Anda di halaman 1dari 5

Kasir, memang salah satu posisi strategis yang di perusahaan-perusahaan non-bank

kerap menjadi dilematis. Bagaimana tidak strategis, kasirlah yang mengumpulkan


sekaligus menditribusikan uang (kas) perusahaan. Menjadi dilematis apabila di satu sisi
kasir pegang fisik uang dan cek, sementara di sisi lainnya dia juga menjalankan fungsi
pencatatan kas.
Lalu, Apakah kasir itu staffnya chief accountant atau direktur? Tanya Mitha via
telepon, dengan nada setengah kesal dan putus asa.
Mitha (nama saya samarkan), salah satu mantan staf saya yang sekarang sudah menjadi chief
accountant di salah trading company, bersungut-sungut lantaran sang kasir tidak menjalankan
instruksinya.
Yang bikin Mitha putus asa, direktur perusahaan yang menurut Mitha ada hati sama sang
kasir malah membela dengan mengatakan:
[quote]She (kasirnya) is my staff, not yours. Shes supposed to report to me as a director, not
you.[/quote]
Ya, direkturnya memang bule (expat,) karena kebetulan perusahaan dimana Mitha bekerja
adalah perusahaan PMA.
Secara eksplisit direkturnya mengatakan kepada Mitha bahwa kasir bukan bawahannya chief
accountant, tetapi bertanggungjawab langsung kepada direktur. Dan bagi Mitha itu tidak
benar, tetapi dipaksakan karena ada unsur asmara.
Mitha, kamu terlalu apriori, buru-buru mengkaitkan pekerjaan dengan urusan pribadi,
saya membuka obrolan ketika akhirnya kami bertemu (makan siang.) Hubungan saya
(penulis) dan Mitha sudah seperti kakak-adik, mungkin karena saya cukup lama menjadi
mentornya, meskipun sampai sekarang dia masih memanggil saya Pak atau Babeh dalam
situasi informal.
Nggak lah beh. Rumor direktur ada hubungan asmara dengan kasir itu sudah menjadi
pergunjingan semua orang di tempat kerja saya, Mitha menyanggah.
Kalau mereka doyan gosip, apa kamu juga harus ikut-ikutan gosip? Level kamu, sebagai
Chief Accountant, sudah bukan staf biasa, mestinya tidak ikut-ikutan seperti itu, saya
mengingatkan.
Mendapat teguran seperti itu, Mitha akhirnya menjelaskan bahwa kekesalannya bukan karena
gosip hubungan asmara itu. Lebih tepatnya dia bingung lantaran:

Di satu sisi, Mitha bisa mengerti bahwa dirinya tidak boleh mencampuri urusan
penerimaan dan distribusi kaskarena rentan terhadap penyelewengan.
Di sisi lainnya, pencatatan (penjurnalan) kas harian dijalankan oleh kasir.
Bagimanapun juga akurasi dan ketepatwaktuan input kas ke dalam sistem akan
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Akurasi dan ketepatwaktuan
laporan keuangantermasuk kasadalah tanggungjawab Mitha sebagai chief
accountant.

Seperti sudah saya sampaikan di awal tulisan, fenomena seperti ini memang sudah menjadi
pemandangan yang lazim di perusahaan-perusahaan non-bank, terutama sekali yang berskala
kecil hingga menengah. Kasus Mitha di atas hanya salah satu diantara banyaknya keluhan
yang pernah saya terima.
Kasus Mitha saya angkat menjadi tulisan karena saya pikir, mudah-mudahan ini bisa menjadi
bahan belajarterutama bagi kawan-kawan mungkin saja menjadi seorang kasir atau chief
accountant, atau bahkan direktur di masa-masa yang akan datang. Kita tak pernaah tahu
bukan?
Pertanyaannya: Diantara Mitha dan direkturnya, siapa yang benar?
Oke. Kita tak perlu mencari siapa yang benar atau salah. Pertanyaannya kita ubah menjadi:
[quote]Posisi kasir, bertanggungjawab langsung kepada chief accountant atau direktur
perusahaan?[/quote]
Ini salah satu wujud dari kerancuan pandangan mengenai perbedaan antara Akuntansi dan
Keuangan. Batasnya memang sangat tipis, terlebih-lebih bagi masyarakat awam.
Bagi publiktermasuk manajemen dan pemilik perusahaan yang lebih banyak berasal dari
latarbelakang dispilin ilmu non-keuangan, akuntansi dan keuangan adalah sama, bisa
ditukarposisikan, dan bisa dicampuradukan.
Kerancuan pandangan publik terhadap akuntansi dan keuangan, jelas terlihat dari berbagai
contoh kasus. Misalnya: Iklan lowongan yang berbunyi:
Dicari Credit Analyst. Syarat: S1 Akuntansi
Bayangkan, orang HRD yang nota benanya adalah orang manajemen, yang mestinya tahu
persis job description masing-masing posisi/jabatan, masih bingung membedakan antara
posisi akunatnsi (accounting) dengan keuangan (finance.) Untuk posisi credit analyst, yang
dicari mestinya orang manajemen keuangan, bukan akuntansi.
Orang manajemen mana ngerti analisa kredit kata salah satu rekan HRD manager.
Lalu, apa kamu pikir orang akuntansi tahu bahwa menyetujui kredit bagi calon debitur
yang tidak punya rekening listrik, masih ngekost, tidak punya KTP dan KK, adalah berisiko
tinggi? Apa kamu pikir orang akuntansi ngerti bila uang muka kredit dia atas 60% tidak
profitable lagi? saya balik bertanya.
Kalau orang manajemen yang konsentrasinya marketing, produksi atau sumber daya manusia,
apalagi lulusan teknik sipil, ya iyalah tak akan bisa melakukan analisa kredit. Tapi kalau
orang manajemen yang konsentrasinya keuangan (alias manajemen keuangan) ya pasti
ngertilah.
Bukan salah mereka juga. Ketika ditanya kerja di bagian apa? misalnya, untuk alasan
penyederhanaan lalu kita menjawab bagian keuangan, padahal posisi sesungguhnya adalah
bookkeeper atau accounts payable, atau accounts receivable.

Sampai pada batas tertentu, perbedaan antara akuntansi dan keuangan mungkin bukan sesuatu
yang perlu dijadikan persoalan, apalagi hambatan. Tapi pada titik tertentu, kerancuan batas
antara keuangan dengan akuntansi bisa mencitakan kondisi dilematis yang bahkan mungkin
lebih besar dibandigkan kasusnya Mitha.
Jika dibuat dalam kalimat singkat: akuntansi (accounting) adalah alat pengukur (measurer),
sedangkan keuangan (finance) adalah alat pengelola (manajer.)
Ref: Saya sudah pernah bahas secara singkat di tulisan ini
Sehingga, akuntansidalam konteks iniadalah alat pengukur efektifitas kinerja
pengelolaan keuangan dan perusahaan secara keseluruhan.
KASIR, adalah staf pelaksana di bagian keuangan, BUKAN akuntansi. She isnt supposed to
do any accounting tasks. She isnt accountant anyway, but a finance staff. Sehingga apa yang
diakatakan oleh direkturnya Mitha, ada benarnya, bahwa: kasir tidak bertanggungjawa
langsung kepada chief accountant. Tetapi juga tidak bertanggungjawab langsung kepada
direktur.
Jika ada bagian keuangan, kasir mestinya bertanggungjawab kepada manajer keuangan.
Manajer keuangan kemudian bertanggungjawab kepada Treasurer. Di ujung paling atas,
treasurer bertanggung jawab kepada Chief Financial Officer (CFO) alias direktur keuangan.
Lalu, bagimana dengan tugas pencatatan (penjurnalan) kas ke dalam buku perusahaan?
Apakah boleh dikerjakan oleh seorang kasir?
Idealnya tidak boleh. Kasir yang pegang uang, tidak boleh sekaligus menjalankan fungsi
pencatatan (penjurnalan). Jika itu sampai terjadi, cepat atau lambat akan menjadi celah
kelemahan sistim pengendalian kas yang paling rentan dibobol oleh tindak penyalahgunaan
(penyelewengan).
Mestinya, sekalilagi dalam kondisi ideal, kasir hanya menjalankan fungsi pengumpulan
dan pendistribusian kas semata, tak lebih dan tak kurang. Sedangkan pencatatan (input
jurnal) dan pengelolaan data dilakukan oleh seorang cash accountant yang ada di bawah chief
accountant seperti Mitha. Jika tidak ada cash accountant maka pencatatan dilakukan oleh
masing-masing accountant (jika A/R dilakukan oleh A/R accountant, atau jika A/P dilakukan
oleh A/P accountant).
Untuk lebih konkretnya, saya buatkan contoh kasus:
Hari ini, Sabtu, adalah jadwal pembayaran kepada supplier. Katakanlah tidak ada cash
accountant. Nah, A/P accountant menyerahkan daftar utang (A/P) jatuh tempodilengkapi
dengan nota-notayang harus dibayar hari ini, kepada kasir.
Selanjutnya, kasir menyiapkan cek dan kas berdasarkan daftar tersebut, lalu
membayarkannya kepada supplier. Selesai pembayaran, daftar A/P, voucher dan nota yang
terbayar dikembalikan ke A/P accountant dengan stempel LUNAS, lengkap dengan tanda
terima pembayaran dari supplier.

Dari nota dan voucher A/P yang telah distempel LUNAS (disertai dengan tanda terima
pembayaran), A/P accountant memasukan jurnal:
[Debit]. Utang Dagang (A/P) = xxxx
[Kredit. Kas = xxxx
Dengan demikian, maka otomatis pekerjaan pencatatan kas juga terlaksana dengan lancar
tanpa perlu mencampuradukan tugas kasir (finance staff) dengan accountant. Selanjutnya,
tinggal chief accountant melakukan verifikasi (setiap menjelang hari kerja berakhir) antara
voucher lunas dengan input payment (pelunasan) yang dilakukan oleh A/P accountanttanpa
perlu menganggu kasir.
Prosedur serupa, juga bisa dilakukan untuk kas masuk. Hanya saja yang terlibat disini adalah
A/R accountant.
Jika tidak ada cash accountant, sedikit permasalahan akan timbul saat menjelang
penutupan buku, yaitu: pekerjaan rekonsiliasi kas (kecil maupun bank). Tidak mungkin
rekonsiliasi kas dilakukan oleh A/P accountant maupun A/R accountant. Supaya tidak
melibatkan kasir, pekerjaan ini bisa dilakukan oleh chief accountant itu sendiri.
Tentu. Untuk kelancaran operasional sehari-hari, bagaimanapun juga, koordinasi antara kasir
dan para akuntan (A/R, A/P, Fixed Asset, Tax dan Chief Accountant) tetap harus berjalan
dengan baik. Bukan hanya dengan kasir, para akuntan juga harus membangun koordinasi dan
partnership kerja yang baik dengan semua bagian di dalam perusahaan.
Itulah jawaban saya terhadap pertanyaan Mitha tentang: Apakah kasir itu staf-nya
chief accountant atau direktur? Yang jelas semua staf termasuk chief accountant ya
stafnya direktur. Hanya saja, direktur mestinya membangun alur sistim kerja yang
sistematis bagi setiap bawahannya, termasuk yang di bagian akuntansi maupun
keuangan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas di satu sisinya, dengan tetap
bersinergi di sisi lainnya. Selamat berakhir pekan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia finance dan accounting merupakan dunia yang unik dan
menarik. Setiap perusahaan pasti memiliki divisi atau bagian finance atau accounting
diperusahaan mereka. Kalau tidak perusahaan itu pasti perusahaan kecil yang tidak paham
dengan manajemen modern. Sederhananya setiap perusahaan pasti digerakkan oleh uang alias
duit, dan untuk mengurus uang itu maka dibutuhkan tenaga keuangan atau akuntansi.
Seringkali orang salah menilai kedua profesi ini, ada yang mengatakan keduanya sama saja
toh keduanya sering berada pada departemen/divisi yang sama apalagi para pegawainya
sebagaian besar memang alumni akuntansi, tapi ada pula yang mengatakan beda tapi tidak
tahu pasti perbedaannya. Faktanya accounting atau akuntansi jelas berbeda dengan finance
atau keuangan. Dari pengalaman saya, sebagaian besar pegawai memang tidak paham tetang
perbedaan ini, pikir mereka toh sama-sama kerjanya mengurus uang perusahaan. Lalu apa itu
Finance (keuangan) !!! Finance fokus pada usaha mencari dana (uang), mengelola,
mengalokasikan dan melakukan pembayaran. Secara sederhana semua proses menerima dan
mengeluarkan uang merupakan job description dari bagian finance atau keuangan. Umumnya
finance punya beberapa bagian lagi seperti kasir, finance, admin finance atau finance

manajer. Sebenarnya dalam perusahaan setiap lini atau departemen pasti fokusnya ke
keuangan mulai dari mencari uang hingga melakukan pembayaran dari bagian office boy
hingga level CEO. Maka tidak berlebihan jika finance dan accounting seringkali dianggap
sebagai jantung dari perusahaan itu. Suatu kehormatan karena diperusahaan selalu ada yang
namanya Direktur Keuangan walau namanya Direktur Keuangan tapi jabatan ini lebih sering
di duduki oleh staff yang karirnya dibagian akuntansi. Lalu bagaimana dengan accounting !!!
kalau finance fokus pada menerima dan mengeluarkan uang maka akuntansilah yang bertugas
mencatat dan melakukan ikhtisar dan penggelompokan transaksi-transaksi tersebut. Maka
seringkalai staff bagian akuntansi di panggil bookkeper atau tukang catat, tapi itu dulu
sekarang dalam sistem manajemen modern para akuntan sebutan orang yang bekerja dibagian
akuntansi tidak sekedar tukang catat perusahaan tapi juga membuat analisis dari informasi
yang ada. Tidak seperti keuangan yang tidak memiliki standar baku, maka akunting punya
standar baku yang mengatur segala aktivitas pencatatan tersebut. Di Indonesia sendiri standar
untuk akuntansi diberi nama PSAK yang disusun khusus oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
yang terdiri beberapa pakar dibidang akuntansi.sekedar info bahwa standar akuntansi
Indonesia mengekor pada standar akuntansi Amerika Serikat. Untuk tingkat global, para
akuntan menggunakan standar keuangan global, International Accounting Standard (IAS),
yang teknis pelaporannya saat ini menggunakan apa yang disebut dengan International
Financial Reporting Standard (IFRS) buatan International Accounting Standard Board
(IASB) yang berbasis di London (Inggris). Seorang kawan saya yang manajer di salah satu
perusahaan joint venture di Makassar berujar karena kompleksitas pekerjaan Akuntansi lebih
berat dari keuangan, maka standar gaji yang ditetapkan juga berbeda. Saya tidak ingin
mendebatnya, tapi disatu sisi sebagai seorang yang pernah menjadi kasir dan admin keuangan
selama 4 tahun saya melihat pekerjaan keuangan juga berat terutama bagaimana mengatur
dan mengalokasikan dana perusahaan, paling rumit jika saldo kas yang minim sedangkan
supllier menunggu dibayar atau menjelang pembayaran gaji, saya yakin bagian keuangan
juga kerepotan. Sedang sebagai akuntan saya juga merasakan bagaimana berat dan
kompleksnya pekerjaan ini, mulai dari memeriksa setiap transaksi hingga melakukan
penjurnalan. Jika dipersempit kerjaan akuntan itu buntutnya hanya 2 lembar saja yaitu
laporan keuangan terdiri laporan laba rugi dan Neraca. Tahukah bahwa dari kedua laporan
keuangan bisa dianalisa sehat atau sekaratnya suatu perusahaan. Lalu apa kesamaan antara
akuntansi dan keuangan, yang pertama sudah saya jelaskan bahwa keduanya berada dalam
satu divisi atau departeman. Lalu secara umum pegawai akuntansi 90% adalah alumni dari
jurusan akuntansi, sedangkan finance sekitar 70-80% adalah alumni akuntansi. Dari
penjelasan saya sudah jelas bahwa keuangan bersentuhan langsung dengan uang sedangkan
akuntansi tidak bersentuhan langsung dengan uang, tapi keduanya sama-sama mengurus
keuangan perusahaan. Salam

Anda mungkin juga menyukai