Anda di halaman 1dari 53

DAFTAR ISI

2
3

EDITORIAL

Benalu Sosial

36

PROFIL

NARASUMBER
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) Serta Preventif
KKN di Mata Ketua Sekolah Tinggi Transportasi
Darat
Keberdayaan dan disiplin
sebagai upaya pencegahan
korupsi
Menciptakan manusia
perhubungan dengan
mengembangkan Soft Skill

Dari Konsultan Hingga Ketua


Sekolah Tinggi Transportasi Darat
(STTD) Bekasi

10

OPINI
Upaya Inspektorat Jenderal di
Dalam Memerantas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme
Mengenal Komisi Pemberantasan korupsi
Dana Alokasi Khusus (DAK)
dalam sistem perimbangan
keuangan
Seperti garam pada masakan
Menengok korupsi pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Perkeretaapian Indonesia vs
Swedia

42

AUDIT

46

PERATURAN

50

SERBA SERBI

Sisi lain pemikiran tentang


hubungan antara Audit Kinerja
dengan Audit Komprehensif.

Apakah peraturan pelaksana


harus sesuai dengan peraturan
diatasnya?

Punggahan Inspektorat
Jenderal Kementerian
Perhubungan



Penyerahan bingkisan
lebaran bagi pegawai di
lingkungan Inspektorat
Jenderal

Anekdot

PELINDUNG Inspektur Jenderal - PENASIHAT Sekretaris Inspektorat Jenderal - PEMBINA


Inspektur I, Inspektur II, Inspektur III, Inspektur IV, Inspektur V - PEMIMPIN UMUM Andi Hartono, ST PEMIMPIN REDAKSI Dra. Wiwi Harti, MM - WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Drs. Arif Makawi REDAKTUR PELAKSANA Ani Susilaningsih, SE - SEKRETARIS REDAKSI Ruri Martini Dewi,
SH, M.Sc - REDAKTUR PRA CETAK Diana Samosir, S.Sos, Rangga Prasetya D. - KORESPONDEN Helma Agnes Dinantia, Laili Fithri Hidayati, Sandya Dipta P,S.Ikom - KONTRIBUTOR Haeril Bardan, ST, Amirulloh, S.Sit, M.MTr - EDITOR Centya Yeti Lasmita, S.Kom,
M. Sofiyuddin, ST - LAY OUT/SETTING Hary Bowo Seno Putro, ST, Donny Kurniawan, S.Kom
- PRODUKSI DAN DISTRIBUSI Lely Kurnia Sadikin, S.Pd, Darma Sanjaya, SH
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

DARI REDAKSI

editorial
MAJALAH TRANSPARANSI

Benalu Sosial

khir-akhir ini masalah korupsi, kolusi


dan nepotisme (KKN) sedang hangathangatnya
dibicarakan
publik, terutama dalam
media, baik media massa maupun elektronik.
Pada hakekatnya, korupsi
adalah benalu sosial
yang merusak struktur
pemerintahan dan menjadi
penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan
pada umumnya.
Korupsi, kolusi dan nepotisme adalah
produk dari sikap hidup satu kelompok
masyarakat yang memakai uang se-bagai
standard kebenaran dan sebagai kekuasaan mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya bisa masuk ke dalam
golongan elit yang berkuasa dan sangat
dihormati. Mereka ini juga akan menduduki
status sosial yang tinggi dimata masyarakat.
Korupsi, kolusi dan nepotisme sudah berlangsung lama, sejak jaman Mesir Kuno,
Babilonia, Roma sampai abad pertengahan
dan sampai sekarang. Korupsi, kolusi dan
nepotisme terjadi diberbagai negara, tak
terkecuali di negara-negara maju sekalipun.
2

Sebaliknya, pada masyarakat yang primitif,


dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat
kuat dan kontrol sosial yang efektif, korupsi,
kolusi dan nepotisme relatif jarang terjadi.
Tetapi dengan semakin berkembangnya
sektor ekonomi dan politik serta semakin
majunya usaha-usaha pembangunan dengan pembukaan-pembukaan sumber
alam yang baru, maka semakin kuat individu terutama di kalangan pegawai negeri
untuk melakukan praktek korupsi, kolusi
dan nepotisme.
Untuk mengatasi tindak
korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia, diperlukan upaya-upaya yang
efektif, termasuk upaya
preventif melalui peran
lembaga pendidikan dan
rehabilitatif melalui peran
pemerintah.
Percayalah kepada katakata Kartini, Habis Gelap
Terbitlah Terang, masih
ada harapan buat Indonesia. Kegelapan
tidak akan menjadi terang dengan hanya
berpangku tangan. Mantra, doa, apalagi
citra, tidak akan mampu menciptakan
seribu kunang-kunang untuk menerangi
kegelapan malam pemberantasan korupsi,
kolusi dan nepotisme di Indonesia. Dibutuhkan sebuah kemauan, keberanian, dan
kerja keras para pemimpin dan masyarakat sipil untuk menyalakan lilin-lilin harapan
guna mengusir kegelapan malam menuju
Indonesia yang terang benderang bagi
generasi yang akan datang.

Redaksi

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

PROFIL

DARI KONSULTAN HINGGA KETUA SEKOLAH TINGGI


TRANSPORTASI DARAT (STTD) BEKASI
Jojo....
Begitulah ia biasa disapa oleh
pimpinan, rekan
kerja, teman dan
jajaran yang dipimpinnya. Tidak
banyak
orang
yang mengetahui
nama
lengkap
pria yang gemar
membaca
dan
berolah raga ini.
Ia dilahirkan di Cirebon pada tanggal 24
Februari 1961 dari pasangan S. Oemar
Said, SH dan Masriah dengan nama Sugihardjo. Pria yang humoris ini menghabiskan masa kecilnya di Biak hingga menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya di
Santo Yoseph Biak pada tahun 1973.
Masa remaja dijalaninya di Ibu kota. Pada
tahun 1976 ia menyelesaikan tingkat pendidikan Pertama di SMP 73 Jakarta dan pada
tahun 1980 setelah lulus dari jurusan IPA
SMA 8 Jakarta, ia diterima di jurusan Teknik
Sipil FTUI. Selama kuliah ia aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan (menjadi
Sekretaris Umum IMS FTUI dan Wakil Ketua Divisi SAR KAPA FTUI), Pengurus PMI
Jakarta Selatan (Ketua PAMRIS), maupun
aktif mendirikan bimbingan Belajar BTA SMA 8 yang sekarang
menjadi BTA Group. Pada tahun
1985 1987 ia juga bekerja di
Pacific Consultant Internasional
mengerjakan proyek JICA Arterial Road Development Study
Jabotabek dan akhirnya pada
tahun 1989 ia berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi.

Policy yang dibiayai oleh Bank Dunia untuk


Perhubungan Darat yaitu sejak tahun 1989
hingga 1991. Dengan pengalaman tersebut akhirnya ia memutuskan untuk melamar menjadi Pegawai Negeri dan diterima
sebagai CPNS Kanwil Perhubungan Sumatera Barat pada tahun 1992. Kemudian
mulai tahun 1993 menjadi PNS di Ditjen
Perhubungan Darat. Perjalanan karir suami
dari Andajani Setiasih ini boleh dibilang cukup mulus, hal tersebut dapat dilihat pada
tahun 1995 s.d 1997 ia pernah menjabat
sebagai Pelaksana Harian (PLH) Kasi. Angkutan Barang & Khusus. Tahun 1997 s.d
2002 ia menjabat sebagai Kasi. Angkutan
Penumpang dengan pangkat/golongan
Penata Muda Tk. I (III/b) dan tahun 2002
s.d 2008 ia menjabat sebagai Kasubdit
Angkutan Jalan mulai pangkat /golongan
Penata Tk. I (III/d) hingga Pembina Tk. I
(IV/b). Perjalanan karir Bapak dari 1 putra
dan 1 putri ini berlanjut dengan menjabat
sebagai Ketua Sekolah Tinggi Transportasi
Darat (STTD) sejak tahun 2008 hingga saat
ini dengan pangkat/golongan terakhir Pembina Utama Muda (IV/c).
Dengan bergabungnya pria yang memiliki
bakat bisnis ini ke Kementerian Perhubungan, memudahkan ia untuk menuangkan
ide-ide cemerlangnya guna memajukan

Setelah memperoleh gelar sarjananya, ia mengawali karirnya


sebagai konsultan pada proyek
Traffic Management & Parking
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

PROFIL

dunia Transportasi di tanah air khususnya


transportasi darat. Ide cemerlang tersebut
antara lain :
Membuat angkutan pemadu moda dari
Bandara Soekarno Hatta ke Bandung
Super Mall (BSM);
Mendorong penerbitan Permendagri
untuk memberikan diskon 40% pajak
kendaraan angkutan umum;
Pembukaan trayek lintas batas Negara dari Pontianak Malaysia Brunei,
yang sampai sekarang masih dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat dan pengusaha angkutan di Indonesia.
Jika dilihat dari berbagai ide cemerlangnya
dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, maka tidaklah heran berbagai penghargaan telah didapat oleh peraih Cum Laude
di Universitas Indonesia ini antara lain :
Peserta terbaik Adum pada tahun 1996;
Peserta terbaik 2 Spama pada tahun
1999;
Satya Lancana Karya Satya 10 Tahun
pada tahun 2003;
Peserta terbaik 2 PIM 1 pada tahun
2010.
Perjalanan karir yang nyaris tanpa ham4

batan, berbagai prestasi dan penghargaan


yang ia peroleh tidak membuat dirinya
menjadi tinggi hati, namun demikian menjadikannya pribadi yang rendah hati dan
bersahaja. Hingga saat ini ia masih tetap
menyediakan waktunya untuk mengajar.
Dengan berlatar belakang dan kegemarannya menjadi seorang pendidiklah yang
mendorongnya selalu menggunakan metode pendidik dalam pendekatan terhadap
jajaran di bawahnya, baik dalam hal pekerjaan, disiplin maupun kesejahteraan jajarannya. Selain mendidik, hal lain yang amatlah penting menurutnya adalah sebagai
seorang pemimpin ia harus menjadi contoh bagi jajarannya bukan memberikan
contoh.
Saat ini hampir 4 tahun sudah ia dipercaya
memimpin Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD). Sebagai Ketua STTD merupakan kepuasan tersendiri, dimana ia memiliki
peluang yang amat besar untuk mendidik
generasi muda. Menurutnya masa depan
bangsa ini ada di tangan generasi muda.
Taruna STTD sebagai kader Sumber Daya
Manusia Transportasi harus dibekali dengan kompetensi yang lengkap, pengetahuan, keterampilan (Skill) maupun perilaku
(Attitude). Prinsip yang selalu ditanamkannya adalah Jika tidak bisa mengubah
kondisi transportasi secara keseluruhan,
satu hal yang menurutnya harus dilakukan
adalah tidak mewariskan kerusakan pada
generasi berikutnya. (HR)
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI

UPAYA INSPEKTORAT JENDERAL DIDALAM MEMBERANTAS


KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME
Sepertinya pepatah jangan menyapu dengan sapu yang kotor cukup berlaku
bagi upaya Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan memberantas dan
mencegah Tindak Pidana Korupsi di lingkungan Kementerian Perhubungan
sendiri. Untuk Konteks pemberantasan dan pencegahan korupsi jelas sebagai
suatu kerja berat, namun sangat mulia.
nspektorat Jenderal merupakan institusi
Ipengawasan
yang memegang peranan sebagai fungsi
didalam manajemen Kementerian Perhubungan.Hal inilah yang membuat Inpektorat Jenderal berada pada garis
depan atau ujung tombak di dalam upaya
pembinaan pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Fungsi pengawasan untuk mencegah dan


memberantas korupsi dewasa ini selain Inspektorat Jenderal, dimiliki juga oleh institusi-institusi eksternal Kementerian seperti:
KPK, BPK, BPKP dan Kejaksaan. Namun
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas dan
fungsi pembinaan Kementerian Negara
dan sifatnya yang lebih tehnis dan spesifik,
serta berkaitan dengan pengawasan dan
pelaksanaan ketentuan-ketentuan seperti
Peraturan Menteri Perhubungan, SK Dirjen
dan juga standarisasi International antara
lain: Annex, STCW, Manpol dan Solas.
Didalam Peraturan Pemerintah Nomor:
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang ditetapkan
pada tanggal 28 Agustus 2008 telah mengamanatkan didalam pasal 49 bahwa:
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang
secara fungsional melaksanakan pengawasan intern melakukan pengawasan
terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementrian Negara/Lembaga yang didanai
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.

Anggaran : DIPA ITJEN setiap tahun sangat mencukupi untuk kegiatan audit dan
sejak tahun 2007 telah dianggarkan untuk
sewa pesawat, sewa kapal dan sewa mobil untuk menjangkau lokasi audit yang terpencil.
Sarana Prasarana : Disetiap Inspektorat terdapat sarana seperti : laptop,
printer,kamera digital, handycam, hammer
test.
Metode kerja:
1. Penyelenggaraan audit: setiap tahun
melalui rapat dinas yang menghasilkan
keputusan-keputusan yang dituangkan
didalam kebijaksanaan pengawasan
(JAKWAS );
2. Melakukan rapat berkala auditor disetiap Inspektorat;
3. Sapta Laku auditor;
4. Program Kerja Audit (PKA);
5. Laporan Hasil Audit.
Permasalahan yang dihadapi Auditi terkait dengan KKN
1. Belum semua UPT menyusun standar
Pelayanan minimal khususnya yang
berhubungan dengan pelayanan masyarakat / pengguna jasa langsung ;

Potensi Sumber Daya di Inspektorat


Jenderal

2. Keterbatasan pemahaman pejabat


pengadaan / ULP terhadap prosedur
pengadaan barang dan jasa;

SDM : didukung pegawai 160 staff dan


jumlah Auditor 120

3. Adanya pungutan tidak resmi yang ter-

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
kait dengan perijinan;
4. Kurangnya akses informasi terhadap
layanan publik;
5. Kurangnya komitmen pejabat di pusat
/ di daerah untuk upaya mencegah dan
memberantas korupsi;
6. Ketidakjelasan sistem reward bagi
pegawai yang berjasa;
7. Sistim penerimaan pegawai yang masih sarat KKN;
8. Sistim penggajian pegawai yang tidak
sebanding dengan kebutuhan hidup;
9. Belum semua pejabat di pusat dan
daerah membuat pakta integritas dan
LHKPN;
10. Kurangnya ketegasan dan kurang konsistennya sanksi/hukuman terhadap
pejabat yang terbukti melakukan KKN;
11. Perencanaan usulan anggaran yang
tidak berdasarkan kebutuhan riil di pusat/di daerah;
12. Intervensi pejabat pada saat pemilihan
pengadaan barang/jasa untuk ikut menentukan rekanan tertentu;
13. Pengadaan barang/jasa yang hanya
diikuti oleh kelompok usaha tertentu
atau secara arisan.
Upaya Percepatan Inspektorat Jenderal
di dalam Pemberantasan KKN
1. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004, Menteri Perhubungan telah mengeluarkan Instruksi
Menteri Perhubungan Nomor IM.2
tahun 2004 tentang Perencanaan
Gerakan Nasional Pemberantasan
Korupsi di lingkungan Kementrian
Perhubungan dan Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/94/M.PAN/8/2005 tentang pedoman umum koordinasi, Monitoring dan
Evaluasi pelaksanaan Inpres No. 5 tahun 2004.
6

Dengan berpedoman kepada peraturan tersebut diatas, dalam rangka


upaya percepatan pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi
di lingkungan Inspektorat Jenderal.

2. Sesuai Keputusan Inspektur Jenderal


No.SK 15/HK.403/Itjen-2011 tentang
susunan anggaran kelompok kerja
aksi pencegahan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (AP-KKN) di lingkungan
Inspektorat Jenderal Kemeterian Perhubungan.
Berdasarkan Keputusan Inspektorat
Jenderal tersebut maka kelompok kerja mempunyai tugas :
A. Menyusun Program Aksi Pencegahan Korupsi,Kolusi dan Nepotisme (AP-KKN) di lingkungan Inspektorat jenderal dalam bentuk
kegiatan konkret sesuai petunjuk
pelaksanaannya.
B. Memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan Aksi Pencegahan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(AP-KKN) setiap unit Eselon II di
lingkungan Inspektorat Jenderal.
C. Memberikan masukan dan pertimbangan untuk mencegah berbagai
macam kebocoran dan pemborosan keuangan Negara di lingkungan Inspektorat Jenderal.
D. Mengadakan koordinasi dengan
Lembaga Pengawasan Eksternal
dan Instansi Penegak Hukum agar
tercapai efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan program kerjanya.
3. Melakukan kerja sama dengan institusi eksternal Kemenhub dalam rangka
mendukung kegiatan audit antara lain
dengan :
A. BPKP sebagai institusi Pembina
Audit
-

Melaksanakan penyelenggaraan diklat JFA

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
-

Melakukan joint audit untuk


laporan UPT-UPT KEMENHUB

B. BPK sebagai institusi audit tertinggi


-

Melakukan pemutakhiran tindak lanjut hasil temuan audit

Melakukan audit secara berkala


dilingkungan Inspektorat Jenderal

C. KPK
-

Penyampaian laporan Hasil


Kekayaan Penyelenggara Negara

Menginformasikan adanya kasus yang perlu ditindak lanjuti dengan audit Itjen dan
hasilnya dilaporkan ke Menteri Perhubungan yang selanjutnya meneruskan laporan
tersebut ke KPK.

Melakukan sosialisasi, ceramah terkait dengan pencegahan TPK.

D. Inspektorat di daerah

Melakukan bimbingan teknis audit


(Bimtek) dengan institusi aparat
pengawasan di tingkat provinsi
serta kabupaten/kotamadya.

E. PPATK (Pusat Pelaporan Analisis


Transaksi Keuangan)

Membantu menyediakan data-data rekening perbankan yang terindikasi adanya TPK dan berpotensi
money laundry sesuai UU No.25
tahun 2002 dan UU No.25 tahun
2003.

F. Kejaksaan Agung

Memberikan dukungan maksimal


terhadap upaya-upaya penindakan korupsi

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

4. Dalam rangka mendukung peningkatan kualitas Laporan Keuangan


Kementerian Perhubungan dengan
mewujudkan opini BPK RI Wajar Tanpa Pengecualian, Inspektorat Jenderal
melakukan reviu Laporan Keuangan
secara berkala di tingkat UAKPA /
UAPPA/B, UAPA/B-E1 dan UAPA/B.
Pelaksanaan reviu tersebut bertujuan
untuk mewujudkan Laporan Keuangan
yang efisien, transparan dan akuntabel.
5. Adanya komitmen mulai dari Inspektur Jenderal, para Inspektur dan para
auditor untuk melakukan pencegahan
dan pemberantasan TPK, dibuktikan
dengan membuat pernyataan Pakta
Integritas secara tertulis.
6. Perubahan paradigma Audit.

Inspektorat Jenderal telah mengalami pergeseran peran didalam


audit dimana dahulunya seperti
polisi yaitu lebih pada mencari kesalahan semata (Watch Dog). Namun
kini melakukan peran barunya seperti
pembinaan yang mengedepankan supervisi, rekomendasi dan konsultasi
sehingga dapat memberikan Quality Assurance. Jadi setiap auditor
harus mempunyai harus mempunyai
kemampuan kualifikasi yang lebih
dibanding auditannya.

Setiap auditor yang telah mengikuti diklat


Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di BPK
paham benar bahwa keahlian, kemampuan, pengalaman serta kerjasama didalam
tim audit adalah dasar di dalam permasalahan, yang selanjutnya diharapkan auditor
tersebut mampu memberikan rekomendasi
yang benar serta terarah.
Pembenahan manajemen Inspektorat Jenderal terus berjalan menuju kearah Good
Governance, sehingga diharapkan menjadi
Quality Assurance bagi Kementrian Perhubungan.

OPINI

MENGENAL
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
Latar belakang pembentukan KPK

ejak tumbangnya pemerintahan Orde


Baru (1998), yang dilanjutkan dengan
munculnya perubahan politik (reformasi)
yang kemudian berimbas pada Reformasi
Birokrasi Tata Pemerintahan kita.
Namun sampai kini kita masih menyaksikan banyak contoh
program reformasi
birokrasi itu belum
berhasil. Salah satu
indikasinya
ialah
tertangkapnya Sesmenpora dengan
barang bukti cek
senilai Rp 3,2 Milyar
dan uang tunai ratusan ribu dollar singapura di kantornya
bersama dengan
rekaan
pembangunan Wisma Atlit.
Demikian pula mantan Gubernur Aceh
Abdullah Puteh dan mantan Gubernur
Jawa Barat Dany Setiawan yang menjadi
terpidana kasus pengadaan Mobil Pemadam Kebakaran beberapa waktu yang lalu.
Itulah contoh bahwa tindak pidana korupsi
makin sistimatis dan merasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Sehingga membawa bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional dan pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya.
Selain itu Tindak Pidana Korupsi (TPK)
8

merupakan kejahatan luar biasa sehingga


selama ini terbukti mengalami berbagai
hambatan dan perlu metode penegakan
hukum secara luar biasa melalui pembentukan badan khusus dengan kewenangan luas, independent serta bebas dari
kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan TPK, yang pelaksanaannya
dilakukan secara optimal, intensif, efektif,
professional serta
berkesinambungan melalui UU No.
31 tahun 1999, merupakan latar belakang tindak pidana korupsi sehingga
lahirlah
KPK.
Visi KPK adalah
mewujudkan Indonesia yang bebas
korupsi, sedangkan
Misi KPK adalah
penggerak perubahan untuk mewujudkan bangsa yang anti korupsi.
KPK adalah lembaga Negara yang melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independent dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun (pasal 3 Undang Undang No.30 Tahun 2002).
KPK mempunyai 3 (tiga) strategi didalam
menjalankan tugasnya yaitu :
1. Strategi jangka pendek adalah strategi
yang diharapkan mampu segera memberikan manfaat / pengaruh dalam pemtransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI

berantasan korupsi. Contoh : Adanya


pengungkapan kasus yang bernuansa
KKN dan bersifat Strategis.
2. Strategi jangka menengah adalah
strategi yang secara sistematik mampu
mencegah terjadinya tindak pidana korupsi, Contoh: Sosialisasi, diskusi, penyelenggaraan seminar tentang pencegahan TP Korupsi.
3. Strategi jangka panjang diharapkan
mampu merubah budaya / pola pandang dan persepsi masyarakat terhadap korupsi Contoh : perencanaan
untuk memasukkan didalam kurikulum
Pendidikan Nasional.
Tugas KPK sesuai Pasal 6 UU No.30 tahun 2002 adalah : Koordinasi, Supervisi,
Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan,
Pencegahan dan Monitoring.
Penjabaran dari tugas KPK tersebut adalah:
A. Tugas koordinasi KPK berwenang :
1. Mengkoordinasikan
penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan TPK;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam
kegiatan pemberantasan TPK;
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

3. Meminta informasi tentang kegiatan


pemberantasan TPK;
4. Melaksanakan dengar pendapat dan
pertemuan dengan instansi terkait;
5. Meminta laporan instansi terkait tentang pencegahan TPK.
B. Dalam melaksanakan Tugas Supervisi KPK berwenang :
1. Melakukan pengawasan, penelitian
atau penelaahan terhadap instansi
yang menjalankan tugas dan wewenang berkaitan denga pemberantasan TPK dan instansi yang melaksanakan pelayanan publik;
2. Mengambil alih penyidikan atas
penuntutan terhadap pelaku TPK
yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan ( pasal 9,10 ).
C. Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
TPK yang :
1. Melibatkan aparat penegak hukum,
penyelenggara negara, dan orang
lain yang ada kaitannya dengan TPK
9

OPINI
yang dilakukan oelh aparat penegak
hukum atau penyelenggara negara
2. Mendapat perhatian dan meresahkan masyarakat
3. Mendapat perhatian dan meresahkan masyarakat
4. Menyangkut kerugian negara paling
sedikit (satu milyar rupiah).
D. Dalam melaksanakan tugas pencegahan korupsi, KPK berwenang melakukan
tugas dan langkah pencegahan sebagai
berikut :
1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN);
2. Menerima laporan dan menetapkan
status gartifikasi;
3. Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan;
4. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan TPK;
5. Melakukan kampanye anti korupsi
kepada masyarakat umum;
6. Melakukan kerjasama bilateral atau
multikultural dalam pemberantasan
TPK.
Dalam melaksanakan monitoring KPK
melaksanakan tugas sesuai pasal 14 :
1. Melakukan pengkajian terhadap sistem
administrasi di semua lembaga negara
dan pemerintah;
2. Memberi saran perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi kepada semua pimpinan
lembaga negara dan pemerintah.
Kewajiban KPK sesuai pasal 15 :
1. Memberikan perlindungan terhadap
saksi atau pelapor;
2. Memberikan informasi kepada ma10

syarakat;
3. Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada masyarakat;
4. Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden,DPR,
dan BPK;
5. Menegakkan sumpah jabatan;
6. Melaksanakan tugas,tanggung jawab
dan wewenangnya berdasarkan asasasas kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, kepentingan umum dan
proporsionalitas.
Larangan terhadap pimpinan dan pegawai
KPK (pasal 36) :
1. Mengadakan hubungan langsung atau
tidak langsung dengan tersangka atau
pihak lain yang ada hubungannya dengan perkara TPK yang ditangani KPK
dengan alasan apapun;
2. Menangani perkara TPK yang pelakunya mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus
keatas atau kebawah sampai derajat
ketiga dengan anggota KPK yang bersangkutan;
3. Menjabat komisaris atau direksi suatu
perseroan, organisasi yayasan, pengawas atau pengurus koperasi dan jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan jabatan
tersebut.
Ancaman pidana bagi pelanggar larangan
tersebut adalah pidana penjara paling lama
5 tahun ( pasal 65 dan 66 )
Itulah KPK sebuah institusi dengan
sedemikian banyak kewenangan Namun
juga mempunyai kewajiban secara intern
ekstern yang ketat.
Kita harapkan KPK mampu untuk mengawal barisan terdepan dalam upaya pemberantasan korupsi di Republik ini.
Penulis,
Drs. Teguh Pribadi
Auditor IR I

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)


DALAM SISTEM PERIMBANGAN
KEUANGAN

ebijakan Otonomi Daerah yang mulai


diberlakukan sejak Tahun 1999 membawa perubahan besar bagi pelaksanaan
sistem pemerintahan di Indonesia. Dengan
diberlakukannya Otonomi Daerah diharapkan pembangunan di daerah dapat berjalan sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan
prioritas daerah, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan
ekonomi regional,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Selaras dengan
kebijakan tersebut, Kementerian
Perhubungan melalui
program-program strategis
berupaya secara
maksimal
untuk membangun sarana dan transportasi di daerah
melalui UPT/Satker yang ada di daerah.
Pada Tahun Anggaran 2011, Kementerian
Perhubungan melalui Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat mengeluarkan kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang
langsung diserahkan kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota. DAK diberikan untuk
membiayai kegiatan Keselamatan Transportasi Darat. Melalui tulisan ini akan sedikit
menjelaskan mengenai DAK dan kaitannya
dengan tugas Inspektorat Jenderal sebagai
Aparat Pengawasan.
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

A. Latar Belakang
Salah satu perwujudan pelaksanaan Otonomi Daerah adalah pelaksanaan Desentralisasi, dimana Kepada Daerah diserahkan urusan, tugas dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan dan
kepentingan masyarakat setempat dengan
tetap berpedoman pada peraturan per
Undang-Undangan. Melalui
desentralisasi
kemampuan
Pemerintah
Daerah untuk
pembangunan menjadi lebih lincah, akurat dan tepat.
Urusan Pemerintahan yang
diserahkan
akan didistribusikan kepada
daerah tersebut disertai pula dengan penyerahan atau transfer
keuangan yang terwujud dalam hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah.
Salah satu bentuk hubungan keuangan
Pusat dan Daerah adalah Dana Alokasi
Khusus (DAK), dimana dana yang bersumber dari pendapatan APBN, dialokasikan/
ditransfer kepada daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan merupakan prioritas
nasional, sehingga dapat membantu
mengurangi beban biaya kegiatan khusus
yang harus ditanggung oleh Pemerintah
Daerah.
11

OPINI
Salah satu Prioritas Nasional yang saat ini
menjadi salah satu program utama dari Kementerian Perhubungan adalah Program
Keselamatan yang dikenal dengan Road
Map to Zerro Accident yang ditetapkan
melalui Instruksi Menteri Perhubungan Nomor 3 Tahun 2007. Road Map to Zerro
Accident bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan jasa perhubungan yang selamat,
aman, nyaman, lancar, teratur, tepat waktu
dan biaya yang terjangkau.
Untuk Tahun Anggaran 2011, DAK yang
diusulkan oleh Kementerian Perhubungan
dialokasikan untuk program Keselamatan
Transportasi Darat. Melalui DAK tersebut,
kepada daerah khususnya Kabupaten/Kota
diharapkan dapat membiayai kegiatan yang
berkaitan dengan Keselamatan Transportasi Darat yang menjadi urusan Pemerintah
Daerah sebagai upaya untuk mewujudkan
Road Map to Zerro Accident.

wenangan Pemerintahan Pusat.


Dalam pelaksanaannya terhadap 31
bidang urusan, Pemerintah Pusat
dapat :
1. Menyelenggarakan sendiri sebagian
urusan Pemerintahan;
Dalam pelaksanaannya dilaksanakan
oleh Kantor Pusat/Instansi Vertikal Pusat di daerah.
2. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil
Pemerintah (Dekonsentrasi);

B. Wewenang Pemerintah
Berbicara mengenai kewenangan, secara
garis besar wewenang Pemerintah dibagi
menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
1. Wewenang Pemerintah Pusat
a. Kewenangan Absolute
Merupakan urusan pemerintahan
yang mutlak menjadi kewenangannya dan urusan bidang lainnya yaitu
bagian-bagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya
Pemerintah Pusat. Terdapat 6 urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu :
1) Politik Luar Negeri;
2) Pertahanan;
3) Keamanan;
4) Yustisi;
5) Moneter dan Fiskal Nasional;
6) Agama.
b. Kewenangan Lainnya
Selain urusan yang bersifat absolute terdapat pula 31 bidang urusan pemerintahan yang menjadi ke12

Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam


kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
kepada gubenur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi. Gubernur sebagai kepala daerah provinsi berfungsi
pula selaku wakil pemerintah di daerah,
dalam pengertian untuk menjembatani
dan memperpendek rentang kendali
pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah kabupaten dan kota.

3) Menugaskan sebagian urusan kepada


Pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa (Medebewind/Tugas Pembantuan) berfungsi pula selaku wakil
Pemerintah di daerah, dalam pengertian untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan
tugas dan fungsi Pemerintah termasuk
dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah Kabupaten dan Kota.

Penyelenggaraan asas tugas pembantuan adalah cerminan dari sistem dan


prosedur penugasan Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa, serta dari pemerintah
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
kabupaten/kota kepada desa untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pembangunan yang disertai
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi
penugasan.
Tugas pembantuan yang diberikan oleh
Pemerintah kepada daerah dan/atau tugas-tugas Pemerintah yang apabila dilaksanakan oleh daerah dan/atau desa akan
lebih efisien dan efektif. Tugas pembantuan
yang diberikan oleh pemerintah provinsi
sebagai daerah otonom kepada kabupaten/kota dan/atau desa meliputi sebagian
tugas-tugas provinsi, antara lain dalam
bidang pemerintahan yang bersifat lintas
kabupaten dan kota, serta sebagian tugas
pemerintahan dalam bidang tertentu lainnya, termasuk juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten dan kota. Tugas
pembantuan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa mencakup sebagian tugas-tugas kabupaten/
kota di bidang pemerintahan yang menjadi
wewenang kabupaten/kota.
2. Wewenang Pemerintah Daerah (Desentralisasi)
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam
kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka
munculan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah.
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah
dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem
pemerintahan Indonesia, desentralisasi
akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan
sistem pemerintahan karena dengan adatransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

nya desentralisasi sekarang menyebabkan


perubahan paradigma pemerintahan di
Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di
atas, bahwa desentralisasi berhubungan
dengan otonomi daerah. Sebab, otonomi
daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah
pusat. Jadi dengan adanya desentralisasi,
maka akan berdampak positif pada pembangunan daerah-daerah yang tertinggal
dalam suatu negara. Agar daerah tersebut
dapat mandiri dan secara otomatis dapat
memajukan pembangunan nasional.
C. Dana Perimbangan
Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, dana Perimbangan adalah dana
yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Perimbangan bertujuan mengurangi
kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana perimbangan terdiri dari :
1. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka
presentase untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil ini bersumber dari :

A. Pajak
Dana bagi hasil yang berasal dari sektor
pajak terdiri dari :
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB);
3. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
13

OPINI
dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal
21.

B. Kekayaan Daerah
Dana bagi hasil yang berasal dari ke
kayaaan daerah yang berupa sumber
daya alam terdiri dari :
1) Kehutanan;
2) Pertambangan Umum;
3) Perikanan;
4) Pertambangan minyak bumi;
5) Pertambangan gas bumi;
6) Pertambangan panas bumi.

Proporsi Dana Bagi Hasil menurut UU


No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dibagi berdasarkan
prosentasi yang teah ditetapkan sebagai
contoh Dana Bagi Hasil dari penerimaan
PBB sebesar 90% untuk daerah meliputi
16,2% untuk daerah Provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening
Kas Umum Daerah Provinsi, 64,8% untuk
daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum
Daerah Kabupaten/Kota, dan 9% untuk
biaya pemungutan.
Sedangkan 10% bagian Pemerintah dari
penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh
daerah Kabupaten dan Kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun
anggaran berjalan dengan imbangan sebesar 65% dibagikan secara merata kepada
seluruh daerah Kabupaten dan Kota, dan
sebesar 35% dibagikan sebagai intensif
kepada daerah Kabupaten dan Kota yang
realisasi tahun sebelumnya mencapai/
melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.
2. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana
yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
14

pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam dana perimbangan dan
peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan dan keadilan antar
daerah. Dana Alokasi Umum digunakan
untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat dan daerah, proporsi yang
diberikan kepada daerah minimal sebesar
26% (dua puluh enam persen) dari penerimaan dalam negeri netto.
Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya
dalam APBD harus tetap pada kerangka
pencapaian tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan.
3. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, kegiatan khusus yang dimaksud
adalah :
Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak
dapat diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah tidak sama;
Kebutuhan yang merupakan komitmen
atau prioritas nasional.
4. Dana Alokasi Khusus Keselamatan
Transportasi Darat
Untuk Tahun Anggaran 2011, pemberian
DAK berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 216/PMK.07/2010
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
tanggal 3 Desember 2010 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2011. Pada TA. 2011
DAK dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan
prasarana dasar yang merupakan prioritas
nasional di bidang Pendidikan, Kesehatan,
Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi, Infrastruktur Air Minum, Infrastruktur Sanitasi,
Prasarana Pemerintah Daerah, Kelautan
dan Perikanan, Pertanian, Lingkungan
Hidup, Keluarga Berencana, Kehutanan,
Perdagangan, Sarana dan Prasarana
Perdesaan, Listrik Perdesaan, Perumahan
dan Permukiman, Keselamatan Transportasi Darat, Transportasi Perdesaan serta
Sarana dan Prasarana Perbatasan. Alokasi DAK yang ditetapkan sebesar Rp.
25.232.800.000.000,- (dua puluh lima triliun dua ratus tiga puluh dua miliar delapan
ratus juta rupiah) dan alokasi untuk DAK
Keselamatan Transportasi Darat adalah
Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 216/PMK.07/2010, distribusi DAK
Keselamatan Transportasi Darat untuk 32
Provinsi adalah sebagai berikut :
Melalui pemberian Dana Alokasi Khusus di
Bidang Keselamatan Transportasi Darat,
diharapkan akan mampu meningkatkan
keselamatan bagi pengguna transportasi
jalan di wilayah Kabupaten/Kota melalui
penurunan tingkat kecelakaan sebagai perwujudan program aksi Road Map To Zerro
Accident.
Terdapat 4 (empat) indikator yang diharapkan dapat diwujudkan melalui pemberian
DAK, yaitu :
1. Meningkatkan kualitas keselamatan lalu
lintas jalan dan mengurangi kerugian
materiil dan in materiil sebagai dampak
dari berkurangnya angka kejadian kecelakaan;
2. Menurunkan tingkat kecelakaan terutatransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

ma pada lalu lintas angkutan jalan khususnya pada jalan kab/kota;


3. Menurunkan fatalitas kecelakaan lalu
lintas;
4. Memeratakan pelaksanaan dan percepatan program antar wilayah.
Dalam pelaksanaan DAK Keselamatan
Transportasi Darat, kepada Pemerintah Kabupaten/Kota diminta untuk melaksanakan
3 (tiga) kegiatan yang berlokasi di Jalan
Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya,
yaitu :
1. Pengadaan dan pemasangan Marka
Jalan;
2. Pengadaan dan pemasangan RambuRambu Lalu Lintas;
3. Pengadaan dan pemasangan Pagar
Pengaman Jalan (Guard Rail).
Adapun kriteria jalan jalan Kabupaten/Kota
yang menjadi lokasi kegiatan adalah jalan
yang memiliki kriteria dengan prioritas :
1. Jalan yang memiliki potensi kecelakaan;
2. Jalan yang rawan bencana seperti tanah longsor;
3. Jalan yang memiliki potensi kemacetan;
4. Jalan yang dilalui angkutan umum; dan/
atau
5. Jalan yang menuju lokasi pariwisata.
Terkait dengan pemberian DAK TA. 2011,
terdapat beberapa hal penting yang perlu
mendapatkan perhatian, yaitu :
1. Menteri yang mengusulkan DAK perlu
menetapkan Petunjuk Teknis yang
mengatur penggunaan secara teknis
di daerah. Kementerian Perhubungan
telah menetapkan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. 8 Tahun
2011 tanggal 4 Pebruari 2011 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat
TA. 2011;
2. Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping paling kurang
10% dari alokasi dana DAK yang diperoleh;
3. Pelaksanaan kegiatan harus selesai
15

OPINI
dan dapat dimanfaatkan paling lambat
tanggal 31 Desember 2011 (akhir tahun
2011);
4. Daerah penerima wajib menyampaikan
rencana penggunaan DAK, menyampaikan laporan triwulan tentang pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK
Keselamatan Transportasi Darat kepada Menteri Perhubungan;
5. Kementerian Perhubungan cq. Direktorat
Jenderal
Perhubungan Darat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan DAK Keselamatan Transportasi Darat; melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
DAK
Kese
lamatan Transportasi Darat;
6. Pengawasan terhadap pelaksanaan
DAK Keselamatan Transportasi Darat
sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan.
E. Penutup
Terkait dengan pendistribusian Dana Alokasi Khusus (DAK) Keselamatan Transportasi Darat kepada Pemerintah Kabupaten/
Kota dan kaitannya dengan Inspektorat
Jenderal Kementerian Perhubungan selaku
aparat pengawasan internal adalah :
1. Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan
salah satu jenis Dana Perimbangan yang
bersumber dari Pendapatan APBN yang
langsung didistribusikan kepada daerah
sehingga kedudukannya sama dengan
Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU);
2. Jika melihat Pasal 49 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 ten16

tang SPIP, Inspektorat Jenderal tidak


berkewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap pendistribusian DAK
kepada Kabupaten/Kota karena DAK
merupakan pelaksanaan tugas dan
fungsi daerah dalam hal ini Pemerintah
Kabupaten/Kota. DAK digunakan untuk
membiayai kegiatan yang berada pada
wilayah yang menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu Jalan.
3. Untuk efektifitas
pelaksanaan
DAK,
Inspektorat
Jenderal tetap harus melakukan
koordinasi
dengan aparat pengawasan internal didaerah (Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/
Kota). Koordinasi bertujuan untuk mengingatkan kepada aparat pengawasan intern
untuk melakukan pengawasan terhadap
implementasi DAK dan menjelaskan
mengenai spesifikasi Pagar Pengaman
Jalan, Rambu dan Marka yang sesuai
dengan ketentuan;
4. Pada saat melakukan Audit terhadap unit kerja Direktorat Jenderal Per
hubungan Darat, perlu ditanyakan secara komprehensif mengenai pelaksanaan DAK Keselamatan Trasportasi
Darat sebagaimana telah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
216/PMK.07/2010 tanggal 3 Desember 2010 tentang Pedoman Umum dan
Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun
Anggaran 2011 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 8 Tahun
2011 tanggal 4 Pebruari 2011 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat
TA. 2011.
Penulis,
Amirulloh, S.SiT, M.MTr
Sekretariat Itjen

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI

Seperti

Garam
Pada Masakan

alau kita bukan seorang pengamat,


namun ada baiknya bila kita mengamati perilaku orang-orang disekitar kita.
Kita akan temukan bermacam-macam sifat dan perilaku orang. Ada yang malas dan
tidak bersemangat, ada yang rajin, dan ada
pula yang sangat rajin sampai lupa orangorang disekitarnya.
Bagi seorang pemalas, hari bekerjanya
adalah esok, sedang hari liburnya ialah hari
ini. Kita tentunya tidak perlu membahas
tentang si pemalas, karena tidak sesuai
dengan semangat reformasi yang tengah
gencar
didengungdengungkan
oleh
para pemimpin kita.
Sebagai bahan introspeksi, ada baiknya
kita kenali diri dengan
melihat
perbedaan
antara pekerja keras
dan pekerja yang kecanduan kerja. Sepintas keduanya terlihat
identik memiliki etos kerja yang sama yaitu
Etos Kerja Keras. Namun ada perbedaan
yang sangat mencolok. Apa sesungguhnya
perbedaan Pekerja Keras dengan Pekerja
yang Kecanduan Kerja ?
1. Pekerja keras menghayati kerja sebagai ongkos mencapai visi dan misi/
tujuan yang berharga dan dalam proses
tersebut mereka sangat menikmati kerja
kerasnya, sedang Pekerja yang Kecantransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

duan Kerja (pecandu kerja), mereka


menenggelamkan diri dalam pekerjaan
untuk mendapatkan rasa aman dari
ketidakpastian hidup sekaligus sebagai
cara menghindari komitmen dan tanggungjawab hidup lainnya.
2. Pekerja Keras bisa membatasi diri sehingga masih tersedia waktu untuk kegiatan hidup lainnya seperti keluarga,
sosial, agama dan lain-lainnya.

Sedangkan Pecandu Kerja membiarkan


pekerjaannya
menjadi Raja yang
menguasai seluruh
waktunya sedemikian, rupa sehingga
komitmen yang wajar
terhadap
keluarga
dan bidang lain selalu
kalah apabila berhadapan dengan kerja/
pekerjaan.

3. Pekerja Keras sanggup menghentikan


kerja pada waktu yang dibutuhkan.
Sedang Pecandu Kerja seolah-olah
mendapat bensin apabila menemui api
kerja. Pecandu Kerja tidak bisa hidup
tanpa bekerja, bahkan meskipun mereka sedang beristirahat ataupun sedang
beribadah. Pada dasarnya Pecandu
Kerja adalah pencemas, dengan bekerja
mereka berusaha menghilangkan kecemasan tersebut sehingga kerja adalah
semacam pil penenang untuk menga17

OPINI
tasi kecemasan dan ketakutan mereka.
Dari tiga sisi yang berbeda tersebut, tentu
kita akan berusaha untuk menjadi seorang
Pekerja keras. Baginya, kerja adalah wahana untuk membuat potensi yang ada dalam
diri menjadi mekar dan terwujud. Dengan
semangat tinggi kita dimungkinkan mencapai standar melebihi yang diminta oleh
pimpinan. Kita akan merasa mantap, stabil
dan secara kualitatif kita merasa unik dan
berbeda dari orang kebanyakan. Kreatifitas
akan berfungsi secara alamiah, sikap proaktif kita menguat secara nalar, dan imajinasi kita berkembang secara inovatif.
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri pecandu kerja menurut Bryan Robinson dalam
Chained to the desk :
1. Mereka selalu mengerjakan sendiri pekerjaannya, tidak mau mendelegasikan
atau meminta tolong.
2. Tidak tahan menunggu
3. Selalu terburu-buru dan berlomba dengan waktu
4. Marah jika ditengah kesibukannya ia
diinterupsi
5. Suka mengerjakan beberapa hal sekaligus, seperti makan siang sambil mengirim e-mail atau bertelepon
6. Suka menerima sejumlah komitmen
yang tidak mampu dikerjakannya
7. Merasa bersalah jika tidak mengerjakan sesuatu
8. Sangat mengutamakan hasil, tidak
peduli prosesnya
9. Merasa bahwa segala sesuatu bergerak sangat lamban
10. Marah-marah jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya atau
jika standar yang diminta tidak dipenuhi orang lain
11. Suka mengajukan pertanyaan berulang kali, lupa bahwa pertanyaannya
18

sudah pernah dijawab


12. Suka bekerja sampai larut malam
meskipun semua orang sudah pulang
13. Uring-uringan jika merasa tidak in control
14. Suka membuat keputusan sebelum
memiliki data-data pendukung dan
pertimbangan yang matang
15. Tidak bisa rileks meskipun sedang
tidak bekerja
16. Suka marah pada diri sendiri jika berbuat kesalahan kecil
17. Suka membuat deadline ketat padahal
tak seorangpun memintanya
18. Lebih banyak menaruh pikiran, energi
dan waktu pada pekerjaan ketimbang
pada keluarga
19. Lupa, mengabaikan dan mengecilkan
arti perayaan seperti ulang tahun, reuni, hari bersejarah atau hari raya lainnya.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan
bahwa segala sesuatu bila dilakukan dengan sesuai aturan, sungguh-sungguh, tidak
berlebihan, tidak juga kurang, akan membuahkan HASIL YANG TERBAIK. Sama
halnya seperti garam pada masakan, bila
digunakan secara berlebihan dan terusmenerus, maka masakan akan terasa asin
dan dapat kurang baik bagi kesehatan
karena dapat menimbulkan penyakit. Namun bila tanpa garam pun masakan akan
terasa hambar.
Untuk menghindari suatu penyakit, baik penyakit malas maupun penyakit yang benarbenar sakit, marilah kita jalani hidup ini dengan penuh semangat, positive thinking dan
cara hidup yang sehat, salah satunya dengan tidak mengkonsumsi segala sesuatu
secara berlebihan.
Penulis,
Lely Kurnia Sadikin
Sekretariat Itjen

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI

MENENGOK KORUPSI PADA PELAKSANAAN


PEKERJAAN KONSTRUKSI

aat ini julukan


orang makan semen, besi, aspal, batu,
pasir sudah tak asing
lagi terdengar di telinga
kita bahkan hal tersebut terdengar sudah
lazim dilakukan oleh
orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan suatu proyek
bangunan atau jalan di
negeri ini, mulai dari
pekerja level bawah
sampai dengan level
atas. Mencuri material
bangunan memang tidak mudah, banyak
konsekuensi yang harus di hadapai serta
harus mempunyai dan
menguasai berbagai
teknik manipulasi yang
tidak terpuji, belum
lagi harus berhadapan
dengan hukum jika terjadi kegagalan atau
kerusakan bangunan atau jalan.
Dengan berbagai teknik akal-akalan, hampir semua bidang proyek pekerjaan konstruksi bisa diakal-akali. Pada pekerjaan
konstruksi jalan dengan menggunakan perkerasan lentur (flexible pavement) misalnya;
berpuluh-puluh ton aspal dimakan, hanya
dengan mengurangi tebal perkerasan lentur pada lapisan permukaan (surface coarce). Mudah sekali, cukup dengan mengurangi tebal aspal 0,25 cm sudah dapat
mengurangi jumlah volume aspal yang
digunakan, celakanya semua ini bisa tertata rapi, didukung oleh Shop Drawing dan
Asbuilt Drawing, yang dibuktikan dengan
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

berita acara pemeriksaan yang seolaholeh memang sesuai


dengan
spesifikasi
teknis yang disyaratkan. Memang setiap
pekerjaan pasti ada
pengujian secara teknis misal dengan cara
core drill untuk mengetahui tebal lapisan dari masingmasing lapisan terpasang tetapi hal
tersebut mudah saja
diakali dengan menentukan
titik-titik
yang akan di core drill
dan menebalkan bagian tersebut sesuai
dengan
spesifikasi
teknis yang disyaratkan.
Penggunaan material
yang serba banci seperti besi beton banci
sudah menjadi hal yang biasa. Berapa
banyak material besi beton yang dimakan,
karena menggunakan besi beton banci.
Akibat pengurangan beberapa milimeter
dari diameter besi beton yang digunakan,
akan sama dengan pengurangan sekian
persen besi beton. Belum lagi ditambah
dengan pengurangan panjang overlap dari
besi beton itu sendiri yang seharusnya dipasang sepanjang 20D atau 40D hanya
dipasang setengahnya bahkan seperempatnya. Bayangkan, bagaimana caranya
memakan besi beton ini yang jumlahnya
sampai puluhan bahkan ratusan ton.
Beton yang keras pun bisa dimakan, pe19

OPINI

ngurangan volume bahkan mutu dari beton


biasa dilakukan terutama pada pekerjaan
pembetonan non struktural yang mempunyai resiko kecil terhadap kegagalan bangunan, misal pada pekerjaan pembetonan
untuk lantai kerja, kolom praktis dan balok
anak.
Sebenarnya semua ini tidak perlu terjadi,
apabila semua yang terlibat dalam pekerjaan baik itu owner, kontraktor dan konsultan pengawas bekerja sesuai dengan
tugas yang diembannya. Konsultan pengawas misalnya, mereka berperan untuk
mengawasi dan mengawal pekerjaan yang
dibangun harus sesuai spesifikasi yang disyaratkan. Tetapi kenyataannya sering dijumpai keberadaan konsultan pengawas
sepertinya tidak berperan sebagi pengawas pekerjaan malah hanya sebatas tukang stempel bagi kontraktor.
Besarnya komisi yang diminta konon bisa
mencapai 10% dari nilai proyek akan menambah rendah mutu dari suatu proyek,
yang jelas komisi tersebut pasti berasal dari
hasil jarahan di proyek. Belum lagi biaya
20

over head lainnya dilapangan seperti buat


bayar preman, hiburan dan biaya-biaya
lainnya yang biasanya berkisar antara 5%
sampai dengan 10% dari nilai proyek? Luar
biasa!
Pantas saja kita sering menjumpai berbagai
fasilitas infrastruktur seperti jalan, jembatan
atau gedung yang sudah rusak sebelum
umur rencana, sehingga biaya perbaikan
yang dibutuhkan jauh lebih mahal.
Pelajaran apa yang bisa ditarik dari uraian
diatas? Ternyata korupsi sudah menjadi
budaya pada masyarakat kita. Korupsi bukan hanya menghambat proses pembangunan negara ke arah yang lebih baik, yaitu
peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan rakyat. Ketidakberdayaan
hukum di hadapan orang kuat, ditambah
minimnya komitmen dan keteladanan dari
para pemimpin rnenjadi faktor penyebab
mengapa korupsi masih tumbuh subur di
Indonesia.
Penulis,
M. Sofiyuddin
(Pejabat Pembuat Komitmen Itjen)

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI

PERKERETAAPIAN
INDONESIA VS SWEDIA
K

ereta Api me-rupakan salah satu moda


transportasi massal yang sudah terbukti paling efisien dari segi biaya, baik dari sisi
biaya transportasi (seperti uang yang harus dikeluarkan dan penghematan waktu),
maupun biaya lingkungan (seperti penggunaan energi, keselamatan dan polusi udara). Di berbagai negara maju dan modern,
kereta api telah menjadi tulang punggung
sarana transportasi, baik itu untuk transportasi penumpang maupun barang. Indonesia sebagai Negara berkembang perlu
bekerja yang lebih keras dan belajar lebih
banyak untuk menjadikan kereta api sebagai moda transportasi unggulan.
Salah satu langkah yang telah ditempuh
adalah dengan diterbitkannya UndangUndang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Sebagai pengganti
UU No.13 Tahun 1992. Selaras dengan
undang-undang tersebut, monopoli penyelenggaraan perkeretaapian telah dihapuskan dan untuk pengembangan infrastruktur perkeretaapian pihak swasta yang
berbadan hukum Indonesia dimungkinkan
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

untuk menjadi penyelenggara. Penyelenggaraan perkeretaapian meliputi penyelenggaraan sarana dan penyelenggaraan
prasarana perkeretaapian yang semuanya
harus memenuhi aspek keselamatan dan
kenyamanan penumpang.
Keselamatan (safety) perkeretaapian didukung seluruh aspek dalam penyelenggaraan
perkeretaapian yaitu aspek sarana, aspek
prasarana, aspek operasional, dan aspek
Sumber Daya Manusia (SDM). Penyelenggara sarana dan prasarana perkeretaapian
wajib melakukan pemeriksaan (control)
dan perawatan (maintenance) agar sarana
dan prasarana perkeretaapian tetap dalam
kondisi yang laik operasi. Dalam aspek
operasional dan aspek SDM, penyelenggara wajib untuk melakukan pembinaan
operasional melalui diklat-diklat teknis.
Kali ini penulis akan berbagi pengalaman
dan bercerita tentang sistem perkeretaapian di Negara Swedia. Mengapa dipilih
Swedia?

21

OPINI
Swedia atau Sweden beribukota di Stockholm, merupakan Negara Eropa yang pertama kali menemukan ketel uap untuk
kepentingan industri. Pada tahun 1829
seorang Nils Ericson telah menemukan
dan menciptakan sumber alat gerak dari
prinsip ketel uap tersebut, yaitu locomotive
yang sangat sederhana.
Dengan dibantu Saudaranya yaitu John
Ericson, mereka telah membangun konstruksi untuk lokomotif agar dapat berfungsi sebagai sumber alat gerak dan penarik.
Akhirnya pada tahun 1850 lokomotif pertama kali diluncurkan di jalan raya dengan
roda dari kayu, yang dalam perkembangannya dibangun jalan kereta (rel) dan
kereta dapat mengangkut barang maupun
penumpang.
Sampai dengan sekarang, perkeretaapian
di Swedia merupakan yang paling maju dan
lengkap di antara Negara Eropa lainnya,
disamping Jerman sebagai pengembang
teknologi tinggi kereta modern.
Swedia merupakan negara yang tepat
untuk belajar perkeretaapian karena telah
mengalami berbagai hal di atas dan saat
ini telah berhasil menjadikan kereta api sebagai tulang punggung transportasi yang
efisien dengan tingkat keselamatan dan
ketepatan waktu yang tinggi melalui deregulasi, sesuatu hal yang sedang dan akan
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia saat
ini.
Swedia mempunyai jumlah penduduk
sekitar 9 (sembilan) juta orang dengan
pendapatan domestic bruto sebesar EUR
331.400.000,-, sehingga Swedia merupakan salah satu negara maju dan terkaya
didunia. Angkutan Kereta api di Swedia
merupakan salah satu moda unggulan
dan sangat diminati oleh masyarakatnya.
Mereka mampu menata kehidupan transportasi yang lebih efisien sehingga memudahkan bagi setiap warga untuk melakukan
22

aktivitasnya. Ini tercermin dari pelayanan


transportasi Kereta Api, kedatangan maupun keberangkatan Kereta Api dijamin tepat waktu. Juga kenyamanan, keamanan
dan keselamatan yang lebih penting sekali,
khususnya di Kota Stockholm terdapat 8
(delapan) sistem jaringan kereta api bawah
tanah yang bersusun bertingkat sampai
dengan kedalaman 120 m dari permukaan
tanah rata-rata. Masing-masing jaringan
dikelola oleh 1 (satu) perusahaan swasta.
Disamping itu, terkoordinasinya transportasi jalan raya dalam hal ini bus bus kota
dengan Kereta Api menjadi nilai tersendiri,
kondisi tersebut tampak di pagi hari dan
sore hari, saat warga berangkat menuju ketempat kerja dan mereka saat pulang dari
tempat kerja. Mereka saling menyesuaikan
jadwal keberangkatan dan kedatangan.
Sehingga penumpang tidak menanti dalam
waktu yg lama atau terlantar menanti bus
atau Kereta Api menuju tempat tujuan masing-masing.
I. Perkeretaapian di Swedia
Pada awalnya sistem perkeretaapian di
Swedia sama dengan sistem perkeretaapian di Indonesia yaitu hanya ada satu
operator dimana operator tersebut menyelenggarakan sarana, prasarana, dan lalu
lintas. Namun pada tahun 1988, Pemerintah Swedia memutuskan untuk merubah
regulasi mereka dan memisahkan operator tersebut menjadi beberapa perusahaan
operator kereta api diantaranya operator
sarana, operator perawatan, penyelenggara asset, dan operator lalu lintas operasi
kereta api.
Perubahan regulasi tersebut membawa
dampak perubahan yang signifikan terhadap perkeretaapian di Swedia. Beberapa
organisasi mulai terbentuk, diantaranya
adalah Sweden Railway Administration,
yang mempunyai peran untuk membangun
prasarana, mengoperasikan prasarana,
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
dan melakukan perawatan terhadap prasarana.
Disamping itu, pada tahun 2009 terbentuk
Sweden Transport Agency yang mempunyai tugas untuk menyusun regulasi, melaksanakan regulasi tersebut, pemberian ijin,
dan melakukan supervisi terhadap perkeretaapian Swedia.
Pemisahan tugas dan fungsi pada masingmasing operator berakibat pada fokusnya
para operator menjalankan perannya.
Sebagai contoh, pemisahan operator perawatan sarana kereta api dari operator
kereta api membawa dampak positif bagi
kualitas perawatan sarana tersebut. Walaupun Pemerintah tidak terlalu campur tangan
dalam menentukan kebijakan perawatan
sarana kereta api namun para operator
tersebut sadar akan tugas dan perannya
terhadap kehandalan sarana yang dirawatnya. Dalam pelaksanaan perannya operator perawatan tersebut menjalin kerjasama
dengan operator perkeretaapian dalam
suatu ikatan kontrak melalui mekanisme
tender terbuka. Untuk mendapatkan kerjasama tersebut operator perawatan harus
menawarkan konsep perawatan yang memadai dengan mengacu kepada Maintenance Instruction (MI) dari pabrikan.
Dari sisi kelaikan sarana, disamping setiap
sarana tersebut harus lulus uji, setiap sarana yang akan beroperasi harus mendapatkan pengesahan yang membuktikan bahwa desain dan spesifikasi teknis sarana
tersebut sudah memenuhi Technical Specification for Interoperability (TSI). TSI merupakan suatu standar spesifikasi teknis yang
berlaku untuk seluruh Negara di Uni Eropa.
Organisasi yang berwenang untuk melakukan hal tersebut adalah Sweden Transport
Agency. Untuk menjaga kehandalan dan
kelaikan sarana Pemerintah melakukan inspeksi setiap saat terhadap kondisi sarana
dan riwayat perawatan sarana tersebut.
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

Penyelenggara sarana perkeretaapian di


Swedia terdiri dari beberapa perusahaan
dimana sebelum operator-operator tersebut beroperasi harus memenangkan lelang
yang diadakan pemilik prasarana dalam hal
ini Sweden Transport Administration.
Setelah beroperasi, pemilik prasarana berhak melakukan audit terhadap pelaksanaan pengoperasian sarana yang diselenggarakan oleh pemenang lelang dan apabila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan perjanjian atau kontrak, pihak pemilik
prasarana dapat memutuskan kontrak sepihak dan melakukan lelang lagi.
Dalam hal operasional kereta api, seluruh
lalu lintas perkeretaapiaan di Swedia, dikendalikan oleh suatu badan independen, akan
tetapi masih dibawah kendali Pemerintah
setempat. Hal ini menyebabkan pemerintah hanya bersifat supervisi, sedangkan detailnya di bawah kendali suatu badan yang
bernama Traffic Management.
Traffic Management berhak dan berwenang memberhentikan perjalanan kereta
api, walaupun secara keseluruhan sarana
dan prasarana dinyatakan laik jalan. Untuk
jalur-jalur yang akan dilalui oleh operator
yang akan menggunakan jalur tersebut, sebuah operator wajib menyediakan sarana,
membayar sewa jalur kereta api. Tetapi
suatu operator yang telah melayani relasi
dari suatu daerah ke daerah lainnya dapat
juga menggunakan jalur lain dengan konsekuensinya harus membayar sewa atas
penggunaan jalur tersebut.
A) Sistem Persinyalan
1) Seluruh persinyalan mekanik telah
diganti dengan persinyalan elektrik.
2) Untuk jalur utama (main line), pengontrolan penuh dan pembentukan
rute dilakukan oleh 8 CTC untuk seluruh Swedia dikelola oleh negara

23

OPINI
melalui Trafikverket
Manager).

(Infrastruktur

3) Tugas Trafikverket (Infrastruktur


Manager) adalah membuat jadwal
perjalanan KA serta mengoperasikan
CTC dan memberikan penambahan
dan pengurangan slot operasi kereta
untuk wilayah tertentu.
4) Apabila terjadi kerusakan pada
sistem sehingga menyebabkan
CTC tidak dapat mengontrol stasiun
maka pengontrolan dapat dilakukan
di setiap stasiun (marshall yard).
5) Menggunakan Fixed Block (blok
yang dibentuk antara sinyal keluar di
stasiun asal dengan sinyal keluar)
6) Menggunakan standard European
rail transport management system
(ERTMS) level 2 (pengamanan operasi dengan Automatic Train Protection)
7) Untuk Metro (Subway line) terbagi
atas CTC masing-masing tergantung jalurnya (jalur biru, orange hijau)
Metro dikelola oleh satu perusahaan
yaitu MTR dari Hongkong.
8) Saat ini sedang dikembangkan untuk
penggunaan moving blok/ERTMS
level 3 (block yang dibentuk dengan
memperhitungkan jarak antara satu
kereta dengan kereta di depannya).
9)


Perlintasan terdiri atas:


Protected
Unprotected
Different levels

10) Peralatan perlintasan sebidang dengan pintu (lengkap):


Automatic Barier (dikontrol dr CTC)
ATP
Intermediate block signal
Rambu lengkap
24

Sensor barier
Warning device

Sensor untuk mengetahui apakah pada


perlintasan ada benda lain yang melintas
atau tidak, contohnya : ketika ada kendaraan yang berhenti/mogok ditengah perlintasan.
B) Sistem Telekomunikasi
1) Telepon untuk Operasi
a) Telepon Centralized Function Telephony (CFT)
Perangkat telepon yang dapat
digunakan untuk fungsi Telepon
T/Blok, Telepon JPL, dan Telepon Train Dispatching. Terletak
di Pusat Kontrol (PK).
b) Radio Lokomotif
Digunakan untuk komunikasi antara Pusat Kontrol (PK) dengan
masinis. Terletak di kabin masinis pada rangkaian kereta atau
lokomotif.
c) Handy Talkie (menggunakan
teknologi GSMr)

Perangkat telepon ini dibawa


oleh para petugas perawatan
dan para petugas keamanan di
emplasemen stasiun. Berbeda
dengan Handy Talkie biasa,
fungsi dari perangkat ini lebih
mirip dengan telepon selular
dengan kemampuan untuk terkoneksi sangat cepat kurang
lebih dalam 5 detik. Selain untuk
menelpon, perangkat ini dapat
juga untuk mengirimkan pesan
pendek/SMS. Keunggulan lain
adalah bahwa perangkat ini terdapat system GPS sehingga
petugas CTC dapat mengetahui
posisi para petugas dilapangan
sehingga dapat mencegah tertransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
jadinya hal hal yang tidak diinginkan sewaktu para petugas
berada di jalur Kereta Api.
d) Alat Perekam Suara / Voice Recorder
Perangkat ini diletakkan di CTC.
Semua hubungan telekomunikasi akan direkam di perangkat
ini. Tipe yang digunakan adalah
computer based.
2) Media Transmisi yang digunakan kabel.
Saat ini backbone telekomunikasi
menggunakan kabel fiber optic.
3) Pengoperasian Sistem Telekomunikasi.
Sistem Telekomunikasi yang digunakan di Swedia menggunakan
teknologi yang menyerupai telepon
selular. Teknologi ini disebut GSMr.
Perbedaannya dengan telepon selular adalah bahwa frekuensi yang
digunakan sudah dedicated atau
dikhususkan untuk system telekomunikasi perkeretaapian Swedia.
Seluruh Hubungan Telekomunikasi
berpusat pada CTC sebagai sentral yang terhubung dengan setiap
stasiun (hanya difungsikan apabila
CTC mengalami kerusakan), lokomotif/kabin masinis, petugas perawatan prasarana ataupun sarana,
dan petugas keamanan stasiun. Hal
ini memudahkan pengawasan terhadap seluruh lintas yang tercakup
dalam wilayah CTC tersebut. Apabila
terdapat permasalahan pada petak
jalan, maka petugas CTC dapat
langsung mengetahui lokasi dimana
permasalahan tersebut terjadi dan
memberikan perintah kepada
Petugas petugas di lapangan untuk melakukan tindakan antisipasi atau perbaikan.

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

C) Perawatan
Perawatan prasarana dilakukan oleh
pemerintah melalui Infrastructure Manager
(trafikverket) melalui mekanisme kontrak
dengan pihak ketiga. Pihak ketiga melakukan perawatan setiap hari dan infrastructure manager melakukan inspeksi terhadap
prasarana yang sudah dirawat secara acak.
D) Regulasi dan Standar Teknis
1) Telah dikeluarkan undang-undang
untuk railway (Railway Act) yang
mengacu pada pada UIC (International Union of Railways), CEN, ERA
(European Railway Agency).
2) Pemerintah Swedia tidak mengatur
secara khusus mengenai standar
teknis.
Standar teknis disusun oleh masing
masing operator setelah mendapat
persetujuan dari pemerintah. Acuan
standar teknis yang digunakan oleh
para operator tersebut biasanya
mengacu pada standar cenelec (european standard).
E) Pengujian dan Sertifikat
Untuk Pengujian dan sertifikasi terhadap
suatu pembangunan atau penggunaan
sistem baru, sudah dilakukan oleh Badan
swasta /pihak ketiga yang telah mendapat
akreditasi dari pemerintah.
F) Tindak Lanjut dari sebuah Kecelakaan
Tindak lanjut dari sebuah investigasi apabila
terjadi kecelakaan lebih menekankan pada
mencari penyebab yang berujung pada tindak lanjut berupa perbaikan atau melengkapi suatu sistem baik sarana, prasarana,
ataupun SDM untuk mencegah kecelakaan
yang sama terjadi lagi.
1) Jenis kecelakaan dibagi menjadi 2, yaitu
: Minor dan Major.
2) Kecelakaan yg dilaporkan :
a. Korban meninggal 1 orang atau lebih.
b. Korban luka dirawat di rumah sakit
25

OPINI
selama 24 jam atau lebih.
c. Kerugian sarana, prasarana atau
yang lainnya mencapai 150.000
euro.
d. rintang jalan lebih dari 6 jam.
3) Perkeretaapian Swedia telah memiliki
standar / prosedur penanganan untuk
mencari penyebab dan tindakan preventif pada suatu kejadian kecelakaan.
4) Untuk menginvestigasi dilakukan oleh
operator dan badan pemerintah (NIB/
SAIB). Laporan hasil investigasi para
operator dilaporkan ke NSA/ TA dan
tindakan investigasi oleh NIB/ SAIB berdasarkan rekomendasi.

tersebut disambut oleh PT. Kereta Api


Indonesia dengan melakukan spin off Divisi Jabodetabek yang mempunyai peran
menangani perkeretaapian commuter Jabodetabek menjadi PT. Kereta Commuter
Jabodetabek pada tahun 2008. Pemerintah
berharap dengan berdirinya perusahaan
tersebut dapat mendorong pihak swasta
lainnya untuk berpartisipasi dalam dunia
transportasi kereta api di Indonesia yang
berakibat adanya persaingan sehat untuk
meningkatkan pelayanan yang pada akhirnya dapat menaikkan tingkat keselamatan
operasi kereta api.

II. Perkeretapian di Indonesia

Sesuai dengan amanat Undang-undang


nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, untuk memenuhi persyaratan teknis dan menjamin kelaikan operasi sarana
perkeretaapian, Wajib dilakukan pengujian
dan pemeriksaan. Pengujian dilakukan oleh
Pemerintah dan dapat dilimpahkan

Saat ini perkeretaapian di Indonesia masih


dikuasai oleh satu penyelenggara perkeretaapian, yaitu PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) yang merupakan

Kepada Badan Hukum atau Lembaga yang


mendapat akreditasi Pemerintah sedangkan pemeriksaan wajib dilakukan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian.

suatu Badan Usaha Milik Negara meliputi


penyelenggaraan sarana, prasarana, dan
operasi.

Dalam hal operasi kereta api, sebelum


kereta api dijalankan harus terlebih dahulu
memiliki / membuat Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA). Gapeka tersebut dibuat
1 (satu) tahun sekali dan di sahkan oleh
pemerintah dalam hal ini Ditjen Perkeretaapian sebagai regulator. Setelah kita memiliki Gapeka yang telah disahkan sehingga
sarana dan prasarana harus mendapatkan
sertifikat laik jalan, dan perjalanan kereta api
menjadi aman.

Disamping itu, pola operasi kereta api di Indonesia mempunyai beberapa kelas pelayanan berdasarkan fasilitas pelayanan penumpang yaitu kelas eksekutif, bisnis, dan
ekonomi. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah, kelas eksekutif dan bisnis pengelolalaannya diserahkan sepenuhnya kepada
penyelenggara sarana kereta api, sedang-

5) Waktu investigasi sampai dengan rekomendasi adalah 1 tahun.

Pada tahun 2007, Pemerintah melakukan


perubahan regulasi di bidang perkeretaapian dengan merevisi Undang-undang No.
13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian
dengan menerbitkan Undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
beserta turunannya yaitu Peraturan Pemerintah nomor 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
Api. Dalam Undang-undang tersebut,
Pemerintah sudah membuka kesempatan untuk pihak swasta lain berpartisipasi
dalam industri kereta api baik itu di bidang
sarana, prasarana, ataupun operasi. Hal
26

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
kan untuk kelas ekonomi pengelolaannya diatur oleh Pemerintah melalui skema
Public Service Obligation (PSO) yaitu selisih
tarif akibat dari biaya operasional yang ditanggung oleh Pemerintah akibat dari jalur/
relasi tersebut ditugaskan dan / atau tarif
diatur oleh Pemerintah. Hal ini berdampak
pada kewajiban suatu badan / operator
harus memisahkan pembukuan keuangan
secara transparan.
A) Sistem Persinyalan
1) Masih banyak stasiun yang masih
menggunakan sistem persinyalan mekanik.
2) Persinyalan mekanik tidak memiliki alat
pendeteksi kereta sehingga fungsi kontrol dari pembentukan rute sebagian
diambil oleh operator (PPKA) sehingga
faktor kesalahan manusia dalam pembentukan rute sangat mungkin terjadi.
3) Setiap stasiun menggunakan interlocking yang mengontrol emplasemennya dimana pembentukan rute masih
dilakukan oleh Pengatur Perjalanan
Kereta Api (PPKA) di masing masing
stasiun.
4) Menggunakan Fixed Block untuk perjalanan kereta commuter maupun
perjalanan kereta jarak jauh dan kebanyakan block system belum menggunakan intermediate block sehingga
delay keterlambatan kereta banyak terjadi.
5) Belum menggunakan Automatic Train
Protection (ATP) sehingga keselamatan
perjalanan kereta api sangat tergantung
pada petugas PPKA dalam mengatur
rute dan masinis dalam menjalankan
kereta api sesuai standar operasi. Karena belum adanya ATP sistem maka
masinis dapat secara tidak sengaja
melanggar sinyal tanpa adanya suatu
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

system untuk mengantisipasi keadaan


tersebut.
6) Telah terdapat CTC (Centralized Traffic
Control) tetapi hanya difungsikan sebagai pengawasan atau yang disebut
dengan CTS (Centralized Traffic Supervisory).
7) Akan dibangun kereta MRT di Indonesia
dan direncanakan akan menggunakan
sistem moving block (ERTMS level 3).
8) Perlintasan terdiri atas:
- Perlintasan liar
- Perlintasan sebidang tanpa pintu (tidak dijaga)
- Perlintasan sebidang dengan pintu
(dijaga)
- Perlintasan tidak sebidang
9) Peralatan perlintasan sebidang dengan
pintu :
- Pintu elektrik (dikontrol oleh PJL)
- Rambu lengkap (sesuai SK Ditjen
Perhubungan Darat No. SK.770/
KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang
Antara Jalan Dengan Jalur Kereta
Api)
- Alat peringatan dini (Warning Device)
untuk pengguna jalan.
B) Sistem Telekomunikasi
1) Telepon untuk Operasi
a. Telepon T/ Telepon Blok
Digunakan untuk komunikasi antar
PPKA di stasiun-stasiun yang berkaitan dengan kegiatan operasi Kereta
Api berangkat dan masuk stasiun.
Pesawat telepon yang digunakan
ada yang masih menggunakan telepon magneto.
b. Telepon JPL
Digunakan untuk komunikasi antar
PPKA di stasiun dengan petugas
PJL. Pesawat telepon yang digu27

OPINI
nakan sebagian besar masih menggunakan telepon magneto.
c. Telepon Talkback
Digunakan untuk kegiatan langsiran
dan perawatan di dalam emplasemen stasiun.
d. Telepon Radio Train Dispatching
Digunakan untuk komunikasi antara
Pusat Kontrol (PK) dengan PPKA.
Terletak di Pusat Kontrol (PK) dan
stasiun stasiun.
e. Radio Lokomotif
Digunakan untuk komunikasi antara
Pusat Kontrol (PK) dengan masinis.
Terletak di kabin masinis pada rangkaian kereta atau lokomotif. Kegiatan operasi Kereta Api berangkat
dan masuk stasiun. Pesawat telepon
yang digunakan ada yang masih
menggunakan telepon magneto.
f. Telepon JPL
Digunakan untuk komunikasi antar
PPKA di stasiun dengan petugas
PJL. Pesawat telepon yang digunakan sebagian besar masih menggunakan telepon magneto.
g. Telepon Talkback
Digunakan untuk kegiatan langsiran
dan perawatan di dalam emplasemen stasiun.
h. Telepon Radio Train Dispatching
Digunakan untuk komunikasi antara
Pusat Kontrol (PK) dengan PPKA.
Terletak di Pusat Kontrol (PK) dan
stasiun stasiun.
i. Radio Lokomotif
Digunakan untuk komunikasi antara
Pusat Kontrol (PK) dengan masinis.
Terletak di kabin masinis pada rangkaian kereta atau lokomotif.
j. Telepon Centralized Function Tele28

phony (CFT)
Perangkat telepon yang dapat digunakan untuk fungsi Telepon T/Blok,
Telepon JPL, dan Telepon Train Dispatching. Terletak di Pusat Kontrol
(PK) dan stasiun stasiun.

k. Telepon Centralized Function Telephony (CFT)


Perangkat telepon yang dapat digunakan untuk fungsi Telepon T/Blok,
Telepon JPL, dan Telepon Train Dispatching. Terletak di Pusat Kontrol
(PK) dan stasiun stasiun.
l. Alat Perekam Suara / Voice Recorder
Perangkat ini diletakkan di stasiun
stasiun dan Pusat Kontrol (PK) untuk
merekam setiap pembicaraan yang
dilakukan oleh petugas PPKA dan
petugas PK. Hasil rekaman dapat
dijadikan sebagai bahan investigasi
apabila terjadi kecelakaan untuk
mengetahui apakah para petugas
tersebut sudah melakukan tugas
sesuai dengan prosedur.
Akan tetapi belum seluruh stasiun memiliki
alat perekam tersebut dan sebagian besar
masih menggunakan alat perekam menggunakan media kaset.
2) Media Transmisi
Kabel, terdiri atas : Kabel Tembaga
dan Kabel Fiber Optic (Serat Optik)
3) Pengoperasian Sistem Telekomunikasi
Saat ini frekuensi transmisi antar base
station (Radio Link) yang diijinkan oleh
Ditjen Pos dan Telekomunikasi khusus
untuk komunikasi Perkeretaapian ada di
frekuensi 8 GHz. Sedangkan radio traindispatching berfungsi di frekuensi 161
Mhz dan 177 MHz. Perangkat Radio
Traindispatching digunakan untuk menghubungkan antara Pusat Kontrol (PK)
dengan PPKA dan antara Pusat Kontrol
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI
(PK) dengan masinis (Radio Lokomotif).
Setiap hubungan telekomunikasi akan
direkam dengan alat perekam suara/
voice recorder.
C) Perawatan

Untuk saat ini, perawatan dilakukan


oleh PT KAI dengan adanya mekanisme
pemberian subsidi perawatan Infrastructure Maintenance Obligation (IMO)
dari pemerintah untuk seluruh jalur yang
dirawat oleh PT KAI.

D) Regulasi dan Standar Teknis


Telah disahkan UU no 23 tahun 2007
tentang Perkeretaapian, PP 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian, PP 72 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
Api. Turunan dari peraturan peraturan
tersebut berupa Rancangan Peraturan
Menteri sebagai pedoman standar minimal suatu system yang saat ini sedang
disusun.
E) Pengujian dan Sertifikat
Dilakukan oleh pemerintah (Ditjen Perkeretaapian). Untuk pembangunan baru,
dilakukan pengujian pertama setelah itu
akan dilakukan pengujian berkala.
F) Tindak Lanjut dari Kecelakaan
Tindak lanjut apabila terjadi kecelakaan
seringkali mengarah kepada pencarian
individu yang bertangung jawab. Rekomendasi dari KNKT kurang tersosialisasi dengan baik sehingga arah perbaikan dari suatu kejadian tidak terwujud
secara maksimal.
Ditimpakan kepada penjaga pintu perlintasan dengan alasan kelalaian (KUHP pasal
359) tanpa melihat bahwa kegunaan pengaman perlintasan sebidang adalah untuk
mengamankan perjalanan Kereta Api bukan pengguna jalan.

Ada korban jiwa


Rintang jalan lebih dari 6 jam Lintas
dan Angkutan Kereta Api. Dalam
Undang-undang tersebut, Pemerintah sudah membuka kesempatan
untuk pihak swasta lain berpartisipasi dalam industri kereta api baik
itu di bidang sarana, prasarana,
ataupun operasi. Hal tersebut disambut oleh PT. Kereta Api dengan
melakukan spin off Divisi Jabodetabek yang mempunyai peran
menangani perkeretaapian komuter
Jabodetabek menjadi PT. Kereta
Commuter Jabodetabek pada tahun
2008. Pemerintah berharap dengan berdirinya perusahaan tersebut
dapat mendorong pihak swasta
lainnya untuk berpartisipasi dalam
dunia transportasi kereta api di
Indonesia yang berakibat adanya
persaingan sehat.
2) Untuk investigasi dilakukan oleh pemerintah (PPNS, KNKT dan Polisi) dan operator (PT. KA).
3) Prosedur penanganan kecelakaan sudah tertuang dalam reglemen 23 yang
akan disempurnakan menjadi Peraturan
Menteri.
4) Untuk investigasi sampai dengan rekomendasi
KNKT waktu 3 bulan
Operator 2 minggu
Identifikasi Masalah
Melihat perbandingan di atas terdapat beberapa hal terkait operasi Kereta Api yang
merupakan suatu permasalahan di perkeretaapian Indonesia:

1) Kecelakaan yang diinvestigasi :

1) Sistem Persinyalan
Sistem persinyalan elektrik yang saat ini
dipakai di beberapa stasiun Indonesia
sebenarnya telah mengandung unsur
fail safe yang baik untuk mengamankan

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

29

OPINI
perjalanan Kereta Api, hanya saja masih
sangat mengandalkan pada faktor sumber daya manusia yang menjalankan.
Tidak difungsikannya Centralized Traffic Control (CTC) sebagaimana mestinya dan tidak adanya Automatic Train
Protection (ATP) berarti tidak ada proteksi berlapis apabila salah satu individu
yang menjalankan tugas dalam sebuah
operasi Kereta Api melakukan kesalahan prosedur.
Kecelakaan yang baru saja terjadi di Stasiun Petarukan adalah salah satu contoh yang menunjukkan bahwa faktor
kesalahan sumber daya manusia masih
menjadi permasalahan yang cukup besar di perkeretaapian Indonesia.

Selain itu sistem persinyalan di Indonesia masih ada yang menggunakan


persinyalan mekanik yang sangat bergantung pada sumber daya manusia
untuk mengoperasikannya.

Perlintasan sebidang juga merupakan


salah satu tempat dimana sering terjadi kecelakaan. Khususnya pada perlintasan liar dan perlintasan tanpa pintu
(tidak dijaga). Kesadaran berlalu lintas
yang minim dan kelengkapan peralatan pengamanan pada perlintasan
sebidang yang masih kurang bahkan
terkadang minim turut menjadi sumber
dari kecelakaan.

2) Sistem Telekomunikasi
Jika kita mengacu pada konsep telekomunikasi perkeretaapian di Indonesia
sebenarnya sudah mengacu pada konsep yang umum pada sistem telekomunikasi di Eropa dimana telekomunikasi
telah terhubung secara terpusat pada
Pusat Kontrol (PK). Perbedaan yang
ada adalah bahwa Pusat Kontrol (PK)
di Indonesia hubungannya sangat terbatas dan hanya terhubung pada PPKA
serta masinis saja dimana jika terdapat
sebuah permasalahan di lapangan,
30

maka petugas PPKA yang memiliki kewajiban untuk mengkoordinir petugas


di lapangan, hal ini disebabkan karena
kurangnya Base Transmitter Station
(BTS) disepanjang jalur KA.

Perangkat telekomunikasi yang banyak


dan berbeda beda juga menjadi kendala tersendiri selain dari masih banyaknya
stasiun yang tidak memiliki alat perekam
suara yang layak dan handal. Di samping hal hal tersebut, di sebagian lintas
masih ada yang menggunakan kabel
tembaga dimana faktor noise (gangguan) cukup besar dan rawan pencurian. Permasalahan lainnya adalah perijinan yang diberikan Direktorat Jenderal
Pos dan Telekomunikasi untuk perkeretaapian di frekuensi 8 GHz sedangkan
teknologi saat ini banyak yang menggunakan frekuensi seperti telepon seluler
yaitu di 2-2,5 GHz. Akan tetapi mengingat keunggulan dari teknologi tersebut
diatas maka layak untuk diperjuangkan
frekuensi khusus untuk perkeretaapian
di 2-2,5 GHz dan tidak terikat dengan
operator yang memegang license di
rentang pita frekuensi tersebut.

3) Perawatan
Belum adanya Badan Layanan Umum
(BLU) atau badan lain yang ditunjuk oleh
pemerintah serta belum adanya standar
perawatan minimum yang dikeluarkan
oleh pemerintah menyebabkan kegiatan perawatan masih diserahkan ke
PT. Kereta Api Indonesia dengan mekanisme pemberian subsidi perawatan
(IMO) untuk seluruh jalur yang dirawat
oleh PT. Kereta Api Indonesia. Kelemahan dari kondisi ini adalah pada saat
verifikasi dari pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak IMO tersebut, pemerintah tidak memiliki pedoman/standar
hasil minimum yang seharusnya didapat
dari perawatan yang dilakukan oleh PT.
Kereta Api Indonesia . Sehingga pada
akhirnya bisa dikatakan bahwa kita hanya menerima apapun hasil perawatan
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

OPINI

yang diberikan oleh PT. Kereta Api Indonesia .


4) Regulasi dan Standar Teknis
Dengan telah disahkan UndangUndang No. 23 tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, Peraturan Pemerintah.
56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dan Peraturan
Pemerintah. 72 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
sebenarnya adalah sebuah awal yang
baik untuk memulai sebuah reformasi
di bidang perkeretaapian. Perkembangan yang dinantikan selanjutnya adalah
terbentuknya Rancangan Peraturan
Menteri yang merupakan turunan dari
ketiga peraturan tersebut agar terdapat
standar standar yang dapat menjadi
pedoman baik dalam pembangunan,
perawatan dan pengoperasian prasarana.
5) Pengujian dan Sertifikat
Sesuai dengan amanat UndangUndang No. 23 tahun 2007 tentang
Perkeretaapian dan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian saat ini
telah dilakukan pengujian pertama dan
sertifikasi terhadap seluruh prasarana
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

eksisting. Hasil pengujian di lapangan


menunjukkan bahwa ada beberapa koridor jalur Kereta Api yang sebenarnya
tidak bisa dikatakan laik digunakan akan
tetapi mengingat bahwa jika rekomendasi tersebut diikuti maka jalur tersebut
tidak bisa beroperasi, pada akhirnya
sertifikat dikeluarkan dengan catatan
khusus untuk dilakukan perbaikan.
6) Tindak lanjut dari sebuah kecelakaan
Kejadian kecelakaan harus dilihat dari
sudut pandang yang berbeda dan
jauh ke masa depan. Menemukan dan
melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali tentunya akan
lebih baik daripada berhenti pada menemukan siapa yang bertanggung jawab.
Selain itu adanya indikasi sinergi yang
kurang antara para petugas yang berwenang untuk melakukan investigasi di
lapangan apabila terjadi kecelakaan sehingga menyebabkan rekomendasi yang
dihasilkan kurang maksimal.
Penulis :
Ir. Didik Prasetyo
Yulianto S., ST
Auditor IR II dan Auditor IR IV

31

NARA SUMBER

KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME (KKN)


SERTA PREVENTIF KKN
DI MATA KETUA SEKOLAH TINGGI
TRANSPORTASI DARAT
Akar permasalahan bangsa yang sedang dihadapi saat ini adalah meningkatnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dari berbagai aspek kehidupan masyarakan maupun
pemerintahan. Kegiatan apapun yang dikerjakan hasilnya tidak akan optimal apabila
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme tidak diberantas. Yang lebih memprihatinkan adalah
tindakan tersebut sudah menjadi budaya dan merupakan hal yang biasa bahkan sudah merasuki mental, moral, tata nilai dan cara berpikir.

ekolah Tinggi Transportasi Darat


(STTD) diresmikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia (Ir. Soekarno) pada
tanggal 8 September 1951 dengan nama
Akademi Lalu Lintas (ALL), namun hanya
memiliki 1 (satu) angkatan saja. Kemudian
sejak tahun 1980 bekerjasama dengan
University Colledge of London (UCL) dan
didirikan kembali Balai Pendidikan dan Latihan Ahli Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Raya (LLAJR), yang kemudian berkembang
terus menjadi Sekolah Tinggi Transportasi
Darat (STTD) dengan Keputusan Presiden
No. 41 Tahun 2000. Lembaga pendidikan
yang di bawah naungan Badan Pengembangaan Sumber Daya Manusia Perhubu32

ngan ini memiliki Visi


Menjadikan STTD
sebagai pusat unggulan
pendidikan
dan pelatihan dalam
rangka meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia bidang
transportasi
darat
yang
profesional,
handal, dan berdedikasi tinggi serta mendukung pelaksanaan otonomi daerah
dan Misi Pendidikan
dan pelatihan yang
berbasis kompetensi
dan akademik di bidang transportasi darat, Penelitian di bidang transportasi darat yang mendukung
pembangunan nasional.
Pengabdian kepada masyarakat yang selaras dengan falsafah STTD, Membina
kehidupan akademik yang sehat, dan
Membentuk sikap mental dan moral serta
kesemaptaan peserta didik untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
dalam menunjang pengembangan kebijakan transportasi darat. Sebagai lembaga pendidikan khususnya di bidang
transportasi darat tentunya memiliki tingkat
kerawanan yang sama seperti aspek lainnya dalam hal tindak Korupsi, Kolusi dan
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

NARA SUMBER
Nepotisme (KKN). Visi dan Misi tersebut tentunya tidak akan tercapai dengan
optimal apabila terdapat tindakan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme.
PANDANGAN DAN STRATEGI PREFENTIF KKN
Menurut Kepala Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Ir. Sugihardjo, M.Si yang
lebih akrab dikenal dengan panggilan Jojo,
terdapat 2 (dua) aspek penyebab Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme, yaitu : aspek kebutuhan dan aspek pengawasan. Aspek
kebutuhan yang dimaksud adalah Basic
needs (Kebutuhan dasar/pokok). Persamaan PNS di seluruh Indonesia menurutnya adalah gajinya tidak cukup sehingga
perlu mencari tambahan.
Pria kelahiran Cirebon 24 Pebruari 1961
ini mengatakan bahwa faktanya sistem
penggajian yang telah ada khususnya bagi
TNI, Polri dan PNS tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan
akhir bulan, sehingga ada upaya-upaya
mencari tambahan guna memenuhi kebutuhan pokok tersebut. Namun ada pula
perilaku korupsi yang bukan disebabkan
pemenuhan kebutuhan pokok melainkan
disebabkan oleh keserakahan. Terhadap
kedua perilaku tersebut menurut pria yang
gemar membaca dan olah raga ini tetaplah salah, oleh karenanya perlu ada skala
prioritas. Beliau sangat setuju bahwa dengan
sistem penggajian yang ada, Pegawai Negeri Sipil perlu mencari tambahan namun
harus dengan cara yang profesional, beliau
amat tidak setuju apabila mencari tambahan dengan jalan mengambil hak orang lain
dan dengan cara melanggar hukum. Aspek Pengawasan menurutnya merupakan
domain Inspektorat Jenderal. Pria yang
bersahaja ini berpendapat bahwa dalam
pendekatan management, korupsi bukanlah sebab melainkan gejala. Hal tersebut dapat dirumuskan dengan Corruption
(C) = Discrapancy (D) + Monopoly (M)
- Transparency (T). Descrapancy adalah
penyalahgunaan wewenang. Berdasarkan rumus tersebut dapat dilihat bahwa
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

apabila korupsi ingin diturunkan maka penyalahgunaan wewenang harus diturunkan


dan monopoli diturunkan serta transparasi
ditingkatkan. Jadi semakin tinggi transparansi maka akan semakin menghilangkan
atau menurunkan korupsi. Semakin tinggi
penyalahgunaan wewenang dan monopoli
maka semakin tinggi korupsi.
Menurut mantan Kepala Subdit Angkutan
Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat tahun 2002 hingga 2008, dengan
adanya rumus manajemen ini maka dipandang perlu adanya upaya upaya untuk
melakukan tindakan preventif KKN guna
menurunkan penyalahgunaan.
Upaya-upaya Pemerintah dalam preventif KKN adalah :
1. Dibentuknya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sistem Pengendalian Internal dibentuk guna
menekan penyalahgunaan wewenang
(discrepancy) dan meningkatkan awareness.
2. Dalam hal penyediaan barang dan jasa
upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperkecil monopoli adalah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor : 80 Tahun 2003 menjadi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010,
sedangkan untuk meningkatkan transparansi dibuatlah sistem elektronik/eprocurement dalam proses lelang. Jadi
menurut pria lulusan S2 Administrasi
Kebijakan Publik ini, aturan aturan yang
dibuat oleh pemerintah sudah sangat
menunjang dalam upaya pemberantasan korupsi, tinggal pelaksanaannya
apakah sudah sesuai dengan ketentuan
atau seolah-olah saja sudah melakukan
padahal belum.
3. Alat kontrol yang amat penting menurutnya adalah Laporan Harta Kekayaan
Pejabat Negara (LHKPN).
4. Sumber Daya Manusia adalah dengan
melaksanakan Reformasi Birokrasi yang
33

NARA SUMBER
di dalam komponennya terdapat remunerasi. Dengan gayanya yang sangat
santai namun serius ia mengatakan
bahwa sistem penggajian Pegawai
Negeri Sipil saat ini menganut sistem
pendapatan sama.
Dengan adanya Reformasi Birokrasi yang
tentunya terkait dengan kinerja, maka setiap pegawai memiliki beban kerja, sehingga untuk mengatasi Basic Need tersebut
amatlah penting untuk menjalankan Reformasi Birokrasi. Terkait dengan upayaupaya preventif KKN pemerintah tersebut
di atas, dalam penerapannya di lingkungan
Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD)
pria yang memperoleh pangkat golongan
Pembina Utama Muda (IV/c) tahun 2010 ini
mengatakan bahwa :
Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Penerapan SPIP di unit yang dipimpinnya masih perlu disosialisasikan. Untuk
itu ia akan meminta bantuan kepada
pejabat atau teman-teman di Inspektorat Jenderal agar dapat memberikan
sosialisasi langsung kepada para pejabat atau pegawai di lingkungan Sekolah
Tinggi Transportasi Darat.
Pengadaan Barang dan Jasa
Mengenai Pengadaan Barang Jasa pihak STTD telah melaporkan kendalakendala pelaksanaan e-Procurement
dalam pelaksanaan lelang dan belum
dapat melaksanakannya secara penuh,
namun pihak STTD telah memenuhi
syarat minimal proses lelang yaitu mengumumkannya melalui Web Site Kementerian Perhubungan maupun LPSE
(Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Dalam pengadaan barang dan jasa,
beliau tak henti-hentinya menekankan
kepada para panitia untuk selalu bekerja benar dan profesional guna menjadi
Good Governance kemudian kita bersama-sama memperbaiki guna menuju
Clean Governance serta beliau selalu
menekankan kepada teman-teman di
jajaran STTD bahwa yang terpenting
34

adalah melaksanakan terlebih dahulu


semua dengan benar, selalu konsisten
dan jangan mau dibeli sehingga kita
tidak terikat oleh kepentingan pihak tertentu serta mengorbankan diri sendiri.
Pelaksanaan Laporan Harta Kekayaan
Pejabat Negara (LHKPN)
Dalam hal Laporan Hasil Kekayaan
Pegawai Negeri (LHKPN), pihak STTD
telah melaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku.
Sumber Daya Manusia
Upaya suami dari Andajani Setiasih
dalam hal Sumber Daya Manusia di lingkungan STTD adalah dengan menerapkan reward and punishment. Menurutnya amatlah penting untuk memberikan
reward kepada para pegawai apabila
bekerja dengan baik. Reward yang
diberikan tidak semata-mata materi.
Contohnya bagi pegawai baru diberikan kesempatan sekolah baik di dalam
maupun di luar negeri, sedangkan bentuk penghargaan bagi pegawai lama
yaitu diberikan promosi jabatan dalam
karir. Menurutnya setiap pegawai yang
tujuan karirnya jelas pasti memiliki visi
ke depan, oleh karenanya amatlah berbahaya apabila ada pegawai yang tidak
memiliki harapan karir, sehingga pegawai tersebut hanyalah mencari materi
semata.
Jadi, langkah pertama yang dilakukan oleh
ayah dari 2 anak ini terhadap Sumber Daya
Manusia di unit yang dipimpinnya adalah
dengan memberikan harapan karir maupun
kesempatan pengembangan individu terhadap pegawai di lingkungan STTD.
Langkah kedua adalah dengan menanamkan bahwa dalam mencari tambahan harus
dilakukan dengan cara yang baik, benar
dan profesional. Menurutnya kalau kita ingin
merdeka maka kita tidak boleh tergantung.
Dengan mencari tambahan pendapatan
di luar kegiatan kantor secara profesional,
baik oleh PNS yang bersangkutan maupun oleh anggota keluarganya, maka kita
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

NARA SUMBER
tidak akan tergantung hanya pada gaji.
Sementara untuk memperoleh tambahan
pendapatan dari kantor dilakukan dengan
cara memberi kesempatan kepada pegawai yang memiliki kemampuan mengajar
untuk menjadi pengajar.
Namun ia menyadari bahwa dari APBN
honor dosen untuk memeriksa ujian sangatlah kecil, padahal jenis soalnya adalah
essay, maka ia menambahkan honor tersebut dari dana masyarakat melalui persetujuan orang tua taruna. Hal tersebut merupakan cara mencari tambahan dengan professional dan bisa dipertanggungjawabkan.
Ia sangat menyadari bahwa resiko sebagai
pimpinan adalah tidak boleh memikirkan
kesejahteraan sendiri tetapi harus memikirkan nasib anak buah. Selain itu bagi para
Dosen di lingkungan STTD, dia memberikan kesempatan untuk mengaktualisasi
diri dengan melakukan penelitian. Karena
dengan penelitian berarti terdapat aktualisasi diri dari para dosen, belajar mengasah
kemampuan dan meningkatkan keyakinan
individunya. Selain hal tersebut dengan
melakukan penelitian tentunya dosen tersebut akan memperoleh tambahan honor dan
Angka Kredit.
Sebelumnya dalam mewujudkan kegiatan
penelitian di STTD, anggaran penelitian selalu ditolak dengan alasan penelitian adalah
tugas pokok dan fungsi Badan Penelitian
dan Pengembangan. Namun pria yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Biak
ini tidak putus asa, ia meminta jajarannya
untuk membuat proposal penelitian yang
bisa dipertanggung jawabkan dan hasilnya
bermanfaat, guna diajukan ke bagian anggaran karena Tri Darma Perguruan Tinggi
adalah :
1) Pengajaran,
2) Penelitian dan Pengembangan dan
3) Pengabdian Pada Masyarakat.
Contohnya terkait dengan kemacetan lalu
lintas yang terjadi di sekitar STTD ia menantang para Dosen STTD untuk melakukan
penelitian yang manfaatnya dapat langsung
dirasakan.
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

Selain itu, Kampus STTD memiliki fungsi


pengabdian masyarakat. Ia tidak ingin
kampus tersebut menjadi seperti Menara
Gading, maksudnya gedung terlihat megah
namun tidak ada manfaat untuk warga
sekitar. Oleh sebab itu, pada tahun 2011
STTD menggalang kegiatan pengabdian
masyarakat berupa : Sosialisasi kepada
pelajar SMA dan SMP tentang bahaya narkoba terhadap kesehatan dan keselamatan
berkendara bekerjasama dengan BNN; serta pengobatan gratis terhadap 250 warga
dan khitanan massal bagi 50 warga sekitar
kampus yang tidak mampu, bekerja sama
dengan Puskesmas Cibitung dan Aparatur
Pemda sekitar.
MENTAL DAN KETELADANAN
Banyak cara untuk meminimalisir pelanggaran, salah satunya dengan dibuatnya
peraturan-peraturan. Menurut Anak pertama dari pasangan Bapak S. Oemar
Said, SH dan Ibu Masriah ini, peraturan
di Indonesia terkait dengan Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme sudah sangat lengkap. Namun baginya yang terpenting bukanlah peraturannya tetapi implementasinya berupa
keteladanan dan mental.
Menurut mantan konsultan JICA dan Bank
Dunia ini (sebelum menjadi PNS), yang
paling utama dalam Preventif KKN adalah
keteladanan yang harus dilakukan sebagai
seorang pimpinan. Ia mengatakan apalah
gunanya mencegah korupsi sementara sebagai pimpinan hidup berfoya-foya. Konsepnya sangatlah sederhana yaitu bukan
memberi contoh tetapi menjadi contoh.
Sebagai pimpinan jangan pernah berharap
anak buah melakukan yang kita inginkan
apabila kita tidak memberikan teladan. Jadi
intinya preventif KKN harus dimulai dari Top
To Down bukan hanya memberikan contoh saja namun yang paling utama adalah
memberikan teladan. Dengan memberikan teladan maka akan membangun Trust
kepada bawahannya sehingga munculah
loyalitas. Selama ini seolah-olah loyalitas
hanyalah kewajiban bawahan ke atasan,
padahal loyalitas harus 2 (dua) arah. Atasan
35

NARA SUMBER

harus loyal kepada bawahannya dengan


cara memberikan penghargaan yang sesuai, dapat berupa beasiswa, pembinaan
dan komitmen.
Selain Keteladanan hal kedua yang tak kalah pentingnya adalah mental. Ia sangat
optimis bahwa Indonesia Emas 2025 akan
tercapai. Menjadi bangsa besar akan terwujud apabila kita tidak salah urus. Menurutnya di tangan para generasi mudalah
harapan itu. STTD sebagai lembaga pendidikan harus mampu menyiapkan tarunanya
agar memiliki idealisme yang tinggi dan kejujuran, sehingga pada saat terjun ke masyarakat maupun pemerintahan terhindar
dari prilaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Oleh karenanya ia amatlah sangat bahagia
di tempatkan di Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi.
Karena ia dapat selalu memberikan pengarahan dan menanamkan kepercayaan
diri (belief) bahwa kita adalah bangsa
besar kepada para Taruna.Konsepnya
sederhana, apabila ia tidak bisa berbuat
banyak untuk negeri tercinta paling tidak
ia tidak mewariskan kerusakan untuk generasi muda dipimpinnya. Ia melihat saat
ini banyak. Ia selalu menanamkan virus
positif kepada para Taruna dan Pegawai di
unit yang dipimpinnya. Menurutnya banyak
orang yang sering mendewakan hasil namun melupakan proses, sehingga sering
36

kita temui orang yang ingin kaya tanpa mau


kerja keras, mendapatkan nilai bagus dengan cara mencotek. Kejujuran di negeri
ini merupakan sesuatu yang langka. Menurutnya saat ini orang pintar banyak namun
yang jujur jumlahnya sedikit. Guna membentuk perilaku positif para generasi muda,
selaku Kepala STTD Bekasi ia selalu menanamkan Kejujuran di atas segalanya dan
mengutamakan proses bukan hasil.
PESAN
Melalui Jurnal Transparansi ia mengajak
kepada rekan-rekannya untuk mendukung
aturan pemberantasan korupsi dengan
cara bersama-sama melaksanakannya
dengan Keteladanan yang dimulai dari
pimpinan. Kepada generasi muda di lingkungan Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Perhubungan maupun Kementerian bahwa yakinlah Indonesia Emas
2025 akan terwujud dan mari kita menjadi
bagian komponen bangsa yang ikut berperan aktif dalam mengsukseskan, bukan
menjadi bagian yang menghambat terwujudnya Indonesia Emas. Itu semua harus
dimulai dari diri kita sendiri untuk melakukan yang terbaik.
Tim Jurnal :
Muhammad Sofiyuddin, ST
Helma Agnes Dinantia
Rangga Prasetya D.

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

NARA SUMBER

KEBERSAMAAN DAN DISIPLIN


SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI
Korupsi adalah kata yang pasti sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Euforia terhadap bahaya Korupsi mulai muncul sejak bergulirnya Era-Reformasi di Indonesia pada tahun 1997 yang mengusung 3 hal yaitu Demokrasi, Otonomi dan Kebebasan
Pers. Kata Korupsi selalu kita dengar dan kita lihat hampir setiap hari baik melalui
media massa maupun media elektronik. Korupsi diibaratkan seperti wabah/penyakit
menular yang sangat ganas yang saat ini sedang menyerang wilayah Indonesia. Secara
harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Dalam arti yang luas,
korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.

edemikian berbahayanya
Korupsi
sehingga
Bapak Presiden menyatakan perang terhadap korupsi. Secara formal telah
diterbitkan Instruksi
Presiden Nomor 5
Tahun 2004 tentang
Percepatan
Pemberantasan Korupsi
yang lanjutkan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi. Di lingkungan
Kementerian Perhubungan telah diterbitkan
Instruksi Menteri Perhubungan Nomor IM. 2
Tahun 2010 tentang Pencegahan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme. Melalui peraturanperaturan yang telah diterbitkan tersebut
diharapkan aparat Pemerintah dapat berupaya untuk menghindari tindakan-tindak
Korupsi.
Secara garis besar Strategi Pencegahan/
Pemberantasan Korupsi terbagi menjadi 3
bagian, yaitu :

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

1. Preventif, terkait
dengan Manajerial dan Integritas Organisasi
2. Represif, pendekatan mengontrol korupsi melalui penegakan
hukum
3. Strategi Edukasi, penyadaran publik
dan masyarakat untuk merubah perilaku
korup. (sumber: Rencana dan Strategis
KPK Tahun 2004 2007)
Tindakan pertama yang sangat penting
adalah terkait dengan tindakan Preventif
yaitu tindakan mencegah terjadinya Korupsi. Langkah ini akan dapat berjalan dengan baik apabila terciptanya Lingkungan
Pengendalian yang memadai karena terkait
dengan aspek manajerial dan integritas organisasi.
Pada Edisi kali ini Jurnal Transparansi mencoba mengangkat tema tentang Pencegahan Korupsi pada unit kerja di ling37

NARA SUMBER
kungan Kementerian Perhubungan. Tim
Jurnal Transparansi berkesempatan untuk
melakukan audensi dengan Kepala Distrik
Navigasi Teluk Bayur, Padang, Sumatera
Barat.
Tim Jurnal mencoba menggali strategi apa
yang diterapkan oleh Bapak Bambang
Purwanto untuk melakukan pencegahan
korupsi di Kantor Distrik Navigasi Teluk Bayur
Menurut beliau, ada banyak hal yang dapat
menjadi faktor pencegahan korupsi tersebut. Salah satu yang diterapkan beliau
adalah kebersamaan. Kebersamaan antara
pimpinan dan juga staf merupakan faktor
kunci di dalam melakukan pencegahan.
Dengan adanya kebersamaan maka rasa
saling menghormati akan terwujud. Beban pekerjaan yang ada akan ditanggung
bersama sehingga akan tercipta tanggung
jawab yang lebih besar kepada pekerjaan.
Menyerahkan pekerjaan kepada ahlinya
juga menjadi salah satu cara yang yang
diterapkannya. Seperti pada proses pengadaan, beliau mempercayakan kepada
orang yang telah berpengalaman di dalam
proses pe-ngadaan tersebut. Bukan hanya
diserahkan kepada orang yang telah berpengalaman, keterbukaan informasi terhadap pengadaan tersebut juga menjadi
sesuatu yang wajib dilakukan. Dengan
adanya keterbukaan informasi tersebut
proses pengadaan pun akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran informasi yang
didapat terhadap para peserta pengadaan.
Selain kebersamaan dan sikap saling terbuka, saat ini Disnav Teluk Bayur juga di dukung oleh pegawai yang memang berkompeten dan adanya pembagian tugas yang
jelas serta pemberian kepercayaan kepada
staf yang ada dalam melaksanakan. Sebelum pekerjaan di mulai, diberikan arahan
dan setelah pekerjaan selesai dilakukan
38

evaluasi. Adanya pembagian tugas tersebut dapat meringankan pekerjaan yg dibebankan kepada Kadisnav sendiri.
Satu hal lagi yang menjadi landasan bagi
ayah dari tiga orang putra dan puteri ini
adalah Perintah Harian Dirjen Perhubungan Laut. Dimana salah satu isinya adalah
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada
Masyarakat Guna Mewujudkan Kriteria Layanan yang Tepat Mutu dan Tepat Waktu
tersebut dapat meringankan pekerjaan yg
dibebankan kepada Kadisnav sendiri.
Satu hal lagi yang menjadi landasan bagi
ayah dari tiga orang putra dan puteri ini
adalah Perintah Harian Dirjen Perhubungan Laut. Dimana salah satu isinya adalah
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada
Masyarakat Guna Mewujudkan Kriteria Layanan yang Tepat Mutu dan Tepat Waktu.
Walaupun dalam prakteknya pelayanan
yang diberikan tidak bersentuhan langsung
dengan pengguna karena pelayanan yang
diberikan lebih berorientasi terhadap sarana yang digunakan dalam proses kenavigasian. Sarana-sarana tersebut merupakan
hal yang sangat penting yang harus selalu
diperhatikan.
Menurutnya jika sarana tersebut tidak
menjadi prioritas maka kita akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat sebagai
pengguna. Sebagai contoh yang menjadi perhatiannya adalah Petugas Penjaga
Menara Suar. Walaupun pekerjaan tersebut di anggap sederhana karena para penjaga mercusuar bertugas mempertahankan
agar lampu suar tetap menyala namun
mengingat lokasi menara suar yang berada
pada tempat terpencil yang sebagian besar
sulit untuk dijangkau menjadikan pekerjaan
sebagai Penjaga Menara Suar sebagai pekerjaan yang berat. Hal tersebut sangat sebanding dengan tujuan utama dari pekerjaan mereka yaitu terciptanya Keselamatan
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

NARA SUMBER
Pelayaran berkualitas seperti yang diharapkan para pengguna jasa transportasi. Salah
satu kebijakan yang diambil oleh beliau
adalah dengan memberlakukan perputaran
wilayah kerja bagi penjaga Menara Suar
setiap 3 (tiga) bulan.Hal ini bertujuan untuk
mencegah agar para petugas tidak merasa
bosan dalam menjalankan tugasnya sekaligus sebagai bentuk perhatian beliau.

Contoh kedisiplinan lainnya yang beliau terapkan adalah terkait dengan pengaturan
penggunaan kendaraan dinas. Kendaraan
Dinas diserahkan kepada masing-masing
pejabat struktural dengan konsekuensi
apabila ada pegawai lainnya yang membutuhkan khususnya terkait operasional
perkantoran kendaraan-kendaraan dinas
tersebut dapat digunakan. Dengan begitu
rasa kebersamaan yang ada makin tumbuh

Banyak hal-hal kecil yang di


anggap remeh oleh sebagian orang diterapkan beliau
sebagai pola kepemimpinannya dan beliau tidak
hanya menerapkan hanya
kepada pegawainya tetapi
beliau juga menerapkan kepada diri sendiri. Jika kita tidak menerapkan kepada diri
kita sendiri bagaimana kita
berharap orang lain dapat
menerapkannya, beliau menambahkan.
Oleh karena itu penerapan disiplin dalam bekerja
sangat diperhatikan. Salah satu contoh
adalah terkait dengan displin kehadiran
pegawai karena kahadiran dapat menjadi
cerminan terhadap tanggungjawab pekerjaan yang mereka lakukan. Korupsi tidak
hanya terkait dengan masalah keuang-an
namun juga waktu. Oleh karena itu beliau
meminta kepada para pegawai untuk mematuhi jam kerja. Apel Pagi merupakan
salah satu upaya untuk membentuk rasa
disiplin sekaligus
Menjalin rasa kebersamaan antar seluruh
pegawai, kepada para pegawai yang tidak
disiplin dalam bekerja dengan melibatkan
para pejabat struktural secara berjenjang.
Pelaksanaan Langkah-langkah tersebut diambil agar tercipta suasana kerja yang kondusif seperti yang diharapkan.
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

dan berkembang pada setiap pegawainya.


Terakhir pesan yang beliau sampaikan
adalah bahwa kebersamaan merupakan
cikal bakal dari lingkungan kerja yang kondusif. Efek yang ditimbulkan juga bukan
hanya di pekerjaan saja tetapi akan dapat
ditularkan ke keluarga dan masyarakat serta kebersamaan yang ada menjadi semakin
kuat dengan adanya disiplin yang tinggi.
Jadi, kesimpulan yang di dapat dari tim Jurnal adalah dengan sikap sederhana yang
disebut dengan kebersamaan serta disiplin
yang tinggi merupakan salah satu upaya
untuk mencegah terjadinya korupsi. Mampukah kita menerapkannya juga?
Tim Jurnal :
Ruri Martini Dewi, SH, M.Sc
Laili Fithri Hidayati
Amirulloh, S.SiT, M.MTr

39

NARA SUMBER

Menciptakan Manusia Perhubungan


Dengan Mengembangkan
Soft Skill
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan adalah ujung
tombak untuk seluruh Pegawai atau Sumber Daya Manusia pada Kementerian Perhubungan. Mengapa dikatakan sebagai ujung tombak, karena hitam
atau putihnya Manusia Perhubungan dimulai dari sini.

erdasarkan
pengamatan
yang dilakukan selama kurang lebih 4 tahun, pada intinya
manusia bukan mesin, manusia
memiliki batas batas dalam dunia pekerjaan, dimana kesibukan menjadi bagian dari rutinitas pekerjaan. Maka manusia
butuh juga suasana baru dalam
arti kata diberikan kesempatan
atau peluang yang sama dalam
setiap kesempatan agar tidak
monoton menjalani satu jenis
pekerjaan saja.
Strategi pengembangan manusia perhubungan untuk preventive KKN
Soft Skill sangat kurang diberikan di lembaga lembaga pendidikan. Ada 7 hal yang
harus diberikan pada lembaga pendidikan,
diantaranya :
1. Kemampuan berkomunikasi;
2. Leadership/Kepemimpinan;
3. Work together/bekerjasama dan samasama bekerja;
4. Kemampuan untuk cepat beradaptasi
dalam suasana baru;
5. Terus melakukan Inovasi, selalu merasa
ingin lebih baik dari sebelumnya;
6. Menjadi orang yang selalu gembira,
membawa warna positif dalam segala
40

aktifitasnya;
7. Bertaqwa kepada Tuhan YME. Dari
semua yang ada, kita harus bekerja jujur dan berfikiran positif, karena dengan
berfikir positif maka hasil yang akan kita
peroleh pun positif.
Adalah bagaimana BPSDMP membangun
suatu karakter manusia Perhubungan
dalam rangka menjauhkan dari budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Karena saat
ini amat sulit untuk sekedar menghimbau
secara lisan maupun tertulis untuk tidak
melakukannya, karena hampir semua sub
sektor, bagian, bidang dan lain sebagainya
sudah terselimuti oleh Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme. Seolah itu sudah mendarah
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

NARA SUMBER
daging di Negeri Republik Indonesia.
Soft Skill yang disebutkan diatas, akan menjadi salah satu cara pencegah manusia Perhubungan dari KKN sejak awal. Lebih baik
kita berjalan perlahan dan tertatih daripada
hanya diam ditempat dan tidak berbuat
apa-apa. Soft Skill sangat kurang diberikan
di Lembaga-lembaga Pendidikan. Soft Skill
sangat kurang diberikan dilembaga Tujuh
hal tersebut apabila diberikan untuk suatu
lembaga pendidikan, maka harapan yang
ingin dicapai adalah terciptanya unsur-unsur
yang mempunyai kemampuan paripurna,
tidak hanya memiliki Soft Skill tapi juga
Hard Skill.
16 tahun saya bekerja, di Perhubungan sudah memberikan saya dan keluarga banyak
hal, tidak hanya kehidupan yang layak, tapi
juga penghormatan, penghargaan, martabat. Sekarang yang saya pikir, apa yang
bisa saya berikan untuk Perhubungan.
Tahun ini BPSDM sedang dilakukan Studi
untuk menyusun pembentukan Soft Skill
Kompetensi Taruna. Contohnya diambil
dari Lembaga Pendidikan yang mengatasnamakan Taruna didistribusikan diseluruh
UPT yang ada di Perhubungan.
Saat ini sangat sulit untuk menghimbau
orang agar tidak Korupsi, karena contohnya sudah sangat
banyak. Sementara itu
Soft Skill Kompetensi
sangat kurang diajarkan sehingga perlunya
diajarkannya Soft Skill
pada lembaga-lembaga pendidikan, maka
yang diajar tidak hanya
siswa saja tapi seluruh
unsur yang ada dilembaga pendidikan. Prinsip Hidup pria kelahiran
magelang 52 tahun sitransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

lam ini adalah lebih baik kita sudah maju,


lebih baik kita sudah berusaha, daripada
tidak berbuat apa-apa. Change and Move
On : berubah dan maju terus.
Tujuh kemampuan Soft Skill apabila disederhanakan :
1. Mampu memanage diri sendiri;
2. Mampu memanage hubungan dengan
orang lain;
3. Memiliki Inovasi;
4. Mampu memanage hubungan dirinya
dengan Tuhan YME.
Apabila 4 hubungan diatas sudah dijadikan karakter, maka dimanapun Aparatur
Perhubungan berada, maka akan dapat
diterima dengan baik dari masyarakat.
Hanya memang, ini merupakan tantangan
yang sangat berat. Untuk Aparatur sendiri,
tahun ini direncanakan akan dibuat pusat
pembangunan karakter Aparatur.
Motto yang selama ini dipergunakan dilingkungan BPSDM adalah :
1. Prima fisiknya;
2. Profesional cara kerjanya;
3. Beretika.
Dua dari 3 motto diatas adalah Soft Skill.
Ketiga hal tersebut diatas harus diterapkan

41

NARA SUMBER
penghargaan terhadap
UPT yang melakukan
pelelangan tanpa ada
kesalahan.
Dengan adanya perhatian ini, diharapkan
kedepan
kinerjanya
akan lebih baik dan
akan menimbulkan pemikiran positif untuk tidak melakukan hal-hal
yang negatif.

diseluruh lembaga pendidikan dibawah


pembinaan BPSDM.
Sistem kerja yang diharapkan dapat diterapkan untuk semua unit dilingkungan Kementerian Perhubungan, antara lain :
1. Kesempatan yang sama pada setiap
Pegawai;
2. adil;
3. diberikan pekerjaan yang menantang;
4. diberikan harapan dan karir yang meningkat;
5. adanya suasana kerja yang positif dan
nyaman.
Hal lain yang diungkapkan Sekretaris
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan adalah harapan bahwa
kedepan Inspektorat Jenderal dapat mencatat keberhasilan dari para pegawai yang
ada dipelosok.
Hal ini sangat mungkin dilakukan oleh Inspektorat Jenderal, karena dari seluruh
Unit Kerja dilingkungan Kementerian Perhubungan, hanya Inspektorat Jenderal
yang dalam tugas kedinasannya dapat
menjangkau seluruh UPT sampai ke UPT
yang posisinya di pelosok. Sebagai contoh
42

Seorang
pemimpin
yang dijadikan teladan
harus mampu berinovasi, mampu menentramkan hati anak buah, mampu bekerjasama,
mampu menjaga kehormatan dan harus
tangguh.
Panutan merupakan kunci dalam perbaikan tingkah laku. Pembekalan/perbaikan
tingkah laku dimulai dari rumah. Dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan tempat
seseorang memulai kehidupan. Lingkungan kita belum kondusif untuk menerapkan
himbauan-himbauan yang diperlukan adanya penegakan hukum. Sebagai contoh
negara Singapura, sebegitu bagusnya penegak hukum disana, sampai orang-orang
takut untuk membuang sampah semba
rangan, termasuk orang-orang Indonesia
yang berkunjung kesana. Tapi apa yang
terjadi apabila mereka berada di Indonesia,
yang ada malah sebaliknya.
Sebelum wawancara diakhiri, bapak dua
anak ini optimis kedepan Perhubungan
akan lebih baik, apalagi dengan 150an
orang tiap tahun yang kita sekolahkan.
Tim Jurnal :
Dra.Wiwi Harti, MM
Andi Hartono, ST
Ruri Martini Dewi, SH, M.Sc

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

AUDIT

SISI LAIN PEMIKIRAN TENTANG HUBUNGAN


ANTARA AUDIT KINERJA DENGAN AUDIT
KOMPREHENSIF
A. PENDAHULUAN
Sebelum dikenal Audit Kinerja, telah kita
kenal adanya Audit Komprehensif. Menurut kamus bahasa Inggris, comprehensive
berarti luas. Dalam hal ini memang Audit
Komprehensif cukup luas, yaitu seperti kita
ketahui terdiri dari 5 (lima) aspek sebagai
berikut : Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi), Sumber Daya Manusia (SDM), Keuangan, Sarana Prasarana, dan Metode Kerja.
Salah satu indikasi betapa cukup luasnya audit komprehensif
tersebut adalah
ketika kita mengadakan audit,
entah itu audit
Rencana
dan
Manfaat,
audit
Khusus, atau audit apapun, selama ini audit tersebut pasti bersinggungan
dengan minimal salah satu dari aspek yang
ada pada audit komprehensif tersebut, entah itu aspek Tupoksi, SDM, Keuangan,
Sarana Prasarana, atau Metode Kerja.
Pada saat ini juga telah kita kenal Audit
Kinerja. Sesuai dengan PP No 60 Tahun
2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Pasal 50, mengatakan bahwa
audit terdiri dari Audit Kinerja dan Audit
dengan Tujuan Tertentu. Adapun Audit Kinerja adalah merupakan audit atas pengelolaan Keuangan Negara dan pelaksanaan
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah yang


terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan
efektifitas. Sedangkan Audit dengan Tujuan
Tertentu adalah mencakup audit yang tidak
termasuk dalam audit kinerja.
Audit Kinerja maupun Audit Komprehensif,
masing-masing mempunyai karakteristik
yang berbeda.
Adapun sekian dari perbedaan krakteristik antara Audit
Komprehensif
dengan Audit Kinerja
secara
umum adalah sebagai berikut :
Audit Komprehensif : Lebih
luas, lebih kualitatif namun indikatornya kurang
jelas.
sedangkan
Audit Kinerja :
Lebih dalam, lebih kuantitatif dan analitis
serta indikator yang lebih jelas.
Seperti kita ketahui, bahwa untuk dapat
lebih dalam dan/atau luas dalam melakukan audit, sangat tergantung dari beberapa variabel, diantaranya yang cukup
signifikan dalam hal ini adalah waktu. Maka
dari itu me manage waktu menjadi hal
yang sangat penting dalam melakukan kegiatan audit tersebut.
43

AUDIT
B. BEBERAPA ALTERNATIF HUBUNGAN ANTARA AUDIT KOMPREHENSIF
DENGAN AUDIT KINERJA.
Dengan adanya Audit Komprehensif dan
Audit Kinerja, beberapa pemikiran yang
mungkin timbul adalah bagaimana menyikapinya, bagaimana cara menghubungkannya, dan sebagainya. Berikut kita coba identifikasi kemungkinan-kemungkinan
atau alternatif bagaimana cara menghubungkannya, sebagai berikut :
1. Alternatif 1 : Menggabungkan antara
Audit Komprehensif dengan Audit Kinerja.
Dalam penggabungan 2 (dua) jenis Audit
ini, salah satu sudut pandang yang mungkin terjadi adalah bahwa aspek dari Audit
Komprehensif (Tupoksi, SDM, Keuangan,
Sarana Prasarana, dan Metode Kerja)
adalah lebih merupakan aspek atau komponen pokok yang akan (harus) diaudit,
sedangkan aspek dari Audit Kinerja pada
PP 60 Tahun 2008 Pasal 50 (kehematan,
efisiensi dan efektifitas) adalah lebih pada
metode atau alat atau cara meninjaunya.
Untuk lebih menyederhanakannya, barangkali salah satu sudut pandang ini dapat
disajikan sebagai berikut :
AUDIT KOMPREHENSIF
Tupoksi
Sumber Daya Manusia
Keuangan Ditinjau dari
Sarana Prasarana
Metode Kerja
Dengan penggabungan ini berarti akan ada
15 (lima belas) aspek, yaitu hasil dari perkalian antara 5 (lima) aspek dari Audit Komprehensif dengan 3 (tiga) aspek dari Audit
Kinerja.
Salah satu kelebihan dari penggabungan
ini adalah disamping dapat dicapai luasnya
(komprehensif), juga dapat dicapai kedala44

mannya (kinerja). Adapun kekurangannnya


adalah waktu audit menjadi relatif lebih
panjang. Kalau biasanya audit Komprehensif dengan hanya 5 (lima) aspek memerlukan waktu 15 (lima belas) hari, maka untuk
penggabungan yang menjadikan 15 (lima
belas) aspek ini, jika dihitung secara ratarata, adalah memerlukan waktu 45 (empat
puluh lima) hari.
2. Alternatif 2 : Cukup melaksanakan
Audit Komprehensif saja, tanpa melaksanakan Audit Kinerja.
Kelebihannya, waktu audit relatif dapat
lebih singkat. Kekurangannya adalah hanya
mendapatkan luasnya saja, tetapi kurang
dalam.
3. Alternatif 3 : Cukup melaksanakan Audit Kinerja saja, tanpa melaksanakan Audit Komprehensif.
Kelebihannya, waktu audit relatif dapat
lebih singkat. Kekurangannya adalah hanya
mendapatkan dalamnya saja, tetapi kurang
luas. Adapun salah satu indikasi kurang luasnya yaitu : yang ditinjau kehematannya,
efisiensi dan efektifitasnya dalam PP 60
tahun 2008 Pasal 50 adalah hanya aspek
AUDIT KINERJA
Kehematan, Efisiensi dan Efektifitas
Kehematan, Efisiensi dan Efektifitas
Kehematan, Efisiensi dan Efektifitas
Kehematan, Efisiensi dan Efektifitas
Kehematan, Efisiensi dan Efektifitas
Keuangan Negara serta aspek Pelaksanaan Tugas dan Fungsi. Sedangkan aspek
SDM, Sarana Prasarana, dan Metode Kerja, tidak disinggung.
4. Alternatif 4 : Melaksanakan Audit Komprehensif dan Audit Kinerja, tetapi dalam
waktu yang berbeda.

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

AUDIT
Audit Komprehensif tetap masih dilaksanakan secara rutin berdasarkan PKPT
yang telah disusun. Selain itu disela-selanya juga melaksanakan Audit Kinerja untuk
lebih mendalami aspek tertentu, sesuai kebutuhan. Adapun kelebihannya adalah batasan antara Audit Komprehensif dengan
Audit Kinerja dapat lebih tegas, dan masingmasing dapat dilaksanakan dengan lebih
fokus. Luasnya masih bisa didapatkan dari
Audit Komprehensif, sedangkan dalamnya didapatkan dari Audit Kinerja dengan
me milih aspek yang dirasa perlu untuk didalami. Kekurangannya adalah porsi Audit
Kinerja akan menjadi terbatas, cenderung
akan tidak sebanyak Audit Komprehensif.
C. ALTERNATIF HUBUNGAN BEBERAPA JENIS AUDIT DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM VENN.
Untuk lebih menyederhanakan dalam penyajian, kiranya dapat dipergunakan Diagram
Venn dalam alternatif hubungan antara beberapa jenis audit, sebagai berikut :
1. Diagram Venn untuk Audit sebelum adanya Audit Kinerja.

Lingkaran B, C, dan D juga dapat terhubung secara Intersection (berpotongan/


irisan)
2. Diagram Venn untuk Audit Sesuai PP 60
Tahun 2008 Pasal 50.

Lingkaran E = Audit Kinerja


Lingkaran F = Audit dengan Tujuan Tertentu yaitu mencakup audit yang tidak termasuk dalam audit kinerja.
Lingkaran E (Kinerja) tampak berdiri sendiri, tidak saling bersinggungan, tidak saling
berpotongan (Intersection/irisan) dengan
Lingkaran F (Tertentu).
3. Diagram Venn untuk Gabungan Antara
Audit sebelum adanya audit kinerja dengan
audit sesuai PP 60 Tahun 2008 Pasal 50.

D
Lingkaran A = Audit Komprehensif
Lingkaran B = Audit Rencana dan Manfaat.
Lingkaran C = Audit Khusus.
Lingkaran D = Audit lain-lain.
Lingkaran B, C, dan D adalah didalam
Lingkaran A.
Setiap bagian dari Lingkaran B (rencana
dan manfaat), C (khusus), dan D (lain-lain)
adalah merupakan Bagian dari Lingkaran
A (komprehensif), tetapi bagian dari Lingkaran A belum tentu merupakan bagian
dari Lingkaran B, C dan D.
transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

Lingkaran P = Audit Komprehensif


Lingkaran Q = Audit Kinerja.
Lingkaran R = Audit Dengan Tujuan Tertentu.
Lingkaran Q (Kinerja) dan R (Tujuan Tertentu) adalah didalam Lingkaran P (komprehensif).
Setiap bagian dari Lingkaran Q (kinerja) dan
R (Tujuan Tertentu) adalah merupakan Bagian dari Lingkaran P (komprehensif), tetapi
bagian dari Lingkaran P belum tentu meru45

AUDIT
pakan bagian dari Lingkaran Q dan R.
Antara Lingkaran Q dan R tidak terhubung
secara Intersection (potongan/irisan)

wensi waktu audit rata-rata menjadi 45


(empat puluh lima) hari.
2. S a r a n

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Selama ini audit yang dilaksanakan, baik
itu Audit Kinerja, Rencana dan Manfaat, Khusus, dan sebagainya, pada
pokoknya hampir semuanya mengaudit
bagian dari aspek yang ada pada Audit
Komprehensif, baik itu Tupoksi, SDM,
Keuangan, Sarana Prasarana, atau
Metode Kerja.

Hal ini dapat mengilhami pemikiran dan


bahkan penuangan dalam diagram
Venn, bahwa Audit-audit tersebut diatas
pada dasarnya adalah merupakan bagian dari Audit Komprehensif.

b. Dengan adanya Audit Kinerja sesuai PP


60 Tahun 2008 Pasal 50, semestinya
bukan serta merta menghilangkan Audit
Komprehensif. Sesuai dengan karakteristiknya, Audit Kinerja maupun Audit
Komprehensif sama-sama masih dibutuhkan dan relevan untuk dilaksanakan,
namun disesuaikan kebutuhannya.

Dalam hal ini, Audit Kinerja dapat dise


jajarkan dengan audit-audit yang perlu
pendalaman khusus, yang dalam hal ini
pendalamannya mungkin tidak dapat
maksimal dalam Audit Komprehensif.

c. Kalau memang alternatif yang dipilih


adalah menghilangkan Audit Komprehensif dan menggantikan dengan Audit
Kinerja, seyogyanya Audit Komprehensif tetap masih di akomodir, dengan
cara mengalikan 5 (lima) Aspek dari
Audit Komprehensif dengan 3 (tiga) aspek dari Audit Kinerja sehingga menjadi
15 (lima belas) aspek, dengan konsek46

a. Seyogyanya Audit Komprehensif tetap


masih dilaksanakan secara rutin berdasarkan PKPT yang telah disusun. Selain itu juga melaksanakan Audit Kinerja
untuk lebih mendalami aspek tertentu,
sesuai kebutuhan.
b. Waktu pelaksanaan audit kinerja terpisah dengan waktu pelaksanaan audit
komprehensif, agar dapat lebih fokus
dalam pelaksanaan masing-masing audit, juga agar lebih mempertegas perbedaan antara audit komprehensif dengan
audit kinerja.
c. Perlu segera dirumuskan konsep tentang cara mengukur (meninjau) ke-hematan, ke-efektifan, serta ke-efisienan
(seperti yang diamanahkan) pada Audit
Kinerja. Selain itu juga perlu segera dirumuskan indikator-indikator yang diperlukan, sebagai parameter yang sangat
penting dalam pelaksanaan Audit Kinerja. Indikator-indikator tersebut tentunya
harus obyektif dan signifikan terhadap
kepentingan seperti yang diamanahkan
pada Audit Kinerja.
E. P E N U T U P
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, dan semoga dapat dipandang
sebagai salah satu alternatif (sisi lain) dari
sudut pandang tentang hubungan antara
Audit Komprehensif dengan Audit Kinerja.
Tentunya tulisan ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan masukan untuk perbaikan sangat kita harapkan.
Penulis,
Kuncoro Supadi Wiguno
AUDITOR IR II

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

PERATURAN

Apakah Peraturan Pelaksana


Harus Sesuai Dengan Peraturan
Di Atasnya?
Latar belakang
Kita sebagai manusia dikenal sebagai
makhluk homo homini socius yaitu manusia yang kehidupannya saling berdampingan (makhluk sosial) atau kehidupan
bermasyarakat, dan dalam kehidupan bermasyarakat memerlukan sesuatu untuk
mentertibkan dan menyesuaikan dengan
keadaan titik tempat tersebut, serta dibuat
untuk mentertibkan komunikasi antar manusia. Oleh karena itu dibuatlah hukum.
Pengertian hukum menurut J.C.T. Simorangkir, SH dan Woerjono Sastropranoto,
SH Hukum adalah peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan
resmi yang berwajib.
Hukum dalam kehidupan bermasyarakat
dibagi 2 (dua) yaitu, hukum tertulis dan ti-

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

dak tertulis. Peraturan yang tertulis adalah


aturan dalam bentuk tertulis yang dibuat
oleh lembaga yang berwenang.Sedangkan peraturan tidak tertulis adalah Norma
atau peraturan tidak tertulis yang telah
dipakai oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari secara turun temurun dan tidak
dibuat secara resmi oleh lembaga yang
berwenang.
Dalam kajian sekarang ini kita akan belajar
tentang hukum tertulis.
Peraturan tertulis memiliki ciri-ciri sebagai
berikut, keputusan yang dikeluarkan oleh
yang berwenang, isinya mengikat secara
umum, serta bersifat abstrak. Setiap pembuatan Peraturan Perundang undangan
berlandaskan pada:
1. Landasan Filosofis
Bahwa dalam penyusunan atau pem-

47

PERATURAN
buatan memperhatikan pada cita cita
moral dan cita cita hukum;

dak boleh bertentangan dengan Peraturan


Perundang-undangan yang lebih tinggi.

2. Landasan Sosiologis
Pembentukan Peraturan Perundang undangan harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat;

Undang Undang Nomor 12 tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan merupakan pengganti
atas Undang Undang Nomor 10 tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang Undangan. Sebagai penyempurnaan terhadap Undang-Undang sebelumnya, terdapat materi muatan baru yang
ditambahkan dalam Undang-Undang ini,
yaitu antara lain:
a. Penambahan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai salah
satu jenis Peraturan Perundang-undangan dan hierarkinya ditempatkan
setelah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Perluasan cakupan perencanaan Peraturan Perundang-undangan yang tidak
hanya untuk Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) dan Program Legislasi Daerah (Prolegda) melainkan juga perencanaan Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, dan Peraturan Perundangundangan lainnya;
c. pengaturan mekanisme pembahasan
Rancangan Undang-Undang tentang
Pencabutan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
d. pengaturan Naskah Akademik sebagai
suatu persyaratan dalam penyusunan
Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
e. pengaturan mengenai keikutsertaan
Perancang Peraturan Perundang-undangan, peneliti, dan tenaga ahli dalam
tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan
f. penambahan teknik penyusunan Naskah Akademik

3. Landasan Yuridis
a. Adanya kewenangan dari pembuat
peraturan perundang undangan;
b. Kesesuaian jenis materi perundangundangan
c. Mengikuti cara cara atau prosedur
tertentu
d. Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
Selain tersebut di atas, menurut Lembaga
Administrasi Negara peraturan perundang
undangan harus mempunyai prinsip sebagai berikut:
1. Dasar yuridis (hukum) sebelumnya;
2. Hanya peraturan Perundang undangan
tertentu saja yang dijadikan landasan
yuridis;
3. Peraturan Perundang undangan hanya
dapat dicabut atau dihapus dengan
peraturan diatasnya atau peraturan
yang sederajat.
4. Peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang lama
5. Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah;
6. Peraturan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat
umum;
7. Setiap jenis peraturan materinya berbeda.
Hierarki Peraturan Perundang-undangan :
Hierarki adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan yang
didasarkan pada asas bahwa Peraturan
Perundang-undangan yang lebih rendah ti48

Sesuai Undang Undang No. 12 tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengatur mengenai hiertransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

PERATURAN
arki peraturan perundang undangan yang
ada di Indonesia, yaitu pada pasal 7:
1. Undang Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat
3. Undang Undang/ Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Selain peraturan perundang undangan
yang tersebut diatas, juga terdapat jenis
peraturan perundang-undangan sesuai
pasal 8 ayat I yaitu mencakup peraturan
yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan Undang-Undang atau Pemerintah
atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa
atau yang setingkat.
Analisa
Seringkali kita mendengar pertanyaan,
apakah materi dari peraturan perundang
undangan itu berbeda dengan materi peraturan perundang undangan di atasnya?
Sesuai dengan prinsip dari peraturan perundang undangan, menurut Lembaga
Administrasi Negara bahwa suatu perundang undangan materinya harus berbeda
dengan perundang undangan diatasnya,
karena peraturan dibawahnya merupakan
pelaksanaan dari peraturan yang bersangkutan.
Selain pertanyaan tersebut diatas juga
sering menjadi pertanyaan kita, apakah matransparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

teri suatu peraturan perundang-undangan


harus sesuai aturan yang berlaku.
Dalam hal pembuatan peraturan perundang-undangan harus mengacu dengan
peraturan perundang undangan di atasnya
karena segala aspek terutama materi harus tidak boleh bertentangan dengan pereraturan diatasnya, hal ini sesuai dengan
Undang Undang Nomor 12 tahun 2011
pasal 9 ayat 2 yang berbunyi Dalam hal
suatu Peraturan Perundang-undangan di
bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Selain itu, jika ditinjau dari Landasan Yuridis
suatu perundang undangan itu juga memenuhi sebagai berikut diantaranya materi peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan materi peraturan di atasnya.
Materi yang tidak boleh bertentangan
dengan Peraturan Perundang Undangan
diatasnya termasuk Peraturan Pelaksana
dari Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan
Menteri.
Bila Peraturan Pelaksana (Peraturan Menteri) tersebut bertentangan dengan Peraturan diatasnya (Peraturan Pemerintah),
Peraturan Pelaksana tersebut harus segera
dicabut atau diganti dengan Peraturan
Pelaksana yang baru dan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Kesimpulan
Berdasarkan keterangan tersebut di atas,
maka dalam membuat suatu Perundang
Undangan bukanlah hal yang mudah, kita
harus hati - hati dalam membuat dan menyusun Peraturan Perundang-Undangan
berdasarkan aturan yang berlaku, serta harus memperhatikan aspek/ unsur yaitu prinsip, landasan serta fungsi dari Peraturan
yang akan kita buat atau kita susun.
Penulis
Setyo Prakoso, SH
Sekretariat Itjen

49

SERBA SERBI

(kiri ke kanan) Inspektur V, Inspektur III, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Inspektur Jenderal, Bpk. H. Husni Djau (penceramah), Inspektur II dan Inspektur IV

PUNGGAHAN
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

enyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan


1432 Hijriah, Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan menyelenggarakan acara punggahan
yang telah dilaksanakan di ruang Brawijaya pada
tanggal 29 Juli 2011 pukul 10.00 WIB. Acara punggahan ini dihadiri oleh Inspektur Jenderal beserta
ibu, Sekretaris Inspektorat Jenderal, para Inspektur,
Auditor, serta Karyawan/i di lingkungan Inspektorat
Jenderal.

Acara yang rutin dilaksanakan setiap memasuki


bulan suci Ramadhan ini diawali dengan pembacaan Ayat Suci Al-Quran oleh Bapak Muhammad
Syamsuri dengan pembacaan saritilawah Saudari
Anggun Trisiswani, dilanjutkan dengan sambutan
Inspektorat Jenderal, siraman rohani oleh Bapak
H. Husni Djau, SE, MM dan ditutup dengan doa
serta bersalam-salaman saling memaafkan.
Dalam sambutannya Inspektur Jenderal menyampaikan bahwa sudah seharusnya setiap pimpinan
dan pegawai di Inspektorat Jenderal membangun
dan selalu saling menjaga kebersamaan dan persatuan dalam suasana kekeluargaan, sehingga kinerja Inspektorat Jenderal yang telah baik selama
ini dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan. (Tim Jurnal)

Inspektur Jenderal sedang memberikan kata sambutan

Bpk. H. Husni Djau sedang memberikan siraman rohani

50

Para Pejabat serta Karyawan dan Karyawati saling bersalaman

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

SERBA SERBI

PENYERAHAN BINGKISAN LEBARAN BAGI PEGAWAI


DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERAL

elain Acara Punggahan, Kegiatan Rutin Inspektorat Jenderal di bulan suci Ramadhan adalah
membagikan bingkisan lebaran kepada seluruh
pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal. Penyerahan bingkisan menjelang Hari Raya Idul Fitri
1432H ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena pada tahun ini penyerahan bingkisan tersebut diawali penyerahan secara simbolis
oleh Inspektorat Jenderal dan Sekretaris Inspektorat

Jenderal kepada 9 pegawai dan 1 pramusaji di lingkungan Inspektorat Jenderal.


Acara yang baru pertama kalinya ini, dilaksanakan di
ruang Brawijaya pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 13.00 WIB dan dihadiri oleh beberapa pejabat,
pengurus Dharma Wanita Pusat Itjen serta pegawai
di lingkungan Inspektorat Jenderal. (Tim Jurnal)

Inspektur Jenderal dan Sekretaris Inspektorat Jenderal foto bersama dengan salah satu pengurus Dharma Wanita Pusat
Inspektorat Jenderal serta para penerima bingkisan dalam acara tersebut.

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

51

SERBA SERBI

ANEKDOT

Kekayaan Di Darat
Berbeda Dengan
Kekayaan Di Laut
Seorang miliuner bertamasya naik
kapal pesiar yang mewah. Namun,
nasib sial menimpanya. Kapal pesiar
yang ia tumpangi pecah. Ia terkatungkatung pada serpihan kapal tersebut.
Dalam keadaan tidak berdaya, ia bernazar kepada Tuhan:
Jika aku selamat sampai di darat,
akan kupersembahkan separuh dari
kekayaanku.
Tak lama kemudian datanglah tim
SAR dan ia tertolong, selamatlah
ia sampai di rumah. Lalu ia teringat
akan nazarnya, ia menghitung kekayaannya dan ternyata sangat besar,
lalu timbullah rasa sayang pada kekayaannya. Ia bingung. Ia sudah bernazar dan sekarang selamat.
Kemudian, timbul ide dan ia berkata
kepada dirinya sendiri, Ketika aku
bernazar di laut, kekayaanku hanya
yang ada di dompet, ia membuka
dompet dan menghitungnya, lalu
membagi uangnya menjadi dua.

Pertanyaan
Turis
Terhadap
Pejabat
Turis Amerika yang sedang belajar
bahasa Indonesia sedang bingung.
Mengapa orang Indonesia, jika menjawab pertanyaan itu beda-beda,
seperti yoi, iya, dan ya begitulah.
Lalu, ia bertanya kepada seorang pejabat, Bagaimana cara membedakan
yoi, iya, dan ya begitulah?
Kemudian, pejabat itu menjawab,
Kalau yoi, orang tersebut tidak punya pendidikan, kalo iya, orang itu
tamatan SMA, dan kalau ya begitulah, berarti ia sarjana.
Oh, gitu, ya? kata turis.
Yoi!! kata pejabat.
Sumber : i-humor

Kekayaan di laut beda dengan yang


di darat, Tuhan, ia berdoa kepada
Tuhan.
52

transparansi Vol 6/No. I /Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai