PEDOMAN KHUSUS
PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN
BERBASIS KOMPETENSI
PENDIDIKAN SENI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................
iii
I.
PENDAHULUAN....................................................................................................
II.
14
17
22
22
23
28
29
30
31
32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
34
GLOSARIUM ................................................................................................................
37
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Daftar Kata Kerja Operasional..........................................................................
43
46
51
54
55
57
58
59
60
ii
DAFTAR TABEL.
Halaman
Tabel 1 : Contoh format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup
Tabel 2 : Kisi-kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan.
Tabel 3 : Pedoman Penilaian Uraian Bebas.
Tabel 4 : Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian Lay Up Shoot
Tabel 5 : Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa
Tabel 6 : Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran 28
Tabel 7 : Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa
19
23
25
26
27
28
iii
I. PENDAHULUAN.
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan
pada amanat GBHN 1999-2004, UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 25 tahun
2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP Nomor 25 tahun 2000,
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah
dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum
nasional
dan
penilaian
hasil
belajar
secara
nasional
serta
pedoman
pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu,
Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh
mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, dan indikator pencapaian.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk
mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya berdasarkan standar nasional. Bagian
yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen
penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk
mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan
kompetensi dasar atau indikator pencapaian.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan
suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak,
ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup
kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum
berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau
metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada
hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan
silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan
pengetahuan
dan
keterampilan
sesuai
dengan
standar
yang
ditetapkan
dengan
mengintegrasikan life skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan
program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup indikator dan instrumen
penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta
didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh
peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.
II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI
Mata pelajaran Pendidikan Seni memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa,
kreativitas, dan cita rasa estetis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran
sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta
terhadap kebudayaan Indonesia.
Mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi bidang seni rupa, seni musik, seni tari, dan
seni teater. Setiap bidang seni ini memiliki substansi, ciri-ciri pembelajaran, dan materinya
sendiri. Masing-masing bidang seni memberikan sumbangannya sendiri bagi pembelajaran
siswa. Dalam pelaksanaannya, perlu diupayakan pembelajaran seni secara terpadu dan
kolaboratif antar bidang seni. Pembelajaran setiap bidang seni harus mewujudkan suatu
keutuhan sebagai bidang pelajaran tersendiri.
Berdasarkan substansinya, materi pokok seni meliputi apresiasi seni, sejarah seni,
estetika, kritik seni, berkarya seni, dan penyajian seni. Dalam pelaksanaannya materi-materi
tersebut tidak diberikan secara terpisah, melainkan disampaikan secara integratif dalam
pembelajaran apresiatif maupun produktif. Sesuai dengan hakikatnya, pelaksanaan
pembelajaran seni ditekankan pada pembelajaran produktif, yaitu berkarya seni dan
penyajian seni.
Pembelajaran Pendidikan Seni terkait dengan pembelajaran bidang studi lainnya
dalam kurikulum. Sebagai contoh, oleh raga senam berkaitan dengan tari, teater berkaitan
erat dengan sastra, dan desain berkaitan dengan teknologi. Keterkaitan pembelajaran antar
bidang pelajaran ini memungkinkan pembelajaran secara kolaboratif.
Pembelajaran Pendidikan Seni perlu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat
Indonesia yang majemuk, dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam. Oleh karena
itu, pembelajaran seni perlu memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia. Berkaitan
dengan itu, maka perlu digunakan strategi pembelajaran Pendidikan Seni yang dapat
mendukung pelestarian budaya tradisi di seluruh wilayah Indonesia.
Pembelajaran Pendidikan Seni juga perlu mengembangkan kesadaran ekonomi
siswa, yaitu dengan memperkenalkan siswa terhadap berbagai profesi seni. Oleh karena itu,
perlu dilakukan dengan melakukan kunjungan ke galeri, museum, pasar seni, indusri
kerajinan, pusat seni pertunjukan, serta pusat-pusat seni rupa tradisional dan modern.
Pembelajaran Pendidikan Seni dalam bentuk berkreasi atau berkarya seni harus
mempertimbangkan moral dan etika. Di samping aspek artistik, estetik, dan kreatif, siswa
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
juga perlu diperkenalkan tentang aspek hukum, seperti hak cipta, kepemilikan karya seni,
pemalsuan karya seni, dan penjiplakan karya seni.
Pembelajaran Pendidikan Seni mencakup seni di berbagai kebudayaan, baik
kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan manca negara. Pembelajaran Pendidikan Seni
di Indonesia harus memfokuskan pada kesenian Indonesia. Pembelajaran sejarah kesenian
di manca negara difokuskan pada berbagai kebudayaan yang memberikan pengaruh yang
besar terhadap kesenian di Indonesia. Dengan mempelajari sejarah kesenian di Indonesia
khususnya, siswa dapat memahami dan menghargai peranan kesenian dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang pluralistik.
A. Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan Seni
Untuk melaksanakan pembelajaran Pendidikan Seni di SMA/MA, dibuat ramburambu sebagai berikut:
1.
Mata pelajaran Pendidikan Seni merupakan suatu kesatuan yang mencakup empat
cabang seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Setiap cabang
seni memiliki ciri-ciri khusus dan keutuhan. Di sisi lain saling melengkapi dan
membentuk keterpaduan. Pendidikan Seni menganut pandangan pendidikan melalui
seni, bahwa seni berfungsi sebagai media atau sarana pendidikan. Oleh karena itu,
pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cabang seni, baik secara terpisah
dalam pengertian masing-masing cabang seni maupun secara terpadu.
2.
Kegiatan
apresiasi
seni
bertujuan
untuk
mengembangkan
kesadaran,
2)
Pembahasan
karya
seni bertujuan
untuk memperoleh
kesadaran
dan
besar
(maestro)
terhadapnya,
sehingga
dapat
memberikan
penghargaan .
b.
1)
Deskripsi adalah menemukan dan mencatat segala sesuatu yang tampak pada
karya seni, dengan menghindari kecenderungan menarik kesimpulan.
2)
3)
cara
penggarapannya
serta
substansi masalah
dan keberhasilan
pengungkapannya.
4)
Evaluasi
adalah
menentukan
derajat
atau
mutu
karya
seni,
dengan
2)
3)
3.
Pembelajaran
produktif
meliputi
berkarya
seni
dan
penyajian
seni.
Pembelajaran produktif mendapat alokasi waktu yang lebih banyak dari pada
pembelajaran apresiatif, dengan perbandingan kurang lebih 60% dan 40%.
4.
Pembelajaran apresiasi seni di suatu sekolah dimulai dari seni dari daerah setempat,
dilanjutkan dengan seni daerah-daerah lainnya, dan kemudian seni mancanegara.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Pembelajaran seni di Indonesia maupun seni dari mancanegara meliputi seni tradisi
dan seni modern (termasuk seni kontemporer), sesuai dengan perkembangan dalam
sejarah seni.
5.
Materi pokok produktif disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa serta
kemampuan sekolah atau keadaan daerah. Materi pokok produktif yang belum dapat
dilaksanakan oleh sekolah dapat diberikan dalam bentuk apresiasi seni.
6.
7.
8.
bidang
seni
sesuai
dengan
minatnya.
Pembelajaan
secara
terpadu
dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan.
Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut
melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin
juga
melaksanakan
pembelajaran
seni
secara
terpadu,
sesuai
dengan
kemampuannya.
9.
Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara
integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni.
10.
Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari
pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan
gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
11.
12.
Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa
murni, kria, dan desain.
Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi
apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan
fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu
pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pelajaran apresiasi seni di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap budaya
lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional,
klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi
apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di
mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan.
Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan
karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan
antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta
keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan
mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang
baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti
menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki
gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam
proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi,
dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk
menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam
mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan,
dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam
menyusun bentuk, siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga
menjadi gaya yang bersifat pribadi.
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya
teman atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis kritis,
meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya,
teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah
keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan
bahasa dan terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan
terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni
rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak).
Pembelajaran kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang
disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya
seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran
di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah
seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan
pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.
musik.
Penghayatan
siswa
yang
mendalam
terhadap
ungkapan
bunyi
10
Siswa juga dapat mengetahui bahwa seni tari memiliki beragam fungsi dan fungsi
tersebut dapat berubah dengan perjalanan waktu. Siswa juga dapat mengenal bentuk
koreografi masa lalu dan masa kini, pencipta tari, dan industri tari di Indonesia.
Pembahasan konsep seni tari meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni tari. Pembahasan tentang struktur tari meliptui unsur-unsur tari dan proses
pembuatan karya seni tari. Selain itu, apresiasi seni tari juga perlu memberikan pemahaman
hubungan antara seni tari dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang pelajaran
yang lain, serta keberadaan seni tari sebagai bidang profesi.
Dalam membuat koreografi siswa dilatih mencipta karya tari baru atau menata tari
dengan materi gerak yang sudah ada. Penciptaan tari melibatkan aktivitas dengan beberapa
tahapan
yaitu
eksplorasi,
observasi,
improvisasi,
eksperimentasi,
sebelum
latihan,
membentuk, memilih, dan menilai gerakan yang mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan
gambaran. Penciptaan tari didukung oleh perkembangan fisik dan kemampuan berekspresi
dengan dukungan kecermatan penginderaan dan kepekaan rasa.
Koreografi dapat melibatkan siswa dalam eksplorasi diri. Secara bertahap ia dapat
mengembangkan kesadarannya terhadap gerak dan potensi eskspresifnya serta belajar
mengorganisasikan gerak murni untuk menyampaikan pikiran dan perasaan. Selain itu, siswa
dapat mengembangkan pemahaman tentang koreografi dengan mempelajari gerak-gerak
khusus yang kemudian dapat diorganisasikan ke dalam urutan-urutan dan klaster.
Kemampuan mencipta tari berkembang sejalan dengan perkembangan kesadaran
dan pemahamannya tentang unsur-unsur dan proses pembentukan koreografi. Unsur
koreografi adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
Waktu: penggunaan aksen, pola ritmis, durasi, dan tempo, atau cepat lambatnya
gerak.
4)
yakni tubuh, ruang, waktu, dan tenaga ditentukan oleh proses pembentukan. Perangkat
pengorganisasian tari antara lain repetisi, simetri/ asimetri, keserempakan, kontras, dan
pakem (kaidah). Perangkat pembentukan tari adalah motif, naratif, pola repetisi, klimaks, dan
improvisasi. Makin banyak siswa memperoleh pengalaman berkarya, ia makin mampu
mengolah unsur-unsur koreografi dan proses pembentukan untuk mengekspresikan
gagasannya.
Siswa
merefkleksikan
apa
yang
dilihatnya
dengan
mendeskripsikan,
11
apresiasi seni tari dengan mengamati kaya seni tari secara kritis dan memahami ungkapan
geraknya.
Dengan mengenali cita rasa pribadi dan preferensi, mengembangkan kemampuan
mengobservasi, dan melakukan penilaian, siswa mampu menghargai karya seni tari dari
sudut estetika. Siswa memahami kesan-kesan yang ditimbulkan oleh karya seni tari dan
aspek-aspek kualitatif dari bentuk koreografi dan pertunjukan.
Apresisasi seni tari siswa bergantung pada fokus karya yang telah diciptakan dan
disajikannya. Jika siswa telah memahami makna dan peranan seni tari, ia akan
mempertimbangkan bagaimana seni tari dihargai dalam berbagai konteks sosial dan budaya,
serta fungsi seni tari sebagai bagian dari kehidupan manusia.
Pergelaran tari merupakan pertunjukan tari atau penyajian kepada orang lain. Bagi
siswa, pergelaran merupakan suatu proses belajar untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, mengembangkan ketrampilan teknis dalam berbagai bentuk tari, dan untuk
memproyeksikan dirinya kepada berbagai kalangan penonton dan dalam berbagai
kesempatan pertunjukan.
E. Pembelajaran Seni Teater
Teater adalah tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Teater
merupakan potret kehidupan manusia yang menggambarkan suka-duka, pahit-manis, dan
hitam putih kehidupan manusia. Teater berhubungan dengan bahasa sastra, maka teater
merupakan bagian dari telaah sastra. Pementasan teater merupakan bidang teater.
Pengertian seni teater dibedakan menjadi teater sebagai naskah dan teater sebagai
pentas. Setiap naskah teater pada dasarnya memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Akan
tetapi, terdapat teater yang kecil kemungkinannya untuk dipentaskan, karena menggunakan
dialog yang panjang-lebar, dengan bahasa yang indah-indah dan tidak realistik. Jenis teater
ini disebut closed teater. Sebaliknya, terdapat naskah teater yang kecil sekali nilai literernya,
karena sengaja ditulis untuk dipentaskan. Jenis teater ini disebut teater teatrikal.
Dalam bentuk pentas, teater merupakan pementasan peristiwa-peristiwa nyata
maupun khayalan melalui peran dan situasi. Pembelajaran seni teater melibatkan siswa
dalam berbagai pengalaman, seperti bermain peran, inprovisasi, pergelaran teatrikal, teater
film dan televisi, dan mencakup proses penciptaan dan penyajian seni teater.
Seni teater di sekolah mencakup aktivitas yang luas termasuk penulisan naskah
teater, improvisasi, bermain peran, sosio teater, simulasi, interpretasi teks, pergelaran
teatrikal, dan tata-pentas. Seni teater menggunakan unsur-unsur permainan teater seperti
spontanitas, imajinasi, permainan peran, dan eksplorasi.
12
Materi pokok seni teater meliputi apresiasi seni teater, berkarya seni teater, kritik seni
teater, dan pementasan seni teater. Apresiasi seni teater berarti mengenal, memahami, dan
memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni
teater, baik teater naskah maupun teater pentas. Materi apresiasi seni teater pada dasarnya
adalah pengenalan dan pemahaman tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni
teater. Apresiasi seni teater dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni
teater dalam konteks berbagai kebudayaan, tetapi tetap ditekankan pada segi telaah naskah
dan pentas teater.
Materi pokok apresiasi seni teater meliputi pengenalan terhadap teater dalam
konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak
tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni
teater, materi apresiasi seni teater juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial,
budaya, dan sejarah di mana karya teater dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada
seni teater tersebut.
Pembahasan konsep seni teater meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni teater. Pembahasan tentang struktur teater meliputi unsur-unsur teater dan
pembuatan karya seni teater. Selain itu, apresiasi seni teater juga perlu memberikan
pemahaman hubungan antara seni teater dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta
keberadaan seni teater sebagai bidang profesi.
Dalam bermain teater, siswa menggunakan naskah atau skenario teater yang sudah
ada. Dalam bermain teater, siswa dapat berimprovisasi untuk menunjukkan tingkat
penguasaannya dalam bermain teater. Siswa dapat menggubah teks teater yang ditulis oleh
orang lain. Siswa juga dapat melakukan teatertisasi karya sastra seperti puisi, cerpen, atau
novel.
Dalam bermain teater, siswa dapat memilih tema, gaya, bentuk, dan struktur teater.
Jika siswa ingin menulis naskah teater, ia dapat mengambil pengalaman atau imajinasinya
sendiri atau pengalaman orang lain. Melalui seni teater, siswa dapat mengaitkan pengalaman
hidupnya dengan pengalaman-pengalaman universal.
Melalui seni teater, siswa mengembangkan keterampilan fisik, kognitif, dan teknik.
Siswa dapat menyusun atau menulis naskah teater ciptaannya sendiri dengan pemahaman
tentang kaidah-kaidah, bentuk, gaya, dan tradisi. Siswa dapat juga menyutradari teater orang
lain. Dalam berkarya teater siswa dapat bekerja secara kolaboratif maupun secara individual.
Dalam kritik seni teater, siswa menerapkan proses analisis kritis, yaitu deskripsi,
analisis, interpretasi, dan evaluasi terhadap karya teater siswa sendiri maupun karya orang
lain. Siswa menanggapi karya seni teater dengan mengidentifikasi dan memberikan penilaian
tentang sifat-sifat, efektivitas, dan nilai-nilai pada karya seni teater.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
13
Siswa dapat menanggapi karya seni teater dengan berbagai cara seperti membahas
dan menulis secara formal atau informal. Siswa dapat menempatkan karya teaternya sendiri
dan karya orang lain dalam konteks kritik, dengan menggunakan bahasa dan terminologi
yang memadai.
Dalam penyajian teater, siswa melaksanakan pergelaran dalam durasi, bentuk, dan
tujuan yang berbeda-beda. Siswa merancang teater dengan menyesuaikan ruang dan
sarana, serta menggunakan unsur-unsur teknis dan tata pentas seperti tata lampu, tata
suara, tata busana, dan tata rias. Dalam penyajian teater, siswa dapat bekerja secara
kolaboratif dalam pementasan teater maupun secara individual, misalnya dalam bentuk
monolog.
III.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kontemporer
di
wilayah
Nusantara
dan
mancanegara
dengan
14
8.
9.
Seni Musik
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan
memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakatnya.
2. Mengungkapkan sikap empati atas keragaman musik tradisi Nusantara.
3. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari musik tradisi Nusantara.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakat.
5. Menunjukkan empati keragaman musik Nusantara dan negara lain.
6. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
7. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
8. Memprersentasikan
tanggapan
tentang
keragaman
seni,
tradisi,
modern,
Mempresentasikan
tanggapan
Menunjukkan
empati
keragaman
15
3.
Berkreasi
taridengan
Mempresentasikan
tanggapan
Mendeskr8ipsikan
empati
Berkreasi
tari
dengan
mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari
Nusantara.
7.
Mempresentasikan
tanggapan
Menunjukkan
empati
keragaman
Berkreasi
tari
dengan
mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari
modern Nusantara dengan negara lain.
Seni Teater
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi dan budayanya.
Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat.
2. Mengidentifikasi empati atas keragaman teater tradisi Nusantara.
3. Merancang bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi modern dan
mutakhir Nusantara.
4. Mementaskan teater tradisi Nusantara.
5. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan
Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budayanya.
6. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi, modern, atau teater
kontemporer Nusantara dan negara lain.
7. Menyusun medium dan bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media, dan materi dari seni tradisi
modern Nusantara dan negara lain.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
16
perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar
lebih baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada
kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.
A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian
Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian meliputi tahaptahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar;
penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang
dibutuhkan; dan pemilihan sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat
dibaca uraian
berikut:
1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, kelas/program, dan semester.
17
3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi
pokok adalah butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai
suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan pendekatan
prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak,
diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a)
prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi
dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi
pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi,
yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh
Depdiknas.
4. Pemilihan
Pengalaman
Belajar.
Proses
pencapaian
kompetensi
dasar
18
Melaksanakan penelitian
Menghubungkan variabel
Mengidentifikasi variaabel
Bekerjasama
Komunikasi tertulis
Komunikasi lisan
Mengambil keputusan
Memecahkan masalah
Akademik
Mengolah informasi
Kecakapan
Sosial
Menggali informasi
Kecakapan
Berpikir
Potensi diri
Hidup
Kecakapan
Diri
Eksistensi diri
Kecakapan
Kesadaran
Makhluk Tuhan
No.
Merumuskan hipotesis
Kompetensi dasar
Mengidentifikasikan fungsi
dan peranan musik dalam
konteks sosial budaya.
19
hasil pengamatan
pertunjukan.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Senidi SMA kecakapan hidup (life skill)
yang
dikembangkan adalah general life skill (GLS) dan academic skill (kecakapan
akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar
hendaknya memuat kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman
belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya: Menyajikan
pergelaran musik di kelas (Kecakapan hidup: kesadaran akan potensi diri,
komunikasi
lisan,
bekerjasama,
menghubungkan
variabel,
dan
mengambil
20
d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu. Tingkat berpikir
yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam
bentuk pembuatan klipping, makalah, dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang
terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
f.
g. Responsi atau Ujian Praktik. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau
setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan
tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk
mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang
belum.
h. Laporan Kerja Praktik.
kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala
dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk
instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif,
jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan
portofolio, sedangkan bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori,
dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat
dalam semua ranah.
Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain:
a. Pilihan
Ganda.
Bentuk
ini
bisa
mencakup
banyak
materi
pelajaran,
penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang
terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.
b. Uraian Obyektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya
objektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar
jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat
berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
21
22
Materi Pokok
dan Uraian
Materi Pokok
Pengalaman
Belajar
Indikator
Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
waktu
Penilaian
Sum
ber/
Bahan/
Alat
9
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak,
waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian
obyektif,
uraian
bebas,
menjodohkan,
jawaban
singkat,
benar-salah,
unjuk
kerja
(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat
tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan
bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya ulangan dalam bentuk tes
membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat
ditentukan berdasarkan pengalaman para guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar
1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes
ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk mengatasi agar
jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat
atau beberapa baris.
23
perkembangan peserta tes, (j) bahasa yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar
ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke bawah. Contoh soal:
Alur melodi yang ada pada karya musik daerah pada umumnya menggunakan
tangga nada ...
a.
Diatoniks
b.
Minor
c.
Mayor
d.
Pentatoniks
e.
Zigana
B
x100
N
Skor
B
24
Skor
1
1
1
1
4
5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat
dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.
Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran
isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah.
Contoh soal: Teater tradisional yang terkenal di Jepang ialah ...
6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan
materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:Jodohkanlah kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan yang ada di sebelah
kiri agar dapat mendeskripsikan pengertian, bentuk dan struktur lagu.
1. frase
2. refrein
3. introduksi
4. motif
5. interlude
25
....................................
.....................................
.....................................
......................................
.........................................
.........................................
Keaslian
Penampilan
Sistematika
Dst. ........................................
No.
Kelengkapan data
Aspek
Kejelasan konsep
Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Portofolio
Nama Siswa
1
2
3
4
5
26
Penskoran unjuk kerja di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan
rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.
b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya
Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini
digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan
nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai berikut: (1) pilih ranah
afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya:
kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku
rapi; (3) pilih tipe skala yang digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala: sangat
senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah instrumen oleh sejawat; (5)
perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat
hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.
Nama Siswa
Tanggung jawab
Kepedulian
Menepati janji
Kejujuran
Ramah dg teman
Kerjasama
Kedisiplinan
Tenggang rasa
Kerajinan
Indikator Sikap
Ketekunan belajar
No
Keterbukaan
1
2
3
4
Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada
tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala
penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah
sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya
dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban
sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor keseluruhannya diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk
27
mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka
skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka
skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 24 kurang berminat, 25 32 berminat, dan skala
33 40 sangat berminat. Dapat juga menggunakan frekuensi kegiatan siswa (selalu; sering;
jarang; atau tidak pernah) seperti contoh berikut.
28
Pernyataan
Frekuensi
Selalu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sering
Jarang
Tidak
pernah
Jumlah
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri
digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Tabel 7: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa
No
Pernyataan
Alternatif
Ya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tidak
29
3. Analisis Instrumen.
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya
adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah
memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah
dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan
siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu dianalisis
secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada. Hasil ujicoba bertujuan untuk
melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu
dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas
minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
melihat karakteristik butir instrumen dengan mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari
besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes awal atau
pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks
sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif adalah sebagai berikut :
Is
R A RB
T
RA =
RB =
T =
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat
pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen
kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun demikian,
seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut
secara kualitatif. Jika hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan
bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektifnya proses pembelajarannya.
Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.
30
31
kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa
digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas
pembelajaran oleh guru.
Pemanfaatan
hasil
belajar
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan
kualitas
pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang
lengkap dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk
guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk
mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif
diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.
A. Pelaporan Hasil Penilaian
Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun
deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat
diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang
siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan
siswa tersebut berhasil. Tetapi jika seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa
tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk
deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Pendidikan Seni.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk
mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Seni dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan
Seni. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar
dapat memberikan informasi yang lengkap. Akan tetapi, membuat laporan yang lengkap
setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu, pembuatan
laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar
siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi
siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor yang
diisi pada setiap semester
32
33
Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk
laporan hasil belajar harus mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang
kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta minat
terhadap mata pelajaran.
3. Untuk Guru dan Kepala Sekolah.
Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian
harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan
strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar memberi fasilitas belajar
lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar
dalam semua ranah untuk semua pelajaran. Informasi yang diperlukan kompetensi dasar
yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi yang
spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan
informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah.
Contoh laporan profil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada
Lampiran 5. Sedangkan laporan hasil belajar siswa untuk siswa, orang tua, guru dan sekolah
dapat dilihat pada Lampiran 7.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Humphrey, Doris (1959). The Art of Making Dances. New York : Grove Press inc.
Jamalus (1988). Pengajaran Musik Melalui
Depdikbud.
Janson, H.W. (Tanpa Tahun). History of Art. New York: Harry N. Abrams
Jones, Arthur F (19920. Introduction to Art. New York: Harpercollins Publications.
Kussudiardja, Bagong (1993). Olah Seni: Sebuah Pengalaman. Yogyakarta : Padepokan
Press.
Lansing, Keneth M. (1976). Art, Artist, and Art Education. Kendall/ Hunt Publishing Co.
Lindsay, Jennifer, 1991. Klasik, Kitsch, Kontemporer : Sebuah Studi tentang Pertunjukan
Jawa. Terjemahan Nin Bakdi Sumanto dari judul aslinyaClassic, Kitsch, or
Contemporary: A Study of the Javanese Performing Arts. PhD. dissertation,
University of Sydney.
Nadel, Myron Howard (1970). The Dance Experience: Reading Dance Appreciation. New
York : Praeger Publisher.
Nio, Hoa Kim (1988). Pengajaran Apresiasi Teater. Jakarta: P3G Debdikbud.
Pramana (1988). Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Pustaka Jaya.
Read, Herbert (1943). Education Throgh Art. New York: Pantheon Books.
Rogers, Michael R. (1984). Teaching Approach in Music Theory. Carbondale: Southern
Illinois University Press.
Sachs, Curt (1963). World History of the Dance. New York : WW Norton Company. Inc.
Sahman, Humar (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.
Schafer, R. Murray (1976). Creative Music Education. A Handbook for the Modern Music
Teacher. New York: Schirmer Books.
Schechner, Richard (1977). Performance Theory. New York and London :Routledge Press.
Siagian MP. (1976). Indonesia yang Tercinta. Jakarta: Direktur Kesenian.
Smith, Jaquelline, ( ). Dasar-dasar Komposisi Tari. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta :
BP ISI Press
Soedarso SP dkk. (1990-1991). Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah
hingga Kini. Jakarta: Panitia Pameran Kias.
Soedarso SP. (1973). Pengertian Seni. (Terjemahan). Yogyakarta: STSRI-ASRI.
Soedarsono (TT). Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
36
37
GLOSARIUM
absurd teater: Gerakan di dunia pentas pada tahun 50-an, yang banyak dipengaruhi oleh
eksistensialisme Perancis. Biasanya mengangkat tema-tema kedudukan manusia
yang absurd, seperti kesepain, ketakutan, keinginan melarikan diri ke suatu dunia
khayalan. Pesan yang disampaikan oleh teater absurd ialah tak ada gunanya
mencari arti dan makna dalam peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
adaptasi: saduran dengan maksud supaya sebuah karya lebih sesuai dengan khalayak
pembaca. Saduran dapat berupa pengambilan aspek tematis untuk ditulis kembali
dalam bentuk sesuai yang diinginkan.
adaptif: mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
adegan: dalam dunia pentas bagian dari sautu babak. Perubahan terjadi bila terjadi
perubahan jumlah pelaku, seting, maupun waktu penceritaan.
afektif: berkenaan dengan perasaan dan atau sikap.
aktor: sering disebut dengan istilah tokoh. Para pelaku yang berperan dalam sebuah cerita
atau teater.
analitik: teater analitik, sebuah teater yang tidak pertama-tama mengembangkan sebuah
peristiwa, melainkan tahap demi tahap membuka tirai, apa yang terjadi pada masa
silam.
analisis butir empiris: analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil.
analisis butir teoretis: analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal
secara teoretis.
analisis: kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
antiteater: karya pentas yang menyimpang dari kaidah-kaidah tradisional. Gerakan
antiteater ingin melibatkan semua penonoton secara aktif, ilusi dan impian harus
diganti dengan perbuatan sosial.
apoteose: dalam seni teater, adegan penutup yang cemerlang dan massal.
apresiasi: kemampuan untuk memberikan penghargaan terhadap karya seni disertai disertai
pemahaman.
apresiatif: pembejaran apresiatif, disebut juga pembelajaran teori, pembelajaran yang
berkenaan dengan aspek pengetahuan dan sikap.
arena
: Teater arena, pentas dalam bentuk lingkaran, sehingga para penonton melingkari
para pemain.
asesmen: penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
ballada: Cerita dalam bentuk syair, mengisahkan perbuatan-perbuatan seorang tokoh
legendaris atau tokoh yang dikagumi.
bentuk (seni rupa): aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan
ruang; juga menunjukkan gaya.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
38
bentuk soal: golongan soal menurut macam jawaban yang harus dilakukan, misalnya:
bentuk isian singkat, bentuk pilihan ganda, dan bentuk uraian.
bentuk tes: golongan tes menurut penggolongan menjadi tes pilihan ganda, tes uraian
objektif, tes uraian non objektif (tes uraian bebas), tes jawaban.
bentuk karya: aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan
ruang; juga menunjukkan gaya.
berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada
periode-periode berikutnya.
ekspresi: ungkapan pikiran dan perasaan.
estetika: digunakan dalam pengertian ilmu pengetahuan tentang pengamatan, berkenaan
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan cara dan proses pengamatan yang
kemudian membentuk pengalaman seni.
estetis: pengalaman estetis, pemahaman terhadap hasil pengamatan terhadap bentuk yang
membentuk pengalaman seni; nilai estetis media, hasil pengamatan terhadap sifatsifat intrinsik bahan yang menimbulkan pengalaman seni.
evaluasi: kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada
unsur pembuatan keputusan, sehingga mengandung unsur subjektivitas; kegiatan
yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gaya (seni rupa): disebut juga bentuk; ciri-ciri pengolahan bentuk objek pada karya; gaya
figuratif menunjukkan penggambaran bentuk yang dikenal.
gerak imajinatif: gerak yang dilakukan berdasarkan ide dan pengalaman pribadi.
gerak imitatif: gerak menirukan alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan dengan apa adanya.
global: mendunia; dunia; menyeluruh.
hipotesis: sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat,
meskipun kebenarannya masih harus diuji; anggapan dasar.
improvisasi: melakukan gerak atau bunyi secara spontan untuk melahirkan sesuatu.
indikator pencapaian: tanda-tanda bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu,
dan merupakan jabaran dari kompetensi dasar tertentu.
indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah
memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan: golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi kuis, pertanyaan lisan di
kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester,
ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik, laporan praktikum, responsi, ujian
praktik, ujian akhir, dsb.; jenis kegiatan yang harus dilakukan olehsiswa untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
jenis ujian: jenis tagihan
judgement: keputusan; pertimbangan.
39
karakter: teater karakter menghubungkan gejolak batin dengan perbuatan lahiriah secara
psikologis. Perbuatan lahiriah hanya penting sejauh menghadapkan tokoh utama
dengan masalah eksistensinya serta perkembangan ego.
keandalan tes: kemampuan tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan
dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya: kemampuan berfikir
kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan
peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia
kerja.
kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pokok yang
memadai untuk menunjang penguasaan kompetensi dasar maupun standar
kompetensi.
kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki.
kemampuan kognitif: kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan;
kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kemampuan lulusan SMA: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan
SMU, meliputi lulusan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
kemampuan psikomotor: kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota
badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
kemampuan: kesanggupan; kecakapan; kekuasaan; ketrampilan.
kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam
silabus yang hendak diukur.
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu
sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kemampuan
yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sitematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya
tidak selalu memberikan ukuran yang sebenarnya, atau penskorannya mempunyai
tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang
diukur bervariasi, atau kondisi yang mengukur bervariasi, atau bahan yang diujikan
tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran
sebenarnya.
keterandalan alat tes: kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat
ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.
40
kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh
lulusan; kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh
siswa untuk standar kompensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
komedi: bentuk teater yang bermaksud untuk menghibur para penonton dengan alur ringan
dan biasanya berakhir dengan kebaikan (happy ending), lawanya teater tragedi,
teater kesedihan.
kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan suatu
jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
komposisi: susunan bentuk yang memiliki kesatuan, keseimbangan, dan irama; karya cipa
(misalnya untuk musik dan tari).
konsistensi (ketaatazasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus
(kompetensi dasar, materi pokok dan pengalaman belajar).
koreografi: penataan tari.
kritik: kegiatan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan karya seni.
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi
dasar.
media: bahan atau alat yang digunakan untuk membuat karya seni rupa, dibagi menjadi
dwimatra dan trimatra.
monolog: seorang tokoh pada saat ketegangan emosional mengungkapkan isi hatinya dan
dengan demikian menyajikan sebuah potret diri yang jujur.
musikalisasi: membuat suatu karya sastra menjadi musik (contoh: musikalisasi puisi).
paradigma: model dalam teori; kerangka piker; norma yang dianut oleh sekelompok
komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran.
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya
secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
pendekatan hirarkis: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas penjenjangan
materi pokok.
pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas urutan
penyelesaian suatu tugas pembelajaran.
pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas lingkup
lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang paling dekat dengan siswa menuju
ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.
41
pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pokok yang bertitik tolak dari sebuah
tema.
penilaian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.
pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu;
pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik
seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
produktif: pembelajaran produktif, disebut juga pembelajaran praktek menunjukkan
pembelajaran yang berkenaan dengan aspek keterampilan.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang
sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai bukti prestasi siswa,
perkembangan siswa itu dalam kemampuan berpikir, pemahaman siswa itu atas
materi pelajaran, kemampuan siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan
mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu, laporan singkat
yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
proses penilaian: pemilihan dan pengembangan teknik penilaian.
reliabilitas (ajeg): kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan
atau ajeg.
sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur.
silabus: susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan
cara mengembangkan kompetensi dasar menjadi indikator pencapaian
kemampuan itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator
kemampuan mata pelajaran yang bersangkutan, yang hasilnya dianalisis dan
digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
kesatuan; susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dsb.
sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara
fakta dan pendapat, dan penemuan hubungan sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum
pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan
nilai informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata
penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep.
soal pengetahuan: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
42
soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan
memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam
silabus.
standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata
pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh
siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kemampuan siswa
dalam mata pelajaran tertentu.
teknik ujian: golongan ujian, yaitu pertanyaan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas
pekerjaan rumah atau ulangan akhir semester.
teknik: cara mengolah bahan; menunjukkan jenis bahan (misalnya teknik cat minyak) atau
cara mengerjakan karya seni rupa (misalnya teknik pahat).
tema: juga disebut isi; objek atau masalah yang diketengahkan melalui karya seni.
tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat
belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja tetapi memerlukan waktu yang
mungkin berbeda.
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kemampuan penempuh tes itu
merupakan variabel yang mengikuti distribusi normal.
tes nonobyektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subyektivitas
pemberi skor.
tes obyektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subyektivitas
pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang
harus dipilih salah satu oleh penempuh tes karena hanya salah satu dari jawabanjawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan mengetahui kesulitan siswa, yang
dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian berkesinambungan: ujian yang hasilnya dianalisis (misalnya materi apa yang belum
dikuasai oleh siswa) dan hasil analisis itu ditindaklanjuti.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kemampuan siswa pada ranah kognitif dan
psikomotorik.
validitas: kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu
mampu mengukur apa yang harus diukur.
43
Lampiran.
Lampiran 1: Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mendefinisikan
Menerapkan
Mengkonstrusikan
Mengidentifikasikan
Mengenal
Menyelesaikan
Menyusun
Kompetensi Dasar
Menunjukkan
Membaca
Menghitung
Menggambarkan
Melafalkan
Mengucapkan
Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menterjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi
Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Perbedaannya adalah pada standar kompetensi cakupannya lebih luas
dari kompetensi dasar.
2. Satu standar kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 atau lebih kompetensi dasar.
3. Satu kompetensi dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 indikator
44
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Penilaian
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifikas
i
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi
indeks
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis
Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahanka
n
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Mengurutkan
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarka
n
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Meramalkan
Menganalsis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Memerinci
Menominasikan
Mendiagramka
n
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalka
n
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulka
n
Mengkategorikan
Mengkode
Mengombinasi
kan
Menyusun
Mengarang
Membangun
Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan
Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi
Membandingkan
Menyimpulkan
Mengarahkan
Menilai
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksi
45
Manipulasi
Artikulasi
Pengalamiahan
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengkonstruksi
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mencampur
Mengemas
Membungkus
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Menseketsa
Melonggarkan
Menimbang
Menanggapi
Menilai
Mengelola
Menghayati
Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Memperjelas
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk
pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
Mengubah
perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan
46
Standar Kompetensi
Seni Rupa:
Mempresentasikan tentang
keragaman gagasan, teknik,
bahan, prosedur dan keahlian
berkarya seni rupa Nusantara
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Menunjukkan apresiasi atas
keragaman senirupa terapan di
wilayah Nusantara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Berkreasi karya seni rupa
terapan dengan menggali dan
mengembangkan gagasan
kreatif dalam keragaman
proses, teknik, prosedur, media,
dan bahan dari seni rupa di
wilayah Nusantara.
Mempresentasikan tentang
keragaman gagasan, teknik,
bahan, prosedur dan keahlian
berkarya seni rupa di wilayah
Nusantara dan mancanegara
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Menunjukkan apresiasi atas
keragaman seni rupa terapan di
wilayah Nusantara dan
mancanegara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Berkreasi dan memamerkan
karya seni rupa terapan dengan
menggali dan mengembangkan
gagasan kreatif atas
keragaman proses, teknik,
prosedur, media, dan bahan
dari seni rupa Nusantara dan
mancanegara.
Mempresentasikan tentang
keragaman seni rupa murni
tradisi, modern, kontemporer di
Kompetensi Dasar
1.1 Mengklasifikasi karya senirupa di wilayah Nusantara ke
dalam penggolongan seni rupa murni dan terapan.
2.2 Membandingkan keragaman karya seni rupa murni dan
terapan di wilayah Nusantara.
3.1
3.2
3.3
2.1
2.2
47
Seni Musik
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi
Nusantara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan budaya
masyarakatnya.
48
Menunjukkan empati
keragaman musik Nusantara
dan negara lain.
10
11
2
3
49
4
5
Indonesia) deengan
memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
Mendeskripsikan empati
keragaman tari Nusantara.
Berkreasi tari dengan
mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman materi dari seni tari
Nusantara.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tari
modern Nusantara dan
mancanegara dengan
memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
Menunjukkan empati
keragaman tari modern
Nusantara dan negara lain.
Berkreasi tari dengan
mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman materi dari seni tari
modern Nusantara dengan
negara lain.
Seni Teater
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi
Nusantara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Mengidentifikasi empati atas
keragaman teater tradisi
Nusantara
Merancang bentuk teater
melalui pengembangan
gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses,
teknik, prosedur, media, materi
dari seni tradisi modern dan
mutakhir Nusantara.
Mementaskan teater tradisi
Nusantara.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi,
modern, dan Nusantara dan
negara lain dengan
50
8
9
10
11
12
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Mengungkapkan empati atas
keragaman teater tradisi,
modern, atau teater
kontemporer Nusantara dan
negara lain.
Menyusun medium dan bentuk
teater melalui pengembangan
gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses,
teknik, prosedur, media, dan
materi dari seni tradisi modern
Nusantara dan negara lain.
Mementaskan teater modern
Nusantara dan negara lain.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi,
modern, dan kontemporer
Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Mengungkapkan empati atas
keragaman teater tradisi
modern, kontemporer
Nusantara dan mancanegara.
Membuat bentuk teater melalui
pengembangan gagasan kreatif
dengan menggali keragaman
proses, teknik, prosedur, media
dan materi seni tradisi, modern,
dan kontemporer Nusantara
dan mancanegara.
Mementaskan bentuk teater
total karya sendiri.
51
RANAH MATERI
Butir soal sesuai dengan indikator.
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.
Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, dan tingkat kelas.
B.
5.
RANAH KONSTRUKSI
Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai.
Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal
Ada pedoman penskorannya.
Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna
(jelas keterangannya atau ada hubungannya dengan masalah
yang ditanyakan).
Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.
6.
7.
8.
9.
C. RANAH BAHASA
10. Rumusan kalimat komunikatif.
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta
sesuai dengan ragam bahasanya.
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.
NOMOR SOAL
3 4 5 6
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Keterangan:
Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas, kurang memberikan petunjuk
tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah
makna.
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.
52
RANAH MATERI
Butir soal sesuai dengan indikator.
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.
Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, dan tingkat kelas.
B.
5.
RANAH KONSTRUKSI
Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum
lengkap) yang hanya memerlukan tambahan kata yang
merupakan jawaban/kunci.
Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.
6.
C.
7.
8.
RANAH BAHASA
Rumusan kalimat komunikatif.
Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta
sesuai dengan ragam bahasanya.
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.
v
v
v
v
NOMOR SOAL
3 4 5 6
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Keterangan:
Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas.
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa.
53
B.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
RANAH MATERI
Butir soal sesuai dengan indikator.
Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar.
Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan
kelas.
Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil
perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan yang salah
rumus/salah hitung.
RANAH KONSTRUKSI
Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas.
Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas.
Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan
jawaban yang benar.
Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda.
Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus
digarisbawahi atau dicetak lain.
Pilihan jawaban homogen.
Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas
benar" atau "tak satu jawaban di atas yang benar" dan yang
sejenisnya.
Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada
yang sangat panjang dan ada yang sangat pendek.
Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan.
Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
Antar butir tidak bergantung satu sama lain.
C. RANAH BAHASA
17. Rumusan kalimat komunikatif.
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta
sesuai dengan ragam bahasanya.
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.
NOMOR SOAL
3 4 5 6
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Keterangan:
Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat
lebih dari satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak homogen.
Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa.
54
Jumlah
Betul
%
Pencapaian
Penguasaan
Mengidentifikasi fungsi
dan peranan musik
dalam konteks sosial
budaya.
75
Tuntas
Menguasai
sebagian besar
kompetensi dalam
mengidentifikasi
makna dan peranan
musik dalam
konteks sosial
budaya.
50
Belum
tuntas
Belum menguasai
kompetensi
mendeskripsikan
unsur-unsur estetis
musik daerah
setempat dari hasil
pengamatan
pertunjukan.
Kompetensi Dasar
Keterangan
55
:
:
:
:
Yundi Andrianto. M
X
1
Pendidikan Seni Musik.
Kompetensi Dasar
K
NILAI
P
Komentar
1.1.
84
77
1.2.
82
75
1.3.
72
76
2.1.
75
70
3.2.
81
75
3.3.
Sudah
kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
Sudah
kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
Aspek kognitif
berlum
kompeten.
Belum
kompeten, dan
tampilan perlu
lebih dilatihkan.
Sudah
kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
Nilai Rata-rata:
................2004
Komentar Orangtua/wali siswa:
.........
........
..
Orangtua/wali siswa,
Keterangan:
K : Kognitif
P : Psikomotor
A : Afektif
56
Melaksanakan penelitian
Menghubungkan variabel
Bekerjasama
Mengidentifikasi variabel
Nama Siswa
Komunikasi tertulis
Komunikasi lisan
Memecahkan masalah
Mengambil keputusan
No.
Mengolah informasi
Akademik
Menggali informasi
Kecakapan
Sosial
Potensi diri
Kecakapan
Berpikir
Eksistensi diri
Kecakapan
Diri
Makhluk Tuhan
Kecakapan Hidup
Kesadaran
Merumuskan hipotesis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang,
3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
57
Nama Siswa
: Yundi Andrianto. M
Sekolah
: SMA
Kelas
: X. A
No. Induk
: ..................
Mata Pelajaran
Pencapaian Belajar
Keterangan
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
76
87
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni
.......
58
: Yundi Andrianto. M
Sekolah
: SMA
Kelas
: X-A
No. Induk
: ..................
Mata Pelajaran
Pencapaian Belajar
Keterangan
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
88
77
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni
.......
59
Mata Pelajaran
: Pend. Seni
Kelas/Semester
: X .A / I
No
Nama Siswa
Aspek
Ratarata
Keterangan
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
63
75
B
Aspek
kognitif
belum
kompeten,
perlu
remedial.
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
85
75
B
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
76
87
A
Sudah
kompeten,
kecakapan
hidup sosial
perlu
dtingkat kan.
Sudah
kompeten,
kecakapan
hidup
akademik
perlu
dtingkatkan.
1.1
1
Ali Imron
Chaerudin L
Darmawan S
Ernavita
Jonathan P
Lidya Novita
Refi
Meidianti.R
Yundi
Andrianto.M
1.2
Kompetensi Dasar
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
: Refi Meidianti. R
Sekolah
: SMA
Kelas
: X-A
No. Induk
: ..................
60
Mata Pelajaran
Pencapaian Belajar
Keterangan
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
75
84
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni
.......
: Refi meidianti. R
Sekolah
: SMA
Kelas
: X-A
No. Induk
: ..................
Mata Pelajaran
Pencapaian Belajar
Keterangan
61
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
85
76
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni
.......
Kompetensi
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Dasar
Blok
1
62
Blok
2
Blok
3
Kompetensi
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Dasar
K1
PR
1
K2
PR
2
K3
PR
3
Keterangan: K= Kuis
PR = Pekerjaan Rumah
63
64