.
2.6 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif oleh
ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail tahun 2014.
2) Apakah ada pengaruh sikap terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu
menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail tahun 2014.

24

3) Apakah ada pengaruh pekerjaan terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu
menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail Kota Pekanbaru.
4) Apakah ada pengaruh sumber informasi promosi PASI dimedia Massa
terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Sail tahun 2014.
5) Apakah ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif
oleh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail tahun 2014.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan penelitian survey
analityk yaitu menganalisis pengaruh dua variabel yaitu faktor predisposisi
(pengetahuan, sikap, pekerjaan), pemungkin (sumber informasi produk PASI), dan
pendorong (dukungan keluarga) terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu
menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sail Kota Pekanbaru tahun 2014.

25

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional


yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekataan suatu saat.34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sail Kota
Pekanbaru dengan alasan, tiga tahun terakhir pencapaian cakupan ASI eklsklusif
di bawah 80% tidak mencapai target dan terkait dengan status gizi kurang pada
balita yang masih tinggi.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai dengan
Januari 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 6 -12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Sail yang berjumlah 188 bayi.
3.3.2

Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini diambil dari jumlah polulasi dari tiga desa di

wilayah kerja Puskesmas Sail berjumlah 188 bayi. Pengambilan sampel dengan
teknik probabilistik dan menggunakan cara sampel acak sederhana (simple

26

random sampling). Untuk menghitung besarnya jumlah sampel yang digunakan


pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Leme show, 1997.
Z2(1-X2)2 P(1-P)
n = -----------------------N d2 +Z(1-x/2)2 P(1-P)
Keterangan :
n
= Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan.
N
= Populasi berjumlah 188 orang.
Z(1-x/2) = deviasi normal 95% (1,96).
P = Proporsi(0,5).
d = Presisi absolut yang diinginkan yaitu 10% (0,1).
1,962 .0,5 (1-0,5)
N = -----------------------188 . 0,12 + 1.962 . 0,5 (1-0,5)
1,962 . 0,5 .(0,5)
= -----------------------188. 0,01.+1,962 . 0,5 (0,5)

3,84. 0,25
= -----------------------(188. 0,01) + (3,84. 0,25)
180,5
= -----------------------1,88 + 0,96
180,5
= -----------------------2,84
= 63,56
= 64
Maka besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 orang ibu menyusui
yang mempunyai bayi 6-12 bulan. Teknik pengambilan sampel dengan cara
purposive sample. Adapun jumlah sampel untuk masing-masing kelurahan

27

ditentukan dengan rumus : jumlah populasi kelurahan dibagi jumlah populasi


keseluruhan kali jumlah sampel yang ditentukan sehingga didapatkan hasil :
Kelurahan Suka Mulia

= 78 x 64
188

= 27

Kelurahan Suka Maju

= 65 x 64
188

= 22

Kelurahan Cinta Raja

= 45 x 64
188

= 15

Total keseluruhan sampel di tiga kelurahan 27 + 22 + 15 = 64 sampel


3.4

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner tertutup, kemudian jawaban dijumlahkan.


Selain itu, jenis data sekunder yang berkaitan juga dikumpulkan dari data
Riskesdas, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dan dari Puskesmas yang relevan
dengan penelitian. Sebelum kuesioner disebarkan pada responden dalam
penelitian ini, terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitas.
3.4.1

Validitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 responden yaitu ibu yang

mempunyai bayi umur 6 bulan 12 bulan, dilakukan di puskesmas Rejosari


karena daerah tersebut memiliki karakteristik bayi dan wilayah yang hampir sama
dengan puskesmas Sail yang menjadi tempat penelitian. Uji validitas instrumen
dilakukan dengan rumus korelasi product moment, dengan rumus :35
R=

NXY (X)(Y)
{NX2 (X)2 }{NY2 (Y)2}

28

Keterangan :
R

: korelasi

: Pertanyaan

: Skor pertanyaan.

: Jumlah Responden
Hasil uji coba semua korelasi kemudian dibandingkan dengan tabel product

moment. Kuesioner yang valid adalah apabila nilai pertanyaan lebih besar dari
nilai tabel product moment atau thitung > ttabel. Pertanyaan yang tidak valid harus
diganti atau direvisi atau dihilangkan. Nilai r-tabel untuk 30 responden yang diuji
coba adalah 0.361. jika r-hitung 0.361 dinyatakan valid dan sebaliknya jika nilai
r-hitung variabel <0.361 dinyatakan tidak valid.35
3.4.2

Reliabilitas
Pertanyaan yang sudah validitas, selanjutnya diuji reliabilitas untuk

melihat sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan internal consistency yaitu uji coba
instrument satu kali saja kemudian hasil yang didapat dianalisa menggunakan
rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

Instrument dapat dinyatakan

reliabel jika nilai rhitung > ttabel. untuk responden 30 orang didapat r tabel = 0.80.
maka r-hitung 0.80 dinyatakan reliabel.35
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.5.1 Definisi Operasional
1. Variabel Dependen
Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan
tambahan kecuali obat selama 6 bulan oleh ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sail kota Pekanbaru.

29

2. Variabel Independen
(1) Pengetahuan ibu yaitu segala sesuatu yang berkaitan tentang ASI
eksklusif baik cara pemberian, lama pemberian dan frekuensi
pemberian ASI.
(2) Sikap yaitu segala respons dari ibu tentang pemberian ASI eksklusif.
(3) Pekerjaan yaitu kegiatan diluar rumah yang dilakukan oleh ibu untuk
menghasilkan uang (gaji).
(4) Informasi produk promosi PASI yaitu informasi yang didapatkan ibu
baik melalui media elektronik maupun media cetak atau melalui mulut
kemulut dari teman, saudara dan keluarga lainnya.
(5) Dukungan keluarga yaitu sokongan dan bantuan dari pasangan,
keluarga kepada ibu berupa persetujuan atau larangan terhadap
3.5.2
1.

pemberian ASI eksklusif.


Alat Ukur
Pengetahuan skala ukur nominal, hasil ukur berdasarkan pengetahuan
dengan jumlah nilai yang diperoleh responden menggunakan kuisioner
maka pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3 bagian dengan teori
Noetoatmodjo.33
1) Baik : apabila responden menjawab dengan nilai > 75% dari
seluruh pertanyaan
2) Cukup : apabila responden menjawab dengan nilai 60 75%
dari seluruh pertanyaan
3) Kurang : apabila responden menjawab dengan nilai < 60% dari
seluruh pertanyaan

2.

3.

Sikap menggunakan skala pengukuran skala Linkert hasil ukur positif


(pertanyaan no.1,2,4, 5) hasil ukur negatif (pertanyaan no. 3,6,7,8).
Pekerjaan alat ukur nominal, hasil ukur 1 = bekerja, 0 = tidak bekerja.

30

4.

5.

Informasi produk promosi PASI skala pengukuran nominal, hasil ukur


0 = tertarik 1 = tidak tertarik
Dukungan keluarga skala ukur nominal, hasil ukur 1 = mendukung

0=

tidak mendukung.
3.6

Analisis Data
Setelah data diolah kemudian dianalisis. Analisis berguna untuk

menyederhanakan, sehingga mudah ditafsirkan. Analisis


dilakukan secara

data penelitian ini

univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan

software Statistical Program for Social Science.


1) Analisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.36
2)

Analisis Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh antara dua

variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen


Untuk mengetahui pengaruh antara variabel

yang menggunakan data

kategorik dengan data kategorik digunakan uji chi square/kai kuadrat.37


3)

Analisis Multivariat
Untuk melakukan analisa multivariat terhadap variabel yang menggunakan

data kategorik dengan kategorik digunakan uji regresi logistik. Analisis


multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Regresi Logistik Ganda
dengan model faktor prediksi.37

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Paket advokasi peningkatan pemberian air susu ibu (PP-ASI) di
provinsi dan kabupaten kota Jakarta. Jakarta: Dirjen Bina Kesmas
Direktorat Bina Gizi Masyarakat; 2005.
2. World Health Organization, The optimal duration of exclusive
Breastfeeding, Report of an Expert Consultation Geneva, Switzerland.
Geneva: WHO; 2002.
3. Kinanti AA. Hanya 27% ibu memberikan ASI eksklusif [dokumen di
internet]. 2012 [di unduh 10 Desember 2014]. Tersedia dari: m.detik. com
health/read/2013/06/13/155601/2272641/763/wbti-hanya-275-persen-ibuindonesia-yang-memberi-asi-eksklusif-untuk.html.
4. Unicef. Indonesia ASI adalah penyelamat hidup yang paling murah dan
efektif di dunia[dokumen di internet].2014 [di unduh 10 Desember 2014].
Tersedia dari http://www.unicef.org/Indonesia/id/reallives_19398.htm.
5. Depkes. Manjemen Laktasi: buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan
masyarakat; 2005.
6. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan terkait ASI pasal 128,129, 200 dan 201 dalam Pengertian dan
Dasar Hukum terkait ASI Eksklusif [dokumen dari internet] tersedia dari
http://www.indonesian-publichealth.com/2012/10/eksklusif-nya-air-susuibu.
7. Mari dukung ASI Ekslusif untuk generasi Bangsa yang cerdas dan kuat.
[dokumen dari internet] [di unduh tanggal 10 Desember 2014] tersedia dari
(www.dianka-network.com/2013/01/mari-dukung-asi-eksklusifuntuk.html?m=1)
8. Hariawan E R. Perbedaan tingkat pengetahuan ibu, tingkat komsumsi ibu,
dan status gizi bayi (o-6) bulan pada ibu yang memberikan ASI ekslusif.
Tesis 2010.
9. Alveriza F. Perbedaan pengetahuan ibu yang memberikan ASI ekslusif dan
yang tidak memberikan ASI ekslusif di Puskesmas Tenayan Raya [sripsi]
Pekanbaru: FKM UR ; 2012.
10. Lisma Evareny,dkk. Peran ayah dalam praktik menyusui [Berita kedokteran
masyarakat, vol 26, N0. 4, Desember] Yogyakarta: IKM, FK UGM; 2010
11. Dinas Kesehatan Propinsi Riau. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Riau
Pekanbaru; 2013.
12. Dinas kesehatan Kota Pekanbaru Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
Pekanbaru; 2013.
13. Profil Puskesmas Sail Kota Pekanbaru tahun 2013. Pekanbaru; 2013

32

14. Marni. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;


2013.
15. Umar Nia, Multitasking Breastfeeding Mama, Jakarta Pustaka Bunda Grup
Puspa Swara; 2014.
16. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku; Jakarta Rineka Cipta;
2012.
17. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
18. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta ; 2010.
19. Yuliandarin, Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
ekslusif di Wilayah UPTD Puskesmas Bekasi Barat. [Skripsi]. Depok:
FKM-UI; 2009.
20. Weni K. ASI, Menyusui & SADARI. Yogjakarta: Nuha Medika; 2009
21. Astuti Isroni. Determinan Pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui
[Jurnal Health Quality Vol 4 No.1, November hal 1-76]. Jakarta: Poltekkes
Kemenkes; 2013.
22. Roesli Utami. Inisiasi menyusui dini plus ASI ekslusif. Jakarta: Pustaka
Bunda; 2008.
23. Hartuti. Pemberian ASI ekslusif dan faktor-faktor yang berhubungan di
Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat [tesis]
Depok: FKM-UI; 2006.
24. Azwar Saifuddin. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar ; 2012.
25. Lestari Dian. Faktor-faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian
ASI ekslusif di Indonesia [jurnal] Depok: FKM-UI; 2009.
26. Umar Halimah,dkk. Faktor determinan pemberian ASI eksklusif pada ibu
bekerja di kota Parepare[Tesis].Makasar:FKM. Universitas Hasanuddin;
2013 [di unduh 18 Desember 2014]. www.Libraryusu.com/htm.
27. Kurniawan Bayu. Determinan keberhasilan pemberian ASI eksklusif
[Jurnal kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 4, Agustus] Rumah Sakit
Lamongan; 2013.
28. Rimandhini. Asuhan kebidanan masa nifas (Postnatal Care) Jakarta: CV
Trans Info Media; 2014.
29. Bayu Maharani. Pintar ASI dan Menyusui. Pandamedia, Jakarta; 2014.
30. Josefa Gafriela. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI
eksklusif pada ibu. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2011.
31. Nirwana Ade Benih, ASI dan Susu Formula, Yogyakarta Medical Book.
Nuha Medika. 2014
32. Prasetyo. Buku pintar merawat bayi 0-12 bulan panduan bagi ibu baru
untuk menjalani hari-hari bahagia dan menyenangkan bersama bayinya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;2009

33

33. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta;


2012.
34. Friedman. Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori, dan praktek, edisi
kelima. Jakarta: FKUI;2002.
35. Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta; 2010
36. Muhammad Iman. Pemanfaatan SPSS dalam Penelitian Bidang Kesehatan.
Bandung: Cita pustaka Media Perintis; 2012.
37. Hidayat AA. Metode penelitian kebidanan teknik analisa data. Jakarta:
Salemba medika;2011.

Lampiran 1

KUESIONER

34

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN


PENDORONG TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
OLEH IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SAIL KOTA PEKANBARU
TAHUN 2014
No. Responden

1. Umur responden

tahun

2. Jumlah anak yang sudah dilahirkan (paritas) :

orang

3. Pendidikan responden

4. Status Pekerjaan
Bekerja

Tidak bekerja

Jenis pekerjaan ()
5.

ASI Eksklusif
Usia berapa bayi ibu diberikan susu formula atau makanan tambahan
...............
Apakah ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan
makanan tambahan lainnya kepada bayi
Ya

Tidak

6. Pengetahuan
Petunjuk : Ceklist kotak jawaban yang dianggap benar
1) ASI adalah jenis makanan terbaik bagi bayi
Benar
Salah
2) ASI sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi
Benar
Salah
3) Kolostrum adalah cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan yang
dihasilkan pada hari ke 1-4 setelah melahirkan
Benar
Salah
4) Kolostrum sangat berguna bagi bayi karena mengandung antibodi
Benar
Salah
5) ASI segera diberikan setelah bayi lahir

35

Benar
Salah
6) ASI ekslusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi secara penuh tanpa
makanan/minuman lain selama 6 bulan
Benar
Salah
7) ASI ekslusif diberikan kepada bayi sampai umur 4 bulan
Benar
Salah
8) Anak disapih pada umur 1 tahun
Benar
Salah
9) ASI diberikan setiap saat bayi membutuhkan
Benar
Salah
10) Bila bayi sedang diare ASI sebaiknya dihentikan
Benar
Salah
7. Sikap
1) Menurut ibu apakah ASI adalah makanan yang paling tepat untuk bayi
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
2) Ketika ASI pertama kali keluar yang berwarna kekuning-kuningan harus
tetap diberikan kepada bayi
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
3) Bila ibu lelah dimalam hari lebih baik suami memberi susu formula untuk
bayi
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
4) Sebaiknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun
sebelum menyusui bayinya
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
5) Sebelum ASI diberikan biasanya saya melakukan pemijitan payudara
terlebih dahulu untuk merangsang kelancaran ASI
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
6) Ketika saya mengalami sakit ringan (suhu tubuh panas, diare, dll) maka
pemberian ASI akan saya hentikan
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
7) Memberikan susu formula yang mahal lebih bagus daripada ASI karena
menurut saya mengikuti kemajuan jaman
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
8) Menurut saya Ibu yang bekerja tidak perlu memberikan ASI karena bisa
diganti dengan susu formula
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju

36

8. Dukungan Keluarga
1) Apakah Suami mengizinkan ibu untuk menyusui.
Ya
Tidak
2) Apakah keluarga selalu menunjukkan wajah yang menyenangkan yang
saat membantu ibu selama memberikan ASI
Ya
Tidak
3) Apakah keluarga memotivasi ibu untuk memberikan ASI pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa diberikan makanan lain
Ya
Tidak
4) Apakah keluarga menganjurkan ibu menggonsumsi makanan bargizi agar
ibu dan bayi selalu dalam keadaan sehat
Ya
Tidak
5) Apakah keluarga membimbing ibu cara memerah dan menyimpan ASI
perah
Ya
Tidak
6) Apakah keluarga mencari informasi dari luar (seperti buku,majalah, dan
lain-lain) tentang cara pemberian ASI eksklusif
Ya
Tidak
7) Apakah keluarga memberikan informasi bahwa bayi usia 0-6 bulan hanya
diberikan ASI saja tanpa boleh makanan lain seperti pisang, susu botol,
atau nasi Tim
Ya
Tidak
8) Apakah keluarga membimbing ibu untuk memberikan ASI saja kepada
bayi tanpa makanan lainnya
Ya
Tidak
9) Apakah keluarga mendengarkan keluhan ibu ketika mengalami masalah
selama masa menyusui
Ya
Tidak

9.

10)Apakah keluarga memembantu ibu dengan tulus dan ikhlas


Ya
Tidak
Informasi Promosi PASI

1) Bayi yang tampil pada iklan susu formula kelihatan sehat, namun produk
yang ditawarkan belum waktunya dikonsumsi anak saya

37

Ya

Tidak

2) Walaupun bagi saya sudah cocok dengan satu jenis merek susu, namun bila
ada iklan susu yang lebih unggul biasanya saya akan mengganti susu formula
dengan yang lebih unggul tersebut.
Ya

Tidak

3) Iklan susu formula sangat kratif dan menarik sehingga membuat saya
mempunyai keinginan untuk mencobakan pada bayi saya walaupun saya tetap
susukan.
Ya

Tidak

4) Susu formula selalu lebih menonjolkan kepraktisan dalam penyajiannya,


sehingga menimbulkan keinginan untuk mencobanya
Ya

Tidak

5) Keunggulan susu formula selalu lebih diutamakan produsen, hal ini membuat
saya bingung memilihnya
Ya

Tidak

6) Apakah ibu mengetahui keunggulan susu formula dari media cetak atau media
elektronik
Ya

Tidak

Anda mungkin juga menyukai