Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN PERTUMBUHAN

EKONOMI MELALUI IMPLEMENTASI


KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
TERHADAP KEGIATAN USAHA

Syndicate 6 MBA ITB


(R47A)
Habibie Vakunala R A
291 12
005
Zara Zentira
291 12 016
Shella Deviany Hakim
291 12
043
Tegar Ditya Pragama
291 12
049

LATAR BELAKANG
Adanya krisis dan ketidakstabilan makro ekonomi yang bersumber dari sektor sistem keuangan
Kunci utamanya: bagaimana mengendalikan ketidakseimbangan keuangan (pertumbuhan kredit,
harga aset, dan perilaku pengambilan risiko di sektor keuangan)
Bank Indonesia mengeluarkan lima pilar kebijakan untuk menjaga keseimbangan sistem keuangan:
1. Suku bunga yang dijaga konsisten dengan target inflasi
2. Menjaga kestabilan nilai tukar agar konsisten
3. Kebijakan makroprudensial untuk menjaga kestabilan keuangan
4. Mengelola ekspektasi inflasi
5. Kebijakan koordinasi untuk mendukung pengelolaan makro agar memperkuat struktur
perekonomian.
Sektor finansial berperan sangat penting dalam mendorong pembangunan ekonomi suatu negara
mengintermediasikan antara tabungan masyarakat dan investasi produktif di sektor riil contohnya
dalam pemberian kredit yang dilakukan oleh bank untuk kegiatan UMKM, Peranan Penting dalam
pembangunan ekonomi di indonesia
Peranan bank sangat mendominasi (sentral) dalam pengembangan kegiatan UMKM di Indonesia
dimana bank dapat membantu dalam memberikan kredit kepada calon debitur (pengusaha kecil
yang ingin meminjam modal).
Bagaimana peranan kebijakan makroprudensial BI dalam memberikan pengaruh di
kegiatan UMKM (sektor riil) yang memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi di
Indonesia?

TUJUAN PENELITIAN
Dapat mengkaji lebih dalam tentang kebijakan makroprudensial yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai solusi untuk sistem keuangan
Negara.
Memberikan gambaran mengenai bagaimana teknis pelaksanaan dari
kebijakan yang di ambil oleh Negara sebagai upaya menjaga stabilitas
perekonomian Indonesia.
Menjelaskan pengaruh kegiatan UMKM dalam memberikan dampak pada
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Mengkaji tentang Peran Bank Indonesia dalam melakukan intermediasi
untuk pengembangan pertumbuhan pada sektor riil khususnya dalam
pemberian kredit UMKM di Indonesia

MAKROPRUDENSIAL
Adanya potensi peningkatan resiko pada perekonomian yang
berakibat pada kegagalan kebijakan makro, kegagalan pasar,
kegagalan regulasi, menyebabkan bank sentral mengeluarkan
kebijakan untuk melengkapi kebijakan makroekomi dengan
kebijakan makroprudensial.

Macroeconomic Policy berfokus pada harga barang

dan jasa secara agregat dengan menyeimbangkan demand


dan supply.

Microprudential Policy berfokus pada kesehatan


institusi keuangan secara individual.

Macroprudential Policy fokus pada kestabilan sistem


keuangan dengan cara memitigasi risiko internal system
keuangan dan kecenderungan perilaku procyclical (siklus
ekonomi).

Masing-masing kebijakan ini tidak bisa berdiri sendiri untuk


memecahkan permasalahan dalam perekonomian. Kebijakan
Makroprudensial sifatnya melengkapi kebijakan
makroekonomi (termasuk kebijakan moneter) dan kebijakan
mikroprudensial yang sudah lebih dulu mapan (.

CONCEPTUAL FRAMEWORK
Mengelol
a
perminta
an
domestik

5 Pilar
Kebijak
an BI

Makroprudensial

Kredit
UMKM

Tidak
terpengar
uh krisis

SDM

Pertumbu
han
Ekonomi

Inflasi
GDP
Employm
ent

Interest
Rate
Sentimen
t
Budget
Deficit

SDA

5 Faktor

IPTEK
Buday
a
Modal

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Peranan Bank Indonesia (BI) dan Kebijakan Makroprudensial
kebijakan penguatan stabilitas moneter, memperkuat peran intermediasi perbankan,
meningkatkan ketahanan perbankan, penguatan kebijakan makroprudensial, dan
penguatan fungsi pengawasan. Pentingnya stabilitas moneter yang kuat adalah agar
dapat mendorong sektor riil. Untuk itu diharapkan kepercayaan perbankan dalam
mengambil resiko pendanaan pada UMKM
BI juga memperjuangkan pengembangan bisnis di sektor riil:
Kebijakan Makroprudensial yang dijalankan oleh Bank Indonesia harus berpihak pada
kepentingan petani, UMKM, Sektor rill, dan kepentingan ekonomi nasional.
Kebijakan Makroprudensial yang dijalankan oleh BI harus mampu mewujudkan
kebijakan Makroprudensial yang pro-growth, pro-poor dan menciptakan financial
inclusion.

Kredit UMKM
Dari sudut perbankan, pemberian kredit kepada UMKM menguntungkan
bagi bank yang bersangkutan (Zulfikar, 2005)
Pertama, tingkat kemacetannya relatif kecil. Hal ini terutama disebabkan
oleh tingkat kepatuhan nasabah usaha kecil yang lebih tinggi
dibandingkan nasabah usaha besar.
Kedua, pemberian kredit kepada UMKM mendorong penyebaran risiko,
karena penyaluran kredit kepada usaha kecil dengan nilai nominal kredit
yang kecil memungkinkan bank untuk memperbanyak jumlah
nasabahnya, sehingga pemberian kredit tidak terkonsentrasi pada satu
kelompok atau sektor usaha tertentu.
Ketiga, kredit UMKM dengan jumlah nasabah yang relatif lebih banyak
akan dapat mendiversifikasi portofolio kredit dan menyebarkan risiko
penyaluran kredit.
Keempat, suku bunga kredit pada tingkat bunga pasar bagi usaha kecil
bukan merupakan masalah utama, sehingga memungkinkan lembaga
pemberi kredit memperoleh pendapatan bunga yang memadai.

Alasan UMKM dapat bertahan bahkan bertambah pada saat


krisis:
Elastitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat
pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap
permintaan barang yang dihasilkan.
UMKM tidak mendapat modal dari bank mempergunakan modal
sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat
rendah.
UMKM mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing
UMKM mudah untuk pindah dari usaha yang satu ke usaha lain,
hambatan keluar-masuk tidak ada.
UMKM mempunyai pilihan lebih banyak dalam pengadaan bahan baku.
Para penganggur tersebut memasuki sektor informal, melakukan
kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah UKM
meningkat.

PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN
UMKM
Pertumbuhan Ekonomi merupakan indikator pembangunan suatu
negara

UMKM Mendorong ekonomi sektor riil


Periode 2004 2012 PDB Indonesia mengalami peningkatan ratarata 5,89 persen per tahun
Peranan UMKM terlihat cukup jelas pasca krisis ekonomi,
Pada tahun 2013 Kontribusi UMKM (Kontribusi Usaha Mikro Kecil
Menengah) terhadap PDB Capai 57% (UMKM) terhadap PDB
(Produk Domestik Bruto) berdasar harga berlaku mencapai 57%.
Sisanya 43% dikontribusikan oleh usaha besar

PENYERAPAN TENAGA KERJA


BERDASARKAN SKALA USAHA

Stabilitas UMKM
Kebijakan makroprudensial selanjutnya diarahkan untuk tidak hanya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tetapi juga menjaga stabilitas dan keberlanjutannya. Seperti
diketahui, Bank Indonesia merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013
menjadi 5,5%-5,9%, dari semula 5,8%-6,2%. Direktuf Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan
Moneter BI Dodi Budi Waluyo mengatakan fokus saat ini adalah pada stabilitas ekonomi.
"Kita tidak lagi membicarakan pertumbuhan ekonomi, tapi adalah stabilitas ekonomi. Itu
kita terpaksa abaikan. Mari lupakan untuk membicarakan pertumbuhan di atas 6%. BI telah
revisi pertumbuhan menjadi 5,5%.
Stabilitas ekonomi dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro yang utama berada
dalam keseimbangan dalam jangka panjang. Beberapa variabel tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut
Growth Domestic Product (GDP),
employement (jumlah angkatan kerja),
budget deficit, dan
sentiment masyarakat.

No.

Tahun 2011

Tahun 2012

Unit Usaha
Jumlah
(orang)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)
1

Pangsa
(%)

Jumlah
(orang)

Pangsa
(%)

Perkembangan Tahun
2011-2012
Jumlah
(orang)

Pangsa
(%)

10461368
1

97,24

107.657.509

97,16

5.935.051 5,83

Usaha Mikro (UMi)

94.957.79
7

90,77

99.859.517

90,12

4.901.720

5,16

Usaha Kecil (UK)

3.919.992

3,75

4.535.970

4,09

615.977

5,71

Usaha Menengah (UM)

2.844.669

2,72

3.262.023

2,94

417.354

14,67

2.891.224

2,76

3.150.645

2,84

259.422

8,97

Usaha
2
Besar (UB)

Menyehatkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)


dengan cara menekan defisit neraca transaksi
berjalan atau bahkan menciptakan surplus.
Menjaga stabilitas dan mengurangi budget deficit,
menurunkan impor migas; Meningkatkan ekspor
serta mengurangi kebergantungan sektor industri
dan jasa kepada luar negeri.
Deregulasi investasi : menyederhanakan perizinan
dan mengefektifkan fungsi pelayanan terpadu satu
pintu serta menyederhanakan jenis-jenis perizinan
yang menyangkut kegiatan investasi. untuk UMKM
berkembang

KESIMPULAN
UMKM membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan menjaga stabilitas ekonomi di
Indonesia. Merealisasi tingkat inflasi agar mencapai level yang rendah dan stabil juga
dapat dicapai dengan mendukung program pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM). UMKM juga menguntungkan bagi bank yang memberikan kredit pada
calon pengusaha kecil yaitu: Pertama, tingkat kemacetannya relatif kecil. Kedua,
mendorong penyebaran risiko dimana memungkinkan bank untuk memperbanyak jumlah
nasabahnya. Ketiga, memungkinkan lembaga pemberi kredit (Bank) memperoleh
pendapatan bunga yang memadai.
UMKM memberikan sumbangan terhadap produk domestic bruto yang mencapai 54 % 57
% sehingga dapat meningkatkan pendapatan perkapita.
UMKM berkontribusi sebesar 97 persen terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia
dimana kegiatan UMKM ini menyebabkan menurunnya tingkat Pengangguran Terbuka.
Meminimalisir jumlah penduduk yang pengangguran dapat berkontribusi dalam
menghasilkan barang dan jasa, meningkatkan pendapatan pemerintah yang berasal dari
sektor pajak dan mengurangi biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Menurunkan anggaran APBN dan menyehatkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
dengan meningkatkan daya saing pada kegiatan UMKM di sektor manufaktur
Anggaran APBN dapat berkurang dengan mendukung pengembangan kegiatan UMKM.

Anda mungkin juga menyukai