Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis
bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun
1861. Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang
bisa mempengaruhi fungsi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai
dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinitus, dan pendengaran yang
berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dari endolimph pada telinga dalam.1
Penyakit Meniere terjadi sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia.
Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan tidak ada
perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi
penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218
penderita dari 100.000 penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000
penduduk, dan 8 penderita dari 100.000 penduduk terdapat di Italia.2
Pasien yang menderita Penyakit Meniere juga mengalami pengurangan
kualitas hidup meskipun serangan vertigonya berhenti, oleh karena terjadi
gangguan pendengaran sensorineural yang signifikan dan tinitus. Terapi medis
ditujukan untuk pengobatan gejala dari serangan akut atau ditujukan untuk
profilaksis serangan. Terapi bedah pada penyakit Meniere dapat dilakukan apabila
pengobatan medis gagal akan tetapi hal ini masih kontroversial.2
Sampai dengan 25% dari pasien dengan Penyakit Meniere akhirnya
memerlukan prosedur pembedahan untuk mengendalikan serangan vertigo .
.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Telinga
Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah , dan telinga
dalam.
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga
sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan
elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka
tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2
- 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit ditemukan kelenjar
serumen. Kulit pada bagian ini sangat erat melekat ke tulang
dengan lapisan subkutan yang padat membentuk perios.3,4

Gambar 1.
Anatomi
Telinga
15

b. Telinga
Telinga

tengah
tengah

berbentuk kubus dengan batas-batas :


Luar

: membran timpani

Depan

: tuba eustachius

Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)


Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Atas

: tegmen timpani (meningen/otak)

Dalam

: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis

horizontal, kanalis fasialis, foramen ovale, foramen rotundrum dan


promontorium.3
Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila
dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu
liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria).
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa
mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari
serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
bagian luar dan sirkuler di bagian dalam. Tulang pendengaran di
dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus

melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan


inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada foramen ovale
yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang
merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang
disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang
yang menghubungkan telinga tengah dan antrum mastoid. Tuba
eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.3

Gambar 2. Anatomi Membrana Tympani dan Ossicula14,16


c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa
dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah
kanalis semi sirkularis.3
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah
atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus
koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi
perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam
yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner)
sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada
membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian
4

yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada


membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ
corti.

Ujung

atau

puncak

koklea

disebut

helikotrema,

menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.


Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus,
dan kanalis semisirkularis. Utrikulus berhubungan dengan sakulus
melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran menuju
sakus endolimfatikus. Utrikulus dan sakulus mengandung makula
yang diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi sel rambut ini adalah
suatu lapisan gelatinosa yang ditembus silia, yang disebut kupula,
dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berat jenisnya lebih
berat

daripada

endolimfe.

Kanalis

semisirkularis

saling

berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang


tidak lengkap. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung
yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut
krista.3,4

Gambar 3. Sistem Vestibular17

2.2

Fisiologi Pendengaran
Reseptor untuk dua modalitas sensorik, pendengaran dan
keseimbangan, berada di telinga. Telinga luar, telinga tengah, dan koklea
5

telinga dalam berperan dalam pendengaran. Kanalis semisirkularis,


utrikulus dan sakulus telinga dalam berperan dalam keseimbangan.5
a. Proses mendengar
Proses mendengar terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Vibrasi/resonansi
Fungsi resonansi dilakukan oleh membrana timpani yang
luasnya 55 mm2. Getaran suara kemudian diteruskan ke maleus
yang merupakan bagian pertama dari sistem osikuli.5,6
2. Konduksi Osikuli
Konduksi osikuli dimulai ketika maleus digetarkan oleh
membrana timpani. Getaran suara kemudian diteruskan ke inkus
dan stapes dan selanjutnya kaki dari stapes menggetarkan membran
foramen ovale.5,6
3. Amplifikasi Suara
Dalam perjalanan dari membrane timpani ke membrane
foramen ovale, energi suara meningkat kurang lebih 22 kali.
Peningkatan energi ini diperlukan karena untuk menggetarkan
cairan perilimfe dibutuhkan energi yang lebih besar dari energi
yang diperlukan untuk menggetarkan udara.5,6
4. Refleks Timpani
Pajanan suara yang sangat keras akan merangsang
kontraksi muskulus tensor timpani dan stapedius. Kontraksi kedua
otot ini akan menarik membrane timpani ke dalam dan stapes
keluar. Akibat dari tarikan ini, intensitas suara akan menurun.5,6
5. Konduksi Koklea
Konduksi koklea dimulai ketika membrane foramen ovale
digetarkan oleh bagian kaki dari stapes. Dari membrane foramen
ovale getaran suara diteruskan ke perilimfe di skala vestibule,
kemudian ke membran Reissner, endolimfe di skala media dan
membrane basilaris.5,6
6. Transduksi
Pada koklea proses transduksi terjadi pada sel rambut
dalam dimana energi mekanis (getaran) diubah menjadi energi
elektrokimia yaitu potensial membrane atau potensial aksi.
Depolarisasi akan merangsang sel rambut mensekresi neurotransmitter yang seterusnya akan merangsang serabut aferen.5,6
7. Transmisi Saraf

Proses transmisi dilaksanakan oleh serabut saraf divisi


auditorius dari saraf kranialis VIII. Serabut saraf aferen dari
ganglion spiralis menuju nuclei koklearis ventralis dan dorsalis.
Dari nuclei ini sebagian besar sabut saraf menyilang (sebagian
kecil tidak ) dan berakhir di nuclei olivarius superior dari nuclei
olivarius superior sabut saraf tersebut menuju keatas melalui
traktus lemniskus lateralis; sebagian bersinaps di nuclei lemniskus
lateralis dan sebagian besar menuju kolikulus inferior. Dari sini
serabut saraf terus keatas menuju ke korpus genikulatum medial di
thalamus. Dari thalamus, sabut saraf terus menuju korteks melalui
radiasi auditorius menuju korteks auditorius di lobus temporalis.5,6
8. Persepsi
Proses persepsi terjadi di korteks auditorius yang terletak
pada lobus temporalis. Secara fungsional korteks auditorius dapat
dibagi menjadi 2 komponen yaitu korteks auditorius primer dan
korteks auditorius asoasiasi. Persepsi tentang karater fisik suara
dilakukan oleh kortek auditorius primer (area Brodman 41) sedang
persepsi tentang makna terjadi di korteks auditorius sekunder (area
Brodman 22). Proses persepsi mempunyai spesialisasi hemisfer
area Brodman 22 kiri terutama berfungsi untuk persepsi bahasa
sedang yang kanan terutama untuk persepsi melodi, pitch dan
intensitas. Kortek auditorius sekunder juga berhubungan dengan
area Wernicke yang merupakan pusat persepsi bahasa.5,6
b. Efek Rangsangan Suara Terhadap Fungsi Biologis
Rangsangan suara dapat mempengaruhi berbagai fungsi biologis.
Rangsangan suara yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan
darah, meningkatkan fungsi imun, merangsang neurogenesis dan
bahkan mempengaruhi kandungan kalsium dan fosfat email gigi. Pada
sisi lain rangsangan suara tidak menyenangkan dapat mengganggu
fungsi biologis antara lain merusak ligament spiralis, mengganggu
proses pemetaan di korteks auditorius, meningkatkan tekanan darah,
menghambat pertumbuhan dan menghambat neurogenesis.5,6

c. Sumber gangguan fungsi pendengaran


Dari sudut pandang faali gangguan fungsi pendengaran dapat
terjadi pada tiap tahap proses yaitu mulai proses vibrasi di membrane
timpani, konduksi osikuli, vibrasi membran oval, konduksi perilimfe,
vibrasi membrane basilaris, transduksi sel rambut dalam, transmisi
saraf dan persepsi di korteks auditorius. Secara umum gangguan dari
membrane timpani sampai dengan vibrasi membrane basilaris disebut
tuli konduksi sedangkan dari proses transduksi disebut tuli persepsi
atau tuli saraf. Dari semua tahap proses fungsi pendengaran, proses
transduksi

merupakan

proses

yang

paling

kompleks

karena

memerlukan homeostasis cair endolimfe yang melibatkan sangat


banyak sistem transportasi ion baik seluler maupun molekuler.
Gangguan ekspresi dari tiap komponen sistem transportasi ion dapat
mengganggu fungsi pendengaran.5,6
2.3

Fisiologi Keseimbangan
a. Keseimbangan linier
Secara umum dapat dikatakan bahwa utrikulus berperan pada
fungsi keseimbangan gerakan horizontal sedang sakulus pada gerakan
vertical. Serupa dengan fungsi pendengaran, reseptor keseimbangan
adalah sel rambut. Sel ini terdapat pada bagian macula. Seperti pada
sel rambut koklea, sel rambut pada macula juga mempunyai silia pada
ujungnya yang satu sama lain diikat oleh suatu filament. Panjang silia
berjenjang, dan yang paling panjang disebut kinosilium. Bagian atas
silia diselimuti oleh suatu massa gelatinosa dimana di dalamnya
terdapat kristal kalsium karbonat yang disebut statokonia. Pada bagian
basal sel rambut mengadakan sinaps dengan dendrit dari saraf
vestibule.5,6
b. Respon terhadap gerakan linier
Karena mempunyai massa lebih berat dibanding massa endolimfe,
maka bila kepala atau tubuh bergerak secara linier, statokonia pada
ujung silia akan bergerak berlawanan dengan arah gerakan kepala atau
tubuh. Gerakan statokonia akan mendorong gerakan silia kearah
kinosilium. Gerakan ini akan merangsang

terbukanya saluran

transduksi sehingga ion positif akan masuk dan menimbulkan


depolarisasi. Depolarisasi akan merangsang sekresi neurotransmitter
yang seterusnya akan merangsang sabut saraf vestibuler.5,6
c. Keseimbangan rotasioner
Deteksi gerakan rotasi

merupakan

fungsi

dari

kanalis

semisirkularis. Sel rambut untuk mendeteksi gerakan rotasi terletak


pada krista ampularis. Serupa dengan sel rambut pada macula, sel
rambut pada krista ampularis mempunyai silia yang bagian atasnya
diselimuti suatu massa gelatinosa yang disebut kupula. Panjang silia
juga berjenjang dan dihubungkan satu sama lain oleh suatu filamen.5,6
d. Respon terhadap gerakan rotasi
Bila kepala bergerak rotasi, kupula akan bergerak berlawanan
dengan gerakan kepala. Gerakan ini akan mendorong gerakan sel
rambut yang seterusnya akan menimbulkan depolarisasi dan sekresi
neurotransmitter.5,6
e. Homeostasis Endolimfe Vestibuler.
Seperti pada koklea, komposisi endolimfe pada sistem vestibuler
juga perlu distabilisasi. Endolimfe organ vestibuler juga mempunyai
kadar ion kalium yang tinggi sekitar 150 mM. Seperti pada koklea,
proses homeostasis kadar kalium endolimfe vestibuli merupakan suatu
siklus, hanya saja prosesnya lebih sederhana yaitu disekresi oleh sel
marginal, diresorbsi oleh sel rambut pada proses transduksi, ke luar ke
jaringan ikat dan kembali ke sel marginal lagi. Meskipun tidak
sekompleks pada koklea proses siklus ion pada sistem vestibuler juga
melibatkan banyak sistem transportasi.5,6
f. Transmisi Saraf dan Persepsi
Impuls vestibuler dihantarkan oleh serat sabut vestibuler. Sebagian
sabut saraf bersinaps dengan nucleus vestibularis, sedangkan yang lain
terus menerus formasio retikularis, serta serebelum bagian uvula,
nucleus fastigial dan lobus flokulonodularis. Nukleus vestibule juga
mengadakan sinaps dengan neuron orde ke dua yang antara lain
membentuk traktus vestibulospinalis menuju medulla spinalis dan

sabut saraf yang menuju serebelum. Informasi juga disampaikan ke


korteks keseimbangan pada lobus parietalis di dalam sulkus Sylvii.5,6
g. Faktor Keseimbangan Lain
1. Propiosepsi dan eksterosepsi.
Sistem Vestibuli mendeteksi terutama gerakan kepala
sehingga tubuh perlu mendapatkan tambahan tentang posisi tubuh
dari sistem propiosepsi dan eksterosepsi leher maupun bagian
tubuh lain.5,6
2. Visual
Mempertahankan keseimbangan tubuh juga dibantu oleh
informasi dari pengelihatan. Perubahan posisi tubuh akan
mengubah bayangan pada retina yang seterusnya disampaikan ke
pusat keseimbangan.5,6
2.4

Definisi
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari
Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang
diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu
penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan
keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa
vertigo, tinitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara progresif,
biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.1

2.5

Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda.
Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena
adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan
hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe
mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media,
sakulus, dan utrikulus. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini
belum dapat dipastikan.3
Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops dan
mencetuskan terjadinya penyakit Meniere, antara lain3,7,8:
a. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri.
10

b. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler.


c. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler.
d. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan endolimfa.
e. Infeksi telinga tengah.
f. Infeksi traktus respiratorius bagian atas.
g. Trauma kepala.
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat
menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini
diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat
fraktur tulang temporal.
h. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi.
i. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan.
j. Infeksi virus golongan herpes viridae.
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada
laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus
herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah
dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus
terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan
seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
k. Herediter.
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang
tua yang menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter
dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran
endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.
Selain itu, alergi juga diduga sebagai pencetus terjadinya penyakit
Meniere. Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya
mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan
panyakit Meniere adalah sebagai berikut8 :
1. Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari
mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi
terhadap makanan tertentu.
2. Kompleks antigen-antibodi

mungkin

menggangu

kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus.


3. Ada hubungan antara alergi dan infeksi

virus

dari
yang

menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus.

11

Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops


endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini
dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001
bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari
orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak
dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus
endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan
oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun
2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere
didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein
pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita
penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan
autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan
Anti Sjoegren.9
2.6

Epidemiologi
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari
100.000 orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan
penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan
yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi
penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika terdapat
218 penderita dari 100.000 penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari
100.000 penduduk, dan 8 penderita dari 100.000 penduduk terdapat di
Italia.10

2.7

Patofisiologi
Patofisiologi

penyakit

Meniere

sampai

sekarang

masih

kontroversial. Mekanisme yang diyakini mendasari adalah distorsi dari


labirin membran yang dihasilkan dari penumpukan endolimph. Beberapa
penulis masih memperdebatkan apakah hidrops endolymphatic sebenarnya
merupakan gejala penyakit atau penyebab terjadinya penyakit ini. Sebuah
penelitian terhadap tulang temporal menemukan bahwa semua pasien
dengan penyakit Meniere terdapat hidrops setidaknya

pada 1 telinga,

12

tetapi hidrops juga banyak ditemukan pada pasien yang tidak


menunjukkan tanda-tanda penyakit ini. 11
Endolymph dan perilymph yang merupakan cairan yang mengisi
ruang dari telinga bagian dalam, dipisahkan oleh selaput tipis yang
merupakan tempat saraf pendengaran dan keseimbangan. Tekanan yang
mengalami fluktuasi menekan membran yang penuh saraf, menyebabkan
gangguan pendengaran, tinitus, vertigo, ketidakseimbangan, dan sensasi
tekanan di telinga.
Serangan hidrops mungkin disebabkan oleh peningkatan tekanan
endolymphatic, yang menyebabkan kerusakan dalam membran yang
memisahkan perilymph yang merupakan cairan ekstraselular rendah
kalium, dari endolymph yang terdiri dari cairan intraseluler tinggi kalium.
Reaksi kimia yang dihasilkan memenuhi reseptor saraf vestibular,
menyebabkan blokade depolarisasi dan kehilangan fungsi sementara.
Perubahan

mendadak

dalam

tingkat

vestibular

menciptakan

ketidakseimbangan pada sistem saraf dan menyebabkan terjadinya


gangguan ketidakseimbangan vestibular akut, contohnya vertigo.
Distensi fisik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
endolymphatic juga menyebabkan gangguan mekanik dari organ
pendengaran dan otolithic. Karena utrikulus dan sakulus bertanggung
jawab untuk mendeteksi gerakan linear dan translasi perpindahan sebagai
lawan percepatan sudut dan rotasi, gangguan organ-organ ini dapat
menimbulkan gejala vestibular nonrotational.
Distensi fisik ini juga menyebabkan gangguan mekanik dari organ
Corti. Distorsi dari membran basilar dan sel-sel rambut dalam dan luar
dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan atau tinitus. Karena
kerusakan puncak koklea jauh lebih berat daripada dasarnya, bagian apeks
lebih sensitif terhadap perubahan tekanan dari dasar. Hal ini menjelaskan
mengapa hidrops dapat mempengaruhi frekuensi rendah di puncak
berlawanan dengan frekuensi tinggi di dasar, yang relatif lebih luas. Gejala
membaik setelah membran diperbaiki dengan konsentrasi natrium dan
kalium yang kembali ke normal.

13

Berbagai mekanisme ekstrinsik yang dianggap berkontribusi pada


pembentukan hidrops endolymphatic, termasuk infeksi, trauma, dan
alergen.
2.8

Gejala Klinis
Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode
aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode
remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola serangan dan
remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang
setelah beberapa tahun.4 Pada saat serangan biasanya terdapat trias
Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran.3
Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan
pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari,
atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan karena adanya
serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan
muntah. Terdapat adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan
pada telinga yang bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul
bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4
jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun dizziness pada gerakan kepala
menetap selama beberapa jam. Pendengaran membaik dan tinitus
berkurang, tetapi tidak menghilang dengan redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita
mungkin hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini
kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain yang mirip dengan
yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini
bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam
seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Pada
kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari.
Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung
beberapa minggu, terjadi remisi spontan atau akibat pengobatan, yang
pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan pada
pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut
ternyata tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti

14

sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif dan
remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya
secara bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat
degenerasi elemen-elemen sensorik. Variasi dalam simptomatologi telah di
uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom Lermoyes
merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi berbulanbulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.4
2.9

Diagnosis
Penyakit meniere biasanya didiagnosis berdasarkan riwayat ketika
pasien memiliki gejala kompleks tertentu. Gejala yang timbul adalah
vertigo episodik yang intens, biasanya berlangsung dari 30 menit sampai
empat jam, dengan

gangguan pendengaran yang fluktuatif, tinitus

menderu, dan sensasi penuh pada telinga.

Bahkan setelah episode

berakhir, pada beberapa kasus gangguan pendengaran sering menetap.


Pada benign positional paroxysmal vertigo, vertigo berlangsung kurang
dari satu menit, dan dalam vestibular neuronitis, vertigo berlangsung 2448 jam. Meskipun

penyebab pasti penyakit Meniere belum dapat

ditentukan, gejala yang timbul diyakini oleh karena proses sekunder dari
distensi ruang endolymphatic dalam organ keseimbangan telinga bagian
dalam.12
The committee on Hearing and Equilibrium of the American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery menyarankan
pedoman diagnosis penyakit Meniere didasarkan pada gejala klinis dan
mengeksklusikan identifikasi penyebab lain. Ada empat derajat untuk
Kriteriadiagnostik
pasti penyakit
meniere
kepastian
penyakit
Meniere yang didefinisikan sebagai berikut:
- Kriteria definitif disertai hasil 13,14
histopatologi adanya hidrops
certain, definite,
probable
dan
possible. post-mortem
endolimfatik
pada
pemeriksaan
Kriteria definitif penyakit meniere
- Dua atau lebih serangan vertigo, masing masing berlangsung lebih
Tabel 1. Kriteria
Penyakit Meniere (Following Committee
dari 20 Diagnosis
menit.
- Tes
audiometri menunjukkan gangguan pendengaran setidaknya pada
AAO-HNS
1995)
satu kali pemeriksaan.
- Tinnitus atau rasa penuh pada telinga yang terkena
Kriteria probabilitas penyakit meniere
- Sama dengan kriteria definitif akan tetapi hanya satu kali serangan
Kriteria kemungkinan penyakit meniere
- Vertigo episodik tanpa adanya gangguan pendengaran.
- Tuli sensorineural menetap atau berfluktuasi dengan gangguan15
keseimbangan
Untuk semua kriteria, penyebab lain harus disingkirkan

Tidak ada tes definitif untuk memeriksa penyakit meniere. Ada


beberapa penyakit dan kondisi yang memiliki gejala yang sama dengan
penyakit meniere. Penyakit meniere tidak dapat didiagnosa hanya dari
gejala yang ada. Berbagai kemungkinan harus dapat dibedakan dengan
penyakit lain. Ketika dokter mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang
ada, maka dari situ baru penyakit meniere ditegakkan.3 Tes yang
mendukung untuk pemeriksaan penyakit meniere yaitu1 :
1. Tes pendengaran ( tes penala )
Pada tes penala didapatkan kesan tuli sensorineural pada penyakit
meniere.
2. Tes gliserin
Pasien diberikan minum gliserin 1,2 ml/kgBB setelah diperiksa tes
kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan
dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hydrops
endolimfe.
3. Audiogram
Hasil audiogram pada penyakit meniere didapatkan tuli sensorineural,
terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.
4. Tes kalori
Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga
dites secara terpisah, Pada telinga masing masing disemprotkan
secara bergantian air dingin dan air hangat. Setelah beberapa saat akan
timbul nistagmus yang arahnya berlawanan dengan arah semprotan. 10
Tes ini berguna untuk menentukan labirin yang hipoaktif dengan
gambaran grafik adanya parese dari kanal.7
16

5. Electronystamography
Tes ini untuk menilai fungsi keseimbangan.
6. Pemeriksaan radiologi
Secara rutin harus dilakukan pemeriksaan tulang temporal dan kalau
bisa dengan poli tomografi. Pada pemeriksaan ini bisa dijumpai meatus
akustikus yang menyempit, tetapi kadang kadang melebar dan
dijumpai otosklerotis dari optic kapsul.8
Tabel 2. Diagnosis Banding Penyakit Meniere

2.10

Kelainan Telinga Dalam


Kelainan kongenital
Dehisensi canalis semicircularis
Large vestibular aqueduct syndrome
Infeksi
Labyrinthitis
Vestibular neuritis
Radang
Otosyphilis
Cogan syndrome
Benign positional paroxysmal vertigo
Vaskular
Genetik and metabolik
DFNA9
Otosclerosis
Post-trauma dan komplikasi tindakan bedah
Fistula perilimfatik
Kelainan Sistem Saraf Pusat
Tumor Angulus Cerebellopontine
Vestibular Schwannoma
Petroclival meningeoma
Tumor Sacus Endolymphaticus
Penatalaksanaan
Kista Epidermoid
Terapi medis dapat
diarahkan
Tumor
lainnya pada pengobatan gejala serangan
Gangguan neurovascular pada N VIII
akut atau diarahkan
padapada
profilaksis
Kelainan
Mielin untuk pencegahan serangan. Pasien
Multiple
Sclerosisrawat inap hanya jika gejala berat
dengan penyakit Meniere
memerlukan
Insufisiensi Vertebrobasilar
dan refrakter terhadap
manajemen
Migrain
dan migrainmedis.
vestibuler
Jika
berkaitan dengan proses penyakit
Efekhidrops
samping endolymphatic
obat dan bahan toksik

tertentu, maka management lini pertama adalah diagnosis dan pengobatan


penyakit utama, misalnya: sifilis, penyakit tiroid.
Terapi bedah untuk penyakit Meniere disediakan untuk kegagalan
pengobatan.15
a. Terapi Farmakologis
1. Vestibulosuppressants

17

Secara umum, obat-obatan yang mengurangi gejala. Misalnya,


meclizine, droperidol, prochlorperazine, diazepam, lorazepam,
alprazolam hanya menutupi gejala vertigo. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat respon otak terhadap sinyal dari telinga bagian
dalam.15
2. Diuretik dan obat-obatan diuretic like
Beberapa diuretik atau obat-obatan dengan sifat diuretik. Misalnya,
hidrochlorothiazide dan golongan Triamterene, acetazolamide,
methazolamide mengurangi tekanan cairan telinga bagian dalam.
Obat-obat ini membantu mencegah serangan tapi tidak membantu
setelah serangan muncul. Meskipun diuretik sering digunakan,
efektivitas mereka tidak didukung dengan uji klinis yang sesuai.
Diuretik loop harus digunakan dengan hati-hati karena mempunyai
potensi ototoksik.15
3. Steroid
Steroid juga telah membantu dalam mengobati endolymphatic
hidrops karena sifat anti-inflamasi. Steroid dapat mengurangi
gejala vertigo, tinitus dan pendengaran dengan mengurangi tekanan
endolymphatic. Steroid dapat diberikan secara oral, intramuskular
atau transtympanic.15
4. Aminoglycosida
Aminoglycosida digunakan untuk penyakit Meniere tahap akhir.
Aminoglikosida adalah kelas antibiotik yang secara kebetulan
ditemukan dan obat ini mempunyai kelebihan terhadap pengobatan
bagi organ vestibular tahap akhir yang sudah toxic. Penghancuran
organ vestibular pada tahap akhir membuat otak tidak sensitif
terhadap fluktuasi tekanan telinga bagian dalam yang disebabkan
oleh penyakit Meniere. Apabila diberikan secara sistemik,
aminoglikosida

mempengaruhi

kedua

telinga.

Meskipun

aminoglikosida dapat digunakan untuk mengobati penyakit


Meniere bilateral yang sangat parah, pengobatan tersebut tetap
berimbas kepada pasien dengan sedikit atau tanpa fungsi

18

keseimbangan. Sehingga hilangnya fungsi telinga bagian dalam


secara keseluruhan yaitu sindrom dandy dapat dikurangi. Saat ini
metode pemberian aminoglikosida yang dianjurkan adalah melalui
suntikan transtympanic. Obat ini bekerja pada telinga yang
terimbas, dengan sedikit efek samping sistemik ataupun efek
kontralateral. Pengobatan ini sudah sangat efektif, seperti yang
telah ditunjukkan dalam banyak studi. 15
5. Histamin agonis
Histamin agonis seperti betahistine secara luas digunakan di Eropa
dan Amerika Selatan untuk pengobatan penyakit Meniere.
Mekanisme kerja betahistine belum ditetapkan dengan pasti,
namun diperkirakan dengan meningkatkan aliran darah ke koklea
stria vascularis atau melalui penghambatan aktivitas vestibular.15
b. Terapi Bedah
Terapi bedah pada penyakit Meniere dilakukan apabila gagal
dengan terapi medikasi dan saat ini masih kontroversial. Prosedur
bedah dibagi menjadi 2 utama klasifikasi:
1. Prosedur bedah yang destruktif
Endolymphatic hydrops menyebabkan akumulasi tekanan
cairan dalam telinga bagian dalam, yang menyebabkan
kerusakan sementara dan dapat mengenai. Sinyal abnormal ini
menyebabkan vertigo. Kerusakan telinga dalam, nervus
vestibularis, atau keduanya menhambat sinyal abnormal ini
mencapai otak. Selama telinga dalam dan aparatus vestibular
kontralateral masih berfungsi secara normal, otak akan
menkompensasi kerusakan satu labirin selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan.15
Kerusakan telinga bagian dalam yang satu tergantung pada
fungsi telinga kontralateral. Tetapi pada beberapa kasus,
penyakit Meniere dapat terjadi secara bilateral (7-50%),

19

sehingga metode ini dikontraindikasikan. Keseimbangan dan


pendengaran sangat erat terkait dengan labirin, destruksi pada
organ keseimbangan membawa risiko tinggi tejadi tuli.
Prosedur destruktif bersifat ireversibel dan hanya dilakukan
pada kasus-kasus yang parah.15
2. Prosedur bedah yang non destruktif
Prosedur bedah non destruktifdiarahkan untuk memperbaiki
keadaan telinga bagian dalam. Prosedur ini kurang invasif
dibandingkan dengan prosedur yang destruktif dan tidak
menghalangi penggunaan modalitas pengobatan lainnya.15
Terdapat 4 pilihan manajemen terapi, sebagai berikut:
1. Dekompresi saccus endolymphatic atau shunt placement.
Prosedur saccus endolymphatic dapat menurunkan
akumulasi tekanan endolymph dengan mengangkat beberapa tulang
mastoid, yang menyelubungi endolymph reservoir. Prosedur ini
memungkinkan kantung reservoir untuk memperluas lebih leluasa,
sehingga menghilangkan tekanan. Tiriskan atau katup dari ruang
endolymphatic baik mastoid atau subarachnoid space dapat
dimasukkan sebagai cara lain untuk mengurangi tekanan lebih
jauh. Tingkat keberhasilan dalam hal pengendalian vertigo dan
menstabilkan

ketajaman

pendengaran

dengan

prosedur

ini

dilaporkan di 60-80%. Tingkat keberhasilan ini tampaknya tidak


berbeda secara signifikan dari orang-orang dekompresi kantung
endolymphatic sendiri versus yang digabungkan dengan prosedur
shunt. Morbiditas dan mortalitas tingkat endolymphatic kantung
dekompresi relatif rendah. Risiko kehilangan pendengaran dan
kerusakan saraf wajah dapat diminimalisir.15
2. Vestibular nerve section.
Sectioning pada saraf vestibular yang mengalami gangguan
dapat menjadi solusi akhir untuk pasien yang berguna untuk
memperbaiki fungsi pendengaran pada telinga yang terkena.
Meskipun fungsi pendengaran dan keseimbangan bertempat pada

20

sebuah ruang di telinga bagian dalam, hubungan saraf ke otak


terpisah menjadi berkas saraf yang berbeda karena saja melalui
kanal auditory internal. Pemisahan anatomi ini memungkinkan
fungsi keseimbangan yang harus diisolasi dan dikikis tanpa
mempengaruhi fungsi pendengaran.15
Karena prosedur pembedahan ini membuka kanal auditori
internal, mirip dengan pendekatan untuk neuroma akustik.
Sectioning saraf vestibular biasanya dilakukan melalui pendekatan
retrosigmoid atau fossa tengah.15
Sebagian besar setuju bahwa pendekatan retrosigmoid yang
dicapai melalui kraniotomi kecil, posterior ke sinus sigmoid secara
teknis tidak terlalu sulit dibandingkan dengan pendekatan fossa
tengah. Paparan dari sudut cerebellopontine memungkinkan
visualisasi dari saraf kranial kedelapan.15
Identifikasi yang benar dari saraf vestibular adalah wajib
untuk menghindari memutus saraf fasialis dan saraf koklea.
Hubungan anatomi yang tepat harus dikonfirmasi. Karena saraf
ikat berputar saat keluar internal auditory canal, saraf vestibular
bergerak dari posisi lateral ke lokasi yang lebih unggul. Saraf
vestibular paling dekat dengan tentorium. Pemantauan saraf fasialis
dan saraf koklea melalui respon batang otak intraoperatif
audiometri sangat penting.15
Pendekatan fossa tengah untuk bagian saraf vestibular
merupakan teknis lebih yang kompleks. Prosedur ini dilakukan
dengan membuat kraniotomi 5 x 5 cm pada fossa tengah superior
dari garis temporal di atas saluran telinga eksternal. Fossa dura
tengah ditarik superior untuk mengekspos tulang.15
Setelah landmark anatomi yang tepat diidentifikasi,
pencarian kanal auditory internal dimulai. Setelah internal
ditemukan dan dibuka, saraf vestibular yang dipotong selateral
mungkin. Lemak dikemas ke dalam kanal auditory internal dan di
posisikan oleh dura lobus temporal. Akhirnya, kraniotomi
ditutup.15

21

Keuntungan dari pendekatan fossa tengah adalah mencapai


ablasi sedikit lebih lengkap fungsi vestibular dibandingkan dengan
pendekatan retrosigmoid. Karena serat vestibular segera dipotong
saat dikeluar dari organ vestibular akhir, kemungkinan serat
vestibular nyasar menyeberang ke perjalanan sepanjang saraf
fasialis dan koklea minimal.15
Kelemahan dari pendekatan fossa tengah meliputi kesulitan
dalam mencari kanal internal dan terbatas paparan dalam kanal
karena posisi saraf wajah itu. Pemotongan saraf vestibular tanpa
mengerahkan tekanan pada koklea dan saraf fasialis sulit, dalam
bundel vestibular terletak jauh di dalam kanal. Risiko merusak
arteri koklea, dengan mengakibatkan gangguan pendengaran.15
3. Labyrinthectomy.
Labyrinthectomy untuk penyakit Meniere memiliki tingkat
kesembuhan tinggi (mengatakan 95%) dan bermanfaat pada pasien
yang mendengar di sisi sakit sudah rusak oleh penyakit Meniere.
Labyrinthectomy melibatkan ablasi organ sakit telinga bagian
dalam. Kurang kompleks prosedur daripada saraf vestibular
bagian, yang tidak memerlukan memasuki rongga tengkorak.
Selain itu, kurang invasif dari saraf vestibular bagian.15
Labyrinthectomy mengurangi tingkat bahaya

akibat

kebocoran cairan serebrospinal (CSF) dan meningitis karena tidak


dilakukan kraniotomi. 15
Pendekatan transcanal hasil melalui saluran telinga
eksternal. Sebuah lipatan tympanomeatal pertama diangkat.
Berikutnya, memilih sudut kanan dimasukkan melalui jendela bulat
dan manuver untuk mengganggu jaringan saraf labirin. Sebuah bor
dapat digunakan untuk menghubungkan jendela bulat dan jendela
oval untuk mendapatkan lebih baik paparan neuroepithelium. 15
Pendekatan dasar mastoidectomy dengan pengeboran
melalui kanal-kanal berbentuk setengah lingkaran; Hal ini
memungkinkan ablasi neuroepithelium labirin lebih lengkap
daripada yang dapat dicapai melalui pendekatan transcanal. 15

22

4. Penyuntikan obat intratympanic seperti gentamisin atau steroid.


5. Transtympanic perfusion drug.
Pada perfusi transtympanic, pengobatan untuk penyakit
Meniere diterapkan melalui myringotomy pada rongga telinga
tengah, dimana penyarapan terjadi melalui membran jendela oval
ke dalam telinga dalam. Prosedur ini relatif memiliki resiko
rendah, prosedur sederhana dengan obat konsentrasi tinggi dengan
efek sistemik yang minimal. 15
c. Rehabilitasi vestibular
Terapi vestibular adalah modalitas terapi fisik dan terapi
okupasional yang membantu membuat pasien beradaptasi terhadap
gangguan vestibular mereka. Hal ini membantu meningkatkan
keseimbangan pasien dengan membantu mereka mengimbangi efek
gangguan telinga bagian dalam. Hal tersebut Itu dilakukan dengan
latihan keseimbangan yang berkali-kali. 15
Karena sifat penyakit Meniere yang fluktuatif, terapi vestibular
tidak berguna sebagai perawatan utama. Namun, hal ini berguna untuk
pasien rehabilitasi yang telah menjalani ablasi vestibular. Pada
kenyataannya, rehabilitasi vestibular sangat dianjurkan pada orangorang yang telah menjalani aminoglycoside perfusi, labyrinthectomy,
maupun vestibular nervus section. Hal ini dapat bermanfaat dalam
mengajar

pasien

untuk

mengatasi

vertigo

dan

gangguan

keseimbangan.15
d. Diet
Manajemen Diet dilakukan pada pasien dengan gangguan ringan.
Pasien menghindari zat yang mungkin memicu atau memperburuk
penumpukan tekanan cairan

di telinga bagian dalam. Penyakit

Meniere dengan hipertensi sistemik, tujuan manajemen diet adalah


untuk mengurangi volume cairan tubuh total. sehingga dapat
mengurangi volume cairan telinga bagian dalam. 15

23

Natrium

mempunyai peran utama terhadap terjadinya retensi

cairan dalam telinga bagian dalam, menghindari makanan dengan


kandungan natrium tinggi penting dilakukan. 15
Hidrops endolymphatic tidak menghalangi kegiatan rutin. Namun,
karena sifat penyakit yang tak terduga, maka tugas-tugas yang
membutuhkan

keseimbangan,

berbahaya

(misalnya,

terutama

memanjat tangga) harus dihindari.15


2.11

Komplikasi
Komplikasi akibat penyakit meniere dapat berupa: 15
a. Cedera akibat sering terjatuh.
b. Kecemasan akibat gejala yang timbul.
c. Kecelakaan akibat vertigo yang dapat menimbulkan kecacatan.
d. Gangguan keseimbangan dan tuli yang progresif
e. Tinitus yang mengganggu.

2.12

Prognosis
Progresifitas penyakit meniere sangat bervariasi. Penyakit ini dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa tahap progresifitas. Tahap awal
melibatkan hidrops koklea, yang terus mempengaruhi sistem vestibular.
Penyakit Mnire akan sangat mengganggu selama tahap awal ini. 15
Pada tahap selanjutnya, hidrops mengisi ruang depan sehingga
tidak ada ruang lebih yang tersedia untuk fluktuasi tekanan dan
menghilangkan

vertigo.

Pada

tahap

ini

akan

terjadi

gangguan

keseimbangan yang konstan dan tuli progresif. 15


Prognosis pasien dengan penyakit Meniere bervariasi. Beberapa
pasien memiliki gejala minimal, sedangkan lainnya memiliki serangan
berat. Episode dapat terjadi jarang sekali atau dua kali setahun, atau
mungkin terjadi secara teratur.15
Pola eksaserbasi dan remisi membuat evaluasi pengobatan dan
prognosis sulit. Secara umum, kondisi pasien cenderung spontan menjadi
stabil dari waktu ke waktu. Tingkat remisi spontan tinggi: lebih dari 50%
dalam waktu 2 tahun dan lebih dari 70% setelah 8 tahun. Beberapa pasien
mengalami remisi dengan gejala sisa berupa penurunan keseimbangan dan
penurunan pendengaran. 15

24

Sebagian besar pasien tersisa (yaitu, mereka penyakit yang tidak


dapat secara spontan menjadi stabil) dikelola dengan baik dengan obat.
Perawatan bedah diperlukan untuk 5-10% pasien. 15
Penyakit Meniere ini secara tidak langsung berhubungan dengan
kematian. Namun, ini dikaitkan trauma akibat kecelakaan pada saat
serangan yang mengakibatkan morbiditas atau kematian. Morbiditas utama
yang terkait dengan penyakit Meniere adalah Vertigo yang progresif dan
tuli permanen.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa
mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan
keluhan berulang berupa vertigo, tinitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara
progresif, biasanya pada satu telinga. Penyebab pasti dari penyakit Meniere
sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Sampai saat ini dianggap penyebab
dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem
endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana
jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi
dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Berbagai mekanisme ekstrinsik yang
dianggap berkontribusi pada pembentukan hidrops endolimfe adalah infeksi,
trauma, dan allergen.
Pedoman diagnosis penyakit Meniere didasarkan pada gejala klinis dan
mengidentifikasi penyebab lain. Gejala yang timbul adalah vertigo episodik yang
intens, biasanya berlangsung dari 30 menit sampai empat jam, dengan gangguan
pendengaran yang fluktuatif, tinitus menderu, dan sensasi penuh pada telinga.
Tidak ada tes definitive untuk memeriksa penyakit meniere.
25

Terapi medis digunakan pada pengobatan gejala serangan akut atau


profilaksis untuk pencegahan serangan. Rawat inap hanya dibutuhkan jika gejala
berat. Jika hydrops endolimfe berkaitan dengan proses penyakit tertentu, maka
penanganan lini pertama adalah diagnosis dan pengobatan penyakit utama
(misalnya, sifilis, penyakit tiroid). Terapi bedah untuk penyakit Mnire
disediakan untuk kegagalan pengobatan.
Prognosis pasien dengan penyakit Meniere bervariasi. Beberapa pasien
memiliki gejala minimal, sedangkan lainnya memiliki serangan berat. Pola
eksaserbasi dan remisi membuat evaluasi pengobatan dan prognosis sulit. Secara
umum, kondisi pasien cenderung spontan menjadi stabil dari waktu ke waktu.
Namun, tingkat remisi spontan tinggi. Penyakit Meniere ini secara tidak langsung
berhubungan dengan kematian. Namun, trauma akibat kecelakaan pada saat
serangan yang mengakibatkan morbiditas atau kematian. Morbiditas utama yang
terkait dengan penyakit Meniere adalah Vertigo yang progresif dan tuli permanen.
3.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prevalensi dan
angka kejadian penyakit meniere di Indonesia dengan menggunakan metode yang
tepat mengingat belum ada angka statistik pasti mengenai penyakit meniere ini di
Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah
pengetahuan mengenai penyakit Meniere.
Bagi petugas kesehatan, perlu diadakan penyuluhan dan pemahaman
informasi mengenai gejala awal dan tanda khas dari penyakit Meniere agar
tingkat kepedulian dan ketanggapan mengenai penyakit ini dapat meningkat di
masyarakat, sehingga para penderita penyakit Meniere dapat mendapat
penanganan awal yang tepat dan cepat, sehingga dapet menekan angka kejadian
sekaligus mengurangi terjadinya komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan
dan menurunkan angka morbiditas penyakit ini.

26

Anda mungkin juga menyukai