LP Prematur Dwi
LP Prematur Dwi
hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan infeksi
tertentu (seperti, polinefritis dan korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun
menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematur,
yaitu :
a) Faktor resiko mayor: Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester
II lebih dari satu kali, riwayat persalinan prematur sebelumnya, operasi abdominal
pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
b) Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefitis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari satu
kali.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan
preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :
a) Faktor Maternal :
Gizi saat hamil yang kurang
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
Faktor pekerja yang terlalu berat
Trauma pada ibu semasa hamil
b) Faktor kehamilan :
Hamil dengan hidramnion
Hamil ganda
Perdarahan antepartum
Komplikasi hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini.
c) Faktor janin:
Cacat bawaan
Infeksi dlam rahim.
Janin mati/ IUFD.
4. Tanda dan gejala
a) Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 5 menit sekali selama 45 detik dalam
waktu minimal 2 jam.
b) Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien
c)
d)
e)
f)
melakukan aktivitas.
Usia kehamilan antara 20 36 minggu.
Ketuban pecah prematur
Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
(Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001).
mengejan. Wanita juga merasakan tekanan pada rektum dan hendak BAB. Kemudian
perineum mulai menonjoldan menjadi melebar dengan membukanya anus. Labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian, kepala janin tampak dalam vulva pada waktu His.
Dengan his dan kekuatan mengedan kepala janin dilahirkan denagn suboksiput dibawah
simpisis, serta dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi. Pada primigravida, kala
II berlangsung sekitar 1,5 jam dan multigravida jam. Jika lebih dari 2 jam maka
harus dilakukan terminasi karena dapat menyebabkan asfiksia pada janin.
Kala lll
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Plasenta akan lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah. Jika >30 menit belum keluar maka dapat dikatakan terjadi retensio
plasenta dan, perlu dikeluarkan secara manual (manual Plasenta).
Kala lV
Kala ini dianggap penting untuk mengamati apakah ada atau tidak perdarahan
post-partum (max 500ml) dan keadaan umum ibunya serta baik tidaknya kontraksi
uterus. Lama observasi 1 jam.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin.
Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas
dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan
untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
6. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
b) Urinalisis.
c) Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin dan letak plasenta.
d) Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lasitin,
spingo myelin, surfaktan, dll.
7. Komplikasi
a) Pada Ibu
Menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
Selain itu komplikasi yang dapt terjadi pada ibu selama persalinan adalah :
Retensio plasenta
Atonia uteri
HPP ( Hemoragic post partum )
b) Pada Bayi
Imaturitas organ vital
Berat badan lahir rendah
Adaptasi terhadap rangsangan belum sempurna
Asfiksia
B. Konsep Retensio Plasenta
1. Pengertian
Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah
janin lahir (Depkes, 2007).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit stelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2008).
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu
setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual
dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan
ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta
perkreta. (Manuaba, 2006).
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual
retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi
polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta
(satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui
adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
(Prawiraharjo, 2005).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :
a) Placenta belum lepas dari dinding uterus, placenta yang belum lepas dari dinding
uterus. Hal ini dapat terjadi karena:
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta,
Placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam. Pada keadaan ini tidak terjadi
perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
b) Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia
uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran
konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena
Penanganan kala III yang keliru/salah dan
Terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta
(placenta inkaserata).
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan
ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
1) Sebab fungsional
His yang kurang kuat (sebab utama)
Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
Ukuran plasenta terlalu kecil
Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
2) Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam.
Menurut tingkat perlekatannya :
Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding
rahim.
3. Tanda dan gejala
1) Waktu hamil
a) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
b) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai
plasenta previa
c) Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
d) Kadang terjadi ruptur uterib.
2) Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
3) Persalinan kala III
a) Retresio plasenta menjadi ciri utama plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
bayi lahir.
b) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan
ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual
c) Komplikasi yang seriun tetapi sering dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini
dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk
mengeluarkan plasenta
Gejala
Konsistensi
Akreta parsial
Kenyal
Inkarserata
Keras
Akreta
Cukup
uterus
Tinggi fundus
Bentuk uterus
Perdarahan
Tali pusat
Ostium uteri
Pelepasan
Sepusat
Discoid
Sedang banyak
Terjulur sebagian
Terbuka
Lepas sebagian
Sepusat
Discoid
Sedikit / tidak ada
Tidak terjulur
Terbuka
Melekat seluruhnya
plasenta
Syok
Sering
Jarang
jonjot
korion
plasenta
hingga
mencapai/memasuki miometrium.
4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.
5. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus
menyelesaikan
proses
ini
pada
akhir
persalinan.
dan
lebih
tebal.
kontinyu,
miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran
juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat
perlekatan plasenta. Ketika
jaringan
penyokong
plasenta
berkontraksi
maka
Tegangan
yang
yang
longgar
memberi
jalan,
dan
Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat- serat oto miometrium
yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan
retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan
akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak terjadi secara
bersamaan dengan janin, karena melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan
terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah
tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan
perfusi organ.
c. Sepsis
d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hitung darah lengkap : Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang
akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila
b.
kavum uteri)
Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan
c. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah
atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase.
d. Bila kadar Hb<8g/dL berikan transfuse darah. Bila kadar Hb> 8g/ dL, berikan
ferosus.
Pada kelainan yang luas, perdarahan menjadi berlebihan sewaktu dilakukan
upaya untuk melahirkan plasenta. Pada sebagian kasus plasenta menginfasi ligamentum
latum dan seluruh serviks (Lin dkk., 1998). Pengobatan yang berhasil bergantung pada
pemberian darah pengganti sesegera mungkin dan hampir selalu dilakukan tindakan
histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
Pada plasenta akreta totalis, perdarahan mungkin sangat sedikit atau tidak ada.
Paling tidak sampai di lakukan upaya pengeluaran plasenta secara manual. Kadangkadang tarikan tali pusat dapat menyebabkan inversion uteri. Inversion uteri adalah
uterus terputar balik sehingga fundus uteri terapat dalam vagina dengan selaput lendirnya
sebelah luar. Inversion uteri paling sering menimbulkan perdarahan akut yang
mengancam nyawa.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan
retensio placenta adalah sebagai berikut :
a.
Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan,
dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :
1) Sirkulasi :
Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai kehilangan
darah bermakna)
Pelambatan pengisian kapiler
Pucat, kulit dingin/lembab
Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2) Eliminasi :
Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina
3) Nyeri/Ketidaknyamanan :
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen
placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
4) Keamanan :
Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin
tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat
pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas
dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada
serviks.
5) Seksualitas :
Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen
placenta yang tertahan).
Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel,
b.
c.
2. Diagnosa Keperawatan
1)
2)
3)
4)
3. Intervensi
No.
1.
Diagnosa
Kekurangan Volume Cairan
Definisi:
1.
Keadaan individu yang mengalami penurunan
2.
cairan intravaskuler, interstisial, dan / atau
cairan intrasel. Diagnosis ini merujuk ke
Nutrisi
Intervensi
NIC
Mengurangi Perdarahan : Postpartum
pasien.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
3.Catat kadar Hb/Ht sebelum dan setelah kehilanga darah
dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan Setelah dilakukan tindakan
sebagai indikasi.
saja tanpa perubahan dalam natrium.
keperawatan selama 2x24 jam
4.Kaji koagulasi, termasuk prothrombin time (PT), partial
Batasan Karakteristik:
klien mampu :
thomboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi
Mempertahankan keseimbangan
Penurunan status mental
fibrin/split products, dan jumlah platelet jika diperlukan
cairan, dengan indikator :
5. Kaji kecendrungan transport oksigen di tingkat jaringan
Penurunan tekanan darah
Memiliki asupan cairan oral dan
misalnya melalui (PaO2, SaO2, dan tingkat Hb dan cardiac
Penurunan volume nadi
atau intravena yang adekuat
TTV dalam rentang normal.
output).
Penurunan tekanan nadi
Nadi : 60 -100x/menit
6. Berikan tambahan darah (misalnya berupa platelet, dan
Penurunan turgor kulit
RR : 16- 24 X/menit
plasma darah) yang sesuai.
Suhu : 36- 37 0C
Penurunan turgor lidah
TD : 110 / 70 mmHg
Manajemen Cairan
Penurunan pengisian vena
Hb dan Hematokrit dalam batas
1. Monitor status hidrasi (seperti: kelembapan mukosa
Kulit kering
normal Hb : 12- 14 gr/dl, Hct :
membrane, nadi).
Membrane mukosa kering
33- 45 %
2. Monitor tanda-tanda vital
Menunjukan
status
nutrisi,
3.Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan
Hematokrit meningkat
(seperti :edem, asites, distensi vena leher).
dengan indikator :
Suhu tubuh meningkat
Keseimbangan
asupan
2.
Nyeri Akut
Definisi:
1.
Pengalaman emosional dan sensori yang tidak
2.
3.
menyenangkan yang muncul dari kerusakan
jaringan secara aktual dan potensial atau
menunjukkan adanya kerusakan (Assosiation
for Study of Pain) : serangan mendadak atau
perlahan dari intensitas ringan sampai berat
yang diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri
kurang dari 6 bulan.
Batasan Karakteristik:
Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
dilakukan.
NIC
NOC
Kontrol Nyeri
Manajemen Nyeri
Tingkat Kenyamanan
Tingkatan nyeri
1.Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:
Tujuan dan Kriteria Hasil:
lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
Setelah dilakukan tindakan
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
keperawatan selama 2x24 jam
2.Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai
klien mampu :
dari lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,
Mengontrol nyeri, dengan
intensitas dan penyebab.
indikator :
3.Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
Mampu mengenali faktor menyatakan pengalaman nyerinya serta dukungan dalam
penyebab
Mampu
melaporkan
merespon nyeri.
4.Tentukan
dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari
gejala
(tidur, nafsu makan, aktifitas, kesadaran, mood, hubungan
Mampu
mengenali
gejala nyeri
Mempertahankan
tingkat
sehari-hari
5.Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien.
kenyamanan, dengan indikator 6.Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
7.Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga
:
Dapat melakukan aktivitas profesional lain untuk memilh tenik non farmakologi
seperti
biasa
tanpa
merasakan nyeri.
Menunjukan tingkat
frekuensi
nyeri
3.
Ansietas
NOC
Definisi:
1. Tingkat ansietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
2. Pengendalian-Diri
terhadap
samar disertai respons autonom (sumber sering
ansietas
kali tidak spesifik atau tidak dikethui oleh
Tujuan dan Kriteria Hasil:
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
Setelah dilakukan tindakan
antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini
keperawatan selama 2x24 jam
merupakan
isyarat
kewaspadaan
yang
klien mampu untuk:
memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
1. Ansietas
berkurang,
memampukan individu melakukan tindakan
dibuktikan oleh bukti tingkat
ntuk menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristik:
ansietas hanya ringan sampai
Mengekspresikan
kekhawatiran
akibat
terhadap HE
ansietas, kosentrasi dan koping 1.Sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi,
2. Menunjukan pengendalian-diri dan prognosis
Gelisah
terhadap
ansietas,
Memandang sekilas
dibuktikan
Insomnia
Resah
oleh
Ketakutan
Mempertahankan
Gugup
Nyeri dan peningktan ketidakberdayaan yang
peran
Memantau
persisten
performa
distorsi
persepsi
sensori
Marah
Menyesal
ansietas
Wajah tegang
Peningkatan keringat
Terguncang
Tremor di tangan
Suara bergetar
Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis
Faktor yang Berhubungan:
Ancaman atau perubahan pada status peran,
fungsi peran, lingkungan, status kesehatan,
4.
oleh
NOC
NIC
1. Status Imun
Kontrol Infeksi
2. Kontrol Infeksi
Penyakit kronik
Setelah
kulit,
jaringan
yang
luka,
kedua
(pengurangan
yang
tidak
hemoglobin,
adekuat
leucopenia,
dilakukan
yang
menekan
sesuatu
yang
dan
gejala, pribadi.
2.Ajarkan teknik mencuci tangan yang benar.
Mendeskripsikan aktivitas3.Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan
aktivitas meningkatkan daya
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim
tahan terhadap infeksi.
kesehatan.
4. Ajarkan pasien untuk memakan antibiotic sesuai resep.