Anda di halaman 1dari 68

KURIKULUM 2004

PEDOMAN KHUSUS
PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN
BERBASIS KOMPETENSI

SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENDIDIKAN SENI

Departemen Pendidikan Nasional


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah Umum
September 2003

KATA PENGANTAR

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL.............................................................................................................

iii

I.

PENDAHULUAN....................................................................................................

II.

KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI...................................

III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI......................

14

IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN...................................... 17


A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian .........................

17

B. Penyusunan dan Analisis Instrumen .................................................................

22

1. Langkah Penyusunan Instrumen..................................................................

22

2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya...........................................................

23

3. Analisis Instrumen .......................................................................................

28

4. Evaluasi Hasil Penilaian...............................................................................

29

V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA...................................

30

A. Pelaporan Hasil Penilaian ................................................................................

31

B. Pemanfaatan Hasil Penilaian .........................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

34

GLOSARIUM ................................................................................................................

37

LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Daftar Kata Kerja Operasional..........................................................................

43

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar....................................................

46

3. Contoh Format Analisis Instrumen....................................................................

51

4. Contoh Format Evaluasi Hasil Penilaian...........................................................

54

5. Contoh Format Profil Hasil Belajar....................................................................

55

6. Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup.....................................................

57

7. Contoh Format Laporan Hasil Belajar Siswa....................................................

58

8. Contoh Format Rancangan Pengujian dan Pemberian Tugas..........................

59

9. Contoh Silabus dan Sistem Penilaian...............................................................

60

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

ii

DAFTAR TABEL.

Halaman
Tabel 1 : Contoh format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup
Tabel 2 : Kisi-kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan.
Tabel 3 : Pedoman Penilaian Uraian Bebas.
Tabel 4 : Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian Lay Up Shoot
Tabel 5 : Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa
Tabel 6 : Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran 28
Tabel 7 : Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

19
23
25
26
27
28

iii

I. PENDAHULUAN.
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan
pada amanat GBHN 1999-2004, UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 25 tahun
2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP Nomor 25 tahun 2000,
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah
dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum

nasional

dan

penilaian

hasil

belajar

secara

nasional

serta

pedoman

pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu,
Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh
mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, dan indikator pencapaian.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk
mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya berdasarkan standar nasional. Bagian
yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen
penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk
mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan
kompetensi dasar atau indikator pencapaian.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan
suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak,
ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup
kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum
berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau
metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada
hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan
silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan
pengetahuan

dan

keterampilan

sesuai

dengan

standar

yang

ditetapkan

dengan

mengintegrasikan life skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan
program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup indikator dan instrumen
penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta
didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh
peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.
II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI
Mata pelajaran Pendidikan Seni memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa,
kreativitas, dan cita rasa estetis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran
sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta
terhadap kebudayaan Indonesia.
Mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi bidang seni rupa, seni musik, seni tari, dan
seni teater. Setiap bidang seni ini memiliki substansi, ciri-ciri pembelajaran, dan materinya
sendiri. Masing-masing bidang seni memberikan sumbangannya sendiri bagi pembelajaran
siswa. Dalam pelaksanaannya, perlu diupayakan pembelajaran seni secara terpadu dan
kolaboratif antar bidang seni. Pembelajaran setiap bidang seni harus mewujudkan suatu
keutuhan sebagai bidang pelajaran tersendiri.
Berdasarkan substansinya, materi pokok seni meliputi apresiasi seni, sejarah seni,
estetika, kritik seni, berkarya seni, dan penyajian seni. Dalam pelaksanaannya materi-materi
tersebut tidak diberikan secara terpisah, melainkan disampaikan secara integratif dalam
pembelajaran apresiatif maupun produktif. Sesuai dengan hakikatnya, pelaksanaan
pembelajaran seni ditekankan pada pembelajaran produktif, yaitu berkarya seni dan
penyajian seni.
Pembelajaran Pendidikan Seni terkait dengan pembelajaran bidang studi lainnya
dalam kurikulum. Sebagai contoh, oleh raga senam berkaitan dengan tari, teater berkaitan
erat dengan sastra, dan desain berkaitan dengan teknologi. Keterkaitan pembelajaran antar
bidang pelajaran ini memungkinkan pembelajaran secara kolaboratif.
Pembelajaran Pendidikan Seni perlu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat
Indonesia yang majemuk, dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam. Oleh karena
itu, pembelajaran seni perlu memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia. Berkaitan
dengan itu, maka perlu digunakan strategi pembelajaran Pendidikan Seni yang dapat
mendukung pelestarian budaya tradisi di seluruh wilayah Indonesia.
Pembelajaran Pendidikan Seni juga perlu mengembangkan kesadaran ekonomi
siswa, yaitu dengan memperkenalkan siswa terhadap berbagai profesi seni. Oleh karena itu,
perlu dilakukan dengan melakukan kunjungan ke galeri, museum, pasar seni, indusri
kerajinan, pusat seni pertunjukan, serta pusat-pusat seni rupa tradisional dan modern.
Pembelajaran Pendidikan Seni dalam bentuk berkreasi atau berkarya seni harus
mempertimbangkan moral dan etika. Di samping aspek artistik, estetik, dan kreatif, siswa
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

juga perlu diperkenalkan tentang aspek hukum, seperti hak cipta, kepemilikan karya seni,
pemalsuan karya seni, dan penjiplakan karya seni.
Pembelajaran Pendidikan Seni mencakup seni di berbagai kebudayaan, baik
kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan manca negara. Pembelajaran Pendidikan Seni
di Indonesia harus memfokuskan pada kesenian Indonesia. Pembelajaran sejarah kesenian
di manca negara difokuskan pada berbagai kebudayaan yang memberikan pengaruh yang
besar terhadap kesenian di Indonesia. Dengan mempelajari sejarah kesenian di Indonesia
khususnya, siswa dapat memahami dan menghargai peranan kesenian dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang pluralistik.
A. Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan Seni
Untuk melaksanakan pembelajaran Pendidikan Seni di SMA/MA, dibuat ramburambu sebagai berikut:
1.

Mata pelajaran Pendidikan Seni merupakan suatu kesatuan yang mencakup empat
cabang seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Setiap cabang
seni memiliki ciri-ciri khusus dan keutuhan. Di sisi lain saling melengkapi dan
membentuk keterpaduan. Pendidikan Seni menganut pandangan pendidikan melalui
seni, bahwa seni berfungsi sebagai media atau sarana pendidikan. Oleh karena itu,
pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cabang seni, baik secara terpisah
dalam pengertian masing-masing cabang seni maupun secara terpadu.

2.

Seluruh pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan dengan bertolak dari karya


seni, meliputi empat materi kegiatan pokok, yaitu apresiasi seni, berkarya seni, kritik
seni, dan penyajian seni.
a.

Kegiatan

apresiasi

seni

bertujuan

untuk

mengembangkan

kesadaran,

pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni, yang dilakukan melalui


pengamatan dan pembahasan karya seni.
1)

Pengamatan karya seni bertujuan untuk memperoleh pengalaman estetik,


melalui pencerapan nilai-nilai instrinsik pada bentuk atau komposisi karya seni.

2)

Pembahasan

karya

seni bertujuan

untuk memperoleh

kesadaran

dan

pemahaman tentang penciptaan karya seni, berdasarkan telaah tentang


seniman dan latar zamannya, tujuan penciptaannya, dan pengaruh senimanseniman

besar

(maestro)

terhadapnya,

sehingga

dapat

memberikan

penghargaan .
b.

Kegiatan berkresiasi seni bertujuan untuk menghasilkan atau membawakan


karya seni. Aktivitas berkarya seni dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan
eksperimen dalam mengolah gagasan (konsep), bentuk, dan media (teknik),
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

dengan mengambil unsur-unsur dari berbagai bentuk seni (tradisi maupun


modern), baik sebagai kegiatan individual maupun kegiatan kelompok.
c.

Kegiatan kritik seni bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan


menilai karya seni, khususnya hasil kreasi siswa, yang dilakukan secara lisan
dan tertulis. Kritik seni misalnya dilaksanakan dalam rangka evaluasi hasil karya
siswa, yang dilakukan oleh siswa terhadap karyanya sendiri (sebagai evaluasi
diri) dan terhadap karya siswa lainnya. Kritik seni meliputi langkah-langkah:
deskripsi, analisis bentuk, interpretasi, dan evaluasi.

1)

Deskripsi adalah menemukan dan mencatat segala sesuatu yang tampak pada
karya seni, dengan menghindari kecenderungan menarik kesimpulan.

2)

Analisis bentuk adalah menelusuri bagaimana segala sesuatu yang ditemukan


tersebut terwujud dalam susunan bentuk (komposisi).

3)

Interpretasi adalah menemukan makna-makna pada karya seni, meliputi tema


dan

cara

penggarapannya

serta

substansi masalah

dan keberhasilan

pengungkapannya.
4)

Evaluasi

adalah

menentukan

derajat

atau

mutu

karya

seni,

dengan

memperbandingkannya dengan karya-karya lainnya yang sejenis.


d. Kegiatan penyajian seni meliputi penyajian dalam diskusi kelas dan pameran atau
pementasan, baik dalam lingkup kelas, sekolah, maupun masyarakat.
1)

Diskusi kelas bertujuan untuk menampilkan, menjelaskan, dan berdialog tentang


hasil karya dan proses kreatif yang dilakukan siswa. Pembelajaran diskusi seni
ini dapat pula dipadukan dengan kritik seni secara lisan.

2)

Pameran dan pementasan seni dalam lingkup kelas bertujuan untuk


menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka apresiasi seni di kalangan siswa
sekelas.

3)

Pameran dan pementasan di lingkup masyarakat dapat dilakukan di dalam atau


di luar sekolah dengan tujuan untuk menampilkan hasil kreasi siswa dalam
rangka apresiasi seni di kalangan siswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

3.

Pembelajaran Pendidikan Seni dibedakan menjadi pembelajaran apresiatif dan


pembelajaran produktif. Pembelajaran apresiatif meliputi apresiasi seni dan kritik
seni.

Pembelajaran

produktif

meliputi

berkarya

seni

dan

penyajian

seni.

Pembelajaran produktif mendapat alokasi waktu yang lebih banyak dari pada
pembelajaran apresiatif, dengan perbandingan kurang lebih 60% dan 40%.
4.

Pembelajaran apresiasi seni di suatu sekolah dimulai dari seni dari daerah setempat,
dilanjutkan dengan seni daerah-daerah lainnya, dan kemudian seni mancanegara.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

Pembelajaran seni di Indonesia maupun seni dari mancanegara meliputi seni tradisi
dan seni modern (termasuk seni kontemporer), sesuai dengan perkembangan dalam
sejarah seni.
5.

Materi pokok produktif disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa serta
kemampuan sekolah atau keadaan daerah. Materi pokok produktif yang belum dapat
dilaksanakan oleh sekolah dapat diberikan dalam bentuk apresiasi seni.

6.

Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan


terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni,
sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan
terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni
dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran
Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.

7.

Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi


terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih bidang seni,
baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan
musik, tari, teater, atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan
dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang
seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.

8.

Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah


yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni, masing-masing guru memberikan
pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah
satu

bidang

seni

sesuai

dengan

minatnya.

Pembelajaan

secara

terpadu

dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan.
Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut
melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin
juga

melaksanakan

pembelajaran

seni

secara

terpadu,

sesuai

dengan

kemampuannya.
9.

Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara
integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni.

10.

Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari
pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan
gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.

11.

Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan


yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

12.

Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian


profesional, termasuk menggambar dengan mistar (menggambar konstruksi), perlu
ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.

B. Pembelajaran Seni Rupa


Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam
bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperanan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu
dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni
rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki
kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna tentang
bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan.
Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kria, dan desain. Jenisjenis seni rupa ini menunjukkan proses pembuatan dan bentuk karya yang dihasilkan, serta
nama pembuatnya, yaitu seniman, kriawan, dan desainer. Seni murni menekankan pada
ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni kria
menekankan pada keterampilan teknik pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kria
fungsional dan nonfungsional. Seni kria menggunakan berbagai teknik dan media tertentu,
misalnya kria kayu, kria logam, dan kria tekstil. Desain menunjukkan proses pembuatan
karya yang maksud dan tujuannya telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan
rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada persyaratan-persyaratan
tertentu. Seniman atau kriawan dapat bekerja secara mandiri, sedangkan desainer bekerja
untuk keperluan klien.
Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam
berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan
kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi
karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai
penggunaan media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam
berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern
untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar
berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam
menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kria, maupun desain bersifat
saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan
pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kria.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa
murni, kria, dan desain.
Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi
apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan
fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu
pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pelajaran apresiasi seni di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap budaya
lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional,
klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi
apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di
mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan.
Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan
karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan
antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta
keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan
mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang
baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti
menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki
gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam
proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi,
dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk
menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam
mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan,
dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam
menyusun bentuk, siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga
menjadi gaya yang bersifat pribadi.
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya
teman atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis kritis,
meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya,

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah
keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan
bahasa dan terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan
terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni
rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak).
Pembelajaran kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang
disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya
seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran
di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah
seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan
pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.

C. Pembelajaran Seni Musik


Musik pada dasarnya merupakan seni yang berbentuk aural yang hadir dalam waktu.
Orang menanggapi musik terutama melalui indera pendengaran, tetapi penampilan musik
dapat melibatkan gerakan tubuh dan penglihatan. Musik dapat hadir mandiri, tanpa merujuk
pada sesuatu apapun, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang asbtrak, misalnya
dibandingkan lukisan yang kadang-kadang bersifat literal (mengandung tema atau cerita).
Mendengarkan musik bukan sekedar mendengar bunyi, tetapi harus dapat
menghubungkan ekspresi yang didengar dengan ekspresi yang didengar sebelumnya.
Kemampuan untuk berpikir dalam bunyi ini merupakan landasan bagi pemahaman karya
musik yang dapat menunjang apresiasi musik seseorang.
Musik merupakan bentuk seni yang berevolusi secara berkesinambungan. Musik
mencerminkan pengalaman penciptanya, pemain dan pendengarnya, dan jiwa budaya di
mana musik itu diciptakan. Terdapat kesamaan yang bersifat kultural dalam cara orang
menanggapi musik. Orang memperoleh kepuasan dalam menghayati musik dengan alasan
yang berbeda-beda.
Musik dapat memenuhi tujuan estetik dan fungsional. Melalui musik, seseorang
dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan secara pribadi. Musik merupakan manifestasi
dasar dari kehidupan manusia, yang memberikan sumbangan bagi identitas pribadi, sosial,
dan kultural, dan merupakan media ekspresi dan komunikasi pada setiap kebudayaan.
Musik dapat merupakan bagian dari seni-seni yang lain, misalnya seni rupa, seni tari,
teater, dan film. Seseorang dapat memperoleh rasa kebanggaan dengan menguasai

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

keterampilan bermusik. Musik memberikan kepuasan atas identitas kelompok, misalnya


melalui keanggotaan paduan suara atau ansambel instrumental.
Pembelajaran seni musik harus mencerminkan kegiatan bermusik di masyarakat.
Siswa dilibatkan dalam mengamati, membahas, menganalisis, menggubah, mencipta, dan
menilai musik. Musik melibatkan siswa secara emosional maupun intelektual. Pembelajaran
seni musik diharapkan dapat membantu perkembangan siswa secara optimal dan
memberikan keseimbangan terhadap pembelajaran tentang sistem simbol dan makna.
Siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dari kegiatan berapresiasi dan
bermain

musik.

Penghayatan

siswa

yang

mendalam

terhadap

ungkapan

bunyi

memungkinkan siswa mengeksplorasi dan menemukan kesadaran yang mendalam terhadap


sifat-sifat ekspresif musik. Siswa memerlukan pengalaman seperti mendengarkan,
menganalisis unsur-unsur, dan menginterpretasikan makna-makna musik, serta membuat
aransemen, menggubah, maupun membuat komposisi musik. Pengalaman ini akan
memperkuat tanggapan dan apresiasi musik siswa dan mengembangkan kemampuan siswa
dalam membuat kriteria penilaian tentang musik.
Materi pokok seni musik meliputi apresiasi seni musik, berkarya seni musik, kritik
seni musik, dan pergelaran seni musik. Apresiasi seni musik berarti mengenal, memahami,
dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni
musik. Materi apresiasi seni musik pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau
makna, bentuk, dan fungsi seni musik. Apresiasi seni musik dapat mencakup materi yang
lebih luas, yaitu pengenalan seni musik pada berbagai latar budaya. Apresiasi seni musik
juga perlu memberikan pemahaman tentang hubungan seni musik dengan bentuk-bentuk
seni yang lain serta keberadaan seni musik sebagai bidang profesi. Dalam hal ini, siswa juga
perlu mengenal pencipta dan pemain musik masa kini serta industri musik di Indonesia.
Dalam bermain musik, siswa memainkan instrumen, dengan menggunakan repertoir
atau buah musik atau menggubah karya musik orang lain. Siswa juga dapat melakukan
musikalisasi puisi atau karya sastra lainnya. Untuk itu, diperlukan pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dalam membuat komposisi, berimprovisasi, membuat
aransemen, dan mempersiapkan pertunjukan musik.
Kegiatan kritik seni musik berperan penting dalam pengembangan kemampuan
musik siswa. Kritik seni meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi. Melalui
pengamatan terhadap karya musik serta pemahaman teori dan sejarah musik, siswa dapat
mengembangkan kriteria untuk menilai karya musik.
Pergelaran musik merupakan kegiatan pertunjukan, yaitu membawakan karya musik
di depan penonton. Penyajian musik merupakan pengalaman bermain musik bersama orang
lain, bagi orang lain, dan untuk kepuasan pribadi. Penyajian musik dapat berupa kegiatan
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

menyanyi, memainkan instrumen, atau menggunakan alat elektronik (misalnya komputer


atau synthesizer).
D. Pembelajaran Seni Tari
Tari dapat merupakan ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak ritmis,
dinamis, dan indah. Tari hadir dalam berbagai bentuk dan digunakan untuk berbagai
keperluan, dari hiburan sampai penyajian teatrikal dan upacara keagamaan.
Tari dibedakan dengan bentuk-bentuk seni yang lain berkaitan dengan penggunaan
gerak tubuh. Tari dibedakan dengan gerakan biasa, karena gerakan dalam seni tari
digunakan untuk mengkomunikasikan maksud, perasaan, dan pikiran. Tari merupakan sistem
simbol yang memberi makna pikiran, perasaan, dan aktivitas manusia.
Pembelajaran seni tari memberikan pengenalan dan pemahaman tentang berbagai
bentuk, konsep atau makna, dan fungsi tari, serta konteks atau latar belakang yang
mempengaruhi penciptaan, pergelaran, dan apresiasi seni tari. Melalui seni tari, siswa dapat
memahami berbagai nilai dalam kebudayan dan berkomunikasi secara sosial. Siswa juga
dapat mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran lain melalui seni tari.
Materi pokok seni tari meliputi apresiasi seni tari, berkarya seni tari, kritik seni tari,
dan pergelaran tari. Apresiasi seni tari berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni tari. Materi
apresiasi seni tari pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk,
dan fungsi seni tari. Apresiasi seni tari dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu
pengenalan seni tari dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pokok apresiasi seni tari di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap tari dalam
konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak
tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni tari,
materi apresiasi seni tari juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan
sejarah di mana karya tari dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni tari
tersebut.
Konteks sosial dan budaya menentukan makna dan peranan yang diberikan atau
ditimbulkan pada karya seni seni tari. Pengetahuan tentang periode sejarah seni tari berguna
untuk memahami masalah-masalah sosial, politik, dan agama yang terkandung dalam seni
tari.
Dengan mempelajari seni tari dari berbagai latar budaya, siswa dapat memahami
alasan penciptaan dan pementasan tari, maksud, dan tujuannya. Siswa juga dapat
memahami konsep atau makna berbagai bentuk tari seperti tari rakyat, tari klasik, tari
modern, dan tari kontemporer.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

10

Siswa juga dapat mengetahui bahwa seni tari memiliki beragam fungsi dan fungsi
tersebut dapat berubah dengan perjalanan waktu. Siswa juga dapat mengenal bentuk
koreografi masa lalu dan masa kini, pencipta tari, dan industri tari di Indonesia.
Pembahasan konsep seni tari meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni tari. Pembahasan tentang struktur tari meliptui unsur-unsur tari dan proses
pembuatan karya seni tari. Selain itu, apresiasi seni tari juga perlu memberikan pemahaman
hubungan antara seni tari dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang pelajaran
yang lain, serta keberadaan seni tari sebagai bidang profesi.
Dalam membuat koreografi siswa dilatih mencipta karya tari baru atau menata tari
dengan materi gerak yang sudah ada. Penciptaan tari melibatkan aktivitas dengan beberapa
tahapan

yaitu

eksplorasi,

observasi,

improvisasi,

eksperimentasi,

sebelum

latihan,

membentuk, memilih, dan menilai gerakan yang mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan
gambaran. Penciptaan tari didukung oleh perkembangan fisik dan kemampuan berekspresi
dengan dukungan kecermatan penginderaan dan kepekaan rasa.
Koreografi dapat melibatkan siswa dalam eksplorasi diri. Secara bertahap ia dapat
mengembangkan kesadarannya terhadap gerak dan potensi eskspresifnya serta belajar
mengorganisasikan gerak murni untuk menyampaikan pikiran dan perasaan. Selain itu, siswa
dapat mengembangkan pemahaman tentang koreografi dengan mempelajari gerak-gerak
khusus yang kemudian dapat diorganisasikan ke dalam urutan-urutan dan klaster.
Kemampuan mencipta tari berkembang sejalan dengan perkembangan kesadaran
dan pemahamannya tentang unsur-unsur dan proses pembentukan koreografi. Unsur
koreografi adalah sebagai berikut:
1)

Tubuh manusia: bagian-bagian tubuh, gerak tubuh, dan posisi tubuh.

2)

Ruang: ketinggian, arah, hubungan, penonjolan, pengelompokan, dan pola lantai.

3)

Waktu: penggunaan aksen, pola ritmis, durasi, dan tempo, atau cepat lambatnya
gerak.

4)

Tenaga: kualitas gerak yang mengungkapkan perasaan, seperti bersemangat atau


lembut.
Dalam mengorganisasikan dan membentuk struktur tari, unsur-unsur koreografi

yakni tubuh, ruang, waktu, dan tenaga ditentukan oleh proses pembentukan. Perangkat
pengorganisasian tari antara lain repetisi, simetri/ asimetri, keserempakan, kontras, dan
pakem (kaidah). Perangkat pembentukan tari adalah motif, naratif, pola repetisi, klimaks, dan
improvisasi. Makin banyak siswa memperoleh pengalaman berkarya, ia makin mampu
mengolah unsur-unsur koreografi dan proses pembentukan untuk mengekspresikan
gagasannya.

Siswa

merefkleksikan

apa

yang

dilihatnya

dengan

mendeskripsikan,

menganalisis, menginterpretasikan, dan menilai karya seni tari. Mereka memperoleh


Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

11

apresiasi seni tari dengan mengamati kaya seni tari secara kritis dan memahami ungkapan
geraknya.
Dengan mengenali cita rasa pribadi dan preferensi, mengembangkan kemampuan
mengobservasi, dan melakukan penilaian, siswa mampu menghargai karya seni tari dari
sudut estetika. Siswa memahami kesan-kesan yang ditimbulkan oleh karya seni tari dan
aspek-aspek kualitatif dari bentuk koreografi dan pertunjukan.
Apresisasi seni tari siswa bergantung pada fokus karya yang telah diciptakan dan
disajikannya. Jika siswa telah memahami makna dan peranan seni tari, ia akan
mempertimbangkan bagaimana seni tari dihargai dalam berbagai konteks sosial dan budaya,
serta fungsi seni tari sebagai bagian dari kehidupan manusia.
Pergelaran tari merupakan pertunjukan tari atau penyajian kepada orang lain. Bagi
siswa, pergelaran merupakan suatu proses belajar untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, mengembangkan ketrampilan teknis dalam berbagai bentuk tari, dan untuk
memproyeksikan dirinya kepada berbagai kalangan penonton dan dalam berbagai
kesempatan pertunjukan.
E. Pembelajaran Seni Teater
Teater adalah tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Teater
merupakan potret kehidupan manusia yang menggambarkan suka-duka, pahit-manis, dan
hitam putih kehidupan manusia. Teater berhubungan dengan bahasa sastra, maka teater
merupakan bagian dari telaah sastra. Pementasan teater merupakan bidang teater.
Pengertian seni teater dibedakan menjadi teater sebagai naskah dan teater sebagai
pentas. Setiap naskah teater pada dasarnya memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Akan
tetapi, terdapat teater yang kecil kemungkinannya untuk dipentaskan, karena menggunakan
dialog yang panjang-lebar, dengan bahasa yang indah-indah dan tidak realistik. Jenis teater
ini disebut closed teater. Sebaliknya, terdapat naskah teater yang kecil sekali nilai literernya,
karena sengaja ditulis untuk dipentaskan. Jenis teater ini disebut teater teatrikal.
Dalam bentuk pentas, teater merupakan pementasan peristiwa-peristiwa nyata
maupun khayalan melalui peran dan situasi. Pembelajaran seni teater melibatkan siswa
dalam berbagai pengalaman, seperti bermain peran, inprovisasi, pergelaran teatrikal, teater
film dan televisi, dan mencakup proses penciptaan dan penyajian seni teater.
Seni teater di sekolah mencakup aktivitas yang luas termasuk penulisan naskah
teater, improvisasi, bermain peran, sosio teater, simulasi, interpretasi teks, pergelaran
teatrikal, dan tata-pentas. Seni teater menggunakan unsur-unsur permainan teater seperti
spontanitas, imajinasi, permainan peran, dan eksplorasi.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

12

Materi pokok seni teater meliputi apresiasi seni teater, berkarya seni teater, kritik seni
teater, dan pementasan seni teater. Apresiasi seni teater berarti mengenal, memahami, dan
memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni
teater, baik teater naskah maupun teater pentas. Materi apresiasi seni teater pada dasarnya
adalah pengenalan dan pemahaman tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni
teater. Apresiasi seni teater dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni
teater dalam konteks berbagai kebudayaan, tetapi tetap ditekankan pada segi telaah naskah
dan pentas teater.
Materi pokok apresiasi seni teater meliputi pengenalan terhadap teater dalam
konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak
tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni
teater, materi apresiasi seni teater juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial,
budaya, dan sejarah di mana karya teater dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada
seni teater tersebut.
Pembahasan konsep seni teater meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni teater. Pembahasan tentang struktur teater meliputi unsur-unsur teater dan
pembuatan karya seni teater. Selain itu, apresiasi seni teater juga perlu memberikan
pemahaman hubungan antara seni teater dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta
keberadaan seni teater sebagai bidang profesi.
Dalam bermain teater, siswa menggunakan naskah atau skenario teater yang sudah
ada. Dalam bermain teater, siswa dapat berimprovisasi untuk menunjukkan tingkat
penguasaannya dalam bermain teater. Siswa dapat menggubah teks teater yang ditulis oleh
orang lain. Siswa juga dapat melakukan teatertisasi karya sastra seperti puisi, cerpen, atau
novel.
Dalam bermain teater, siswa dapat memilih tema, gaya, bentuk, dan struktur teater.
Jika siswa ingin menulis naskah teater, ia dapat mengambil pengalaman atau imajinasinya
sendiri atau pengalaman orang lain. Melalui seni teater, siswa dapat mengaitkan pengalaman
hidupnya dengan pengalaman-pengalaman universal.
Melalui seni teater, siswa mengembangkan keterampilan fisik, kognitif, dan teknik.
Siswa dapat menyusun atau menulis naskah teater ciptaannya sendiri dengan pemahaman
tentang kaidah-kaidah, bentuk, gaya, dan tradisi. Siswa dapat juga menyutradari teater orang
lain. Dalam berkarya teater siswa dapat bekerja secara kolaboratif maupun secara individual.
Dalam kritik seni teater, siswa menerapkan proses analisis kritis, yaitu deskripsi,
analisis, interpretasi, dan evaluasi terhadap karya teater siswa sendiri maupun karya orang
lain. Siswa menanggapi karya seni teater dengan mengidentifikasi dan memberikan penilaian
tentang sifat-sifat, efektivitas, dan nilai-nilai pada karya seni teater.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

13

Siswa dapat menanggapi karya seni teater dengan berbagai cara seperti membahas
dan menulis secara formal atau informal. Siswa dapat menempatkan karya teaternya sendiri
dan karya orang lain dalam konteks kritik, dengan menggunakan bahasa dan terminologi
yang memadai.
Dalam penyajian teater, siswa melaksanakan pergelaran dalam durasi, bentuk, dan
tujuan yang berbeda-beda. Siswa merancang teater dengan menyesuaikan ruang dan
sarana, serta menggunakan unsur-unsur teknis dan tata pentas seperti tata lampu, tata
suara, tata busana, dan tata rias. Dalam penyajian teater, siswa dapat bekerja secara
kolaboratif dalam pementasan teater maupun secara individual, misalnya dalam bentuk
monolog.
III.

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI


Seni Rupa
1.

Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan,


prosedur dan keahlian berkarya seni rupa Nusantara dengan memperhatikan
konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

2.

Menunjukkan apresiasi atas keragaman senirupa terapan di


wilayah Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan
budayanya.

3.

Berkreasi karya seni rupa terapan dengan menggali dan


mengembangkan gagasan kreatif dalam keragaman proses, teknik, prosedur, media,
dan bahan dari seni rupa di wilayah Nusantara.

4.

Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan,


prosedur dan keahlian berkarya seni rupa di wilayah Nusantara dan mancanegara
dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

5.

Menunjukkan apresiasi atas keragaman seni rupa terapan di


wilayah Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat dan budayanya.

6.

Berkreasi dan memamerkan karya seni rupa terapan dengan


menggali dan mengembangkan gagasan kreatif atas keragaman proses, teknik,
prosedur, media, dan bahan dari seni rupa Nusantara dan mancanegara.

7.

Mempresentasikan tentang keragaman seni rupa murni tradisi,


modern,

kontemporer

di

wilayah

Nusantara

dan

mancanegara

dengan

memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

14

8.

Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa modern,


kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan
konteks kehidupan masyarakat dan kebudayaan.

9.

Berkreasi karya seni rupa murni dengan mengembangkan


gagasan kreatif dari keragaman unsur seni rupa tradisi, modern dan kontemporer di
wilayah Nusantara dan mancanegara.

Seni Musik
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan
memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakatnya.
2. Mengungkapkan sikap empati atas keragaman musik tradisi Nusantara.
3. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari musik tradisi Nusantara.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakat.
5. Menunjukkan empati keragaman musik Nusantara dan negara lain.
6. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
7. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
8. Memprersentasikan

tanggapan

tentang

keragaman

seni,

tradisi,

modern,

kontemporer Nusantara dan engara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan


masyarakat.
9. Menunjukkan empati keragaman musik tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan
mancanegara.
10. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
11. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
Seni Tari
1.

Mempresentasikan

tanggapan

tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan memperhatikan konteks


masyarakat dan budayanya.
2.

Menunjukkan

empati

keragaman

tari tradisi daerah.


Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

15

3.

Berkreasi

taridengan

mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi tari tradisi


daerah setempat dan tari kreasi daerah setempat.
4.

Mempresentasikan

tanggapan

tentang keragaman seni tari Nusantara (seluruh wilayah Indonesia) dengan


memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.
5.

Mendeskr8ipsikan

empati

keragaman tari Nusantara.


6.

Berkreasi

tari

dengan

mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari
Nusantara.
7.

Mempresentasikan

tanggapan

tentang keragaman seni tari modern Nusantara dan mancanegara dengan


memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.
8.

Menunjukkan

empati

keragaman

tari modern Nusantaraq dan negara lain.


9.

Berkreasi

tari

dengan

mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari
modern Nusantara dengan negara lain.
Seni Teater
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi dan budayanya.
Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat.
2. Mengidentifikasi empati atas keragaman teater tradisi Nusantara.
3. Merancang bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi modern dan
mutakhir Nusantara.
4. Mementaskan teater tradisi Nusantara.
5. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan
Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budayanya.
6. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi, modern, atau teater
kontemporer Nusantara dan negara lain.
7. Menyusun medium dan bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media, dan materi dari seni tradisi
modern Nusantara dan negara lain.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

16

8. Mementaskan teater modern Nusantara dan negara lain.


9. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan
kontemporer Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat dan budayanya.
10. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi modern, kontemporer
Nusantara dan mancanegara.
11. Membuat bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media dan materi seni tradisi, modern, dan
kontemporer Nusantara dan mancanegara.
12. Mementaskan bentuk teater total karya sendiri.
IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN
Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus
dan sistem penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan sistem penilaian disusun
berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip
tersebut maka silabus dan sistem penilaian Pendidikan Seni dimulai dengan identifikasi,
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, pengalaman
belajar, indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh
instrumen, serta alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat.
Silabus dan sistem penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan
belajar siswa,

mendiagnosis kesulitan belajar,

memberikan umpan balik, melakukan

perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar
lebih baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada
kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.
A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian
Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian meliputi tahaptahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar;
penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang
dibutuhkan; dan pemilihan sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat

dibaca uraian

berikut:

1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, kelas/program, dan semester.

2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan


Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

17

kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Seni dirumuskan berdasarkan struktur


keilmuan agama Islam dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standar
kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis.
Sesuai dengan kewenangannya, Depdiknas telah merumuskan standar kompetensi
dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.

3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi
pokok adalah butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai
suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan pendekatan
prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak,

pendekatan tematik. Prinsip yang perlu

diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a)
prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi
dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi
pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi,
yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh
Depdiknas.

4. Pemilihan

Pengalaman

Belajar.

Proses

pencapaian

kompetensi

dasar

dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran


tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik
maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar.
Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang
telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat
dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan
dengan metode yang bervariasi.
Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup
(life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan hidup merupakan kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata
pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang disisipkan dalam mata
pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak
memerlukan jenis buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat
diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun. Pembelajaran kecakapan hidup

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

18

memerlukan reorientasi pembelajaran dari subject-mater oriented menjadi life-skill


oriented.
Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill (GLS) dan
spesific life skill (SLS). General life skill dibagi menjadi dua, yaitu personal skill
(kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal itu
sendiri terdiri dari self-awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill
(kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua, yaitu academic skill
(kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan).
Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama,
kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran
akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir
meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan,
dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial meliputi kecakapan
komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat,
kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan
variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kelima,
kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan
ini terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar
perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap
kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi
dasar. Tabel berikut merupakan contoh format analisis kecakapan hidup.

Melaksanakan penelitian

Menghubungkan variabel

Mengidentifikasi variaabel

Bekerjasama

Komunikasi tertulis

Komunikasi lisan

Mengambil keputusan

Memecahkan masalah

Akademik

Mengolah informasi

Kecakapan

Sosial

Menggali informasi

Kecakapan

Berpikir
Potensi diri

Hidup

Kecakapan

Diri
Eksistensi diri

Kecakapan

Kesadaran

Makhluk Tuhan

No.

Merumuskan hipotesis

Tabel 1: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup.

Kompetensi dasar

Mengidentifikasikan fungsi
dan peranan musik dalam
konteks sosial budaya.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

19

Mengungkapkan unsurunsur estetis dari karya


musik daerah setempat dari

hasil pengamatan
pertunjukan.

Dalam mata pelajaran Pendidikan Senidi SMA kecakapan hidup (life skill)

yang

dikembangkan adalah general life skill (GLS) dan academic skill (kecakapan
akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar
hendaknya memuat kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman
belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya: Menyajikan
pergelaran musik di kelas (Kecakapan hidup: kesadaran akan potensi diri,
komunikasi

lisan,

bekerjasama,

menghubungkan

variabel,

dan

mengambil

keputusan). Kompetensi Dasar dijabarkan menjadi Indikator yang secara spesifik


dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator
dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen
penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian
dari indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.

5. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut


ke dalam instrumen penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan
contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen
penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain:
a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip.
Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis
dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir
yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep,
prinsip, atau teori. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan
pemahaman.
c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran
satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya
mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

20

d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu. Tingkat berpikir
yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam
bentuk pembuatan klipping, makalah, dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang
terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
f.

Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja


kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah uraian bebas
dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

g. Responsi atau Ujian Praktik. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau
setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan

praktik di laboratorium atau

tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk
mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang
belum.
h. Laporan Kerja Praktik.

Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada

kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala
dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk
instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif,
jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan
portofolio, sedangkan bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori,
dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat
dalam semua ranah.
Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain:
a. Pilihan

Ganda.

Bentuk

ini

bisa

mencakup

banyak

materi

pelajaran,

penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang
terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.
b. Uraian Obyektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya
objektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar
jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat
berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

21

c. Uraian Non-obyektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya


jawaban yang bebas. Namun demikian, sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran
yang jelas agar penilaiannya obyektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan
konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat
cenderung rendah.
f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam
melakukan tugas tertentu, seperti menyajikan pergelaran musik.
g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa,
dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh
siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.
7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa
mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk menentukan alokasi waktu, prinsip yang
perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya
materi yang dipelajari.
8. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku
rujukan, referensi atau literatur, baik untuk menyusun silabus maupun mengajar.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alatalat yang diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan
dan alat dapat bervariasi sesuai dengan kompetensi dasar, materi serta
pengalaman belajarnya.
B. Penyusunan dan Analisis Instrumen
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum
menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian juga bertujuan untuk: (1) mengetahui
tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
(3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui
pencapaian kurikulum, (6) mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar
dengan lebih baik.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

22

Langkah Penyusunan Instrumen.


Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi,
yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu
instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a) menentukan tujuan, (b)
menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen.
Tujuan penilaian telah disebutkan di muka.
Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi
ini merupakan acuan bagi penyusun instrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan
menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi tes terdiri dari dua
jalur, yaitu kolom dan baris.
Tabel 2: Kisi-Kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan
Standar Kompetensi: ............................................................................................
Kompetensi
Dasar

Materi Pokok
dan Uraian
Materi Pokok

Pengalaman
Belajar

Indikator

Jenis
Tagihan

Bentuk
Instrumen

Contoh
Instrumen

Alokasi
waktu

Penilaian

Sum
ber/
Bahan/
Alat
9

Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak,
waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian
obyektif,

uraian

bebas,

menjodohkan,

jawaban

singkat,

benar-salah,

unjuk

kerja

(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat
tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan
bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya ulangan dalam bentuk tes
membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat
ditentukan berdasarkan pengalaman para guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar
1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes
ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk mengatasi agar
jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat
atau beberapa baris.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

23

2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya


a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola
kontinum 0 s/d 10, atau 10 s/d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu
jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Sebutkan jenis-jenis musik tradisi di lima
daerah di Indonesia!
2) Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji
penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan
pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b)
isi pilihan jawaban homogen, (c) panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk
jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah,
(f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan
menggunakan negatif

ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta tes, (j) bahasa yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar
ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke bawah. Contoh soal:
Alur melodi yang ada pada karya musik daerah pada umumnya menggunakan
tangga nada ...
a.

Diatoniks

b.

Minor

c.

Mayor

d.

Pentatoniks

e.

Zigana

Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:

B
x100
N

Skor
B

= adalah banyaknya butir yang dijawab benar

= adalah banyaknya butir soal

3) Uraian Objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan,


dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan
indikator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu
diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2) apakah data yang digunakan
benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah tepat,
(5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

24

Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan

dengan memberikan skor

tertentu berdasarkan langkah-langkah dalam menjawab soal. Contoh soal: Bagaimana


proses pembuatan batik?
4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi
siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata
seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari
penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c) gunakan bahasa yang baku; (d)
hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk mengerjakan
soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan
acuan. Contoh soal: Berikan ulasan tentang lirik lagu-lagu ciptaan Bimbo! Jawaban boleh
bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:
Tabel 3: Pedoman Penilaian Uraian Bebas.
Kriteria Jawaban
1. Ulasan tentang irama lagunya.

Skor
1

2. Tema dari syair lagunya.


3. Tempo dan dinamik dalam lagunya.
4. Harmonisasi paduan nadanya.
Jumlah skor

1
1
1
4

5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat
dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.
Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran
isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah.
Contoh soal: Teater tradisional yang terkenal di Jepang ialah ...
6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan
materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:Jodohkanlah kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan yang ada di sebelah
kiri agar dapat mendeskripsikan pengertian, bentuk dan struktur lagu.
1. frase
2. refrein
3. introduksi
4. motif
5. interlude

a. bagian penutup lagu


b. bagian selingan lagu
c. penggalan kalimat lagu
d. bagian pembukaan lagu
e. jawaban kalimat lagu
f. bagian ulangan lagu
g. bagian kecil dari penggalan kalimat lagu.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

25

7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan


siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan
ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan kompetensi
siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan
penilaian proses.

Contoh soal: Buatlah suatu ulasan hasil pengamatan Anda terhadap

penyajian hasil aransemen/gubahan/komposisi hasil kreasi salah satu teman Anda.


Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini objektif, maka guru perlu
mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi pedoman penilaian. Rubrik hendaknya
memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep yang akan
dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru
harus mengomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s/d 10 atau 10 s/d
100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman,
aplikasi, dan analisis (sintesis dan evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas
ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan kompetensi.
8) Performans (Unjuk Kerja). Performans (unjuk kerja) digunakan untuk kompetensi
yang berhubungan dengan praktik.berkreasi seni. Untuk melakukan penilaian terhadap
praktik ini dapat digunakan format berikut:

Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)

....................................

.....................................

.....................................

......................................

.........................................

.........................................

Keaslian

Penampilan

Sistematika

Dst. ........................................

No.

Kelengkapan data

Aspek

Kejelasan konsep

Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Portofolio

Nama Siswa
1
2
3
4
5

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

26

Penskoran unjuk kerja di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan
rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.
b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya
Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini
digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan
nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai berikut: (1) pilih ranah
afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya:
kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku
rapi; (3) pilih tipe skala yang digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala: sangat
senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah instrumen oleh sejawat; (5)
perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat
hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.

Nama Siswa

Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)

Tanggung jawab

Kepedulian

Menepati janji

Kejujuran

Hormat pada guru

Ramah dg teman

Kerjasama

Kedisiplinan

Tenggang rasa

Kerajinan

Indikator Sikap

Ketekunan belajar

No

Keterbukaan

Tabel 5: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa.

1
2
3
4

Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada
tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala
penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah
sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya
dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban
sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor keseluruhannya diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

27

mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka
skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka
skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 24 kurang berminat, 25 32 berminat, dan skala
33 40 sangat berminat. Dapat juga menggunakan frekuensi kegiatan siswa (selalu; sering;
jarang; atau tidak pernah) seperti contoh berikut.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

28

Tabel 6: Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Pendidikan Seni.


Nama : ..............................................
Kelas : ..............................................
Tugas : Isilah dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom frekuensi (selalu; sering;
jarang; atau tidak pernah) sesuai dengan kenyataan yang Anda alami terhadap
pernyataan berikut ini:
No.

Pernyataan

Frekuensi
Selalu

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sering

Jarang

Tidak
pernah

Saya senang pada isi mata pelajaran ini.


Saya mengikuti pelajaran ini sesuai jadwal.
Saya mencatat penjelasan guru.
Saya kerjakan tugas pelajaran ini tepat waktu.
Saya mencari informasi untuk mendalami materi
pelajaran ini.
Saya kumpulkan kliping yang berhubungan dengan
pelajaran ini.
Saya mengerjakan tugas latihan di rumah.
Saya mendiskusikan materi pelajaran ini.
Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan.

Jumlah
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri
digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Tabel 7: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa
No

Pernyataan

Alternatif
Ya

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tidak

Saya sulit mengikuti pelajaran Pendidikan Seni


Saya sulit memainkan alat musik
Saya sulit menghafal syair-syair lagu
Saya sulit untuk menulis nada lagu
Saya belum bisa malaksanakan menggubah lagu
Saya sulit untuk mengharmoniskan nada suara
Saya mudah bekerjasama dengan siapa saja
Saya berusaha memiliki alat musik sendiri
Saya rajin mengikuti latihan musik
Saya .rajin membaca buku-buku tentang seni
Saya ...............(dan seterusnya)

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

29

3. Analisis Instrumen.
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya
adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah
memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah
dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan
siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu dianalisis
secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada. Hasil ujicoba bertujuan untuk
melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu
dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas
minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
melihat karakteristik butir instrumen dengan mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari
besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes awal atau
pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks
sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif adalah sebagai berikut :

Is

R A RB
T

RA =

Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah


proses pembelajaran.

RB =

Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum


proses pembelajaran

T =

Banyaknya siswa yang mengikuti ujian

Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat
pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen
kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun demikian,
seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut
secara kualitatif. Jika hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan
bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektifnya proses pembelajarannya.
Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

30

4. Evaluasi Hasil Penilaian.


Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar
keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai suatu kompetensi dasar,
maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru
memberikan perbaikan (remedi) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan
pengayaan bagi yang sudah.
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam
menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar
mana, materi mana, atau indikator mana yang belum mencapai ketuntasan. Dengan
mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan
program perbaikan yang tepat.
Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen
penilainnya terlalu sulit, apakah instrumen penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya,
ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang kurang tepat. Jika ternyata
instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Tetapi jika instrumen penilaiannya
ternyata tidak sulit, mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh
evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada Lampiran 4.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui
minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa
terhadap mata pelajaran Pendidikan Seni dan segala sesuatu yang terkait. Skala dibuat
bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau
pernyataannya. Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak
setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir
pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah
40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam empat kategori, maka skala 10-16
termasuk tidak berminat, 17 24 kurang berminat, 25 32 berminat, dan skala 33 40
sangat berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata
pelajaran Pendidikan Seni, maka guru harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan
dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran Pendidikan
Seni, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.
V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar
siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar berupa
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

31

kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa
digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas
pembelajaran oleh guru.
Pemanfaatan

hasil

belajar

untuk

memperbaiki

dan

meningkatkan

kualitas

pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang
lengkap dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk
guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk
mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif
diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.
A. Pelaporan Hasil Penilaian
Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun
deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat
diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang
siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan
siswa tersebut berhasil. Tetapi jika seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa
tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk
deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Pendidikan Seni.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk
mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Seni dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan
Seni. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar
dapat memberikan informasi yang lengkap. Akan tetapi, membuat laporan yang lengkap
setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu, pembuatan
laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar
siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi
siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor yang
diisi pada setiap semester

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

32

2. Laporan untuk Sekolah.


Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat
laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya
proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui
catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa
akan diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah.
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak
semata-mata melaporkan prestasi siswa tetapi juga menyinggung problem kepribadian
mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk deskripsi tentang
siswa.
3. Laporan Untuk Masyarakat.
Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah.
Setiap siswa yang telah lulus membawa bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan
dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa dari
suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam
laporan prestasi.
B. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1. Untuk Siswa.
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara,
atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui
ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan.
Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil
belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi
diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal
mungkin, maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian
belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat
siswa pada masing-masing mata pelajaran.
3. Untuk Orang Tua.
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar
belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa,
yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan orang tua untuk:
(a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah
meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

33

Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk
laporan hasil belajar harus mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang
kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta minat
terhadap mata pelajaran.
3. Untuk Guru dan Kepala Sekolah.
Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian
harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan
strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar memberi fasilitas belajar
lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar
dalam semua ranah untuk semua pelajaran. Informasi yang diperlukan kompetensi dasar
yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi yang
spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan
informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah.
Contoh laporan profil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada
Lampiran 5. Sedangkan laporan hasil belajar siswa untuk siswa, orang tua, guru dan sekolah
dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

34

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Andy (1983). Apresiasi Teater. Yogyakarta: Nur Cahaya


Blom, Lynne Anne (1988). The Moment of Movement. London : University of Pittsburg
Press
Cleaver, Dale G. (1966). Art An Introduction. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.
.. (1994). A Statement on The Arts for Australian Schools. Curriculum Corporation.
.. (1994). The ArtsA Curriculum Profile for Australian Schools. Curriculum Corporation.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Serial Buku Album tentang Seni Rupa Banyak
Daerah di Indonesia.
Dewantara, Ki Hajar (1971). Pendidikan Seni. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.
Dungga. J.A. (1978). Ke Arah Pengertian dan Penikmatan Musik. Jakarta: Ricordanza.
Eisner, Elliot W. (1972). Educating Artistic Vision. New York: Macmillan Publishing Co.
Faulkner, Ray. dkk. (1963). Art Today. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Feldman, Edmund B. (1967). Art as Image and Idea. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc.
Fisher, J. (ed.) Modern Indonesian Arti. Jakarta and New York: Panitia Pameran KIAS (199091) and Festival of Indonesia, 1990.
Gafur, Abdul (1986). Disain Instruksional; Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar
Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Gafur, Abdul (2001). Pedoman Umum Penyusunan Silabus Berbasis Kompetensi Dasar
Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU). Pascasarjana UNY.
Gollwitser, G. (1966). Menggambar Bagi Pengembangan Bakat. Edisi Bahasa Indonesia.
Bandung: Penerbit ITB.
Henkes, Robert (1965). Orientation to Drawing and Painting. Pennsylvania: International
Textbook Co.
Holt, Clair (1967). Art in Indonesia. Continuities and Change. Ithaca NY: Cornell University
Press.
Honour, H. dan Fleming, J. (1999). A World History of Art. London: Laurence King.
Hoop, A.N.J. Th. van (1949)). Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia. Bandung: Koniklijk
Bataviaasch Genootsch Van de Kusten en
Horm, George F. (1967). Art for Todays School. Worcester, Massachusetts:
Davis Publication.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

35

Humphrey, Doris (1959). The Art of Making Dances. New York : Grove Press inc.
Jamalus (1988). Pengajaran Musik Melalui
Depdikbud.

Pengalaman Musik. Jakarta: P2LPTK. Dikti

Janson, H.W. (Tanpa Tahun). History of Art. New York: Harry N. Abrams
Jones, Arthur F (19920. Introduction to Art. New York: Harpercollins Publications.
Kussudiardja, Bagong (1993). Olah Seni: Sebuah Pengalaman. Yogyakarta : Padepokan
Press.
Lansing, Keneth M. (1976). Art, Artist, and Art Education. Kendall/ Hunt Publishing Co.
Lindsay, Jennifer, 1991. Klasik, Kitsch, Kontemporer : Sebuah Studi tentang Pertunjukan
Jawa. Terjemahan Nin Bakdi Sumanto dari judul aslinyaClassic, Kitsch, or
Contemporary: A Study of the Javanese Performing Arts. PhD. dissertation,
University of Sydney.
Nadel, Myron Howard (1970). The Dance Experience: Reading Dance Appreciation. New
York : Praeger Publisher.
Nio, Hoa Kim (1988). Pengajaran Apresiasi Teater. Jakarta: P3G Debdikbud.
Pramana (1988). Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Pustaka Jaya.
Read, Herbert (1943). Education Throgh Art. New York: Pantheon Books.
Rogers, Michael R. (1984). Teaching Approach in Music Theory. Carbondale: Southern
Illinois University Press.
Sachs, Curt (1963). World History of the Dance. New York : WW Norton Company. Inc.
Sahman, Humar (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.
Schafer, R. Murray (1976). Creative Music Education. A Handbook for the Modern Music
Teacher. New York: Schirmer Books.
Schechner, Richard (1977). Performance Theory. New York and London :Routledge Press.
Siagian MP. (1976). Indonesia yang Tercinta. Jakarta: Direktur Kesenian.
Smith, Jaquelline, ( ). Dasar-dasar Komposisi Tari. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta :
BP ISI Press
Soedarso SP dkk. (1990-1991). Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah
hingga Kini. Jakarta: Panitia Pameran Kias.
Soedarso SP. (1973). Pengertian Seni. (Terjemahan). Yogyakarta: STSRI-ASRI.
Soedarsono (TT). Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

36

Soedarsono (1971). Jawa dan Bali. Yogyakarta: BP ASTI.


Soedarsono, 1999. Seni Pertunjukan dan Pariwisata. Yogyakarta : BP ISI Press
Soeharto, M. (1979) Membina Paduan Suara dan Grup Vokal. Jakarta: PT Gramedia.
Sudarmadji (1979). Dasar-Dasar Kritik Seni Rupa. Jakarta: Pemerintah DKI, Dinas Museum
dan Sejarah.
Sudjana, Poppy (1979). Teori Musik. Solo: Tiga Serangkai.
Sumardjo, Jakob (1992). Perkembangan Teater Modern dan Sastra Teater Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Sumiana, Anjar (1982). Penuntun Pengajaran Seni Suara/Musik. Bandung: Pelita Harapan.
Suryobrongto, GBPH, 1981. Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Editor Fred Wibowo.
Yogyakarta : Dewan Kesenian.
Sutrisman (1971). Mengenal Teater. Yogyakarta: Yayasan Taman Bina Siswa.
Vincent, J.A. (1955). History of Art. New York: Barnes & Nobles.
Waluyo, Herman (2001). Teater. Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widia.
Williams, Rosemary (1993). Painting Watercolors. Leicester: Magna Books.
Wirindo, D.A.R.P. (1970). Penyuluhan tentang Menggambar Hias untuk Seni Ukir Logam,
Kayu, Batu, dan Lain-Lain. Jakarta: Bathara.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

37

GLOSARIUM
absurd teater: Gerakan di dunia pentas pada tahun 50-an, yang banyak dipengaruhi oleh
eksistensialisme Perancis. Biasanya mengangkat tema-tema kedudukan manusia
yang absurd, seperti kesepain, ketakutan, keinginan melarikan diri ke suatu dunia
khayalan. Pesan yang disampaikan oleh teater absurd ialah tak ada gunanya
mencari arti dan makna dalam peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
adaptasi: saduran dengan maksud supaya sebuah karya lebih sesuai dengan khalayak
pembaca. Saduran dapat berupa pengambilan aspek tematis untuk ditulis kembali
dalam bentuk sesuai yang diinginkan.
adaptif: mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
adegan: dalam dunia pentas bagian dari sautu babak. Perubahan terjadi bila terjadi
perubahan jumlah pelaku, seting, maupun waktu penceritaan.
afektif: berkenaan dengan perasaan dan atau sikap.
aktor: sering disebut dengan istilah tokoh. Para pelaku yang berperan dalam sebuah cerita
atau teater.
analitik: teater analitik, sebuah teater yang tidak pertama-tama mengembangkan sebuah
peristiwa, melainkan tahap demi tahap membuka tirai, apa yang terjadi pada masa
silam.
analisis butir empiris: analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil.
analisis butir teoretis: analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal
secara teoretis.
analisis: kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
antiteater: karya pentas yang menyimpang dari kaidah-kaidah tradisional. Gerakan
antiteater ingin melibatkan semua penonoton secara aktif, ilusi dan impian harus
diganti dengan perbuatan sosial.
apoteose: dalam seni teater, adegan penutup yang cemerlang dan massal.
apresiasi: kemampuan untuk memberikan penghargaan terhadap karya seni disertai disertai
pemahaman.
apresiatif: pembejaran apresiatif, disebut juga pembelajaran teori, pembelajaran yang
berkenaan dengan aspek pengetahuan dan sikap.
arena

: Teater arena, pentas dalam bentuk lingkaran, sehingga para penonton melingkari
para pemain.

asesmen: penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
ballada: Cerita dalam bentuk syair, mengisahkan perbuatan-perbuatan seorang tokoh
legendaris atau tokoh yang dikagumi.
bentuk (seni rupa): aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan
ruang; juga menunjukkan gaya.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

38

bentuk soal: golongan soal menurut macam jawaban yang harus dilakukan, misalnya:
bentuk isian singkat, bentuk pilihan ganda, dan bentuk uraian.
bentuk tes: golongan tes menurut penggolongan menjadi tes pilihan ganda, tes uraian
objektif, tes uraian non objektif (tes uraian bebas), tes jawaban.
bentuk karya: aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan
ruang; juga menunjukkan gaya.
berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada
periode-periode berikutnya.
ekspresi: ungkapan pikiran dan perasaan.
estetika: digunakan dalam pengertian ilmu pengetahuan tentang pengamatan, berkenaan
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan cara dan proses pengamatan yang
kemudian membentuk pengalaman seni.
estetis: pengalaman estetis, pemahaman terhadap hasil pengamatan terhadap bentuk yang
membentuk pengalaman seni; nilai estetis media, hasil pengamatan terhadap sifatsifat intrinsik bahan yang menimbulkan pengalaman seni.
evaluasi: kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada
unsur pembuatan keputusan, sehingga mengandung unsur subjektivitas; kegiatan
yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gaya (seni rupa): disebut juga bentuk; ciri-ciri pengolahan bentuk objek pada karya; gaya
figuratif menunjukkan penggambaran bentuk yang dikenal.
gerak imajinatif: gerak yang dilakukan berdasarkan ide dan pengalaman pribadi.
gerak imitatif: gerak menirukan alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan dengan apa adanya.
global: mendunia; dunia; menyeluruh.
hipotesis: sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat,
meskipun kebenarannya masih harus diuji; anggapan dasar.
improvisasi: melakukan gerak atau bunyi secara spontan untuk melahirkan sesuatu.
indikator pencapaian: tanda-tanda bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu,
dan merupakan jabaran dari kompetensi dasar tertentu.
indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah
memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan: golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi kuis, pertanyaan lisan di
kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester,
ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik, laporan praktikum, responsi, ujian
praktik, ujian akhir, dsb.; jenis kegiatan yang harus dilakukan olehsiswa untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
jenis ujian: jenis tagihan
judgement: keputusan; pertimbangan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

39

karakter: teater karakter menghubungkan gejolak batin dengan perbuatan lahiriah secara
psikologis. Perbuatan lahiriah hanya penting sejauh menghadapkan tokoh utama
dengan masalah eksistensinya serta perkembangan ego.
keandalan tes: kemampuan tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan
dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya: kemampuan berfikir
kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan
peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia
kerja.
kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pokok yang
memadai untuk menunjang penguasaan kompetensi dasar maupun standar
kompetensi.
kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki.
kemampuan kognitif: kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan;
kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kemampuan lulusan SMA: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan
SMU, meliputi lulusan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
kemampuan psikomotor: kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota
badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
kemampuan: kesanggupan; kecakapan; kekuasaan; ketrampilan.
kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam
silabus yang hendak diukur.
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu
sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kemampuan
yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sitematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya
tidak selalu memberikan ukuran yang sebenarnya, atau penskorannya mempunyai
tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang
diukur bervariasi, atau kondisi yang mengukur bervariasi, atau bahan yang diujikan
tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran
sebenarnya.
keterandalan alat tes: kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat
ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

40

kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh
lulusan; kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh
siswa untuk standar kompensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
komedi: bentuk teater yang bermaksud untuk menghibur para penonton dengan alur ringan
dan biasanya berakhir dengan kebaikan (happy ending), lawanya teater tragedi,
teater kesedihan.
kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan suatu
jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
komposisi: susunan bentuk yang memiliki kesatuan, keseimbangan, dan irama; karya cipa
(misalnya untuk musik dan tari).
konsistensi (ketaatazasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus
(kompetensi dasar, materi pokok dan pengalaman belajar).
koreografi: penataan tari.
kritik: kegiatan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan karya seni.
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi
dasar.
media: bahan atau alat yang digunakan untuk membuat karya seni rupa, dibagi menjadi
dwimatra dan trimatra.
monolog: seorang tokoh pada saat ketegangan emosional mengungkapkan isi hatinya dan
dengan demikian menyajikan sebuah potret diri yang jujur.
musikalisasi: membuat suatu karya sastra menjadi musik (contoh: musikalisasi puisi).
paradigma: model dalam teori; kerangka piker; norma yang dianut oleh sekelompok
komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran.
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya
secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
pendekatan hirarkis: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas penjenjangan
materi pokok.
pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas urutan
penyelesaian suatu tugas pembelajaran.
pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas lingkup
lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang paling dekat dengan siswa menuju
ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

41

pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pokok yang bertitik tolak dari sebuah
tema.
penilaian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.
pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu;
pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik
seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
produktif: pembelajaran produktif, disebut juga pembelajaran praktek menunjukkan
pembelajaran yang berkenaan dengan aspek keterampilan.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang
sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai bukti prestasi siswa,
perkembangan siswa itu dalam kemampuan berpikir, pemahaman siswa itu atas
materi pelajaran, kemampuan siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan
mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu, laporan singkat
yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
proses penilaian: pemilihan dan pengembangan teknik penilaian.
reliabilitas (ajeg): kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan
atau ajeg.
sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur.
silabus: susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan
cara mengembangkan kompetensi dasar menjadi indikator pencapaian
kemampuan itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator
kemampuan mata pelajaran yang bersangkutan, yang hasilnya dianalisis dan
digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
kesatuan; susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dsb.
sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara
fakta dan pendapat, dan penemuan hubungan sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum
pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan
nilai informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata
penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep.
soal pengetahuan: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

42

soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan
memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam
silabus.
standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata
pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh
siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kemampuan siswa
dalam mata pelajaran tertentu.
teknik ujian: golongan ujian, yaitu pertanyaan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas
pekerjaan rumah atau ulangan akhir semester.
teknik: cara mengolah bahan; menunjukkan jenis bahan (misalnya teknik cat minyak) atau
cara mengerjakan karya seni rupa (misalnya teknik pahat).
tema: juga disebut isi; objek atau masalah yang diketengahkan melalui karya seni.
tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat
belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja tetapi memerlukan waktu yang
mungkin berbeda.
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kemampuan penempuh tes itu
merupakan variabel yang mengikuti distribusi normal.
tes nonobyektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subyektivitas
pemberi skor.
tes obyektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subyektivitas
pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang
harus dipilih salah satu oleh penempuh tes karena hanya salah satu dari jawabanjawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan mengetahui kesulitan siswa, yang
dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian berkesinambungan: ujian yang hasilnya dianalisis (misalnya materi apa yang belum
dikuasai oleh siswa) dan hasil analisis itu ditindaklanjuti.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kemampuan siswa pada ranah kognitif dan
psikomotorik.
validitas: kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu
mampu mengukur apa yang harus diukur.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

43

Lampiran.
Lampiran 1: Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kata Kerja Operasional


Standar Kompetensi

Mendefinisikan
Menerapkan
Mengkonstrusikan
Mengidentifikasikan
Mengenal
Menyelesaikan
Menyusun

Kompetensi Dasar

Menunjukkan
Membaca
Menghitung
Menggambarkan
Melafalkan
Mengucapkan
Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menterjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi

Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Perbedaannya adalah pada standar kompetensi cakupannya lebih luas
dari kompetensi dasar.
2. Satu standar kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 atau lebih kompetensi dasar.
3. Satu kompetensi dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 indikator

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

44

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif


Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis

Penilaian

Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifikas
i
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi
indeks
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis

Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahanka
n
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan

Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Mengurutkan
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarka
n
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Meramalkan

Menganalsis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Memerinci
Menominasikan
Mendiagramka
n
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalka
n
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer

Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulka
n
Mengkategorikan
Mengkode
Mengombinasi
kan
Menyusun
Mengarang
Membangun
Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan
Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi

Membandingkan
Menyimpulkan
Mengarahkan
Menilai
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksi

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

45

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor


Peniruan

Manipulasi

Artikulasi

Pengalamiahan

Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengkonstruksi

Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur

Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mencampur
Mengemas
Membungkus

Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Menseketsa
Melonggarkan
Menimbang

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Afektif


Menerima

Menanggapi

Menilai

Mengelola

Menghayati

Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati

Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak

Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Memperjelas
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang

Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk
pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk

Mengubah
perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

46

Lampiran 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.


No.
1

Standar Kompetensi
Seni Rupa:
Mempresentasikan tentang
keragaman gagasan, teknik,
bahan, prosedur dan keahlian
berkarya seni rupa Nusantara
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Menunjukkan apresiasi atas
keragaman senirupa terapan di
wilayah Nusantara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Berkreasi karya seni rupa
terapan dengan menggali dan
mengembangkan gagasan
kreatif dalam keragaman
proses, teknik, prosedur, media,
dan bahan dari seni rupa di
wilayah Nusantara.
Mempresentasikan tentang
keragaman gagasan, teknik,
bahan, prosedur dan keahlian
berkarya seni rupa di wilayah
Nusantara dan mancanegara
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Menunjukkan apresiasi atas
keragaman seni rupa terapan di
wilayah Nusantara dan
mancanegara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Berkreasi dan memamerkan
karya seni rupa terapan dengan
menggali dan mengembangkan
gagasan kreatif atas
keragaman proses, teknik,
prosedur, media, dan bahan
dari seni rupa Nusantara dan
mancanegara.
Mempresentasikan tentang
keragaman seni rupa murni
tradisi, modern, kontemporer di

Kompetensi Dasar
1.1 Mengklasifikasi karya senirupa di wilayah Nusantara ke
dalam penggolongan seni rupa murni dan terapan.
2.2 Membandingkan keragaman karya seni rupa murni dan
terapan di wilayah Nusantara.

2.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya


seni rupa terapan di wilayah Nusantara.
2.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik
dan bahan karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara.

3.1
3.2
3.3

2.1

2.2

Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dua


dan tiga dimensi di wilayah Nusantara berdasarkan fungsi.
Membuat karya seni rupa terapan Nusantara dua dan
tiga dimensi di wilayah Nusantara berdasarkan fungsi.
Memamerkan karya seni rupa terapan dua dan tiga
dimensi sendiri yang dikembangkan dari seni rupa
Nusantara di kelas dan atau di sekolah.
Mengklasifikasi karya seni rupa di wilayah Nusantara dan
mancanegara ke dalam penggolongan seni rupa murni
dan terapan.
Membandingkan keragaman karya seni rupa murni dan
terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara.

5.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya


seni rupa terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara.
5.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik,
dan bahan dalam karya seni rupa terapan di wilayah
Nusantara dan mancanegara.

VI.1 Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dan


mancanegara dua dan tiga dimensi di wilayah Nusantara
dan mancanegara berdasarkan fungsi dan corak.
VI.2 Membuat karya seni terapan Nusantara dua dan tiga
dimensi di wilayah Nusantara dan mancanegara
berdasarkan fungsi dan corak.
VI.3 Menerapkan karya seni rupa terapan dua dan tiga
dimensi sendiri yang dikembangkan dari seni rupa
Nusantara dan mancanegara di kelas dan atau sekolah.
7.1 Mengklasifikasi corak dan fungsi seni rupa tradisi, modern
dan kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara.
7.2 Membandingkan corak dan fungsi seni rupa tradisi,

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

47

wilayah Nusantara dan


mancanegara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Mempresentasikan sikap
apresiatif atas karya seni rupa
modern, kontemporer di wilayah
Nusantara dan mancanegara
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
kebudayaan.
Berkreasi karya seni rupa murni
dengan mengembangkan
gagasan kreatif dari keragaman
unsur seni rupa tradisi, modern
dan kontemporer di wilayah
Nusantara dan mancanegara.

Seni Musik
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi
Nusantara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan budaya
masyarakatnya.

Mengungkapkan sikap empati


atas keragaman musik tradisi
Nusantara.

Berkreasi musik dengan


mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik,
prosedur, media, materi dari
musik tradisi Nusantara.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni
Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks
kehidupan budaya masyarakat.

modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan


mancanegara.

8.1 Membandingkan antara seni rupa tradisi, modern dan


kontemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara
dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budaya.
8.2 Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa
modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan
mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat dan budaya.
9.1 Membuat karya seni rupa murni dua dimensi yang
dikembangkan dari keragaman unsur seni rupa tradisi,
modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
mancanegara.
9.2 Membuat karya seni rupa murni tiga dimensi yang
dikembangkan dari keragaman unsur seni rupa tradisi,
modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
mancanegara.
9.3 Memamerkan karya seni rupa murni dua dan tiga dimensi,
yang dikembangkan dari unsur seni rupa tradisi, modern
dan kontemporer, di wilayah Nusantara dan mancanegara,
karya sendiri dan kelompok di sekolah dan atau luar
sekolah.
1.1 Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni
tradisi Nusantara dengan memperhatikan konteks
kehidupan budaya dan masyarakatnya.
1.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan musik
daerah setempat.
1.3 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari karya musik
daerah setempat dari hasil pengamatan pertunjukan.
2.1 Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada musik
tradisi Nusantara.
2.2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dan etika musik dari
hasil pengamatan.
3.1 Mengungkapkan gagasan dalam berkarya musik.
3.2 Membuat karya musik berdasarkan gagasan seni tradisi
Nusantara.
3.3 Menyajikan pergelaran musik di kelas.

2.1 Mengidentifikasi makna dan peranan musik dalam


konteks sosial budaya.
2.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan musik
kontemporer dan musik Nusantara.
2.3 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis dari karya musik
nasional dari hasil pengamatan pertunjukan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

48

Menunjukkan empati
keragaman musik Nusantara
dan negara lain.

Berkreasi musik dengan


mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik,
prosedur, media, materi dari
seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
Menampilkan kreasi sendiri dan
orang lain secara individu dan
kelompok.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni, tradisi,
modern, kontemporer
Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat.
Menunjukkan empati
keragaman musik tradisi,
modern, kontemporer
Nusantara dan mancanegara.

10

11

2
3

Berkreasi musik dengan


mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik,
prosedur, media, materi dari
seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
Menampilkan kreasi sendiri dan
orang lain secara individu dan
kelompok.
Seni Tari
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi
Nusantara dengan
memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
Menunjukkan empati
keragaman tari tradisi daerah.
Berkreasi tari dengan
mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman materi tari tradisi
daerah setempat dan tari kreasi
daerah setempat.
Mempresentasikan tanggapann
tentang keragaman seni tari
Nusantara (seluruh wilayah

5.1 Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada musik


tradisi, modern.
5.2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dan etika musik dari
hasil pengamatan.
6.1 Mendeskripsikan gagasan dalam pembuatan karya.
6.2 Membuat karya musik dengan gagasan sendiri.

7.1 Merencanakan penampilan karya musik.


7.2 Menyajikan pergelaran musik di kelas.
8.1 Mengidentifikasi makna, peranan musik dalam konteks
sosial budaya.
8.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan musik
Nusantara dan mancanegara.
8.3 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari karya musik
Nusantara dan mancanegara dari hasil pengamatan
pertunjukan.
9.1 Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada musik
tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan
mancanegara.
9.2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dan etika musik dari
hasil pengamatan.
10.1 Mengungkapkan gagasan dalam pembuatan karya.
10.2 Membuat karya musik berdasarkan gagasan seni
Nusantara dan mancanegara.

11.1 Merencanakan penampilan karya musik.


11.2 Menyajikan pergelaran musik di kelas.

1.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari sesuai konteks


masyarakat dan budayanya.
1.2 Mengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari daerah
setempat.
1.3 Mendeskripsikan unsur estetis tari daerah setempat dari
hasil pengamatan pertunjukan.
2.1 Mendeskripsikan tari kreasi sesuai keragaman
masyarakat dan budayanya.
3.1 Mengidentifikasi gagasan untuk menyusunnya ke dalam
tari kreasi daerah setempat dan tari daerah lain.
3.2 Membuat karya tari tradisi daerah setempat berdasarkan
gagasan yang dimiliki.
3.3 Mempergelarkan tari kreasi sendiri dan orang lain secara
individual dan kelompok.
4.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari Nusantara sesuai
konteks masyarakat dan budayanya.
4.2 Mmengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari
Nusantara sesuai konteks masyarakat dan budayanya

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

49

4
5

Indonesia) deengan
memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
Mendeskripsikan empati
keragaman tari Nusantara.
Berkreasi tari dengan
mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman materi dari seni tari
Nusantara.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tari
modern Nusantara dan
mancanegara dengan
memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
Menunjukkan empati
keragaman tari modern
Nusantara dan negara lain.
Berkreasi tari dengan
mengembangkan gagasan
kreatif dengan menggali
keragaman materi dari seni tari
modern Nusantara dengan
negara lain.
Seni Teater
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi
Nusantara dengan
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Mengidentifikasi empati atas
keragaman teater tradisi
Nusantara
Merancang bentuk teater
melalui pengembangan
gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses,
teknik, prosedur, media, materi
dari seni tradisi modern dan
mutakhir Nusantara.
Mementaskan teater tradisi
Nusantara.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi,
modern, dan Nusantara dan
negara lain dengan

5.1 Mendeskripsikan unsur estetis tari Nusantara dari hasil


pengamatan pertunjukan.
5.2 Mengidentifikasikan keunikan tari Nusantara sesuai
keragaman masyarakat dan budayanya.
6.1 Mendeskripsikan gagasan ke dalam kreasi tari Nusantara.
6.2 Menampilkan dan mempergelarkan kreasi sendiri dan
orang lain secara individual dan kelompok.

7.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari sesuai konteks


masyarakat dan budayanya.
7.2 Mengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari modern
Nusantara dan negara lain sesuai konteks masyarakat
dan budayanya.
8.1 Mengungkapkan unsur estetis tari modern Nusantara dan
negara lain dari hasil pengamatan petunjukan.
8.2 Menunjukkan keunikan tari modern Nusantara dan negara
lain sesuai keragaman masyarakat dan budayanya.
9.1 Menuliskan gagasan dalam berkreasi tari tradisi
Nusantara.
9.2 Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara
individual dan kelompok.

1.1 Mengidentifikasikan makna, peranan teater dalam


konteks sosial budaya.]
1.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater
daerah setempat.

2.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis teater dan sastra


daerah setempat dari hasil pengamatan pertunjukan.
2.2 Mendeskripsikan pesan moral dari pertunjukan karya
teater tradisi Nusantara.
3.1 Mengaplikasikan gagasan dalam pembuatan karya.
3.2 Merancang karya teater berdasarkan gagasan seni
tradisi Nusantara.

4.1 Merencanakan pementasan teater tradisi Nusantara.


4.2 Mempergelarkan teater tradisi Nusantara.
5.1 Mengidentifikasikan makna dan peranan teater dalam
konteks sosial budayanya.
5.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater
Nusantara.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

50

8
9

10

11

12

memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Mengungkapkan empati atas
keragaman teater tradisi,
modern, atau teater
kontemporer Nusantara dan
negara lain.
Menyusun medium dan bentuk
teater melalui pengembangan
gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses,
teknik, prosedur, media, dan
materi dari seni tradisi modern
Nusantara dan negara lain.
Mementaskan teater modern
Nusantara dan negara lain.
Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi,
modern, dan kontemporer
Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
Mengungkapkan empati atas
keragaman teater tradisi
modern, kontemporer
Nusantara dan mancanegara.
Membuat bentuk teater melalui
pengembangan gagasan kreatif
dengan menggali keragaman
proses, teknik, prosedur, media
dan materi seni tradisi, modern,
dan kontemporer Nusantara
dan mancanegara.
Mementaskan bentuk teater
total karya sendiri.

6.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis dari teater Nusantara


dari hasil pengamatan pertunjukan.
6.2 Mengidentifikasi simbol atau nilai filosofis penyajian teater
tradisi, teater modern, dan atau teater kontemporer
Nusantara dan negara lain.
7.1 Menuliskan gagasan dalam pembuatan karya teater
modern.
7.2 Membuat karya teater modern berdasarkan gagasan seni
teater tradisi Nusantara dan mancanegara.

8.1 Merencanakan penampilan karya teater modern


Indonesia.
8.2 Mementaskan teater modern karya sendiri.
9.1 Mengidentifikasikan makna dan peranan pertunjukan
teater dalam konteks sosial budaya.
9.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater
Indonesia.

10.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis teater dengan


sastra teater Indonesia dari hasil pengamatan
pertunjukan.
10.2 Mendeskripsikan nilai-nilai moral dan nilai filosofis karya
teater dan sastra teater Indonesia dari hasil pengamatan
pertunjukan.
11.1 Mengaplikasikan gagasan dalam pembuatan karya
teater total.
11.2 Membuat karya teater total (tradisional, modern atau
kontemporer) berdasarkan gagasan seni Nusantara dan
mancanegara.

12.1 Membuat perencanaan karya teater total.


12.2 Menyajikan pertunjukan teater total.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

51

Lampiran 3: Contoh Format Analisis Instrumen


I. Analisis Butir Soal Bentuk Uraian.
JENIS PERSYARATAN
A.
1.
2.
3.
4.

RANAH MATERI
Butir soal sesuai dengan indikator.
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.
Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, dan tingkat kelas.

B.
5.

RANAH KONSTRUKSI
Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai.
Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal
Ada pedoman penskorannya.
Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna
(jelas keterangannya atau ada hubungannya dengan masalah
yang ditanyakan).
Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.

6.
7.
8.
9.

C. RANAH BAHASA
10. Rumusan kalimat komunikatif.
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta
sesuai dengan ragam bahasanya.
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.

NOMOR SOAL
3 4 5 6

v
v
v
v

v
v

v
v
v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

Keterangan:
Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas, kurang memberikan petunjuk
tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah
makna.
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

52

2. Analisis Butir Soal Bentuk Melengkapi.


JENIS PERSYARATAN
A.
1.
2.
3.
4.

RANAH MATERI
Butir soal sesuai dengan indikator.
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.
Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, dan tingkat kelas.

B.
5.

RANAH KONSTRUKSI
Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum
lengkap) yang hanya memerlukan tambahan kata yang
merupakan jawaban/kunci.
Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.

6.
C.
7.
8.

RANAH BAHASA
Rumusan kalimat komunikatif.
Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta
sesuai dengan ragam bahasanya.
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.

v
v
v
v

NOMOR SOAL
3 4 5 6
v
v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

Keterangan:
Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas.
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

53

3. Analisis Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda.


JENIS PERSYARATAN
A.
1.
2.
3.
4.
5.

B.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

RANAH MATERI
Butir soal sesuai dengan indikator.
Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar.
Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan
kelas.
Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil
perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan yang salah
rumus/salah hitung.
RANAH KONSTRUKSI
Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas.
Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas.
Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan
jawaban yang benar.
Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda.
Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus
digarisbawahi atau dicetak lain.
Pilihan jawaban homogen.
Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas
benar" atau "tak satu jawaban di atas yang benar" dan yang
sejenisnya.
Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada
yang sangat panjang dan ada yang sangat pendek.
Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan.
Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
Antar butir tidak bergantung satu sama lain.

C. RANAH BAHASA
17. Rumusan kalimat komunikatif.
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta
sesuai dengan ragam bahasanya.
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.

NOMOR SOAL
3 4 5 6

v
v
v
v

v
v
v
v

v
v
v
v

v
v
v
v

v
v
v
v

v
v
v

v
v
v

v
v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

v
v

Keterangan:
Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat
lebih dari satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak homogen.
Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

54

Lampiran 4: Contoh Format Evaluasi Hasil Penilaian


Evaluasi Hasil Penilaian
Jumlah
Butir

Jumlah
Betul

%
Pencapaian

Penguasaan

Mengidentifikasi fungsi
dan peranan musik
dalam konteks sosial
budaya.

75

Tuntas

Menguasai
sebagian besar
kompetensi dalam
mengidentifikasi
makna dan peranan
musik dalam
konteks sosial
budaya.

Mengungkapkan unsurunsur estetis dari karya


musik daerah setempat
dari hasil pengamatan
pertunjukan.

50

Belum
tuntas

Belum menguasai
kompetensi
mendeskripsikan
unsur-unsur estetis
musik daerah
setempat dari hasil
pengamatan
pertunjukan.

Kompetensi Dasar

Keterangan

Keterangan: Batas nilai ketuntasan adalah 75.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

55

Lampiran 5: Contoh Format Profil Hasil Belajar.


LAPORAN PROFIL HASIL BELAJAR SISWA
NAMA SISWA
KELAS
SEMESTER
MATA PELAJARAN
No.

:
:
:
:

Yundi Andrianto. M
X
1
Pendidikan Seni Musik.

Kompetensi Dasar
K

NILAI
P

Komentar

1.1.

Mengidentifikasikan fungsi dan peranan musik


dalam kontek sosial budaya.

84

77

1.2.

Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan


musik daerah setempat.

82

75

1.3.

Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari


karya musik daerah setempat dari hasil
pengamatan pertunjukan.

72

76

2.1.

Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada


musik tradisi Nusantara.

75

70

3.2.

Membuat karya musik berdasarkan gagasan


seni tradisi Nusantara

81

75

3.3.

Menyajikan pergelaran musik di kelas.

Sudah
kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
Sudah
kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
Aspek kognitif
berlum
kompeten.
Belum
kompeten, dan
tampilan perlu
lebih dilatihkan.
Sudah
kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.

Nilai Rata-rata:

................2004
Komentar Orangtua/wali siswa:
.........
........
..
Orangtua/wali siswa,

Guru Mata Pelajaran Pendidikan Seni,

Keterangan:
K : Kognitif
P : Psikomotor
A : Afektif

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

56

Lampiran 6: Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup.

Melaksanakan penelitian

Menghubungkan variabel

Bekerjasama

Mengidentifikasi variabel

Nama Siswa

Komunikasi tertulis

Komunikasi lisan

Memecahkan masalah

Mengambil keputusan

No.

Mengolah informasi

Akademik

Menggali informasi

Kecakapan

Sosial

Potensi diri

Kecakapan

Berpikir
Eksistensi diri

Kecakapan

Diri
Makhluk Tuhan

Kecakapan Hidup

Kesadaran

Merumuskan hipotesis

Penilaian Kecakapan Hidup

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang,
3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.

Lampiran 7: Contoh Format Laporan Hasil Belajar.


Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Siswa

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

57

Nama Siswa

: Yundi Andrianto. M

Sekolah

: SMA

Kelas

: X. A

No. Induk

: ..................

Mata Pelajaran

Pencapaian Belajar

Keterangan

Kognitif

Psikomotorik

Afektif

76

87

Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni

Hasil belajar sudah


kompeten, kecakapan
hidup akademik perlu
ditingkatkan terutama
dalam mengidentifikasi
dan menghubungkan
variabel.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor 75.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

58

Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Orang Tua


Nama Siswa

: Yundi Andrianto. M

Sekolah

: SMA

Kelas

: X-A

No. Induk

: ..................

Mata Pelajaran

Pencapaian Belajar

Keterangan

Kognitif

Psikomotorik

Afektif

88

77

Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni

Hasil belajar sudah


kompeten, kecakapan hidup
sosial perlu dtingkatkan
terutama dalam komunikasi
dan kerjasama.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor 75.

Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Guru dan Kepala Sekolah

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

59

Mata Pelajaran

: Pend. Seni

Kelas/Semester

: X .A / I

No

Nama Siswa

Aspek

Ratarata

Keterangan

Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif

63
75
B

Aspek
kognitif
belum
kompeten,
perlu
remedial.

Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif

85
75
B

Kognitif
Psikomotorik
Afektif

76
87
A

Sudah
kompeten,
kecakapan
hidup sosial
perlu
dtingkat kan.
Sudah
kompeten,
kecakapan
hidup
akademik
perlu
dtingkatkan.

1.1
1

Ali Imron

Chaerudin L

Darmawan S

Ernavita

Jonathan P

Lidya Novita

Refi
Meidianti.R

Yundi
Andrianto.M

1.2

Kompetensi Dasar
2.1
2.2
2.3

3.1

3.2

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor 75.


Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Siswa
Nama Siswa

: Refi Meidianti. R

Sekolah

: SMA

Kelas

: X-A

No. Induk

: ..................

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

60

Mata Pelajaran

Pencapaian Belajar

Keterangan

Kognitif

Psikomotorik

Afektif

75

84

Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni

Hasil belajar sudah kompeten,


kecakapan hidup akademik
perlu dtingkatkan terutama
dalam mengidentifikasi dan
menghubungkan variabel.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor 75.

Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Orang Tua


Nama Siswa

: Refi meidianti. R

Sekolah

: SMA

Kelas

: X-A

No. Induk

: ..................

Mata Pelajaran

Pencapaian Belajar

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

Keterangan

61

Kognitif

Psikomotorik

Afektif

85

76

Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni

Hasil belajar sudah kompeten,


kecakapan hidup sosial perlu
dtingkatkan terutama dalam
komunikasi dan kerjasama.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor 75.

Lampiran 8: Contoh Format Rancangan Pengujian dan Pemberian Tugas


Contoh Format Rancangan Pengujian
No

Kompetensi

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Dasar
Blok
1

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

62

Blok
2
Blok
3

Contoh Format Rancangan Pemberian Tugas


No

Kompetensi

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Dasar
K1

PR
1
K2
PR
2
K3
PR
3

Keterangan: K= Kuis
PR = Pekerjaan Rumah

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

63

PedomanPenyusunan Silabus dan Sistem Penilaian Mata pelajaran Pendidikan Seni


SMA/MA

64

Anda mungkin juga menyukai