JIWA
JIWA
pustaka
Diskusi
Presentasi dan
Pos
membahas:
diskusi
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/gambaran klinis: Seorang pasien perempuan berusia 29 tahun, agama
Islam, anak ketiga dari empatbersaudara, sudah menikah, memiliki 2 orang anak
perempuan yang berusia 5 tahun dan 4 bulan, dan tinggal bersama suami dan kedua orang
anaknya, pendidikan terakhir tamat SLTA.
Kejadian ini bermula sejak sebulan terakhir anak keduanya sering sakit dan kadang
muntah setelah diberi ASI. Pasien sering merasa dirinya belum bisa menjadi ibu yang baik
dan kadang menangis karena hal itu. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan menurut
keluarganya masih bisa beraktivitas serta berinteraksi dengan orang lain dengan wajar.
Sehari sebelumnya, anak pasien kembali muntah setelah diberi ASI. Pada malam harinya
pasien mendadak berteriak, seperti kejang, kedua tangan dan kaki menjadi kaku, gelisah,
dan terus menerus mengeluh nyeri kepala.
1. Riwayat pengobatan: pasien belum mendapatkan pengobatan sebelum tiba di RS,
riwayat mengkonsumsi alkohol dan obat terlarang disangkal.
2. Riwayat kesehatan/penyakit: riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal, riwayat
trauma disangkal, riwayat kejang disangkal, riwayat penyakit jatung dan paru disangkal.
3. Riwayat keluarga: tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
4. Riwayat pekerjaan: sebelum menikah pasien bekerja sebagai karyawan pabrik dan
berhenti bekerja setelah menikah.
5. Lain-lain: suami pasien bekerja sebagai karyawan swasta di luar kota dan bertemu dengan
keluarga sebulan sekali.
Daftar Pustaka:
a. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa UNIKA Atmajaya.
b. Kaplan, H .I., Sadock, B. J., and Grebb, J. A. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku. Jakarta: Binarupa Aksara.
c. Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.
Hasil pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis gangguan jiwa
2. Memberikan penanganan pasien dengan gangguan jiwa
ALLOANAMNESIS
Diperoleh dari
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Status
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Hubungan
Tn. M
35 tahun
Laki-laki
Islam
Menikah
SMA
Karyawan swasta
Suami pasien
Tn. R
63 tahun
Laki-laki
Islam
Menikah
SMP
Pedagang
Ayah pasien
Kejang (-)
Pasien tidak mempunyai riwayat kejang.
Keracunan (-)
Pasien tidak pernah keracunan.
bulan sering sakit dan kadang muntah setelah diberi ASI. Pasien sering
merasa dirinya belum bisa menjadi ibu yang baik dan kadang menangis
karena hal itu. Sehari sebelumnya, anak pasien kembali muntah setelah diberi
ASI. Pada malam harinya pasien mendadak berteriak, seperti kejang, kedua
tangan dan kaki menjadi kaku, gelisah, dan terus menerus mengeluh nyeri
kepala.
D. RIWAYAT KELUARGA
a. Pola Asuh Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien dibesarkan dalam
keadaan kedua orang tua harmonis dan cukup mendapat perhatian.
b. Silsilah Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Tidak ada keluarga pasien
yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien atau yang mengalami gangguan
jiwa.
5. RIWAYAT PRIBADI (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
6. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di rumah sakit, ditolong oleh bidan, cukup bulan, lahir
spontan, langsung menangis, dan tidak terdapat kelainan. Berat badan sekitar
3,2 kg. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami panas tinggi dan kejang
serta minum ASI cukup.
7. Masa Anak Anak Awal (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh keluarganya sendiri. ASI diberikan sampai umur 6
bulan. Perkembangan pasien pada masa anak - anak awal sesuai dengan
perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.
8. Masa Anak Pertengahan (3-11 tahun)
Pada usia 6 tahun pasien mulai masuk TK. Pada usia 7 tahun pasien
melanjutkan sekolah ke SD. Dalam pergaulan dengan teman main, teman
sekolah dan saudara-saudaranya dinilai masih wajar. Prestasi di sekolah dalam
rata-rata.
Orang tua menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan agama tidak terlalu
ketat, dalam mengasuh mendapatkan kasih sayang yang cukup dan tidak
membedakan dengan adiknya.
9. Masa Anak Anak Akhir (11-18 tahun)
Pada usia 12 tahun pasien lulus SD dan melanjutkan ke SMP setelah itu
SMA. Pada saat SMA, pasien bersekolah di luar kota dan tinggal bersama tante
dari ayah. Pasien mampu bergaul dengan baik dengan teman-teman dan saudarasaudaranya.
5.
Perkembangan Jiwa
Status Internus
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah
Nadi
Frekuensi napas
Suhu
:
:
:
:
130/90 mmHg
76 x/menit
28 x/menit
37,30C
Kepala
: mesocephal
Mata
Mulut
Leher
Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: tampak datar
: bising usus (+) normal
: timpani diseluruh lapang abdomen
: supel, NT (-), lien dan hepar tidak teraba
Status vegetatif
Ekstremitas
B. Status Neurologik
Nervus Cranial
Reflek Fisiologis
* Reflek Patella
* Reflek Bisep
* Reflek Trisep
* Reflek Tendo Archiles
C.
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
Reflek Patologis
: (-)
Sensorik
: normal
Motorik
: normal
Status Psikiatrik
1. Deskripsi umum
Kesan Umum
Kesadaran
Perilaku
Pembicaraan
: normomimik
: normoafek
3. Fungsi kognitif
- Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Tingkat kecerdasan sesuai dengan pendidikan dan intelegensia, mampu
berhitung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan umum.
- Daya konsentrasi
: cukup
- Orientasi
Orang
: cukup
Waktu
: cukup
Tempat
: cukup
Situasi
: cukup
- Daya ingat
Jangka pendek
: cukup
Jangka menengah
: cukup
Jangka panjang
: cukup
- Kemampuan menolong diri sendiri
: cukup
4. Gangguan persepsi
- Halusinasi dan ilusi
Halusinasi visual
Halusinasi auditorik
Halusinasi olfaktori
Halusinasi taktil
Ilusi
- Depersonalisasi dan derealisasi
Depesonalisasi
Derealisasi
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
5. Proses pikir
- Arus Pikir
Kuantitatif
Kualitatif
- Isi pikir
Preokupasi
Gangguan pikiran
o Waham bizzare
Siar pikir
Sisip pikir
Kendali pikir
Sedot pikir
: normal
: normal
: tidak ada
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: realistik
6. Pengendalian impuls
Pasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan
7. Daya nilai
Penilaian realitas : derealistik (-), depersonalisasi (-)
8. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya.
9. Tilikan (insight)
Pasien merasa dirinya sakit.
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
GDS
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
V.
: 13 g/dl
: 7510/ul
: 42,1 %
: 4,36x106/ul
: 329.000/ul
: 122 mg/dl
: 22 mg/dl
: 0,8 mg/dl
: 36 U/L
: 35 U/L
(N)
(N)
(N)
(N)
(N)
(N)
(N)
(N)
(N)
(N)
berusia 4 bulan. Dini hari tiba-tiba pasien bangun berteriak, seperti kejang tanpa lidah
tergigit, kedua tangan dan kaki menjadi kaku, gelisah, dan terus menerus mengeluh
nyeri kepala. Pernapasan menjadi cepat dan bunyi napas keras, sesekali bersuara
mengeram. Suami pasien merasa khawatir dengan kondisi istrinya dan langsung
membawanya ke RS. Beberapa jam saat di RS orangtua pasien datang dan menghampiri
pasien. Reaksi yang dialami pasien semakin menjadi dan kedua orangtua pasien
berusaha menenangkannya.
GEJALA YANG DIDAPAT
Kesan umum
Sikap dan tingkah laku
Afek dan mood
V.
VI.
DIAGNOSIS
Konvulsi Disosiatif
VII.
PEMBAHASAN
Gangguan konversi menurut DSM IV didefinisikan sebagai gangguan yang
ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (contoh paralisis, kebutaan, dan
parestesi) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis yang
diketahui. Di samping itu, diagnosis mengharuskan bahwa faktor psikologis
berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala. Kriteria diagnosis gangguan
konversi menurut DSM IV :
1. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
2. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului konflik atau stressor
lain.
3. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
4. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
5. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
6. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
- dengan gejala atau defisit motorik
- dengan gejala atau defisit sensorik
- dengan kejang atau konvulsi
- dengan gambaran campuran
Menurut PPDGJ III, gangguan konversi atau disosiatif adalah kehilangan
(sebagian atau seluruh) dari integrasi normal antara ingatan masa lalu, kesadaran akan
identitas dan penghayatan segera (awareness of identity and immediate sensations),
dan kontrol terhadap gerakan tubuh. Kriteria diagnosis gangguan konversi menurut
PPDGJ III :
1. Ditemukan gambaran klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan
yang tercantum pada F44.F44.0 Amnesia disosiatif
F44.1 Fugue disosiatif
F44.2 Stupor disosiatif
F44.3 Gangguan trans dan kesurupan
F44.4 Gangguan motorik disosiatif
F44.5 Konvulsi disosiatif
Dapat menyerupai kejang epileptik dalam hal gerakannya akan tetapi
jarang disertai lidah tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan
men gompol, tidak dijumpai kehilangan kesadaran tetapi diganti dengan
keadaan seperti stupor atau trans.
F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
F44.7 Gangguin konversi campuran
F44.8 Gangguan konversi lainnya
F44.9 Gangguan disosiatif (konversi) YTT
2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala
tersebut
3. Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun waktu yang
jelas dengan problem dan kejadian-kejadian yang stressful atau hubungan
interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita).
Takipneu histerik selalu bangkit jika ada orang di sekitar pasien, jarang atau tidak
pernah bila orang sakit sendirian. Hiperventilasnya diiringi suara mengeram, merintih
atau bunyi nafas keras tetapi tidak disertai sianosis atau tanda penyakit paru dan
jantung.
Epilepsi dan histeria dapat bergandengan. Pengenalan sifat keorganikan penyakit
sangat sulit, kecuali jika terdapat manifestasi yang mencirikan serangan epileptik,
yaitu :
PROGNOSIS
: dubia ad bonam
Secara umum prognosis untuk konversi akut atau disosiasi adalah baik namun
kurang baik pada kasus kronik.
KASUS JIWA
KONVULSI DISOSIATIF
Disusun oleh :
dr. Amalia Anita Hawas
Dokter Internship RS PKU Muhammadiyah Gombong
Pendamping :
Dr. Nur Hidayani
Pada hari
Nama
Judul/topik
: Konvulsi Disosiatif
Nama Pendamping
Nama wahana
Keterangan
Tanda tangan
1.
Presentan
2.
Dokter internship
3.
Dokter internship
4.
Dokter internship
5.
Dokter internship
Dokter Pendamping
Presentan