Anda di halaman 1dari 2

BPK Minta Fee Dikembalikan

Tuesday, 16 February 2010

JAKARTA (SI) — Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menegaskan fee bank


pembangunan daerah (BPD) yang sudah diterima para kepala daerah
dikembalikan dan tata caranya ditentukan Pemerintah bersama DPR .

Anggota VI BPK Rizal Djalil mengatakan, pihaknya merekomendasikan kepada


Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi untuk menyampaikan masalah
fee BPD kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk dibahas
bersama DPR.Keputusan politik antara pemerintah dan DPR, lanjut Rizal,akan
menentukan perlu atau tidak uang yang telanjur diterima kepala daerah dari
BPD dikembalikan ke kas daerah.

“Perlu ada kepastian melalui keputusan politik pemerintah dan DPR. Sebab ini
menyangkut nasib banyak orang yang terlibat. Kita kan tidak mau teman-teman
di daerah tidak tenang bekerja,”ujar Rizal seusai menerima Mendagri Gamawan
Fauzi di Kantor BPK kemarin. Sebagaimana diketahui, sejumlah kepala daerah
diduga menerima fee dari BPD terkait penempatan dana anggaran daerah di
bank tersebut.KPK menilai fee tersebut bisa masuk kategori gratifikasi.

Bahkan lembaga ini telah meminta Mendagri untuk menertibkan para kepala
daerah. Pada kesempatan itu,BPK juga menegaskan bahwa honor yang diterima
anggota Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) adalah sah.Pasalnya,honor
tersebut dibayarkan dengan dasar Keppres Nomor 10 Tahun 1986. “Dengan
penjelasan ini, masalah honor Muspida tidak ada persoalan lagi sejauh mengacu
pada peraturan perundang-undangan,” kata Rizal dalam jumpa pers di kantornya
kemarin.

Rizal menambahkan, polemik soal sah tidaknya honor Muspida diharapkan tidak
terjadi lagi setelah ada pernyataan sikap resmi dari BPK tersebut. Apalagi
keterangan dari BPK ini memang sangat dibutuhkan oleh pejabat di daerah
sebagai pegangan dalam mengambil keputusan. “Setelah ada keterangan ini,
polemik mengenai honor Muspida berhenti.

Keterangan ini sangat ditunggu-tunggu pejabat daerah dan Muspida sehingga


tidak ragu lagi mereka dalam bekerja,” ujar Rizal. Sementara itu, Mendagri
Gamawan Fauzi kembali meminta agar istilah fee dan honor tidak dicampur aduk
sehingga menjadi rancu.Mendagri juga menganggap perlu ada sikap dari BPK
terkait masalah honor yang selama ini ramai dibicarakan.

“Kami perlu klarifikasi ke BPK untuk masalah honor ini.Selama ini polemik
masalah honor belum pernah dimintai tanggapan dari BPK.Padahal BPK itu bisa
menentukan ini halal, ini haram,ini tidak,”ujarnya. Mendagri menambahkan,
masalah honor tersebut harus dibahas secara komprehensif dan mendalam
karena menyangkut banyak pihak terkait.

Jika honor dilarang, lanjut dia,harus dipertimbangkan efektivitas kerja pejabat


publik karena honor merupakan salah satu unsur penunjang kerja. “Honor dalam
bahasa lain adalah uang kehormatan. Jadi kalau mau dihapus harus dengan
pertimbangan matang dan komprehensif. Misalnya dosen yang termasuk PNS
mau mengisi seminar.Apakah mereka akan datang jika pejabat PNS dilarang
menerima honor,” kata mantan Gubernur Sumatera Barat ini.

Dia sendiri menjelaskan bahwa honor Muspida didasarkan pada Keppres No 10


Tahun 1986.Muspida ini, lanjut Mendagri, adalah lembaga koordinasi
antarpejabat di daerah untuk membahas masalah- masalah strategis dan
penting. “Jadi lembaga ini bukan lembaga main-main.Ini lembaga koordinasi
untuk menyelesaikan berbagai masalah dan ini sudah berlaku 30 tahun
lebih,”kata Mendagri.

Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Fahmi Badoh
menegaskan bahwa BPK tidak dalam kapasitas menyikapi masalah fee dan
honor pejabat negara.BPK,lanjut Fahmi, hanya berwenang melakukan audit
terhadap keuangan yang sudah dijalankan. “Saya kira tidak pada tempatnya jika
BPK ikut dalam menyikapi masalah honor ini.

Apalagi memberi rekomendasi soal keputusankeputusan anggaran.Terlebih lagi


masalah honor ini masih debatable dan domain keputusannya ada di
pemerintah, terutama Depdagri,” kata Fahmi kemarin. Terkait perlunya sikap
politik pemerintah dan DPR untuk masalah fee BPD,Fahmi menilai hal itu sudah
tidak diperlukan karena fee sudah jelas-jelas menyalahi aturan. “Fee sifatnya
tidak debatable lagi.Ini sudah jelas-jelas salah dan harus diselesaikan melalui
ketentuan hukum yang berlaku,”tegas dia. (mohammad sahlan)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/304942/

http://www.warsidi.com

Anda mungkin juga menyukai