Anda di halaman 1dari 58

Momen dipole ketika suatu molekul membentuk pusat muatan negatif dan pusat muatan positif.

Molekul yang membentuk pusat muatan negatif dan pusat muatan positif disebut sebagai
molekul dipolar, atau molekul yang memiliki momen dipol. Sifat dipolar dari sebuah molekul
ini, biasanya digambarkan dengan adanya panah yang menunjukkan ujung negatifnya, kemudian
bagian ekor(belakang) panah menggambarkan tanda positif(+). Berikut ini contohnya untuk
molekul HF:

Diagram Elektrostatik Molekul


Cara lainnya dalam menunjukkan persebaran muatan dalam suatu molekul ialah dengan
menggunakan diagram potensial elektrostatik molekul. Berikut ini contohnya:

Pada gambar ini, digunakan variasi warna dalam menggambarkan distribusi muatan dalam
molekulnya. Warna merah menunjukkan tempat persebaran elektron terbanyak (muatan negatif),
dan warna biru menunjukkan tempat persebaran elektron paling sedikit (muatan positif).
Baca Juga: Pengertian Elektronegatifitas

Momen Dipol Senyawa Diatomik dan Poliatomik


Momen dipol ini tidak hanya untuk molekul dengan dua atom, tetapi juga molekul poliatomik.
Seperti momen dipol pada molekul berikut ini:

Pada H2O yang memiliki persebaran elektron lebih banyak ke atom O, maka Air (H2O memiliki
sifat dipolar ketika berada di medan listrik. Maka Air memiliki momen dipol.
Beberapa molekul, memang memiliki ikatan polar, tetapi tidak memiliki momen dipol. Ini
disebabkan karena persebaran elektronnya terdapat pada posisi yang berlawanan sehingga
muatannya saling menetralisir. Hal ini terjadi pada molekul CO2. CO2 memiliki bentuk molekul
linier yang persebaran elektronnya dapat dilihat pada gambar diatas. Karena posisi pusat
elektronnya saling berlawanan, maka tidak terbentun momen dipol pada molekul CO2.

Molekul yang Tidak Memiliki Momen Dipol


Ada banyak molekul lainnya yang memiliki karakter yang sama dengan CO2 yaitu memiliki
ikatan polar tetapi tidak memiliki momen dipol. Diantaranya ialah seperti pada tabel berikut:

Model histerisis dari ferroelektrik material dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori, salah
satu kategorinya adalah teori mikroskopis material yang mengacu pada proses pembalikan
domain, mekanisme pergerakan dinding domain akibat adanya pengaruh medan listrik dari luar.
Sifat dielektrik dari material ferroelektrik dapat dijadikan acuan untuk pemodelan dengan
menggunakan statistik boltzman untuk menghitung probabilitas dipol yang menempati energi
level tertentu. Beberapa pemodelan yang mengacu pada fenomena domain akan diperkenalkan,
yaitu pemodelan dengan menggunakan perumusan Langevin, model Ising Spin dan model yang
ketiga adalah gabungan dari keduanya .
Pemodelan pada umumnya menggambarkan adanya area padat dimana perputaran dipol
berlawanan arah dengan konfigurasi ionik sehingga menyebabkan perubahan yang sangat besar
pada polarisasinya, dan hal ini memperlihatkan adanya saturasi pada saat level medan tinggi
ketika distribusi muatan tidak diperkenankan untuk perubahan selanjutnya. Sebaliknya
pengukuran kurva polarisasi pada saat level yang tinggi anhysterisis memikili nilai tunggal dan
reversibel. Medan efektif dengan asumsi ideal dapat diformulasikan seperti persamaan berikut :
Ee =E+alpha*P
Besaran E, P menunjukan medan listrik dan hasil polarisasi sementara nilai P merupakan

menunjukan interdomain kopling. Pendekatan statistik Boltzman digunakan untuk menghitung


probabilitas dipol dipol yang menempati energi keadaan tertentu, dengan asumsi material
isotropik , orientasi sel ke segala arah dan dicapainya keseimbangan termal dan elektrostatik
maka diperoleh persamaan Langevin untuk polarisasi anhisterisis.
Model yang kedua pada polarisasi anhisterisis adalah model Ising Spin, dimana mengasumsikan
bahwa orientasi momen dipol hanya pada arah medan listrik atau berlawanan arah .
Model yang ketiga adalah model gabungan dari model Langevin dan Ising Spin, model ini dibuat
dengan asumsi grain pada material terdistribusi secara acak, akan tetapi dipol dipol setiap sel
hanya memiliki dua arah orientasi yang mungkin, ketiga model ini dapat dpergunakan untuk
menghitung polarisasi anhysteritic akibat adanya medan listrik luar
referensi :
Ralph C Smith dan Craig L. Hom, A domain Wall Theory for Ferrolectric Material , Jurnal of
Intelligent Material Systems and Structures, 1999

Keingintahuan mendorong kita untuk mencoba menemukan sesuatu yang menjadi


rahasia alam, rahasia yang berada diluar pengertian kita, yang tidak berguna untuk
kita dan kita tidak seharusnya berharap untuk belajar" (Agustine of Hippo, Orang
kristen suci )
Penelitian feroelektrik telah dikembangkan sejak tahun 1960, karena bahan tersebut
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sensor, mikroelektronika dan
lain-lain, bahkan diprediksikan dapat melebihi keunggulan bahan ferromagnetik
dalam hal penyimpanan memori ( Umiati dkk.,2000).
Salah satu kelebihan bahan ferroelektrik adalah kemampuan mengubah polarisasi
internal dengan menggunakan medan listrik yang sesuai dan polarisasi spontan dari

material tersebut. Polarisasi spontan sangat menentukan kualitas bahan tersebut.


Berbagai macam bahan ferroelektrik telah ditemukan seperti BaTiO3, PbTiO3,
NH4HSO4 dan lain sebagainya . Salah satu bahan ferroelektrik yang banyak
mendapat perhatian akhir-akhir ini adalah jenis Lead Zirconate Titanate, PbZr1xTixO3.
Bahan ferroelektik terdiri dari senyawa kimia yang kompleks, sampai saat ini sudah
hampir 100 senyawa inorganik ferroelektrik, senyawa yang sederhana misalnya
NH4HSO4 (Monoklinik), KH2PO4 (Orthorombik) dan BaTiO3 (Tetragonal).
Material elektronik khususnya dielektrik yang mempunyai polarisasi spontan serta
mempunyai kemampuan mengubah polarisasi internal dengan menggunakan
medan listrik yang sesuai, dikenal dengan material ferroelektrik. Pada tahun 60-an
sampai 70-an bahan ferroelektrik lebih banyak dibuat dalam bentuk kristal tunggal
maupun Bulk. Penggunaan film tipis ferroelektrik sebagai memori banyak
keuntungannya dibanding sistem magnetik. Sistem magnetik hanya mampu
menyimpan 105 bit/cm2, sedangkan memori terbuat dari ferroelektrik menyimpan
hingga 108 bit/cm2. Salah satu contoh ferroelektrik adalah Lead Zirconate Titanate,
PbZr1-xTixO3, material ini sangat luas penggunaannya dalam bentuk keramik
polikristalin dan banyak digunakan dalam berbagai bidang industri. Dalam divais
piezoelektrik PZT digunakan sebagai filter, resonator, aktuator.
Ketika temperatur ferroelektrik lebih rendah dari fase material paraelektrik ke
ferrolektrik tanpa dikenai medan listrik luar , jumlah momen dipol mendekati nol
meskipun setiap unit sel terpolarisasi secara spontan. Momen dipol dengan
polarisasi P dan volume V adalah PV dan total momen dipol bahan dapat ditentukan
jika volume domain diketahui yaitu , dengan jumlah untuk semua domain.
Kuat tidaknya polarisasi ferroelektrik tidak hanya tergantung pada medan listrik luar
tetapi tergantung pada kondisi polarisasi sebelumnya. Fenomena ini dikenal dengan
histerisis listrik.
Sifat domain ferrolektrik keramik lead zirconate titanate (PbZr1-x Tix O3 - PZT) telah
diteliti dengan menggunakan mikroskop elektron transmisi (TEM) bahwa pada
komposisi x = 0.06 sampai x = 0.45 berada pada fase rombohedral (Ricote,

Whatmore and Barber ,1999).


Metode penumbuhan film tipis PZT diantaranya Chemical Vapor Depotition (CVD),
Pulse Laser Ablation Depotition (PLAD), Solution Gelation (Sol-Gel) dan sputtering.
Metode sputtering adalah metode yang memiliki keunggulan dibanding metode
lainnya, yaitu laju deposisi yang besar, struktur stokiometri yang mudah
dikendalikan serta dapat dilakukan dalam temperatur rendah atau tinggi,
penggunaan DC unbalanced magneton sputtering berguna untuk menghindarkan
resputtering oksigen yang dapat merusak kualitas film yang dihasilkan (Umiati dkk.,
2000).

Superkonduktivias adalah sebuah fenomena yang terjadi dalam beberapa material pada suhu
rendah, dicirikan dengan ketiadaan hambatan listrik dan "dampin" dari medan magnetik interior
(efek Meissner). Superkonduktivitas adalah sebuah fenomena mekanika-kuantum yang berbeda
dari konduktivitas sempurna.
Dalam superkonduktor konvensional, superkonduktivitas disebabkan oleh sebuah gaya tarik
antara elektron konduksi tertentu yang meningkat dari pertukaran phonon, yang menyebabkan
elektron konduksi memperlihatkan fase superfluid terdiri dari pasangan elektron yang
berhubungan. Ada juga sebuah kelas material, dikenal sebagai superkonduktor tidak
konvensional, yang memperlihatkan superkonduktivitas tetapi yang ciri fisiknya berlawanan
dengan teori superkonduktor konvensional. Apa yang disebut superkonduktor suhu-tinggi
superkonduk pada suhu yang jauh lebih tinggi dari yang dimungkinkan menurut teori
konvensional (meskipun masih jauh di bawah suhu ruangan.) Sekarang ini tidak ada teori
lengkap tentang superkonduktivitas suhu-tinggi.
Superkonduktivitas terjadi di berbagai macam material, termasuk unsur sederhana seperti timah
dan aluminum, beberapa logam alloy, beberapa semikonduktor di-dop-berat, dan beberapa
"compound" keramik berisi bidang atom tembaga dan oksigen. Kelas compound yang terkahir,
dikenal sebagai kuprat, adalah superkonduktor suhu-tinggi.

Superkonduktivitas tidak terjadi dalam logam mulia seperti emas dan perak, atau di banyak
logam ferromagnetik, meskipun ada beberapa material menampilkan baik superkonduktivitas
dan ferromagnetisme telah ditemukan tahun-tahun belakangan ini.

Superkonduktor Suhu Tinggi Membahas mengenai superkonduktor, pasti konsep sederhana


yang tertanam adalah mengenai logam yang terkait erat dengan magnet dan kausalitas keduanya
mengenai daya tarik magnet tersebut dengan logam yang dipengaruhinya. Konsep yang telah
dipelajari biasanya membahas bahwa logam mampu tertarik oleh magnet, tetapi tahukah,
bahwasannya terdapat logam pada suhu tertentu mampu menghambat kerja dari daya tarik
magnet tersebut? Secara harfiah superkonduktor adalah penjelasan mengenai kondisi logam
dimana pengondisiannya terdapat pengaruh hambatan listrik yang nilai hambatannya bernilai
nol, kemudian dalam fenomena ini, terdapat pula pengaruh akibat pembelokan medan magnet
karena suhu yang sangat rendah yaitu suhu dibawah titik kritis optimum suatu karakteristik
bahan ( kuantum mekanik atas dasar efek Meissner). Selain mengenai kuantum mekanik,
superkonduktor juga bisa diartikan logam yang dikondisikan dalam suhu empat kelvin atau -269
0c, logam tersebut kehilangan bentuk perlawanan terhapad arus yang ditimbulkan oleh listrik.
Pada awal tahun sekitar tahun 1987, ditemukan suatu keramik yaitu keramik tembaga yang
mempunyai superkonduktivitas yang bekerja pada suhu 90 K. Penemuan ini menjadi titik awal
penting karena mulai ditemukannya superkonduktor suhu tinggi dengan nitrogen cair sebagai
pendinginnya..Suhu tertinggi suatu bahan menjadi superkonduktor hingga saat ini adalah 138 K,
yaitu untuk suatu bahan yang memiliki rumus Hg0.8Tl0.2Ba2Ca2Cu3O8.33. Superkonduktor
kini telah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Hambatan tidak disukai karena dengan
adanya hambatan maka arus akan terbuang menjadi panas. Apabila hambatan menjadi nol, maka
tidak ada energi yang hilang pada saat arus mengalir. Penggunaan superkonduktor dibidang
transportasi memanfaatkan efek Meissner, yaitu pengangkatan magnet oleh superkonduktor. Hal
ini diterapkan pada kereta api supercepat di Jepang yang diberi nama The Yamanashi MLX01
MagLev train, gambar 3. Kereta api ini melayang diatas magnet superkonduktor. Dengan
melayang, maka gesekan antara roda dengan rel dapat dihilangkan dan akibatnya kereta dapat
berjalan dengan sangat cepat, 343 mph atau sekitar 550 km/jam.

2. Berikutnya, pembahasan superkonduktor yang dikhususkan terhadap satu fokus


logam,yaitu besi. Pemilihan logam besi dikarenakan besi merupakan unsur yang terbilang aneh
apabila dikaitkan dengan pembahasan superkonduktor karena atom yang dimiliki oleh besi
berada sangat magnetik. Mengenai kemagnetikan dalam suatu magnet , sifat magnetik pada
umumnya akan bekerja menghambat superkonduktivitas. Mengenai konduksi sempurna, ciri
khas dari superkonduktor adalah bahwa hal itu memaksa medan magnet diterapkan untuk
mengitari objek interior magnet bukan hanya sekedar melewati objek tersebut. Tidak seperti
keramik tembaga (cuprates) sebelumnya, struktur dasar kelas baru yang terdiri dari senyawa besi
terbilang lebih efisien dalam hal pengamatan signatur magnetiknya. Karena struktur senyawa ini
berbeda dengan cuprate dalam banyak hal,maka akan memungkinkan harapan mendapatkan
pemahaman baru bagaimana fenomena superkonduktivitas bisa muncul jika dikaitkan dengan
suhu atau temperatur yang tinggi(di ambil dari Nature Materials Jurnal, 27 Oktober 2014) .
Mengacu pada proses pembuatan superkonduktor,secara umum superkonduktor bisa dibuat
dengan melakukan doping pada senyawa induk, doping disini dalam artian memberikan atom
baru atau atom yang sifatnya belum ada dalam intrinsik suatu senyawa tersebut Seperti yang
telah dijelaskan pada awal paragraf, bahwasanya terdapat hubungan yang kuat antara
magnetisme dan superkonduktivitas. Hal yang paling utama dari korelasi keduanya adalah
keduanya bekerja dan mempengaruhi sifat zat padat. Superkonduktor konvensional, tidak
menghendaki unsur magnetik karena unsur tersebut mampu memengaruhi interaksi yang memicu
superkonduktivitas dalam unsur padat terutama pada kristal senyawa. Tetapi teori tersebut
bertolak belakang dengan superkonduktor suhu tinggi seperti senyawa cuprate dan besi-arsenik.
Dari senyawa tersebut dapat diketahui bahwa, gaya magnet mampu memberikan pengaruh yang
membantu proses untuk menciptakan superkonduktivitas. Sistem kerja pada senyawa tersebut
adalah menstimulasi dengan menginjeksi ordo magnetik bila memasuki dalam struktur
kristal,dari penjelasan diatas dapat diketahui pula bahwa hal tersebut juga menjadi tanda kalau
suatu bahan dapat dipakai sebagai superkonduktor suhu tinggi. Dengan proses analisa
superkonduktor suhu tinggi yang telah tercipta , maka dapat diketahui simetri ordo magnetik
berhubungan secara intens dengan simetri sinyal superkonduktivitas.

Massa efektif adalah massa yang mempengaruhi gerak pegas dengan nilai sangat
kecil. Nilai massa efektif pada percobaan ini ditentukan melalui perhitungan
kalkulator yang telah dijabarkan pada bagian perhitungan. Massa efektif
dipengaruhi oleh tetapan pegas dan nilai a kalkulator. Semakin besar nilai dari
tetapan pegas (k) dan nilai a kalkulator, maka semakin besar pula nilai massa
efektif tersebut. Dalam teorinya massa efektif akan selalu lebih kecil dari massa
sebenarnya. Perhitungan massa efektif melalui persamaan m pegas = a.K 4 2
dalam percobaan ini didapatkan hasil yang sesuai dengan teorinya yaitu massa
efektif perhitungan lebih kecil dari massa sebenarnya dengan nilai massa efektif
perhitungan 0,148 kg dan nilai massa sebenarnya 5,63 x 10-3 kg. Pertambahan
massa beban yang diberikan mempengaruhi pertambahan panjang (X) pegas. Hal
ini disebabkan gaya yang diberikan terhadap pegas semakin besar juga.
Pengurangan beban akan menyebabkan timbulnya gaya pemulih. Gaya pemulih
adalah gaya yang bekerja pada gerak harmonik yang selalu mengarah pada titik
keseimbangan dan besarnya sebanding dengan simpangannya. Gravitasi bekerja
pada benda bermassa yang dikaitkan pada ujung pegas. Pegas akan meregang atau
mengerut jika diberi gaya luar baik berupa sebuah tarikan maupun sebuah
dorongan. Akibatnya, walaupun tidak ditarik ke bawah pegas dengan sendirinya
akan meregang sejauh X . Pada keadaan ini benda yang digantungkan pada pegas
berada pada posisi seimbang. Total kedua gaya ini tidak sama dengan nol karena
terdapat pertambahan jarak sejauh x, sehingga gaya pegas bernilai lebih besar dari
gaya berat. Karena terdapat gaya pegas (gaya pemulih) yang berarah ke atas maka
benda akan bergerak ke atas menuju titik keseimbangan. Nilai percepatan gravitasi
(g) pada percobaan ini diperoleh melalui persamaan g = kb , dengan k adalah
konstanta pegas yang nilainya didapatkan dari perhitungan sebelumnya dan b
merupakan hasil perhitungan menggunakan regresi linear pada kalkulator. Maka
didapatkan nilai percepatan gravitasi sebesar 11,434976 ms-2 , nilai tersebut cukup
mendekati nilai percepatan gravitasi yang terdapat dalam literatur sebesar 9,78 ms2 . Jika kita bandingkan, maka percepatan gravitasi hasil perhitungan lebih besar
daripada percapatan gravitasi pada literatur. Terjadinya hal tersebut dapat

disebabkan oleh kesalahan terhadap alat yang digunakan dalam praktikum


terutama pada pegas. Pegas yang digunakan mungkin sifat keelastisitasannya
sudah berkurang, sehingga ketika suatu gaya yang diberikan dihilangkan,
kemampuan untuk kembali ke keadaan semula sudah berkurang. Dalam proses
pengamatan, terjadi kesalahan dalam melihat skala yang dihasilkan. ...

Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara
insulator (isolator) dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai bahan setengah
penghantar listrik. Suatu semikonduktor bersifat sebagai insulator jika tidak diberi arus listrik
dengan cara dan besaran arus tertentu, namun pada temperatur, arus tertentu, tatacara tertentu dan
persyaratan kerja semikonduktor berfungsi sebagai konduktor, misal sebagai penguat arus,
penguat tegangan dan penguat daya. Untuk menggunakan suatu semikonduktor supaya bisa
berfungsi harus tahu spefikasi dan karakter semikonduktor itu, jika tidak memenuhi syarat
operasinya maka akan tidak berfungsi dan rusak. Bahan semikonduktor yang sering digunakan
adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide.
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktansinya yang dapat
diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut pendonor elektron).
Untuk informasi bagaimana semikonduktor digunakan sebagai alat elektronik, lihat alat
semikonduktor.

Superkonduktor belakangan ini menjadi topik pembicaraan dan penelitian yang paling populer.
Superkonduktor menjanjikan banyak hal bagi kita, misalnya transmisi listrik yang efisien (tak
ada lagi kehilangan energi selama transmisi). Memang saat ini penggunaam superkonduktor
belum praktis, dikarenakan masalah perlunya pendinginan (suhu kritis superkonduktor masih
jauh di bawah suhu kamar). Tulisan singkat berikut mengajak Anda mengenal lebih jauh
superkonduktor.
Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan dibawah suatu nilai suhu
tertentu. Suatu superkonduktor dapat saja berupa suatu konduktor, semikonduktor ataupun suatu
insulator pada keadaan ruang. Suhu dimana terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi
superkonduktor disebut dengan temperatur kritis (Tc).
Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh
Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli 1908, Onnes berhasil
mencairkan helium dengan cara mendinginkan hingga 4 K atau ? 269oC. Kemudian pada tahun
1911, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada suhu yang sangat dingin. Pada
waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun ketika didinginkan dibawah
suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat mengetahui berapa batas bawah hambatan yang
dicapai ketika temperatur logam mendekati 0 K atau nol mutlak. Beberapa ahli ilmuwan pada
waktu itu seperti William Kelvin memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam
konduktor akan berhenti ketika suhu mencapai nol mutlak. Dilain pihak, ilmuwan yang lain
termasuk Onnes memperkirakan bahwa hambatan akan menghilang pada keadaan tersebut.
Untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada kawat
merkuri yang sangat murni dan kemudian mengukur hambatannya sambil menurunkan suhunya.
Pada suhu 4,2 K, Onnes terkejut ketika mendapatkan bahwa hambatannya tiba-tiba menjadi
hilang. Arus mengalir melalui kawat merkuri terus menerus. Kurva hasil pengamatan Onnes
digambarkan pada gambar 1.

Dengan tidak adanya hambatan, maka arus dapat mengalir tanpa kehilangan energi. Percobaan
Onnes dengan mengalirkan arus pada suatu kumparan superkonduktor dalam suatu rangkaian
tertutup dan kemudian mencabut sumber arusnya lalu mengukur arusnya satu tahun kemudian
ternyata arus masih tetap mengalir. Fenomena ini kemudian oleh Onnes diberi nama
superkondutivitas. Atas penemuannya itu, Onnes dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1913.
Penemuan lainnya yang berkaitan dengan superkonduktor terjadi pada tahun 1933. Walter
Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu superkonduktor akan menolak medan
magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu
arus induksi akan mengalir dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan
dalam generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan
dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat menembus material superkonduktor
tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah
diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal dengan efek Meissner. Efek Meissner ini
sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh
superkonduktor, gambar 2. Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar. Apabila medan
magnetnya terlalu besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan sifat
superkonduktivitasnya.
Dengan berlalunya waktu, ditemukan juga superkonduktor-superkonduktor lainnya. Selain
merkuri, ternyata beberapa unsur-unsur lainnya juga menunjukkan sifat superkonduktor dengan
harga Tc yang berbeda. Sebagai contoh, karbon juga bersifat superkonduktor dengan Tc 15 K. Hal
yang ironis adalah logam emas, tembaga dan perak yang merupakan logam konduktor terbaik
bukanlah suatu superkonduktor.
Pada tahun 1986 terjadi sebuah terobosan baru di bidang superkonduktivitas. Alex Mller and
Georg Bednorz, peneliti di Laboratorium Riset IBM di Rschlikon, Switzerland berhasil
membuat suatu keramik yang terdiri dari unsur Lanthanum, Barium, Tembaga, dan Oksigen yang
bersifat superkonduktor pada suhu tertinggi pada waktu itu, 30 K. Penemuan ini menjadi
spektakuler karena keramik selama ini dikenal sebagai isolator. Keramik tidak menghantarkan
listrik sama sekali pada suhu ruang. Hal ini menyebabkan para peneliti pada waktu itu tidak

memperhitungkan bahwa keramik dapat menjadi superkonduktor. Penemuan ini membuat


keduanya diberi penghargaan hadiah Nobel setahun kemudian.
Penemuan demi penemuan dibidang superkonduktor kini masih saja dilakukan oleh para peneliti
di dunia. Penemuan lainnya yang juga fenomenal adalah berhasil disintesanya suatu bahan
organik yang bersifat superkonduktor, yaitu (TMTSF)2PF6. Titik kritis senyawa organik ini
masih sangat rendah yaitu 1,2 K.
Pada bulan Februari 1987, ditemukan suatu keramik yang bersifat superkonduktor pada suhu 90
K. Penemuan ini menjadi penting karena dengan demikian dapat digunakan nitrogen cair sebagai
pendinginnya. Karena suhunya cukup tinggi dibandingkan dengan material superkonduktor yang
lain, maka material-material tersebut diberi nama superkonduktor suhu tinggi.Suhu tertinggi
suatu bahan menjadi superkonduktor hingga saat ini adalah 138 K, yaitu untuk suatu bahan yang
memiliki rumus Hg0.8Tl0.2Ba2Ca2Cu3O8.33.
Superkonduktor kini telah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Hambatan tidak disukai
karena dengan adanya hambatan maka arus akan terbuang menjadi panas. Apabila hambatan
menjadi nol, maka tidak ada energi yang hilang pada saat arus mengalir. Penggunaan
superkonduktor dibidang transportasi memanfaatkan efek Meissner, yaitu pengangkatan magnet
oleh superkonduktor. Hal ini diterapkan pada kereta api supercepat di Jepang yang diberi nama
The Yamanashi MLX01 MagLev train, gambar 3. Kereta api ini melayang diatas magnet
superkonduktor. Dengan melayang, maka gesekan antara roda dengan rel dapat dihilangkan dan
akibatnya kereta dapat berjalan dengan sangat cepat, 343 mph atau sekitar 550 km/jam.
Penggunaan superkonduktor yang sangat luas tentu saja dibidang listrik. Generator yang dibuat
dari superkonduktor memiliki efisiensi sebesar 99 an ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan
dengan generator yang menggunakan kawat tembaga. Suatu perusahaan amerika, American
Superconductor Corp. diminta untuk memasang suatu sistem penstabil listrik yang diberi nama
Distributed Superconducting Magnetic Energy Storage System (D-SMES). Satu unit D-SMES
dapat menyimpan energi listrik sebesar 3 juta Watt yang dapat digunakan untuk menstabilkan
listrik apabila terjadi gangguan listrik. Untuk transmisi listrik, pemerintah Amerika Serikat dan
Jepang berencana untuk menggunakan kabel superkonduktor dengan pendingin nitrogen untuk

menggantikan kabel listrik bawah tanah yang terbuat dari tembaga. Dengan menggunakan kabel
superkonduktor, arus yang dapat ditransmisikan akan jauh meningkat. 250 pon kabel
superkonduktor dapat menggantikan 18.000 pon kabel tembaga mengakibat efisiensi sebesar
7000 ari segi tempat.
Dibidang komputer, superkonduktor digunakan untuk membuat suatu superkomputer dengan
kemampuan berhitung yang fantastis. Di bidang militer, HTS-SQUID digunakan untuk
mendeteksi kapal selam dan ranjau laut. Superkonduktor juga digunakan untuk membuat suatu
motor listrik dengan tenaga 5000 tenaga kuda.
Berdasarkan perkiraan yang kasar, perdagangan superkonduktor di dunia diproyeksikan untuk
berkembang senilai $90 trilyun pada tahun 2010 dan $200 trilyun pada tahun 2020. Perkiraan ini
tentu saja didasarkan pada asumsi pertumbuhan yang linear. Apabila superkonduktor baru
dengan suhu kritis yang lebih tinggi telah ditemukan, pertumbuhan dibidang superkonduktor
akan terjadi secara luar biasa.

Macam-macam semikonduktor
1. 1.

Semikonduktor Intrinsik

Semikonduktor Intrinsik merupakan semikonduktor murni dan tidak cacat yang


belum mengalami pengotoran, contohnya adalah silikon dan germanium murni. Pada suhu
yang cukup tinggi, elektron pada pita valensi dapat pindah pada pita konduksi sehingga
pada pita valensi terdapat tempat kosong. Tempat tempat kosong. Tempat tempat yang
ditinggal elektron dapat dipandang sebagai muatan positif yang disbut dengan hole.
Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan suatu semikonduktor intrinsik

Germanium (Ge) dan silikon dan ( Si) merupakan dua buah semikonduktor
intrinsik yang pasling sering digunakan. Kedua semikonduktor ini mempunyai jumlah
elektron pada kulit terluar sebanyak 4 ( empat ) buah dan struktur kristalnya berbentuk
tetrahedral.

Berikut ini merupakan perbandingan bahan semikonduktor silicon dan germanium :

No

Properti

Silicon

germanium

1,1

0,67

0,135

0,39

Energi terlarang/gap (eV)


1
Mobilitas electron
2
Mobilitas lubang
3

0,048
Konsentrasi intrinsic

1,5 x 1010

2,4 x 1019

2300

0,47

Resitivitas intrinsic
5

1. 2.

Semikonduktor Entrinsik

Semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang memperoleh pengotoran atau

penyuntikan (doping) oleh atom asing. Pada semikonduktor jenis ini akan menghasilkan
dua jenis semikonduktor, yaitu :
1. Semikonduktor ekstrinsik yang bertipe n dan bertipe p.
Pada semikonduktor yang bertipe n, biasanya pengotorannya dilakukan oleh atom
atom pentavalen seperti Fosfor (P), Arsenikum (As), dan Antimon (Sb).
2. Sedangkan pada semikonduktor bertipe p, biasa pengotornya dilakukan oleh atom
atom trivalent seperti Indium (In), Boron (Br) dan Galium (Ga).
Silikon (Si) dan Germanium (Ge) merupakan atom dari golongan IVA dalam
sistem periodik unsur sedangkan Indium (In) meupakan atom dari golongan III A. Karena
Ge dan Si berasal dari golongan IV A, maka elektron valensinya berjumlah 4 (empat) buah,
dan In mempunyai elektron valensi sebanyak 3 (tiga) buah. Elektron valensi tersebut akan
berikatan satu dengan yang lain melalui ikatan kovalen.

Gambar 1.3. Struktur ikatan Ikatan Gemanium (Ge) dan Silikon (Si)
dengan Indium (In).

Ikatan Indium (In) berikatan dengan Silikon (Si) maupun Germanium (Ge),
Germanium dan silikon digunakan sebagai semikonduktor intrinsik yang akan dikotori,
sedangkan Germaniumdigunakan sebagai pengotor (doping). Pada ikatan ini akan
terbentuk tiga ikatan kovalen lengkap, dan tersisa sebuah muatan positif dari atom silikon
yang tidak berpasangan. Muatan positif ini disebut dengan lubang (hole) . Hole ini akan
cenderung untuk menarik sebuah elektron lain untuk menjadi atom yang stabil. Lubang
(Hole) baru tersebut akan diisi oleh elektron tetangga sebelahnya, yang juga meninggalkan
lubang baru ditempatnya semula, yang kemudian diisi oleh elektron tetangga sebelahnya
juga. Hal ini akan berlangsung sampai seterusnya. Material yang dihasilkan dari proses
pengotoran ini disebut semikonduktor tipe-p karena menghasilkan pembawa muatan
negatif pada kristal yang netral. Karena atom pengotor menerima elektron, maka atom
pengotor ini disebut sebagai atom aseptor (acceptor).
Pada pengotoran Germanium ( Ge) dan Silikon ( Si ) dengan menggunakan Indium
( In ) akan menghasilkan semikonduktor bertipe-p dan menimbulkan lubang (hole) dan
elektron. Dalam hal ini, hole berfungsi sebagai pembawa muatan mayoritas dan elektron
berfungsi sebagai pembawa muatan minoritas.

Komponen-komponen Semikonduktor
1.

LDR

Resistor peka cahaya (Light Dependent Resistor/LDR) memanfaatkan bahan semikonduktor


yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang diterima. Bahan yang
digunakan adalah Kadmium Sulfida (CdS) dan Kadmium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini
paling sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak, dengan puncaknya sekitar 0,6 m untuk
CdS dan 0,75 m untuk CdSe. Sebuah LDR CdS yang typikal memiliki resistansi sekitar 1 M
dalam kondisi gelap gulita dan kurang dari 1 K ketika ditempatkan dibawah sumber cahaya
terang (Mike Tooley, 2003).
LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya
tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan
Respon Spektral:
1. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu kedalam
suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan
segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya
akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery
merupakan suatu ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga
ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya lebih besar dari 200 K /detik (selama

20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada
arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang
dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
2. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang
jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu
tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan
penghantar yang paling banyak digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik (TEDC,
1998).

2.

Termistor

Termistor atau tahanan termal adalah alat semikonduktor yang


berkelakuan sebagai tahanan dengan koefisien tahan temperatur yang tinggi, yang biasanya
negatif. Dalam beberapa hal, tahanan sebuah termistor pada temperatur ruang bisa berkurang
sebanyak 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap
perubahan temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan
kompensasi temperatur secara presisi. Dengan demikian termistor digunakan secara luas pada
pemakaian tersebut, terutama dalam rangkuman temperatur rendah dari -100oC sampai 300oC.
Tiga karakter penting dari termistor membuatnya sangat bermaanfaat terhadap pengukuran dan
pengontrolan yaitu: (a) karakteristik temperatur tahanan, (b) karakteristik tegangan arus, dan (c)
karakteristik arus waktu. Karakteristik pemanasan sendiri (self-heat), memberikan suatu bidang
pemakaian yang sama sekali baru bagi termistor. Dalam keadaan yang memanasi sendiri,
termistor adalah sensitive terhadap apa saja yang mengubah laju dari panas yang dihantarkan

keluar darinya. Dengan begitu, termistor dapat digunakan untuk mengukur aliran, tekanan, tinggi
permukaan cairan, komposisi gas dan lain-lain. akan tetapi jika laju panas adalah tetap, termistor
sensitif terhadap masukan daya dan dapat digunakan untuk mengontrol level tegangan atau level
daya. Perubahan tahan termistor yang relatif besar setiap perubahan temperatur dalam derajat
(disebut sensitivitas) menjadikannya sebuah pilihan yang jelas sebagai transducer temperatur.

3.

Solar Cell

Sel surya atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari sebuah
wilayah-besar dioda p-n junction, di mana, dalam hadirnya cahaya matahari mampu menciptakan
energi listrik yang berguna. Pengubahan ini disebut efek photovoltaic. Bidang riset berhubungan
dengan sel surya dikenal sebagai photovoltaics.

Sel surya memiliki banyak aplikasi. Mereka terutama cocok untuk digunakan bila tenaga listrik
dari grid tidak tersedia, seperti di wilayah terpencil, satelit pengorbit bumi, kalkulator genggam,
pompa air, dll. Sel surya (dalam bentuk modul atau panel surya) dapat dipasang di atap gedung
di mana mereka berhubungan dengan inverter ke grid listrik dalam sebuah pengaturan net
metering.

SEMIKONDUKTOR INSTRINSIK (MURNI)


Semikonduktor instrinsik adalah sebuah unsur semikonduktor kristal
tunggal tanpa atom jenis lain didalamnya. Pada sebuah semikonduktor
instrinsik, kepadatan elektron dan hole adalah sama (seimbang), karena satusatunya sumber partikel ini adalah elektron dan hole yang terbentuk secara
thermal. Untuk itu, kita menggunakan notasi ni untuk menyatakan konsentrasi

pembawa intrinsik, yakni konsentrasi dari elektron bebas ataupun hole. Rumus
untuk nilai ni ini adalah sebagai berikut :

Dimana :
B adalah koefisien yang spesifik terhadap unsur semikonduktornya
Eg adalah energi bandgap (eV)
T adalah suhu atau temperatur (K)
k adalah konstanta Boltzman (86 X 10-6 eV/K)
e notasi eksponensial
Nilai B dan E unsur dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

Konsentrasi instrinsik ni adalah parameter penting yang sering muncul dalam


persamaan-persamaan arus-tegangan pada komponen semikonduktor.

*elektron-Volt (eV) adalah satuan energi dimana sebuah elektron dipercepat


melalui medan listrik sebesar 1 V, dan 1 eV setara 1.6e-19 Joule

SEMIKONDUKTOR EKSTRINSIK (TAK MURNI)

SEMIKONDUKTOR TIPE-n

Semikonduktor tipe-n dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah


kecil atom pengotor pentavalen (antimony, phosphorus atau arsenic) pada
silikon murni. Atom-atom pengotor (dopan) ini mempunyai lima elektron
valensi sehingga secara efektif memilikimuatan sebesar +5q. Saat sebuah
atom pentavalen menempati posisi atom silicon dalam kisi kristal, hanya empat
elektron valensi yang dapat membentuk ikatan kovalen lengkap, dan tersisa
sebuah elektron yang tidak berpasangan (lihat Gambar diatas). Dengan
adanya energi thermal yang kecil saja, sisa elektron ini akan menjadi electron
bebas dan siap menjadi pembawa muatan dalam proses hantaran listrik.
Material yang dihasilkan dari proses pengotoran ini disebut semikonduktor
tipe-n karena menghasilkan pembawa muatan negatif dari kristal yang netral.
Karena atom pengotor memberikan elektron, maka atom pengotor ini disebut
sebagai atom donor. Secara skematik semikonduktor tipe- n digambarkan
seperti terlihat pada Gambar diatas.

SEMIKONDUKTOR TIPE-p

Dengan

cara

yang

sama

seperti

pada

semikonduktor

tipe -n,

semikonduktor tipe-p dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecif atom

pengotor trivalen (aluminium, boron, galium atau indium) pada semikonduktor


murni, misalnya silikon murni. Atom-atom pengotor (dopan) ini mempunyai tiga
elektron valensi sehingga secara efektif hanya dapat membentuk tiga ikatan
kovalen. Saat sebuah atom trivalen menempati posisi atom silikon dalam kisi
kristal, terbentuk tigaikatan kovalen lengkap, dan tersisa sebuah muatan
positif dari atom silikon yang tidak berpasangan (lihat Gambar dibawah) yang
disebut lubang (hole). Material yang dihasilkan dari proses pengotoran ini
disebut semikonduktor tipe-p karena menghasilkan pembawa muatan negatif
pada kristal yang netral. Karena atom pengotor menerima elektron, maka
atom pengotor ini disebut sebagai atom aseptor (acceptor). Secara skematik
semikonduktor tipe-p digambarkan seperti terlihat pada Gambar dibawah ini.

KEGUNAAN SEMIKONDUKTOR

Bila dibanding dengan logam daya hantar listrik semikondutor lebih


kecil. Aliran yang kecil menyebabkan aliran listrik pada semikonduktor mudah
dikontrol.
Dasar penggunaan semikonduktor adalah terbentuknya sambungan p-n
(p-n juncktion) apabila semikonduktor tipe-p dan tipe-n digabungkan.
Sambungan ini yang merupakan dasar terjadinya terjadinya revolusi industri
akibat ditemukan transisistor oleh wiliam Shocklye, John Barden dan Walter
Brattain di laboratorium Bell pada tahun 1948. Selain itu semikonduktor
digunakan untuk membuat sel surya (solar cell) dan penyearah.
Sel Surya (Solar Cell)
Solar cell terdiri dari dua semikonduktor yaitu:
1. Semikonduktor tipe-p. yang dibuat dari semikonduktor silikon yang dikotori
dengan boron.
2. Semikonduktor tipe-n, yang diperoleh dari semikonduktor silikon yang
dikotori dengan arsen.
Dua semikonduktor tersebut disambung seperti pada gambar berikut:

Sebelum kedua semikonduktor tersebut disambung, jumlah hole pada pita


valensi semikonduktor tipe-p lebih banyak dibanding jumlah hole pada pita
valensi semikonduktor tipe-n, sebaliknya jumlah elektron pada pita konduksi
semikonduktor tipe-n lebih banyak dibanding jumlah elektron pada pita
konduksi semikonduktor tipe-p. setelah keduanya disambungkan maka:

Pada pita valensi akan terjadi aliran hole dari semikonduktor tipe-p ke
semikonduktor tipe-n dan sebaliknya, serta aliran elektron dari
semikonduktor tipe-n ke semikonduktor tipe-p dan sebaliknya sampai
terjadi kesetimbangan.

Pada pita konduksi akan terjadi aliran elektron dari semikonduktor


tipe-n ke semikonduktor tipe-p dan sebaliknya sampai terjadi
kesetimbangan.

Pada keadaan setimbang jumlah hole yang bergerak dari pita valensi
semikonduktor tipe-p ke semikonduktor tipe-n sama dengan jumlah hole yang
bergerak ke arah yang berlawanan. Demikian juga halnya dengan jumlah
elektron yang mengalir dari semikonduktor tipe-n ke semikonduktor tipe-p
dan sebaliknya. Akibatnya dua proses tersebut maka pada semikonduktor
tipe-n akan berkembang muatan positif dan pada semikonduktor tipe-p akan
berkembang muatan negatif. Dengan kata lain antara kedua bagian tersebut
timbul potensial listrik.
Pada sel surya semikonduktor tipe-p dibuat lebih tipis dibanding
semikonduktor tipe-n. Pada pengoperasian sel suria, bagian yang dikenakan
sianr matahari adalah semikonduktor tipe-p.
Pada waktu sel surya terkena sinar matahari maka elektron-elektron pada
semikonduktor tipe-p mendapatkan tambahan energi termal. Elektronelektron tersebut dapat melewati sambungan p-n (p-n junction) dan memasuki
semikonduktor tipe-n. Apabila daya gerak elektron-elektron tersebut cukup
besar

maka

mereka

akan

melewati

kawat

penghantar

(menuju

ke

semikonduktor tipe-p kembali) sehingga arus listrik yang energinya daapat


langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam baterai. Jadi fungsi dari sel suria
adalah merubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik.
Silikon yang digunakan pada sel surya selain sebagai kristal tunggal (single
crystal), silikon dapat diperoleh dalam bentuk amorf. Silikon amor dapat
diperoleh melalui deposisi uap silikon. Kemampuan silikon amorf dalam
menyerap sinar matahri 40 kali lebih efisien dibanding kristal silikon. Oleh

karena itu sel suria banyak digunakan semikonduktor dengan bahan dasar
silikon amorf.
Sel surya dengan bahan dasar amorf adalah lebih tahan lama dibanding sel
suria dengan bahan dasar kristal tunggal. Disamping itu, silion amorf dapat
dibuat pada temperatur rendah dan dapat di depositkan pada substrat yang
harganya relatif murah. Sel suria dengan bahan dasar amor banyak digunakan
sebagai sumber energi pada kalkulator.
Harga silikon amor cenderung semakin murah. Oleh karena itu pemakian
semikonduktor dengan bahan dasar silikon amor pada peralatan elektronik
yang lain cenderung semakin meluas di massa yang akan datang.
Penyearah (rectifer) atau Dioda
Penyearah hanya membolehkan arus listrik dari sumber luar mengalir
melaluinya pada satu arah. Sehingga dapat digunakan untuk mengubah arus
bolak balik (alternating current = AC) menjadi arus searah (direc current =
DC).
Penyearah terdiri dari semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n
yang dihubungkan oleh sambungan p-n (p-n jucktion) seperti pada gambar:

Semikonduktor tipe-p yang disambungkan dengan semikonduktor tipe-n


tersebut membentuk suatu diode. Semikonduktor tipe-p dapat dianggap
kelebihan hole sedangkan semikonduktor tipe-n dapat dianggap kelebihan
elektron. Simbol umum dioda adalah seperti yang tertera pada gambar:

Apabila pada semikonduktor tipe-p diberi potensial positif (kutub


positif dari sumber) sedangkan pada semikonduktor tipe-n diberi potensial
negatif, maka hole pada semikonduktor tipe-p akan bergerak menuju
sambungan p-n dan elektron-elektron pada semikonduktor tipe-n akan
bergerak menuju sambungan p-n seperti yang ditunjukan pada gambar:

Pada sambungan p-n hole dan elektron akan saling memusnahkan (saling
meniadakan/ saling menetralkan). Aliran hole dan elektron ini akan terus
berlangsung

selama

potensial

tetap

dihubungkan.

Aliran

inilah

yang

menyebabkan arus listrik dapat mengalir atau menyebabkan terbentuknya


arus listrik.
Apabila semikonduktor tipe-p dihubungkan dengan potensial negatif
sedangkan pada semikonduktor tipe-n diberi potensial positif, maka hole pada

semikonduktor tipe-p akan bergerak menjauhi sambungan p-n dan elektron


pada pada semikonduktor tipe-n akan bergerak menjauhi sambungan p-n
seperti yang ditunjukan pada gambar birikut. Karena tidak hole dan elektron
elektron yang saling meniadakan maka tidak ada arus listrik yang menalir atau
tidak terjadi arus listrik:

Berikut adalah beberapa jenis dioda


1. Dioda biasa. Di buat dari silikon yang telah diberi pengotor dan dan
germanium. Prinsip kerjanya seperti pada penjelasan di atas.
2. Dioda cahaya. Dioda cahaya merupakan dioda yang pada sambungan p-n (p-n
jucktion) dapat memancarkan cahaya. Misalnya LED.
3. Dioda foto. Dioda foto merupakan jenis dioda yang berfunsi mendeteksi
cahaya kemudian mengubahnya menjadi energi listrik. Jenis cahaya yang
dapat di deteksi yakni infra merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai sinar-x.
4. Dioda laser. Dioda laser disingkat juga LD atau ILD. Sambungan p-n dioda
laser menyerupai sambungan p-n pada dioda cahaya.
5. Dioda zener. Dioda zener prinsip kerjanya seperti dioda biasa tetapi arus
listrik dapat mengalir ke arah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan
melampaui batas atau mencapai tegangan rusak semikonduktor.

LED
LED (Light Emitting Diode atau Light Emitting Device) merupakan salah
satu diode semikonduktor yang dirancang untuk menghasilkan sejumlah besar
cahaya monokromatis yang tidak koheren dengan rentang panjang gelombang
yang sempit ketika diberi tegangan maju. LED dan bagian-bagiannya disajikan
pada Gambar:

Arus maju yaitu arus dimana potensial positif (kutub positif (anoda)
sumber arus) disambungkan pada bagian positif dari LED dan potensial
negatif (kutub negatif sumber arus) dishubungkan pada bagian negatif
(katoda) dari LED (lihat gambar 1). Sedangkan cahaya monokromatis tidak
koheren yaitu cahaya dengan rentang panjang gelombang artinya walaupun
sebagai cahaya monokromatis tetapi masih memiliki rentang panjang
gelombang (lihat tabel). Untuk membedakan anoda dan katoda dapat dilihat
dari kaki atau tangkai LED, yang bertangkai panjang merupakan anoda (kutub
negatif) sedangkan yang lebih pendek merupakan katoda (kutup positif).
Pada awal penemuan LED hanya terdiri dari warna merah, kuning dan
hijau. Sekarang LED yang tersedia berfariasi mulai dari yang bekerja pada
rentang panjang gelombang sinar tampak, ultraviolet hingga inframerah. LED

yang

berfariasi

semikonduktor

ini
pada

dapat
chip

diperoleh
LED

atau

dengan
dengan

cara

mengganti

bahan

menggabungkan

bahan

semikonduktor dari warna merah, kuning dan hijau yang telah diperoleh
sebelumnya. Karena warna yang dihasilkan sangat banyak, aplikasi LED kini
sangat beragam misalnya menambah keindahan desain interion dan eksterion.
Bahkan kini LED dengan cahaya merah dan LED dengan cahaya biru
dimanfaatkan untuk membantu melangsungkan proses fotosintesis pada
tanaman-tanaman yang ada dalam sebuah ruangan.
Bila dibanding lampu pijar LED memiliki keunggulan bila dibanding lampu
pijar diantaranya:

Dengan arus yang rendah cahaya yang dihasilkan lebih banyak dibanding
dibanding lampu pijar.

Tidak mudah rusak sebab dirancang dalam bentuk padat, sedangkan


lampu neon atau lampu pijar rapuh dan mudah rusak.

Waktu pemakaian lebih lama karena tidak ada filamen yang terbakar.
Dimana penambahan gas seperti CO 2 atau pengaturan tekanan tidak
diperlukan.

Cahaya yang dihasilkan lebih terfokus ke satu arah sehingga dalam halhal tertentu hal ini sangat menguntungkan.

LED selain sebagai sistem pencayaan dimanfaatkan pula sebagai sensor


dan digunakan pula pada peralatan elektronik seperti remote control.

Chip LED yang dibungkus menggunakan bohlam plastik pada umumnya


mempunyai tegangan rusak yang relatif rendah. Bila diberikan tegangan
beberapa volt ke arah terbalik akan menyebabkan sifat isolator searah LED
jebol sehingga arus dapat mengalir ke arah sebaliknya.

Warna berbagai LED dengan panjang gelombang masing-masing LED serta


penyusunnya seperti yang tertera pada tabel di halaman selanjutnya:
Warna Panjang Gelombang
IR

Bahan Semikonduktor

(nm)

Penyusun

> 760

Gallium arsenida (GaAs)


Aluminium gallium arsenida
(AlGaAs)

Merah 610 < < 760

Aluminium gallium
arsenida(AlGaAs)
Gallium arsenida fosfida
(GaAsP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Gallium(III) fosfida (GaP)

Jingga 590 < < 610

Gallium arsenida fosfida

(GaAsP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Gallium(III) fosfida (GaP)
Kuning 570 < < 590

Gallium arsenida fosfida


(GaAsP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Gallium(III) fosfida (GaP)

Hijau

500 < < 570

Indium gallium nitrida


(InGaN) / gallium(III)nitrida
Gallium(III) fosfida (GaP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Aluminium gallium fosfida
(AlGaP)

Biru

450 < < 500

Seng selenida (ZnSe)


Indium gallium nitrida (InGaN)
Silikon karbida (SiC) sebagai
substrat
Silikon (Si) sebagai substrat
dalam pengembangan

Violet

400 < < 450

Indium gallium nitrida (InGaN)

Ungu

Berbagai jenis

LED dua warna (biru dan


merah, biru dengan fosfor
merah, atau putih dengan
plastik ungu)

UV

< 400

berlian (235 nm)


Boron nitride (215 nm)

[ 34 ] [ 35 ]

Boron nitrida (215 nm)


Aluminium nitride (AlN)
(210 nm)

[ 36 ]

Aluminium nitrida

(AlN) (210 nm)


Aluminium gallium nitride
(AlGaN) Aluminium galium
nitrida (AlGaN)
Aluminium gallium indium
nitride (AlGaInN) (down to
210 nm)

[ 37 ]

Indium gallium

aluminium nitrida (AlGaInN)


(hingga 210 nm)
Putih

Spektrum luas

Dioda UV/biru dengan fosfor


kuning

Fotosel CdS
Fotosel CdS biasa disebut juga fotoresistor, fotokonduktif atau LDR (ligh

dependent resistor) merupakan salah satu detektor cahaya yang sangat peka

terhadap perubahan intensitas cahaya yang mengenai permukaannya. Fotosel


CdS terbuat dari bahan semikonduktor cadmium sulfida yang ditempelkan di
atas keramik dengan diameter dari 5-25 mm. Bagian--bagian fotosel detektor
seperti yang tertera pada Gambar:

Prinsip kerja fotosel CdS sebagai detektor adalah perubahan nilai


resistansi atau hambatan fotosel berbanding terbalik dengan intensitas
cahaya yang mengenai permukaannya. Jika dihubungkan dengan multimeter
atau avometer CdS menjadi konduktor yang buruk atau CdS memiliki
resistansi besar pada saat cahaya gelap atau redup, dan sebaliknya CdS
menjadi konduktor yang baik atau CdS memiliki resistansi kecil pada saat
cahaya terang.

Daftar Pustaka
http://cnej.wordpress.com/2008/11/22/dasar-teori-semikonduktor-1/
http://budditechnonika.blogspot.com/2010/01/teori-semikonduktor.html

http://wanibesak.wordpress.com/2010/10/04/kegunaan-semikonduktor.html

SEMIKONDUKTOR INSTRINSIK (MURNI)


Semikonduktor instrinsik adalah sebuah unsur semikonduktor kristal
tunggal tanpa atom jenis lain didalamnya. Pada sebuah semikonduktor
instrinsik, kepadatan elektron dan hole adalah sama (seimbang), karena satusatunya sumber partikel ini adalah elektron dan hole yang terbentuk secara
thermal. Untuk itu, kita menggunakan notasi ni untuk menyatakan konsentrasi
pembawa intrinsik, yakni konsentrasi dari elektron bebas ataupun hole. Rumus
untuk nilai ni ini adalah sebagai berikut :

Dimana :
B adalah koefisien yang spesifik terhadap unsur semikonduktornya
Eg adalah energi bandgap (eV)
T adalah suhu atau temperatur (K)
k adalah konstanta Boltzman (86 X 10-6 eV/K)

e notasi eksponensial
Nilai B dan E unsur dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

Konsentrasi instrinsik ni adalah parameter penting yang sering muncul dalam


persamaan-persamaan arus-tegangan pada komponen semikonduktor.

*elektron-Volt (eV) adalah satuan energi dimana sebuah elektron dipercepat


melalui medan listrik sebesar 1 V, dan 1 eV setara 1.6e-19 Joule

SEMIKONDUKTOR EKSTRINSIK (TAK MURNI)

SEMIKONDUKTOR TIPE-n

Semikonduktor tipe-n dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah


kecil atom pengotor pentavalen (antimony, phosphorus atau arsenic) pada
silikon murni. Atom-atom pengotor (dopan) ini mempunyai lima elektron
valensi sehingga secara efektif memilikimuatan sebesar +5q. Saat sebuah
atom pentavalen menempati posisi atom silicon dalam kisi kristal, hanya empat

elektron valensi yang dapat membentuk ikatan kovalen lengkap, dan tersisa
sebuah elektron yang tidak berpasangan (lihat Gambar diatas). Dengan
adanya energi thermal yang kecil saja, sisa elektron ini akan menjadi electron
bebas dan siap menjadi pembawa muatan dalam proses hantaran listrik.
Material yang dihasilkan dari proses pengotoran ini disebut semikonduktor
tipe-n karena menghasilkan pembawa muatan negatif dari kristal yang netral.
Karena atom pengotor memberikan elektron, maka atom pengotor ini disebut
sebagai atom donor. Secara skematik semikonduktor tipe- n digambarkan
seperti terlihat pada Gambar diatas.

SEMIKONDUKTOR TIPE-p

Dengan

cara

yang

sama

seperti

pada

semikonduktor

tipe -n,

semikonduktor tipe-p dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecif atom


pengotor trivalen (aluminium, boron, galium atau indium) pada semikonduktor
murni, misalnya silikon murni. Atom-atom pengotor (dopan) ini mempunyai tiga
elektron valensi sehingga secara efektif hanya dapat membentuk tiga ikatan
kovalen. Saat sebuah atom trivalen menempati posisi atom silikon dalam kisi
kristal, terbentuk tigaikatan kovalen lengkap, dan tersisa sebuah muatan
positif dari atom silikon yang tidak berpasangan (lihat Gambar dibawah) yang

disebut lubang (hole). Material yang dihasilkan dari proses pengotoran ini
disebut semikonduktor tipe-p karena menghasilkan pembawa muatan negatif
pada kristal yang netral. Karena atom pengotor menerima elektron, maka
atom pengotor ini disebut sebagai atom aseptor (acceptor). Secara skematik
semikonduktor tipe-p digambarkan seperti terlihat pada Gambar dibawah ini.

KEGUNAAN SEMIKONDUKTOR
Bila dibanding dengan logam daya hantar listrik semikondutor lebih
kecil. Aliran yang kecil menyebabkan aliran listrik pada semikonduktor mudah
dikontrol.
Dasar penggunaan semikonduktor adalah terbentuknya sambungan p-n
(p-n juncktion) apabila semikonduktor tipe-p dan tipe-n digabungkan.
Sambungan ini yang merupakan dasar terjadinya terjadinya revolusi industri

akibat ditemukan transisistor oleh wiliam Shocklye, John Barden dan Walter
Brattain di laboratorium Bell pada tahun 1948. Selain itu semikonduktor
digunakan untuk membuat sel surya (solar cell) dan penyearah.
Sel Surya (Solar Cell)
Solar cell terdiri dari dua semikonduktor yaitu:
1. Semikonduktor tipe-p. yang dibuat dari semikonduktor silikon yang dikotori
dengan boron.
2. Semikonduktor tipe-n, yang diperoleh dari semikonduktor silikon yang
dikotori dengan arsen.
Dua semikonduktor tersebut disambung seperti pada gambar berikut:

Sebelum kedua semikonduktor tersebut disambung, jumlah hole pada pita


valensi semikonduktor tipe-p lebih banyak dibanding jumlah hole pada pita
valensi semikonduktor tipe-n, sebaliknya jumlah elektron pada pita konduksi

semikonduktor tipe-n lebih banyak dibanding jumlah elektron pada pita


konduksi semikonduktor tipe-p. setelah keduanya disambungkan maka:

Pada pita valensi akan terjadi aliran hole dari semikonduktor tipe-p ke
semikonduktor tipe-n dan sebaliknya, serta aliran elektron dari
semikonduktor tipe-n ke semikonduktor tipe-p dan sebaliknya sampai
terjadi kesetimbangan.

Pada pita konduksi akan terjadi aliran elektron dari semikonduktor


tipe-n ke semikonduktor tipe-p dan sebaliknya sampai terjadi
kesetimbangan.

Pada keadaan setimbang jumlah hole yang bergerak dari pita valensi
semikonduktor tipe-p ke semikonduktor tipe-n sama dengan jumlah hole yang
bergerak ke arah yang berlawanan. Demikian juga halnya dengan jumlah
elektron yang mengalir dari semikonduktor tipe-n ke semikonduktor tipe-p
dan sebaliknya. Akibatnya dua proses tersebut maka pada semikonduktor
tipe-n akan berkembang muatan positif dan pada semikonduktor tipe-p akan
berkembang muatan negatif. Dengan kata lain antara kedua bagian tersebut
timbul potensial listrik.
Pada sel surya semikonduktor tipe-p dibuat lebih tipis dibanding
semikonduktor tipe-n. Pada pengoperasian sel suria, bagian yang dikenakan
sianr matahari adalah semikonduktor tipe-p.
Pada waktu sel surya terkena sinar matahari maka elektron-elektron pada
semikonduktor tipe-p mendapatkan tambahan energi termal. Elektron-

elektron tersebut dapat melewati sambungan p-n (p-n junction) dan memasuki
semikonduktor tipe-n. Apabila daya gerak elektron-elektron tersebut cukup
besar

maka

mereka

akan

melewati

kawat

penghantar

(menuju

ke

semikonduktor tipe-p kembali) sehingga arus listrik yang energinya daapat


langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam baterai. Jadi fungsi dari sel suria
adalah merubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik.
Silikon yang digunakan pada sel surya selain sebagai kristal tunggal (single
crystal), silikon dapat diperoleh dalam bentuk amorf. Silikon amor dapat
diperoleh melalui deposisi uap silikon. Kemampuan silikon amorf dalam
menyerap sinar matahri 40 kali lebih efisien dibanding kristal silikon. Oleh
karena itu sel suria banyak digunakan semikonduktor dengan bahan dasar
silikon amorf.
Sel surya dengan bahan dasar amorf adalah lebih tahan lama dibanding sel
suria dengan bahan dasar kristal tunggal. Disamping itu, silion amorf dapat
dibuat pada temperatur rendah dan dapat di depositkan pada substrat yang
harganya relatif murah. Sel suria dengan bahan dasar amor banyak digunakan
sebagai sumber energi pada kalkulator.
Harga silikon amor cenderung semakin murah. Oleh karena itu pemakian
semikonduktor dengan bahan dasar silikon amor pada peralatan elektronik
yang lain cenderung semakin meluas di massa yang akan datang.
Penyearah (rectifer) atau Dioda
Penyearah hanya membolehkan arus listrik dari sumber luar mengalir
melaluinya pada satu arah. Sehingga dapat digunakan untuk mengubah arus

bolak balik (alternating current = AC) menjadi arus searah (direc current =
DC).
Penyearah terdiri dari semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n
yang dihubungkan oleh sambungan p-n (p-n jucktion) seperti pada gambar:

Semikonduktor tipe-p yang disambungkan dengan semikonduktor tipe-n


tersebut membentuk suatu diode. Semikonduktor tipe-p dapat dianggap
kelebihan hole sedangkan semikonduktor tipe-n dapat dianggap kelebihan
elektron. Simbol umum dioda adalah seperti yang tertera pada gambar:

Apabila pada semikonduktor tipe-p diberi potensial positif (kutub


positif dari sumber) sedangkan pada semikonduktor tipe-n diberi potensial
negatif, maka hole pada semikonduktor tipe-p akan bergerak menuju
sambungan p-n dan elektron-elektron pada semikonduktor tipe-n akan
bergerak menuju sambungan p-n seperti yang ditunjukan pada gambar:

Pada sambungan p-n hole dan elektron akan saling memusnahkan (saling
meniadakan/ saling menetralkan). Aliran hole dan elektron ini akan terus
berlangsung

selama

potensial

tetap

dihubungkan.

Aliran

inilah

yang

menyebabkan arus listrik dapat mengalir atau menyebabkan terbentuknya


arus listrik.
Apabila semikonduktor tipe-p dihubungkan dengan potensial negatif
sedangkan pada semikonduktor tipe-n diberi potensial positif, maka hole pada
semikonduktor tipe-p akan bergerak menjauhi sambungan p-n dan elektron
pada pada semikonduktor tipe-n akan bergerak menjauhi sambungan p-n
seperti yang ditunjukan pada gambar birikut. Karena tidak hole dan elektron
elektron yang saling meniadakan maka tidak ada arus listrik yang menalir atau
tidak terjadi arus listrik:

Berikut adalah beberapa jenis dioda


1. Dioda biasa. Di buat dari silikon yang telah diberi pengotor dan dan
germanium. Prinsip kerjanya seperti pada penjelasan di atas.

2. Dioda cahaya. Dioda cahaya merupakan dioda yang pada sambungan p-n (p-n
jucktion) dapat memancarkan cahaya. Misalnya LED.
3. Dioda foto. Dioda foto merupakan jenis dioda yang berfunsi mendeteksi
cahaya kemudian mengubahnya menjadi energi listrik. Jenis cahaya yang
dapat di deteksi yakni infra merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai sinar-x.
4. Dioda laser. Dioda laser disingkat juga LD atau ILD. Sambungan p-n dioda
laser menyerupai sambungan p-n pada dioda cahaya.
5. Dioda zener. Dioda zener prinsip kerjanya seperti dioda biasa tetapi arus
listrik dapat mengalir ke arah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan
melampaui batas atau mencapai tegangan rusak semikonduktor.
LED
LED (Light Emitting Diode atau Light Emitting Device) merupakan salah
satu diode semikonduktor yang dirancang untuk menghasilkan sejumlah besar
cahaya monokromatis yang tidak koheren dengan rentang panjang gelombang
yang sempit ketika diberi tegangan maju. LED dan bagian-bagiannya disajikan
pada Gambar:

Arus maju yaitu arus dimana potensial positif (kutub positif (anoda)
sumber arus) disambungkan pada bagian positif dari LED dan potensial
negatif (kutub negatif sumber arus) dishubungkan pada bagian negatif
(katoda) dari LED (lihat gambar 1). Sedangkan cahaya monokromatis tidak
koheren yaitu cahaya dengan rentang panjang gelombang artinya walaupun
sebagai cahaya monokromatis tetapi masih memiliki rentang panjang
gelombang (lihat tabel). Untuk membedakan anoda dan katoda dapat dilihat
dari kaki atau tangkai LED, yang bertangkai panjang merupakan anoda (kutub
negatif) sedangkan yang lebih pendek merupakan katoda (kutup positif).
Pada awal penemuan LED hanya terdiri dari warna merah, kuning dan
hijau. Sekarang LED yang tersedia berfariasi mulai dari yang bekerja pada
rentang panjang gelombang sinar tampak, ultraviolet hingga inframerah. LED
yang

berfariasi

semikonduktor

ini
pada

dapat
chip

diperoleh
LED

atau

dengan
dengan

cara

mengganti

bahan

menggabungkan

bahan

semikonduktor dari warna merah, kuning dan hijau yang telah diperoleh
sebelumnya. Karena warna yang dihasilkan sangat banyak, aplikasi LED kini
sangat beragam misalnya menambah keindahan desain interion dan eksterion.
Bahkan kini LED dengan cahaya merah dan LED dengan cahaya biru
dimanfaatkan untuk membantu melangsungkan proses fotosintesis pada
tanaman-tanaman yang ada dalam sebuah ruangan.
Bila dibanding lampu pijar LED memiliki keunggulan bila dibanding lampu
pijar diantaranya:

Dengan arus yang rendah cahaya yang dihasilkan lebih banyak dibanding
dibanding lampu pijar.

Tidak mudah rusak sebab dirancang dalam bentuk padat, sedangkan


lampu neon atau lampu pijar rapuh dan mudah rusak.

Waktu pemakaian lebih lama karena tidak ada filamen yang terbakar.
Dimana penambahan gas seperti CO 2 atau pengaturan tekanan tidak
diperlukan.

Cahaya yang dihasilkan lebih terfokus ke satu arah sehingga dalam halhal tertentu hal ini sangat menguntungkan.

LED selain sebagai sistem pencayaan dimanfaatkan pula sebagai sensor


dan digunakan pula pada peralatan elektronik seperti remote control.
Chip LED yang dibungkus menggunakan bohlam plastik pada umumnya
mempunyai tegangan rusak yang relatif rendah. Bila diberikan tegangan
beberapa volt ke arah terbalik akan menyebabkan sifat isolator searah LED
jebol sehingga arus dapat mengalir ke arah sebaliknya.

Warna berbagai LED dengan panjang gelombang masing-masing LED serta


penyusunnya seperti yang tertera pada tabel di halaman selanjutnya:
Warna Panjang Gelombang
IR

Bahan Semikonduktor

(nm)

Penyusun

> 760

Gallium arsenida (GaAs)


Aluminium gallium arsenida
(AlGaAs)

Merah 610 < < 760

Aluminium gallium
arsenida(AlGaAs)
Gallium arsenida fosfida
(GaAsP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Gallium(III) fosfida (GaP)

Jingga 590 < < 610

Gallium arsenida fosfida

(GaAsP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Gallium(III) fosfida (GaP)
Kuning 570 < < 590

Gallium arsenida fosfida


(GaAsP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Gallium(III) fosfida (GaP)

Hijau

500 < < 570

Indium gallium nitrida


(InGaN) / gallium(III)nitrida
Gallium(III) fosfida (GaP)
Aluminium gallium indium
fosfida (AlGaInP)
Aluminium gallium fosfida
(AlGaP)

Biru

450 < < 500

Seng selenida (ZnSe)


Indium gallium nitrida (InGaN)
Silikon karbida (SiC) sebagai
substrat
Silikon (Si) sebagai substrat
dalam pengembangan

Violet

400 < < 450

Indium gallium nitrida (InGaN)

Ungu

Berbagai jenis

LED dua warna (biru dan


merah, biru dengan fosfor
merah, atau putih dengan
plastik ungu)

UV

< 400

berlian (235 nm)


Boron nitride (215 nm)

[ 34 ] [ 35 ]

Boron nitrida (215 nm)


Aluminium nitride (AlN)
(210 nm)

[ 36 ]

Aluminium nitrida

(AlN) (210 nm)


Aluminium gallium nitride
(AlGaN) Aluminium galium
nitrida (AlGaN)
Aluminium gallium indium
nitride (AlGaInN) (down to
210 nm)

[ 37 ]

Indium gallium

aluminium nitrida (AlGaInN)


(hingga 210 nm)
Putih

Spektrum luas

Dioda UV/biru dengan fosfor


kuning

Fotosel CdS
Fotosel CdS biasa disebut juga fotoresistor, fotokonduktif atau LDR (ligh

dependent resistor) merupakan salah satu detektor cahaya yang sangat peka

terhadap perubahan intensitas cahaya yang mengenai permukaannya. Fotosel


CdS terbuat dari bahan semikonduktor cadmium sulfida yang ditempelkan di
atas keramik dengan diameter dari 5-25 mm. Bagian--bagian fotosel detektor
seperti yang tertera pada Gambar:

Prinsip kerja fotosel CdS sebagai detektor adalah perubahan nilai


resistansi atau hambatan fotosel berbanding terbalik dengan intensitas
cahaya yang mengenai permukaannya. Jika dihubungkan dengan multimeter
atau avometer CdS menjadi konduktor yang buruk atau CdS memiliki
resistansi besar pada saat cahaya gelap atau redup, dan sebaliknya CdS
menjadi konduktor yang baik atau CdS memiliki resistansi kecil pada saat
cahaya terang.

Daftar Pustaka
http://cnej.wordpress.com/2008/11/22/dasar-teori-semikonduktor-1/
http://budditechnonika.blogspot.com/2010/01/teori-semikonduktor.html

http://wanibesak.wordpress.com/2010/10/04/kegunaan-semikonduktor.html

Anda mungkin juga menyukai