Manajemen
Masalah
Istimewa
R : 24x/menit
S : 36,3 C aksilla
Mata : CA -/-, SI -/ Mulut : faring tidak hiperemis, tonsil T0=T0, tidak hiperemis, permukaan halus,
detritus tidak ada, muara kripte tidak melebar.
Leher : limfonodi ttb
Thoraks :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Edema -/-/-/- , akral dingin -/-/-/ Punggung
Nyeri ketok CVA -/ Rectal Toucher
Tonus sphingter ani cukup, ampula recti tidak kolaps, permukaan mukosa licin, nyeri
(-). Ukuran prostat teraba membesar, pole atas prostat tidak teraba, sulcus mediana
datar, medio lateralis sinistra 3cm, medio lateralis dextra 3cm, nodul (-),
konsistensi kenyal (+), nyeri tekan (-). Sarung tangan feses (-), lendir (-), darah (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tidak dilakukan karena pasien menolak.
TERAPI (23.00)
- Pemasangan DC
- Instruksi rawat inap, namun pasien menolak
- Ciprofloxacin 2x500mg p.o.
Daftar Pustaka :
1. Basuki, Purnomo. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya:
Malang.
Hardjowidjoto, S. 2000. Benigna Prostat Hiperplasi. Airlangga University Press: Surabaya
Pasien laki-laki 65 tahun datang ke IGD diantar oleh anaknya dengan keluhan tidak dapat
BAK sejak seharian ini disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah. Sebelumnya mengaku
sering susah BAK, BAK tidak tuntas, air kencing menetes diakhir berkemih, sering anyang
anyangan dan frekuensi berkemih meningkat beberapa bulan sebelumnya. Keluhan tidak
membaik ketika pasien mengubah posisi ketika berkemih. Riwayat kencing batu, kencing
bercabang, trauma daerah genital, dan BAK disertai darah disangkal.
OBJEKTIF:
Dari hasil pemeriksaaan didapat pasien berusia 65 tahun sering menunjukkan gejala
LUTS (Lower Urinary Tract Syndrome) seperti mengejan bila memulai BAK (hesitensi),
BAK tidak tuntas, tidak puas, kencing menetes, serta peningkatan frekuensi BAK.
Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan rectal toucher, dimana ditemukan pembesaran
prostat secara simetris, dengan konsistensi kenyal, tidak nyeri tekan dan tidak berbenjol
yang mengindikasikan adanya BPH.
ASSESSMENT :
PLAN:
Diagnosis
Retensio urine e.c BPH
Pengobatan
Pemasangan DC untuk evakuasi urin (hasilnya 600cc urin pada urin bag)
Instruksi rawat inap untuk dikonsulkan pada bidang yang lebih berkompeten (SpB)
karena pasien menderita BPH derajat IV dan hal tersebut adalah indikasi untuk
dilakukan pembedahan, namun pasien menolak.
Pendidikan
Edukasi mengenai penyakit bertujuan untuk memotivasi pasien melakukan
pemeriksaan penunjang dan menjalani rawat inap agar dikonsulkan kepada pihak yang
lebih berkompeten (SpB) karena pasien menderita BPH derajat IV dan hal tersebut
adalah indikasi untuk dilakukan pembedahan, namun dikarenakan pasien menolak
maka dilakukan edukasi mengenai tindakan yang harus dilakukan setelah pemasangan
DC yaitu menghabiskan antibiotik yg diberikan sebagai profilaksis terjadinya ISK
akibat pemasangan DC, posisi DC yang harus selalu lebih rendah, dan setelah
pemasangan DC hari ke-7 DC harus dilepas.
Konsultasi
Konsultasi ditujukan kepada dokter spesialis bedah (Sp.B) untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut, hal ini guna mencegah terjadinya mengobati penyebab
retensio urinnya agar tidak terjadi hal serupa lagi.
Kegiatan
Motivasi pasien mengenai
prosedur yang harus
dilakukan untuk
menegakkan diagnosis
kerja dan terapi causatif
Pemeriksaan urinalisis
dan pencitraan radiologi
serta konsultasi SpB
Kontrol rutin setelah
tindakan pembedahan
Periode
1 hari
1 hari
KASUS KEGAWATAN
RETENSIO URIN e.c BPH
Disusun oleh :
dr. Fatiha Sri Utami Tamad
Dokter Internship RS PKU Muhammadiyah Gombong
Pendamping :
Dr. Mardiati Rahayu
Pada hari Sabtu, 11 Januari 2014 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh :
Nama
Judul/topik
Nama Pendamping
Nama wahana
Keterangan
1.
2.
Dokter internship
3.
Dokter internship
4.
Dokter internship
5.
Dokter internship
Tanda tangan
Presentan
Presentan