Anda di halaman 1dari 2

BPK Sarankan Presiden Bertemu DPR

Cari Solusi
Rabu, 17 Februari 2010

JAKARTA (Suara Karya): Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyarankan pemerintah bersama DPR
mencari solusi masalah pemberian fee Bank Pembangunan Daerah (BPD) kepada kepala daerah
sehingga persoalan ini tidak membingungkan dan meresahkan kepala daerah.

"Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) sebaiknya bertemu dengan pimpinan DPR untuk mencari
solusi dengan mengeluarkan keputusan politik terkait masalah fee ini. Karena hal ini menyangkut
jumlah uang yang sangat banyak serta term atau waktu yang sudah terlalu lama," kata anggota BPK
Rizal Djalil kepada wartawan, di Gedung BPK, Jakarta, Rabu (17/2), usai bertemu Mendagri
Gamawan Fauzi.

Didampingi anggota BPK Sapto Amal Damandari, Rizal Djalil mengemukakan, harus ada keputusan
politik bersama pemerintah dan DPR untuk mencari solusi.

"Solusinya bagaimana; apakah mau dikembalikan? Kalau dikembalikan, kita bicara soal jumlah uang
yang sangat banyak karena waktunya (pemberian fee) sudah lama, atau mungkin ada solusi yang
lain," tuturnya.

Meski demikian, menurut Rizal Djalil, ke depannya kepala daerah tidak boleh lagi menerima fee.
"Fee dari BPD, stop sampai di sini, tidak boleh lagi kepala daerah menerima," ujarnya.

Sedangkan terkait masalah honor yang diterima kepala daerah selaku kuasa pemegang saham BPD,
menurut dia, BPK merekomendasikan agar pemerintah dalam hal ini Mendagri dan Bank Indonesia
membuat payung hukum.

"Payung hukum ini diperlukan agar kepala daerah dan BPD tenang bekerja dan tidak ada keraguan
dalam masalah ini," ujarnya.

Honor Muspida
Sementara soal honor yang diterima kepala daerah sebagai anggota muspida, Rizal Djalil
menyatakan, selama honor yang diterima mengacu kepada Keputusan Presiden No 10 Tahun 1986
tentang Musyawarah Pimpinan Daerah, maka BPK tidak mempersoalkan.

"BPK tidak punya wewenang menganggap ini sah atau tidak sah. Selama mengacu kepada peraturan
perundangan-perundangan yang berlaku, BPK menilai pemberian honor itu tidak masalah," ujarnya
lagi.

Sementara itu, Mendagri Gamawan Fauzi mengeluhkan masih adanya pemberitaan dan komentar
yang mencampuradukkan antara honor dan fee serta honor yang diterima kepala daerah selaku
muspida.
"Ini campur aduk. Saya pernah baca berita, isinya kepala daerah menerima honor muspida dari BPD.
Mana pernah muspida itu menerima honor dari BPD," tuturnya.

Mendagri meminta semua pihak untuk berhati-hati dalam memberikan komentar serta tidak buru-
buru melakukan penilaian. "Saya serahkan penilaian soal honor atau fee ini kepada BPK dengan
mengacu kepada aturan yang berlaku," katanya lagi.

Menyangkut isi pertemuannya dengan Ketua BPK Hadi Purnomo dan sejumlah anggota BPK,
Mendagri menjelaskan, pihaknya menjelaskan langkah-langkah yang telah dilaksanakan sebagai
tindak lanjut dari rencana aksi menuju opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
Kementerian Dalam Negeri yang telah disampaikan ke BPK pada 10 November 2009.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=246731

http://www.warsidi.com

Anda mungkin juga menyukai